Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

berdasarkan Gaya Belajar Kolb


Muhammad Irfan Rumasoreng1), Isna Kholifah2), Meta Mahayati3)
1)
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Email: muhirfan@mercubuana-yogya.ac.id
2)
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Email:
3)
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Email: metamahayati96@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa klasifikasi gaya belajar siswa dan deskripsi
hasil analisa kemampuan pemecahan masalah siswa untuk setiap gaya belajar di kelas XI IPS
1 SMA N 1 Imogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode
campuran/mixed methods. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Imogiri berjumlah 27 siswa. Pengumpulan data dengan angket gaya belajar Kolb, tes
kemampuan pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Seluruh siswa kelas XI IPS 1
diidentifikasi tipe gaya belajarnya dengan menggunakan angket gaya belajar Kolb. Data
kemampuan pemecahan masalah dianalisis dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
kemudian dilakukan triangulasi dengan data hasil wawancara. Subjek wawancara terdiri dari
8 yang terbagi kedalam 2 siswa untuk masing-masing tipe gaya belajar. Analisis data
kuantitatif dengan mengkategorikan gaya belajar dan kemampuan pemecahan masalah serta
analisis kualitatif dilakukan dengan tahap-tahap reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gaya belajar Diverger paling banyak jumlahnya
di kelas XI IPS 1, 2) Siswa dengan gaya belajar Konverger, Diverger dan Akomodator
mampu memahami masalah, merencanakan langkah penyelesaian, melaksankan rencana
penyelesaian dan menarik kesimpulan dengan baik. Siswa dengan gaya belajar Asimilator
mampu melaksanakan tahap memahami masalah, merencanakan langkah penyelesaian dan
melaksanakan rencana penyelesaian dengan baik, dan dinilai cukup dalam menarik
kesimpulan.

Kata Kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Gaya Belajar.

PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu asbtrak yang Kreativitas sangat penting untuk
materinya bersifat terstruktur dan saling meningkatkan kemampuan siswa dalam
berhubungan antar materi satu dengan memahami dan menyelesaikan masalah-
materi lainnya. Dalam kurikulum KTSP masalah dalam matematika, sehingga
dinyatakan bahwa matematika perlu setiap sekolah seharusnya memperhatikan
diberikan kepada semua peserta didik aspek ini di dalam penyusunan
mulai dari sekolah dasar untuk membekali pembelajaran. (Bolden, Harries, &
kemampuan berpikir kritis, analistis, Newton,2010; UNESCO, 2012; Sriraman,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta 2004; Sternberg & Lubart, 1999).
kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006: Pemecahan masalah merupakan
387). komponen yang sangat penting bagi
pelaksanaan pendidikan matematika di
sekolah, fakta menunjukkan bahwa terutama pada kemampuan pemecahan
pentingnya keterampilan ini dalam masalah matematika siswa di sekolah
kehidupan sehari-hari dan di dunia kerja dimungkinkan karena proses
dalam menyelesaikan masalah secara pembelajarannya lebih berkonsentrasi
efisien. Di dalam beberapa penelitian pada latihan soal yang bersifat prosedural
menunjukkan bahwa siswa sering dan mekanistik yang menjadikan siswa
melibatkan dirinya dengan tugas-tugas ini. tidak terlibat aktif dalam menggali ide atau
(Babakhani, 2011; García, Rodríguez, konsep secara bermakna dan hanya
González-Castro, González-Pienda, & menerima ilmu pengetahuan yang bersifat
Torrance, 2016; Silver, Ghousseini, hafalan saja.
Gosen, Charalambous, 2005) Oleh karena itu diperlukan salah satu
Model pemecahan masalah saat ini model pembelajaran yang tepat dan
fokus pada aspek proses daripada pada inovatif dalam pembelajaran matematika
konten matematika. (Schoenfeld :1992). yang menjadikan siswa menjadi aktif
Pemecahan masalah merupakan penentuan untuk mengemukakan ide selama proses
pola dalam mengabstraksi, merepresentasi pemecahan masalah dalam sebuah
simbol, dan memanipulasi simbol. (Garcia, kelompok. Salah satu model pembelajaran
Betts et al., 2016; Garcia, Rodriguez et al., yang dapat digunakan adalah model
2016; Jacobse & Harskamp, 2012; pembelajaran Missouri Mathematics
Tambychika & Mohd Meerahb, 2010; Project (MMP).
Verschaffelet al., 1999). Menurut Savitri et al (2013: 33)
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran Missouri
kemampuan pemecahan masalah menjadi Mathematics Project efektif untuk
salah satu kemampuan yang penting untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
dikembangkan dan dimiliki oleh siswa. masalah matematika siswa. Model
Walaupun kemampuan pemecahan pembelajaran Missouri Mathematics
masalah merupakan aspek penting, namun Project (MMP) merupakan suatu program
masih banyak siswa yang lemah dalam hal yang didesain untuk membantu guru
pemecahan masalah matematika. dalam hal efektivitas penggunaan latihan-
Kelemahan kemampuan pemecahan latihan agar siswa mencapai peningkatan
masalah matematika siswa dapat dilihat yang luar biasa (Ansori, et al, 2015: 50).
dari hasil tes PISA pada tahun 2012 Melalui efektivitas penggunaan latihan-
(Wulandari & Jailani, 2015: 194) terdapat latihan soal diharapkan siswa terbiasa
78%, 25 % di level 2, 10% siswa di level menyelesaikan permasalahan matematika
3, kurang dari 5% di level 4, dan kurang sehingga kemampuan pemecahan masalah
dari 1% di level 5 dan 6 menyebabkan siswa meningkat.
Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 Selain model pembelajaran, gaya
negara. belajar adalah salah satu variabel yang
Demikian pula dengan hasil survei bersangkutan langsung dengan cara siswa
TIMSS tahun 2015 (NCES, 2016: 11) memahami pelajaran di sekolah. Gaya
menjelaskan bahwa rata-rata prestasi belajar setiap siswa tentunya berbeda
matematika di Indonesia adalah sebesar antara satu dengan yang lain. Oleh karena
397 masih di bawah standar TIMSS yaitu itu, sangat penging bagi guru untuk
500. Berdasarkan hasil survei PISA dan mengetahui gaya belajar siswa agar
TIMSS berarti kemampuan pemecahan membantu guru dalam melaksanakan
masalah matematika siswa di Indonesia pembelajaran di kelas.
masih kurang. Gaya belajar siswa berbeda untuk
Sejalan dengan pentingnya setiap individu berdasarkan pengalaman
pemecahan masalah matematika dalam belajar adalah gaya belajar Kolb. Gaya
pembelajaran matematika, maka pendidik belajar Kolb meliputi gaya belajar
tentu harus mengusahakan agar siswa diverger (diverger), assimilating
dapat mencapai hasil yang optimal dalam (Asimilasi), converging (konverger) dan
menguasai ketrampilan pemecahan accommodating (akomodator).
masalah. Fauziah dan Sukasno (2015:11) Adapun tujuan dari penelitian ini
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa adalah untuk mengetahui klasifikasi gaya
belajar siswa kelas XI IPS 1 dan wawancara kemampuan pemecahan
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah.
masalah matematika siswa untuk setiap Subjek penelitian adalah semua siswa
tipe gaya belajar siswa pada model yang mengikuti pembelajaran Missouri
pembelajaran Missouri Mathematics Mathematics Project selama 3 kali
Project. pertemuan dengan materi turunan. Teknik
pemilihan subjek wawancara dilakukan
METODE PENELITIAN dengan teknik purposive sampling. Subjek
Jenis & Desain Penelitian wawancara dipilih masing-masing dua
Penelitian ini merupakan penelitian siswa untuk tiap gaya belajar. Sehingga
deskriptif yang menggunakan metode total keseluruhan subjek wawancara
kuantitatif dan kualitatif (mixed methods) kemampuan pemecahan masalah adalah
dalam mengumpulkan, menganalisa, dan delapan.
menggabungkan data.
Metode penelitian kombinasi (mixed Teknik Pengumpulan Data
methods) merupakan pendekatan dalam Teknik Pengumpulan Data secara
penelitian yang mengkombinasikan atau Kuantitatif
menghubungkan antara metode penelitian Teknik pengumpulan data secara
kuantitatif dan kualitatif. kuantitatif diperoleh melalui angket KSLI
Desain penelitian berupa concurrent (Kolb Learning Style Inventory) dan tes
embedded design yang menggunakan kemampuan pemecahan masalah.
pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara
stimulan/bersama-sama (atau sebaliknya), Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
tetapi bobotnya berbeda. Pada metode ini Teknik pengumpulan data secara
terdapat metode primer dan metode kualitatif diperoleh melalui dokumentasi,
sekunder. dan wawancara.
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan data kualitatif sebagai Instrumen Penelitian
metode primer yaitu untuk mengetahui Instrumen Penelitian ini berupa : 1)
analisis kemampuan pemecahan masalah Angket gaya belajar Kolb dari website
siswa kelas XI IPS 1. Metode kuantitatif Miami University yang terdiri dari 48
digunakan tipe gaya belajar siswa sebagai pertanyaan; 2) Tes kemampuan
data sekunder untuk mendukung adanya pemecahan masalah yang terdiri atas 3
data primer. Dalam analisisnya, dilakukan soal dengan materi turunan fungsi; 3)
metode kuantitatif dilakukan terlebih Pedoman wawancara.
dahulu dan metode kualitatif dilakukan
setelah dilakukan analisis secara Teknik Analisis Data
kuantitatif. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data secara kuantitatif
Tempat dan Waktu Penelitian digunakan untuk mengkategorikan gaya
Penelitian ini dilaksanakan di SMA belajar siswa kelas XI IPS 1 berdasarkan
Negeri 1 Imogiri, Jalan Imogiri km 14, klafisikasi gaya belajar Kolb yang
Wukirsari, Imogiri, Bantul pada 1 Maret – diperoleh dari analisis pada angket gaya
30 April 2018 semester genap tahun belajar Kolb. Penentuan kriteria gaya
pelajaran 2017/2018. belajar Kolb didasari dengan menentukan
nilai X dan Y yang terletak dalam satu
Subjek Penelitian koordinat sumbu X dan sumbu Y.
Sumber data dalam penelitian ini Sumbu X dan Y diplotkan dalam satu
adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 koordinat, sehingga terbentuk suatu
Imogiri tahun pelajaran 2017/2018 yang kecenderungan sebagai berikut: a) Gaya
berjumlah 27 siswa. Keseluruhan siswa belajar Akomodator terjadi jika AC – CE
tersebut merupakan subjek angket gaya = Y, positif dan AE – RO = X, positif; b)
belajar serta subjek tes kemampuan Gaya belajar Diverger terjadi jika AC –
pemecahan masalah. Tetapi, hanya CE = Y, positif dan AE – RO = X, negatif;
delapan siswa yang merupakan subjek c) Gaya belajar Asimilator terjadi jika AC
– CE = Y, negatif dan AE – RO = X, hal-hal yang penting dan membuang yang
negatif; d) Gaya belajar Konverger terjadi tidak perlu. Dengan demikian peneliti akan
jika AC – CE = Y, negatif dan AE – RO = memperoleh gambaran yang lebih jelas,
X, positif. Dari definisi di atas maka dapat dan mempermudah peneliti untuk
digambarkan seperti yang terlihat pada melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Gambar 1. Dalam penelitian ini data yang direduksi
adalah hasil wawancara kemampuan
pemecahan masalah siswa. Hasil
CE
wawancara dirangkum, dipilih hal-hal
Y yang penting, dan membuang hal-hal yang
tidak perlu dan tidak berguna sehingga
Diverger Akomodator peneliti mendapatkan gambaran yang jelas
tentang kemampuan pemecahan masalah
AE siswa dan mempermudah dalam penarikan
RO
X
kesimpulan.
Asimilator
Konverger Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dimaksudkan untuk
AC menemukan makna dari kata-kata yang
Gambar 1. Ploting Gaya Belajar Kolb diperoleh kemudian disusun secara
dari Koordinat X dan Y sistematis dan logis sehingga mudah
dipahami. Dalam penelitian kualitatif,
Setelah didapatkan ploting gaya penyajian data dapat berbentuk uraian
belajar Kolb, diperoleh rumus : singkat, bagan, hubungan kategori,
Y = AC – CE flowchart, dan sebagainya.
X = AE – RO Penyajian data dilakukan dengan
memunculkan kumpulan data yang sudah
Berdasarkan rumus di atas maka gaya terorganisir dan terkategori yang
belajar Kolb dapat diklasifikasikan seperti memungkinkan dilakukan penarikan
yang terlihat Tabel 1. kesimpulan. Data yang disajikan pada
penelitian ini berupa hasil tes kemampuan
Tabel 1. Klasifikasi Tipe Gaya Belajar pemecahan masalah siswa, dan hasil
Kolb wawancara.
Skor Tipe Gaya
K SK
Y X Belajar Kolb Conclution Drawing (Penarikan
+ + I AE dan CE Akomodator Kesimpulan)
+ - II CE dan RO Diverger Penarikan kesimpulan merupakan
- - III RO dan AC Asimilator jawaban dari rumusan masalah yang telah
- + IV AC dan CE Konverger dirumuskan sejak awal dan diharapkan
Gaya belajar Diverger terbentuk dari merupakan temuan baru yang belum
penjumlahan aspek CE & RO, gaya belajar pernah ada. Temuan ini dapat berupa
Asimilator terbentuk dari penjumlahan deskripsi atau gambaran suatu objek yang
aspek RO & AC, gaya belajar Konverger sebelumnya masih samar sehingga diteliti
terbentuk dari penjumlahan dari aspek AC agar menjadi jelas.
& AE, dan gaya belajar Akomodator Hasil analisis wawancara akan
terbentuk dari penjumlahan aspek AE & digunakan sebagai triangulasi terhadap
CE. hasil analisis tes dan digunakan untuk
mendeskripsikan kemampuan pemecahan
Adapun langkah-langkah analisis data masalah siswa dengan masing-masing tipe
meliputi: gaya belajar. Analisis data dilakukan
dengan metode perbandingan tetap (The
Data Reduction (Reduksi Data) Constant Comparative Metheod). Analisis
Reduksi data dalam penelitian ini ini melibatkan perbandingan satu segmen
meliputi kegiatan merangkum, memilih dengan segmen lainnya untuk menentukan
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada persamaan dan perbedaannya.
Data dikelompokkan bersama-sama Akomodator yang pada gambar di atas
dalam dimensi yang sama. Dimensi ini terdapat 7 titik yang terletak pada kuadran
secara tentatif diberikan suatu nama, yang 1 artinya terdapat 7 siswa yang memiliki
kemudian menjadi kategori. Analisis ini gaya belajar akomodator diantaranya pada
diusahakan agar unsur-unsur empirik yang titik (0,4); (1,2); (2,5); (2,6); (3,8); (3,0)
membedakan satuan-satuan pembanding dan (5,1).
berada pada data yang sama. Satuan- Suatu titik dapat dikategorikan ke
satuan yang memiliki ciri yang sama dalam kuadran II apabila nilai Y positif
diangkat menjadi teori-teori. dan nilai X negatif. Dari gambar di atas
dapat dilihat bahwa terdapat 8 titik yang
HASIL & PEMBAHASAN menempati kuadran II yang artinya
Hasil Analisis Data Kuantitatif terdapat 8 siswa yang memiliki gaya
Hasil penelitian kuantitatif pada belajar Diverger diantaranya adalah titik (-
penelitian ini diperoleh dari angket gaya 1,13); (-4,1); (-5,0); (-6,3); (-6,7); (-7,1); (-
belajar Kolb. Analisis data dilakukan 9,2); dan titik (-12,3).
untuk mengetahui klasifikasi gaya belajar Suatu titik dapat diketegorikan ke dalam
siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 kuadran III apabila Y bernilai negatif dan
Imogiri berdasarkan gaya belajar Kolb. X bernilai negatif. Dari gambar di atas
Analisis data yang dilakukan dengan dapat dilihat bahwa terdapat 6 titik yang
menggunakan program Microsoft Excel menempati kuadran III yang artinya
2016. terdapat 6 siswa yang memiliki gaya
Adapun pengelompokan data dalam belajar Asimilator diantaranya pada titik (-
diagram kartesius akan disaijkan pada 1,-1); (-1,-2); (-1,-4); (-2,-2); (-1,-3); dan (-
Gambar 2. 4,-5).
Suatu titik dikategorikan ke dalam
CE kuadran IV apabila Y bernilai negatif dan
X bernilai positif. Dari gambar diatas dapa
dilihat bahwa terdapat 6 titik yang
Diverger
Akomodator menempati kuadran ke IV yang artinya
terdapat 6 siswa yang memiliki gaya
belajar Konverger diantaranya pada titik
(0,-2); (0,-3); (1,-5); (2,-1); (3,-3) dan (5,-
5).
Adapun untuk hasil pengisisan angket
RO AE diperoleh data siswa seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Hasil Angket Gaya Belajar
Asimilator Konverger Kelas XI IPS 1
Tipe Gaya Jumlah
Belajar Presentase Siswa
AC
Akomodator 26% 7
Gambar 2. Hasil Ploting Gaya Belajar Diverger 30% 8
Kolb pada Koordinat X dan Y Asimilator 22% 6
Berdasarkan gambar di atas, dapat Konverger 22% 6
diketahui terdapat 4 kuadran yang diisi
oleh masing-masing tipe gaya belajar. Total 27
Garis Y pada gambar menunjukan selisih Berdasarkan hasil penelitian untuk
antara aspek konseptualisasi abstrak (AC) angket gaya belajar siswa kelas XI IPS 1,
dengan aspek pengalaman konkrit (CE). diperoleh bahwa semua siswa menempati
Sedangkan garis X menunjukkan selisih masing-masing tipe gaya belajar menurut
antara eksperimentasi aktif (AE) dengan Kolb. Klasifikasi tipe gaya belajar kelas
pengalaman reflektif (RO). XI IPS 1 paling banyak adalah tipe gaya
Suatu titik dapat dikategorikan ke belajar Diverger (30%). Sedangkan tipe
dalam kuadran I, jika nilai Y positif dan X gaya belajar yang paling sedikit adalah
positif artinya memiliki gaya belajar
tipe gaya belajar Konverger (22%) dan
Asimilator (22%). Setiap subjek akan dilakukan analisa
Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas hasil tes kemampuan pemecahan malasah
XI IPS 1 di dominasi oleh siswa yang dan hasil wawancara untuk setiap tahap
memiliki tipe gaya belajar yang mampu kemampuan pemecahan masalah, apakah
melihat situasi konkrit dalam beragam indikator kemampuan pemecahan masalah
prespektif. Dan dalam situasi formal, lebih pada setiap langkah pengerjaan soal
suka bekerja dalam kelompok dan muncul dan akan dikonfirmasikan pada
menerima umpan balik yang bersifat wawancara.
personal serta memiliki pemikiran terbuka. Adapun ringkasan kemampuan
pemecahan masalah tiap tipe gaya belajar
Hasil Analisis Data Kualitatif Kolb adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian kualitatif diperoleh
dari hasil tes kemampuan pemecahan Akomodator
masalah dan hasil wawancara yang Subjek S6 : Mampu memahami masalah,
dilakukan pada subjek. Hasil penelitian merencanakan penyelesaian masalah,
kualitatif digunakan untuk menjawab melaksanakan rencana penyelesaian,
pertanyaan penelitian tentang deskripsi menarik kesimpulan.
kemampuan pemecahan masalah Subjek S 23 : Mampu memahami masalah,
matematika siswa menurut Polya pada merencanakan penyelesaian masalah,
siswa kelas XI IPS 1 berdasarkan gaya melaksanakan rencana penyelesaian,
belajar Kolb pada model pembelajaran menarik kesimpulan.
Missouri Mathematics Project (MMP).
Subjek penelitian ini adalah delapan Diverger
siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Subjek S13 : Mampu memahami masalah,
Imogiri. Penentuan subjek dalam merencanakan penyelesaian masalah,
penelitian ini dengan teknik purposive melaksanakan rencana penyelesaian,
sampling berdasarkan analisa hasil angket menarik kesimpulan.
gaya belajar Kolb dan hasil tes Subjek S16 : Mampu memahami masalah,
kemampuan pemecahan masalah serta merencanakan penyelesaian masalah,
pertimbangan dari guru mata pelajaran. melaksanakan rencana penyelesaian,
Wawancara dilakukan setelah menarik kesimpulan.
mengetahui tipe gaya belajar masing-
masing siswa. untuk setiap tipe gaya Asimilator
belajar, diambil dua siswa yang memiliki Subjek S25 : Mampu memahami masalah,
keunikan jawaban pada tes kemampuan merencanakan penyelesaian masalah,
pemecahan masalah, aktif dalam melaksanakan rencana penyelesaian.
mengikuti kegiatan pembelajaran, serta Subjek S27 : Mampu memahami masalah,
dapat mengkomunikasikan ide maupun merencanakan penyelesaian masalah,
gagasan secara lisan dan tulisan. Adapun melaksanakan rencana penyelesaian.
subjek wawancara yang terpilih
ditunjukkan pada Tabel 3. Konverger
Tabel 3. Daftar Subjek Wawancara Subjek S2 : Mampu memahami masalah,
Terpilih merencanakan penyelesaian masalah,
Tipe gaya Subjek Nilai Rata- melaksanakan rencana penyelesaian,
Belajar Wawancara tes rata menarik kesimpulan.
KPM Subjek S15 : Memahami masalah,
Akomodator S6 93,33 92,92 merencanakan penyelesaian masalah,
S23 92,50 melaksanakan rencana penyelesaian,
Diverger S13 93,33 90,83 menarik kesimpulan.
S16 88,33 Pembahasan
Asimilator S25 95,83 92,50 Analisis Gaya Belajar Kolb
S27 89,17 Setelah dilakukan kegiatan penelitian
Konverger S2 90,00 92,08 di kelas XI IPS 1, dari 27 siswa terdapat 7
S15 94,17 siswa yang memiliki gaya belajar
akomodator dengan presentase 26%, 8 terdapat 7 siswa yang memiliki tipe
siswa memiliki gaya belajar diverger gaya belajar akomodator dengan
dengan presentase 30%, 6 siswa memiliki presentase 30%, terdapat 6 siswa yang
gaya belajar asimilator dan 6 siswa memiliki tipe gaya belajar asimilator
memiliki gaya belajar konverger dengan dengan presentase 22% dan terdapat 6
presentase masing-masing adalah 22%. Ini siswa yang memiliki tipe gaya belajar
berarti gaya belajar diverger paling banyak konverger dengan presentase 22%
dibandingkan dengan tipe gaya belajar dengan demikian tipe gaya belajar
yang lain, kemudian disusul pada posisi diverger paling banyak dimiliki oleh
kedua yaitu gaya belajar akomodator, dan siswa kelas XI IPS 1.
gaya belajar asimilator serta konverger 2. Kemampuan pemecahan masalah
memiliki presentase yang sama. untuk pada tipe gaya belajar
akomodator, diverger dan konverger,
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah siswa mampu melaksanakan tahap
untuk Tiap Gaya Belajar memahami masalah, merencanakan
Kemampuan pemecahan masalah langkah penyelesaian, melaksanakan
untuk gaya belajar Akomodator siswa langkah penyelesaian, dan menarik
mampu melalui keempat tahap pemecahan kesimpulan dengan baik. Pada gaya
masalah Polya yaitu: memahami masalah, belajar asimilator, siswa mampu
membuat rencana penyelesaian, melaksanakan tahap memahami
melaksanakan rencana penyelesaian, dan masalah, merencanakan langkah
memeriksa kembali dengan baik. penyelesaian dan melaksanakan
Kemampuan pemecahan masalah rencana penyelesaian dengan baik, dan
untuk gaya belajar Diverger siswa mampu dinilai cukup dalam menarik
melalui keempat tahap pemecahan kesimpulan.
masalah Polya yaitu: memahami masalah,
membuat rencana penyelesaian, Saran
melaksanakan rencana penyelesaian, dan Berdasarkan kesimpulan di atas,
memeriksa kembali dengan baik. maka saran yang dapat disampaikan
Kemampuan pemecahan masalah penulis adalah sebagai berikut:
untuk gaya belajar Asimilator siswa 1. Perlu dibudayakan pengajaran
mampu melalui keempat tahap pemecahan mengenai pemecahan masalah
masalah Polya yaitu: memahami masalah, matematika kepada siswa sejak
membuat rencana penyelesaian, pendidikan dasar.
melaksanakan rencana penyelesaian 2. Guru perlu mengajarkan
dengan baik dan memeriksa kembali pemecahan masalah matematika
dinilai cukup. sesuai dengan tipe gaya belajar
Kemampuan pemecahan masalah masing-masing siswa.
untuk gaya belajar Konverger siswa 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mampu melalui keempat tahap pemecahan guna untuk memperbaiki
masalah Polya yaitu: memahami masalah, kemampuan pemecahan masalah
membuat rencana penyelesaian, siswa dalam memecahkan masalah
melaksanakan rencana penyelesaian, dan matematika.
memeriksa kembali dengan baik. 4. Perlu digunakan alat
ukur/instrumen selain angket
KESIMPULAN & SARAN untuk mengidentifikasi gaya
Kesimpulan belajar siswa menurut Kolb.
Adapun kesimpulan yang diperoleh 5. Perlu digunakan model
berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai pembelajaran lain untuk
berikut: meningkatkan kemampuan
1. Dari hasil penelitian diperoleh tipe pemecahan masalah siswa.
gaya belajar Kolb pada siswa kelas XI
IPS 1 dengan rincian siswa terdapat 8
siswa yang memiliki tipe gaya belajar
diverger dengan presentase 33%,
DAFTAR PUSTAKA Learning, 11, 139–170.
Ansori, Hidayah & Irsanti Aulia. https://doi.org/10.1007/s11409-
(2015). Penerapan Model 015-9139-1
Pembelajaran Missouri Garcia, T., Betts, L., Gonzalez-Castro,
Mathematics Project (MMP) P., Gonzalez-Pienda, J. A., &
Terhadap Kemampuan Rodriguez, C. (2016).On-line
Pemecahan Masalah Siswa di assessment of the process
SMP. Jurnal Pendidikan involved in maths problem-
Matematika. 8(1). 49-58. solving in fifth and sixth grade
students: Self-regulation and
BSNP. (2006). Standar Isi untuk achievement. Revista
Satuan Pendidikan Dasar dan Latinoamericana de
Menengah. Jakarta: BSNP. Investigacion en Matematica
Educativa, 19(2), 165–186.
Babakhani, N. (2011). The effect of https://doi.org/10.12802/
teaching the cognitive and meta- relime.13.1922
cognitive strategies (self-
instruction procedure) on verbal Jacobse, A. E., & Harskamp, E. G.
math problem-solving (2012). Towards efficient
performance of primary school measurement of metacognition
students with verbal problem- in mathematical problem
solving difficulties. Procedia — solving. Metacognition and
Social and Behavioral Sciences, Learning, 7(2), 133–149
15, 563–570
National Center for Education
Effendi, L.A. (2012). Pembelajaran Statistics. (2016). Highlights
Matematika Dengan Metode From TIMSS and TIMSS
Penemuan Terbimbing untuk Advanced 2015, Mathematics
Meningkatkan Kemampuan and Science Achievement of U.S
Representasi dan Pemecahan Students in Grades 4 and 8 and
Masalah Matematis Siswa in Advanced Courses at the End
SMP. Jurnal Penelitian of High School in International
Pendidikan Universitas Context. Washington DC: U.S.
Pendidikan Indonesia, 13 (2),1- Department of Education.
10.
Savitri, SN et al. (2013). Keefektifan
Fauziah, A. & Sukasno. (2015). Pembelajaran Matematika
Pengaruh Model Missouri Mengacu Pada Missouri
Mathematics Project (MMP) Mathemtics Project Terhadap
Terhadap Kemampuan Kemampuan Pemecahan
Pemahaman dan Pemecahan Masalah. UNNES Journal of
Masalah Matematika Siswa Mathematics Education. 2 (3).
SMA N 1 Lubuklinggau. Jurnal 28-33.
Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Bandung, 4(1): 10-21. Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Garcia, T., Rodriguez, C., Gonzalez- D. Bandung: Alfabeta.
Castro, P., Gonzalez-Pienda, J. Bolden, D. S., Harries, T. V., &
A., & Torrance, M. (2016). Newton, D. P. (2010). Pre-
Elementary students’ service primary teachers'
metacognitive processes and conceptions of creativity in
post-performance calibration on mathematics. Educational
mathematical problem-solving Studies in Mathematics, 73,
tasks. Metacognition and 143–157.
https://doi.org/10.1007/s10649-
009-9207-z.
Sriraman, B. (2004). The
characteristics of mathematical
creativity. The Mathematics
Education, 14(1), 19–34.
Retrieved from
http://tme.journals.libs.uga.edu/.
.
Silver, E. A., Ghousseini, H., Gosen,
D., Charalambous, C., & Font
Strawhun, B. T. (2005). Moving
from rhetoric to praxis: Issues
faced by teachers in having
students consider multiple
solutions for problems in the
mathematics classroom. Journal
of Mathematical Behavior, 24,
287–301
Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to
think mathematically: Problem
solving, metacognition, and
sense-making in mathematics.
In D. Grouws (Ed.). Handbook
for research on mathematics
teaching and learning (pp. 334–
370). New York: MacMillan.
.
Tambychika, T., & Mohd Meerahb, T.
S. (2010). Students’ difficulties
in mathematics problem-
solving: What do they say?
Procedia — Social and
Behavioral Sciences, 8, 142–
151
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.
2010.12.020

Anda mungkin juga menyukai