Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Aulia Eka Alzianina, Caswita, Sri Hastuti Noer


Aulia.alzia@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila

ABSTRAK

This research aimed to find out the influence of problem based learning model
towards student’s mathematical communication skill. The population of this
research was all students of grade 8th of SMP Negeri 14 Bandarlampung in
academic year of 2015-2016 as many as 422 students that were distributed into
thirteen classes. The samples of this research were students of VIII 10 and VIII 11
class that were chosen by purposive random sampling. This research used
pretest-posttest control group design. Based on the result of research and
discussion, it was concluded that the problem based learning model influences
towards student’s mathematical communication skill.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based


learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Bandarlampung tahun
pelajaran 2015/2016 sebanyak 422 siswa yang terdistribusi dalam tiga belas kelas.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII 10 dan VIII 11 yang dipilih dengan
teknik purposive random sampling. Penelitian ini menggunakan desain pretest–
posttest control group design. Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh
kesimpulan bahwa model problem based learning berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata kunci: komunikasi matematis, pengaruh, problem based learning


PENDAHULUAN pendidikan nasional tersebut, di
Pendidikan memiliki peran sekolah dilaksanakan pembelajaran
penting dalam kehidupan manusia. pada berbagai bidang studi,
Melalui pendidikan manusia dapat diantaranya adalah Matematika.
mengembangkan potensi yang Tujuan pembelajaran
dimilikinya dan menambah matematika adalah agar peserta didik
pengetahuan baru. Manusia dapat mengomunikasikan gagasan
membutuhkan pendidikan yang dengan simbol, tabel, diagram atau
bermutu karena melalui pendidikan media lain untuk memperjelas
bermutu akan lahir pribadi yang keadaan atau masalah
berkualitas dan mampu membangun (Permendiknas, 2006: 106). Untuk
masyarakat ke arah yang lebih baik. mencapai tujuan tersebut, salah satu
Berkenaan dengan peningkatan mutu kemampuan yang harus dikuasai
pendidikan, pemerintah Indonesia siswa adalah kemampuan
telah melakukan berbagai upaya komunikasi matematis.
pembaharuan dan penyempurnaan. Kemampuan komunikasi
Untuk mencapai upaya pembaharuan matematis merupakan kemampuan
dan penyempurnaan pendidikan menggunakan bahasa matematika
tersebut diperlukan suatu untuk mengekspresikan ide-ide
perencanaan yang sesuai dengan matematis dan argumen dengan
tujuan nasional pendidikan. tepat, singkat, dan logis (Izzati dan
Tujuan nasional pendidikan Suryadi 2010: 721). Kemampuan
adalah mewujudkan suasana pem- komunikasi matematis penting
belajaran yang dapat mengembang- dimiliki siswa, karena kemampuan
kan potensi peserta didik agar ini dapat melatih ketajaman berpikir
menjadi manusia yang beriman dan siswa agar mampu mengembangkan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha pemahaman matematisnya. Namun,
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kemampuan matematika siswa di
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Indonesia berada pada level rendah.
warga negara yang demokratis serta Hal ini tercermin dari hasil survei
bertanggung jawab (Depdiknas, Programme for International
2003: 4). Untuk mewujudkan tujuan Student Assesment (PISA) tahun
2012, Indonesia menduduki rangking penugasan pembelajaran. Dalam
64 dari 65 peserta dengan skor 375 pembelajaran konvensional, guru
(OECD, 2012). hanya menjelaskan materi, kemudian
Rendahnya kemampuan komu- memberikan contoh dan latihan soal
nikasi matematis siswa tampak juga yang penyelesaiannya mirip dengan
pada siswa SMP Negeri 14 contoh soal. Di akhir pembelajaran
Bandarlampung. Setelah dilakukan guru memberikan tugas rumah,
wawan-cara dengan guru mitra sehingga siswa hanya dilatih untuk
diperoleh informasi bahwa banyak menyelesaikan soal-soal rutin saja.
siswa mengalami kesulitan dalam Hal ini berakibat pada rendahnya
meng-gabungkan pemikiran kemam-puan komunikasi matematis
matematis me-lalui komunikasi, siswa. Untuk mengatasi masalah-
menjelaskan materi pembelajaran masalah tersebut, guru memiliki
secara matematis, dan menggunakan peran pen-ting dalam upaya
bahasa matematika se-lama meningkatkan kemampuan
pembelajaran di sekolah. komunikasi matematis siswa. Oleh
Penyebab rendahnya kemam- karena itu, perlu diadakan perubahan
puan komunikasi matematis siswa model pembelajaran yang biasa
diduga karena pada umumnya pem- dilakukan oleh guru dengan
belajaran matematika masih meng- pembelajaran yang menyenangkan
gunakan pembelajaran konvensional. dan dapat diterima oleh siswa. Model
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dipilih harus
pembelajaran yang menekankan pada dapat mengembangkan kemampuan
penyampaian materi secara verbal siswa untuk menginterpretasikan
dari seorang guru kepada siswa suatu permasalahan ke dalam bentuk
dengan maksud agar siswa dapat matematika dengan baik. Salah satu
menguasai materi secara optimal alternatif model tersebut adalah
(Sanjaya, 2009: 177). Pembelajaran problem based learning.
tersebut cenderung berpusat pada Nurhadi (2004:16)
guru (teacher centered), yang menyatakan bahwa problem based
dilakukan dengan perpaduan metode learning adalah suatu model
ceramah, tanya jawab, dan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks mengetahui pengaruh model problem
bagi siswa untuk belajar berpikir based learning terhadap kemampuan
kritis dan keterampilan pemecahan komunukasi matematis siswa.
masalah, serta untuk memperoleh
METODE PENELITIAN
pengetahuan dan konsep yang
Populasi penelitian ini adalah
esensial dari materi pelajaran.
semua siswa kelas VIII SMP Negeri
Menurut Arends (2011: 411),
14 Bandarlampung yang terdiri dari
langkah-langkah penerapan problem
tiga belas kelas yaitu kelas VIII 1 –
based learning antara lain 1)
VIII 13 dengan jumlah 422 siswa.
orientasi peserta didik pada masalah,
Dari tiga belas kelas tersebut diambil
2) mengorganisasi peserta didik, 3)
dua kelas sebagai sampel.
membimbing penyelidikan individu
Pengambilan sampel menggunakan
maupun kelompok, 4)
teknik purposive random sampling,
mengembangkan dan menyajikan
yaitu pemilihan sampel dilakukan
hasil, dan 5) menganalisis dan
dengan memilih kelas yang diajar
mengevaluasi proses dan hasil
oleh guru yang sama secara acak dari
pemecahan masalah. Proses
tiga belas kelas tersebut. Terpilihlah
pembelajaran tersebut melatih siswa
kelas VIII 11 yang terdiri dari 19
untuk menyelesaikan masalah-
orang sebagai kelas eksperimen yaitu
masalah dunia nyata dengan cara
kelas yang mendapatkan problem
menginterpretasikan ide-ide yang
based learning dan VIII 10 yang
dimiliki dalam bentuk simbol-simbol
terdiri dari 18 orang sebagai kelas
matematika. Dalam model problem
kontrol yang mendapatkan
based learning ini siswa tidak hanya
pembelajaran konvensional.
bekerja sendiri melainkan siswa
Penelitian ini merupakan
bekerja secara diskusi yang dibentuk
penelitian eksperimen semu dengan
dalam suatu kelompok yang terdiri
variabel bebas model pembelajaran
dari 4-5 orang. Dengan demikian,
dan variabel terikat kemampuan
diharapkan penerapan problem based
komunikasi matematis. Desain yang
learning dapat berpengaruh terhadap
digunakan dalam penelitian ini
kemampuan komunikasi siswa.
adalah pretest-posttest control group
Penelitian ini bertujuan untuk
design.
Teknik pengumpulan data yang matematis. Sebelum pengujian
digunakan dalam penelitian ini hipotesis, dilakukan uji normalitas
adalah teknik tes. Tes dilakukan pada dan uji homogenitas dengan bantuan
sebelum (pretest) dan sesudah software Microsoft Excel. Adapun
(posttest) diberikan perlakuan. data yang diuji normalitas dan
Dalam penelitian ini, instrumen yang homogenitasnya adalah data
digunakan adalah tes kemampuan peningkatan (gain) dari pretest dan
komunikasi matematis siswa. Tes posttest.
tersebut dibuat berdasarkan indikator
kemampuan komunikasi matematis
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Uji
yaitu dapat 1) menggam-barkan Coba
situasi dari suatu persoalan ke dalam
Tingkat
gambar, tabel, diagram, mau-pun Reliab Daya
No Kesuka
ilitas Pembeda
grafik; 2) mengungkapkan dan ran

menjelaskan ide-idenya tentang suatu 1


0,32 0,64
(baik) (sedang)
masalah secara tulisan; 3) menggu- 0,31 0,57
2
nakan ekspresi dan simbol-simbol (baik) (sedang)
0,78
0,37 0,34
matematika secara tepat (Ansari, 3 (tinggi
(baik) (sedang)
)
2004: 83). 0,33 0,28
4a
(baik) (sedang)
Sebelum dilakukan 0.35 0,27
4b
pengambilan data, instrumen tes (baik) (sukar)

divalidasi oleh guru matematika


SMP Negeri 14 Bandarlampung. Setelah dilakukan uji

Setelah semua soal dinyatakan valid, normalitas dan homogenitas

soal diujicobakan terlebih dahulu diketahui bahwa data gain

untuk mengetahui reliabilitas tes, kemampuan komunikasi matematis

daya pembeda tes dan tingkat berasal dari populasi yang

kesukaran tes. Hasil uji coba berdistribusi normal dan me-miliki

disajikan pada Tabel 1. varians yang sama. Dengan demikian

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan uji

diperoleh data hasil pretest dan kesamaan dua rata-rata.

posttest kemampuan komunikasi


HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji kesamaan dua rata-
Sebelum diberi perlakuan, rata kemampuan komunikasi
kelas yang mengikuti problem based matematis disajikan pada Tabel 3.
learning dan kelas yang mengikuti
pembelajaran konvensional diberi Tabel 3. Hasil Uji Kesamaan Dua
Rata-rata Data Gain Kemampuan
pretest untuk mengetahui data
Komunikasi Matematis
kemampuan awal komunikasi
Pembelajar- Rata t hitung t ktitis
matematis siswa. Setelah diberi an -rata
perlakuan, kelas yang mengikuti Problem
Based 0,50
problem based learning dan kelas 3,44 1,68
Learning
yang mengikuti pembelajaran Konvensional 0,34

konven-sional diberi posttest untuk Berdasarkan Tabel 3, nilai


mengetahui data kemampuan akhir
t hitung >t kritis
komunikasi matematis siswa. Data . Hal ini menunjuk-kan

pretest dan posttest disajikan pada bahwa rata-rata peningkatan


Tabel 2. kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti problem based
Tabel 2. Data Pretest dan Posttest
Kemampuan Komunikasi learning lebih tinggi daripada rata-
Matematis rata skor peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang
Rata- Rata-
Pembelajar- mengikuti pembelajaran konven-
an
Rata Rata
Pretest Posttest sional.
Problem
Based 2,82 18,03 Berdasarkan uji hipotesis
Learning
diketahui bahwa problem based
Konvensional 2,43 13,50
Skor Maksimum Ideal = 34 learning berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi matematis
Berdasarkan Tabel 2, rata-rata
Hal ini sependapat juga dengan
kemampuan awal dan kemam-puan
penelitian yang dilakukan oleh Idola
akhir komunikasi matematis siswa
(2014) bahwa problem based
yang mengikuti problem based
learning berpengaruh terhadap
learning lebih tinggi daripada siswa
kemampuan komunikasi matematis
yang mengikuti pembelajaran kon-
siswa.
vensional.
Kemampuan komunikasi ma- tidak mengerjakan secara sendiri-
tematis siswa yang mengikuti sendiri. Siswa dapat bertanya kepada
problem based learning lebih baik guru jika terdapat kesulitan dalam
daripada kemampuan komunikasi mengerjakan LKK. Guru
matematis siswa yang mengikuti membimbing siswa jika terdapat
pembelajaran konvensional disebab- kesulitan, selanjutnya siswa kembali
kan karena pada tahapan problem berdiskusi dengan teman
based learing diawali dengan sekelompoknya. Dalam kegiatan
pemberian masalah-masalah yang diskusi tersebut siswa dilatih untuk
bersifat non rutin yang ada pada dapat mengomunikasikan ide-ide
LKK. Fatimah (2012: 42) yang dimiliki ke dalam simbol
mengungkapkan bahwa problem matematis maupun ilustrasi gambar
based learning mempunyai ciri khas yang disertai dengan penjelasan yang
yaitu selalu dimulai dan berpusat logis. Setelah diskusi dalam
pada masalah, artinya dalam problem kelompok selesai, siswa ditunjuk
based learning guru memulai secara acak untuk mempresentasikan
pembelajaran dengan pemberian hasil diskusinya didepan kelas. Guru
masalah yang tidak rutin. menunjuk secara acak siswa yang
Selanjutnya masalah-masalah akan mempresentasikan hasil kerja
tersebut didiskusikan oleh siswa kelompoknya. Penunjukan secara
dengan cara berkelompok, dimana acak bertujuan agar siswa tidak
setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 hanya mengandalkan siswa yang
orang siswa. Wenger (Huda, 2013: memiliki kemampuan tinggi saja
49) menyatakan bahwa interaksi untuk maju ke depan, tetapi semua
dengan orang lain dapat membantu siswa memiliki kesempatan yang
individu menjalin proses sama. Hal tersebut berbeda dengan
pembelajaran yang lebih positif siswa yang mengikuti pembelajaran
dibandingkan ketika hanya konven-sional.
mengerjakannya sendiri. Bekerja Siswa yang mengikuti
dalam kelompok-kelompok kecil pembelajaran konvensional juga
dapat memudahkan siswa dalam diberikan kesempatan untuk
bertukar pikiran, sehingga siswa mengembangkan kemampuan
komunikasi matematisnya, hanya untuk dapat mengembangkan
saja kesempatan yang diberikan tidak kemampuan komunikasi matematis
sebanyak pada siswa yang mengikuti yang dimiliki sehingga sudah
problem based learning. Hal ini sewajarnya kemampuan komunikasi
disebabkan proses pembelajaran matematis siswa yang mengikuti
konvensional diawali dengan guru pembelajaran konvensional tidak
memberikan penjelasan terkait berkembang secara optimal.
materi yang akan dipelajari oleh Selain itu, pada proses
siswa. Amir (2009: 5) menyatakan pelaksanaan problem based learning
pada proses pembelajaran terdapat beberapa kendala yang
konvensional, pengetahuan ditemukan pada saat pembelajaran.
cenderung dipindahkan dari guru ke Pada pertemuan pertama, siswa
siswa tanpa siswa membangun masih terlihat bingung mengikuti
sendiri pengetahuan tersebut. Siswa problem based learning meskipun
hanya men-dengarkan penjelasan sudah dijelaskan tahapan-tahapan
dari guru dan mencatatnya, sehingga pembelajarannya, sehingga saat
pemahaman dan informasi yang diskusi siswa kurang kondusif.
siswa dapat ha-nya berasal dari apa Kendala lain yang ditemukan adalah
yang disampaikan oleh guru. pada saat salah satu kelompok
Selanjutnya, guru memberikan mempresentasikan hasil diskusi di
contoh-contoh soal beserta cara depan kelas, masih terdapat
penyelesaiannya. Kemudian, siswa kelompok lain yang kurang
diberi kesempatan untuk bertanya memperhatikan penjelasan kelompok
jika ada yang belum dipahami. yang presentasi tersebut, sehingga
Terakhir, siswa akan diberikan agar tidak terjadi miskonsepsi, guru
latihan soal yang mirip dengan apa melakukan klarifikasi ketika ada
yang diberikan guru, akibatnya siswa konsep yang keliru pada presentasi.
akan kesulitan jika di berikan soal Kemudian, pada pertemuan
yang berbeda dengan contoh. selanjutnya siswa mulai dapat
Berdasarkan proses-proses beradaptasi dengan model problem
pembelajaran konvensional tersebut, based learning. Hal ini terlihat dari
siswa kurang diberikan kesempatan kondisi kelas yang sudah mulai
sedikit lebih kondusif. Proses diskusi Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi
Pendidikan Melalui Problem
kelompok juga sudah mulai berjalan
Based Learning. Jakarta:
dengan baik, siswa dengan teman Kencana Prenada Media
Group.
sekelompoknya saling bekerjasama
untuk menyelesaikan permasalahan Ansari, B. 2004.
Menumbuhkembangkan
pada LKK. Ketika siswa mengalami
Kemampuan Pemahaman dan
kesulitan pada saat mengerjakan Komunikasi Matematis Siswa
SMU Melalui Strategi Think-
LKK, siswa sudah mulai bertanya
Talk-Write. Disertasi. Bandung:
kepada guru daripada bertanya ke UPI.
kelompok lain. Selain itu, pada saat
Arends, Richard I. 2011. Learning
salah satu kelompok mempresentasi- To Teach. New York: McGraw
Hill.
kan hasil diskusi, kelompok lain
sudah mulai memperhatikan dan Depdiknas. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20
menanggapi.
Tahun 2003 tentang Sistem
Meskipun siswa sudah mulai Pendidikan Nasional. Jakarta:
CV Eko Jaya.
beradaptasi dengan proses problem
based learning, masih ditemukan Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan
Komunikasi Matematis dan
juga beberapa kendala. Di antaranya
pemecahan Masalah Melalui
adalah manajemen waktu yang tidak Problem Based Learning.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi
efektif. Hal ini karena siswa
pendidikan. Vol.16 No. 1, pp.
membutuhkan waktu yang lama 40-50 [Online]. Diakses di
http://download.portalgaruda.o
untuk menyelesaikan permasalahan-
rg. Pada 12 Maret 2016.
permasalahan dalam LKK.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
KESIMPULAN
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berdasarkan hasil penelitian
Idola, Anas Dian. 2014. Pengaruh
dan pembahasan diperoleh simpulan
Model Problem Based
bahwa model problem based Learning Terhadap
Kemampuan Komunikasi
learning berpengaruh terhadap
Matematis Siswa SMP.
kemampuan komunikasi matematis (Jurnal). Purwokero
:Universitas Muhammadiyah
siswa.
Purwokerto [Online]. Diakses
di https://fkip.ump.ac.id/. pada
DAFTAR PUSTAKA 22 Maret 2016.
Izzati, Nur dan Suryadi Didi. 2010.
Komunikasi Matematik dan
Pendidikan Matematika
Realistik. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar
Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY,
tanggal 27 November 2010.
[Online]. Diakses di
http://bundaiza.files.word-
press.com. pada 17 Oktober
2015.

Nurhadi. 2004. Pengantar Problem


Based Learning, Edisi Kedua.
Yogyakarta : Medika, Fakultas
Kedokteran UGM.

OECD. 2012. Pisa 2012 Results In


Focus: What 15-Year-Olds
Know and What They Can Do
With What They Know.
[Online].Diakses di
http://www.-oecd.org/pisa pada
18 Oktober 2015.

Permendiknas. 2006. Tujuan


Pembelajaran Matematika di
Sekolah. Jakarta [Online].
Diakses di
https://sdm.data.kemdikbud.go.
id Pada 7 Mei 2015.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi


Pembelajaran yang
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai