Anda di halaman 1dari 29

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model


Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Kemampuan Metakognisi Siswa SMP
Negeri 13 Medan

Meryance V Siagian
Sahat Saragih, Bornok Sinaga
Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana, Universitas Negeri Medan
Medan, Sumatera Utara, Indonesia
meryancesiagian@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) validitas, kepraktisan dan keefektifan


perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan, 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran berbasis masalah
yang dikembangkan, 3) peningkatan kemampuan metakognisi siswa dengan menggunakan
perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan, 4) mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah matematis melalui perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan dan 5) mengidentifikasi level kemampuan
metakognisi siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan hasil tes kemampuan
metakognisi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model
pengembangan Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-1 dan VII-4 di SMP Negeri 13 Medan. Dari hasil uji coba I dan uji coba II
diperoleh: 1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria valid dengan
rata-rata total validitas RPP = 4,45, BS = 4,47, LAS = 4,45; 2) perangkat pembelajaran
yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis, ditinjau dari: a) penilaian ahli/praktisi
perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut dinyatakan dapat diterapkan dan
b) hasil pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran telah memenuhi kategori baik;
3) perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria efektif, ditinjau dari: a)
ketuntasan belajar siswa secara klasikal, b) respon siswa terhadap komponen-komponen
perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif yaitu mencapai 97,56% dan c)
kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 4,26 termasuk kategori baik; 4) terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan; 5) terdapat peningkatan kemampuan metakognisi siswa
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan; 6) proses jawaban siswa pada
uji coba II lebih baik dari uji coba I dan 7) level metakognisi siswa dalam memecahkan
masalah hanya memenuhi level kemampuan strategic use, aware use, dan tacit use.

Kata Kunci: Pengambangan perangkat pembelajaran,pembelajaran berbasis masalah,
model 4-D, kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan metakognisi.

ABSTRACT
This study aims to describe: 1) the validity of learning materials oriented problem based
learning model developed, 2)  the practicality of learning materials oriented problem based
learning model developed, 3) the effectivity of learning materials oriented problem based

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 1
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

learning model developed, 4) the improvement of mathematics problem solving ability by


using learning materials oriented problem based learning model developed, 5) the
improvement of metacognition ability of students by using learning materials oriented
problem based learning model developed, 6) describe the process of student answers in
completing mathematical problem solving through learning materials oriented problem
based learning model developed, and 7) identifying the level of metacognition ability of
students in solving problems based on student's metacognition ability test results. This
research is a development research, by using Thiagarajan, Semmel, dan Semmel
development model. Subjects in this research were students’ class VII-1 and VII-4 of
SMPN 13 Medan. From the result of trial I and II Obtained: 1) learning materials developed
meet valid criteria with an average total validity of RPP = 4,45, BS = 4,47, LAS = 4,45; 2)
learning materials developed meet practical criteria, in terms of: a) the assessment of the
expert / practitioner of the developed learning materials can be declared applicable and b)
the results of observations on the implementation of the learning materials have met the
good category; 3) learning materials developed meet the effective criteria, in terms of: a)
student learning completeness in a classical manner, b) students' responses to the
components of learning materials and positive learning activities which reach 97,56% and
c) the ability of teachers to manage learning is 4,26 including good categories; 4) There is
an increase in mathematics problem solving ability of students using the developed learning
materials; 5) There is an increase in metacognition ability of students using the developed
learning materials; 6) the process of answering students in trial II is better than trial I and
7) the level of students' metacognition in solving the problem only meet the level of ability
strategic use, aware use, and tacit use.

Keyword: Development of Learning Materials, Problem Based Learning, 4-D Model,


Mathematics Problem Solving Ability, Metacognition Ability.

PENDAHULUAN sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan dan

Pemecahan masalah merupakan memecahkan masalah-masalah yang ada. Das

sebuah hal yang utama dalam belajar Ranjan dan Das Chandra (2013:1).

matematika. Liljedahl, Santos, Malaspina, dan mengatakan bahwa pemecahan masalah

Bruder (2016:1) mengatakan pemecahan memainkan peran penting dalam belajar

masalah matematis telah lama dipandang matematika. Dengan pemecahan masalah,

sebagai aspek penting matematika, pengajaran siswa dapat meningkatkan kemampuan

matematika, dan pembelajaran matematika. berpikirnya, menerapkan prosedur, serta

Salah satu doing math yang melibatkan memperdalam pemahaman konseptual.

berpikir tingkat tinggi dan rendah adalah Namun kenyataan yang terjadi di
kemampuan pemecahan masalah (Hoiriyah, lapangan kemampuan pemecahan masalah
Fauzi, dan Syahputra 2014:43). Kemampuan matematis siswa masih rendah. Hal ini terlihat
pemecahan masalah (problem solving) dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
merupakan pusat dalam matematika. pada 36 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Kemampuan pemecahan masalah matematis Medan dengan memberikan soal materi

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 2
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

aritmatika sosial yang berkaitan dengan merupakan suatu kemampuan untuk


kemampuan pemecahan masalah matematis. menyadari tentang apa yang siswa ketahui
Dari hasil jawaban siswa, hanya 44,44% (16 tentang dirinya sebagai pelajar, sehingga dia
siswa) dapat memahami masalah dengan dapat mengontrol serta menyesuaikan
menuliskan yang diketahui dan ditanya pada perilakunya secara optimal berdasarkan
soal dengan benar, 25% (9 siswa) dapat pengetahuan yang dia miliki. Aliyu, Fung,
merencanakan pemecahan masalah dengan Abdullah, dan Hoon (2016:234). mengatakan
menulis rumus yang relevan dengan soal bahwa istilah pengetahuan metakognisi
secara lengkap, 19,44% (7 siswa) dapat digambarkan sebagai pengetahuan yang
melaksanakan pemecahan masalah dengan dimiliki pelajar tentang dirinya sendiri, tugas
menggunakan langkah-langkah penyelesaian belajar atau proses belajar.
dan memiliki solusi yang benar, 11,11% (4
Metakognitif juga berkaitan dengan
siswa) memeriksa kembali hasil yang
kompetensi tentang belajar dan berpikir serta
diperoleh dengan menuliskan kembali hasil
memecahkan masalah. Aljaberi dan Geith
yang ditanyakan di dalam soal dengan benar.
(2015:123) mengatakan bahwa keterampilan
Berdasarkan hasil analisis jawaban, metakognitif didefinisikan sebagai kompetensi
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam yang saling terkait untuk belajar dan berpikir,
menentukan konsep matematika yang akan dan terdiri dari banyak keterampilan yang
digunakan dalam menyelesaikan suatu dibutuhkan untuk pembelajaran yang efektif,
permasalahan, seperti mengaitkan antara yang pemikiran kritis, penilaian reflektif,
diketahui dengan yang ditanya dari soal dan pemecahan masalah, dan pengambilan
memisalkan mengubah kalimat soal ke dalam keputusan. Kazemi, Fadaee, dan Bayat
kalimat matematika (membuat model). Mereka (2010:421) mengatakan bahwa kemampuan
cenderung mengambil kesimpulan untuk pemecahan masalah diakui sebagai interaksi
melakukan operasi hitung pada bilangan- yang kompleks antara kognisi dan
bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa metakognisi. Hal yang sama juga
memahami dan memikirkan apa yang diminta dikemukakan oleh Sengul dan Katranci
dalam soal. (2012:2182) bahwa Individu dapat lebih
berhasil dalam pemecahan masalah dengan
Selain kemampuan pemecahan
memiliki pengalaman metakognitif. Oleh
masalah matematis, yang menjadi fokus
karena itu metakognitif mempunyai hubungan
peneliti juga adalah kemampuan metakognisi
erat dengan pemecahan masalah dalam
siswa. Metakognitif adalah memikirkan
pembelajaran, yang mana dalam pemecahan
tentang apa yang dipikirkan. Metakognisi

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 3
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

masalah sangat dibutuhkan proses siswa belum mampu mendeskripsikan dengan


metakognitif. baik proses penyelesaian masalah yang
dilakukannya sehingga siswa tidak menjawab
Namun kenyataan yang terjadi
pertanyaan dengan tepat, serta siswa
dilapangan kemampuan metakognisi siswa
menunjukkan keyakinan, tetapi belum
masih rendah. Hal ini terlihat dari studi
memberikan alasan bahwa hasil yang
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 36
diperoleh berdasarkan ketelitiannya dalam
orang siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Medan
menyelesaikan masalah dan (3) pada tahap
dengan memberikan soal materi aritmatika
mengevaluasi penyelesaian masalah, siswa
sosial yang berkaitan dengan kemampuan
belum menunjukkan kesadaran untuk
metakognisi. Dari 36 siswa yang mengikuti tes
mendeskripsikan bahwa proses penyelesaian
diagnostik, dalam hal kesadaran berfikir,
yang dilakukannya disesuaikan dengan
hanya 7 siswa (19,44%) yang memperoleh
rencana yang dibuat, siswa belum memahami
nilai dengan kategori sedang, sedangkan 25
bagaimana cara memeriksa kembali jawaban
siswa (69,44%) memperoleh nilai dengan
dengan benar, serta siswa belum mampu
kategori rendah dan 4 siswa (11,11%) dengan
menyimpulkan apa yang dipelajarinya melalui
kategori sangat rendah.
penyelesaian masalah yang dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis jawaban,
Untuk dapat menumbuhkan
terlihat bahwa terdapat kesalahan-kesalahan
kemampuan pemecahan masalah matematis
dalam proses jawaban siswa dalam
dan kemampuan metakognisi siswa,
bermetakognisi. Diantaranya adalah: (1) pada
diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang
tahap mengembangkan rencana tidakan, siswa
mendukung. Salah satu perencanaan
belum mampu menuliskan secara lengkap
pembelajaran adalah menyusun perangkat
tentang pengetahuan awal yang dapat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran
membantu menyelesaikan masalah yang
tersebut dapat berupa Buku Guru (BG), Buku
diberikan, siswa belum mampu menjelaskan
Siswa (BS), silabus, Rencana Pelaksanaan
untuk membuat model matematika dari
Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa
masalah yang diberikan, serta siswa belum
(LAS), instrumen evaluasi atau tes hasil
mampu mendeskripsikan alasan dengan baik
belajar, serta media pembelajaran. Pentingnya
terkait waktu yang dibutuhkan, (2) pada saat
perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar
memonitor tindakan penyelesaian masalah,
sehingga pengembangannya merupakan hal
siswa belum mampu mendeskripsikan dengan
yang sangat dituntut kepada guru atau calon
baik jawaban atas pertanyaan yang diberikan
guru. Sebagaimana dikatakan oleh Olayinka
sehingga siswa terpaku pada jawabannya saja,
(2016:32) bahwa perangkat pembelajaran
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 4
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

merupakan alat yang sangat penting dalam dengan model pembelajaran berbasis masalah
bagi guru untuk melakukan pembelajaran (Problem Based Instruction). Padmavathy dan
dengan efisien dan untuk meningkatkan Mareesh (2013:45) menyatakan bahwa
prestasi belajar siswa. Sebagaimana juga pembelajaran berbasis masalah berpengaruh
dikatakan oleh Sapta, Hamid, dan Syahputra, dalam pengajaran matematika dan
(2018:1) yang menyatakan bahwa guru meningkatkan pemahaman siswa, kemampuan
diharapkan mampu merancang pembelajaran untuk menggunakan konsep dalam kehidupan
agar tercapai tujuan pendidikan yang nyata. PBM akan mengakomodasi siswa untuk
ditetapkan. mengonstruksi pengetahuannya sendiri
berdasarkan suatu masalah, serta turut aktif
Pentingnya pengembangan perangkat
untuk membuat suatu hasil karya atau produk
pembelajaran dilandasi oleh beberapa alasan
setelah proses pembelajaran yang mereka lalui.
antara lain: ketersediaan bahan sesuai tuntutan
kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan Selain itu model pembelajaran
pemecahan masalah belajar. Pengembangan berbasis masalah juga dapat meningkatan
perangkat pembelajaran harus memperhatikan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa,
tuntutan kurikulum, artinya perangkat khususnya kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran yang akan dikembangkan harus dan kemampuan metakognisi siswa.
sesuai dengan kurikulum. Pengembangan Sebagaimana hasil penelitian Saragih dan
perangkat pembelajaran matematika tentu Habeahan (2014:124) mengatakan bahwa
harus melibatkan model pembelajaran yang pembelajaran berbasis masalah dapat
tepat dan sesuai untuk digunakan. Seperti meningkatkan kemampuan pemecahan
dikatakan oleh Aufa, Saragih, dan Minarni masalah dan berfikir kreatif siswa. Ranjanie
(2016:233) bahwa tidak ada satu sumber dan Rajeswari (2016:25883) juga menyatakan
pembelajaran apapun yang sesuai untuk dalam penelitiannya bahwa PBL lebih efektif
mengatasi seluruh masalah dalam tujuan dalam mengembangkan kesadaran
proses pembelajaran. metakognitif di kalangan siswa dan
meningkatkan potensi akademis siswa dalam
Salah satu model pembelajaran yang
pembelajaran genetika. Berdasarkan uraian
sesuai untuk meningkatkan kemampuan
tersebut diharapkan pengembangan perangkat
pemecahan masalah matematis dan
pembelajaran berorientasi pembelajaran
kemampuan metakognisi siswa agar belajar
berbasis masalah mampu meningkatkan
lebih efektif adalah melakukan variasi
kemampuan pemecahan masalah matematis
pembelajaran matematika yaitu dengan
dan kemampuan metakognisi siswa.
melaksanakan pembelajaran matematika

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 5
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

KAJIAN TEORITIS masalah matematis yang menggunakan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis tahapan pemecahan masalah matematis.

Memecahkan masalah tidak hanya Kemampuan Metakognisi


sebagai tujuan pembelajaran matematika tetapi
Istilah metakognisi yang digunakan
juga sarana utama dalam pembelajaran
untuk pertama kalinya oleh Flavell pada tahun
matematika. Pemecahan masalah adalah tugas
1976. Menurutnya, metakognisi terdiri dari
yang sangat penting dan bagian utama
pengetahuan, pengalaman dan peraturan yang
pengajaran matematika Das Ranjan dan Das
berfungsi sebagai elemen penting dan
Chandra (2013:1).
menyumbang keberhasilan pemecahan
Pemecahan masalah matematika
masalah. Metakognitif adalah memikirkan
sangat bermanfaat karena dengan pemecahan
tentang apa yang dipikirkan. Hal ini juga
masalah proses berpikir kritis siswa dapat
didukung oleh Smith (2013:100) yang
terbentuk, siswa menjadi tekun dan memiliki
mengatakan bahwa metakognitif adalah
rasa ingin tahu menyelesaikan masalah-
kemampuan pribadi seseorang untuk
masalah baru dalam kehidupan sehari-hari
memahami bagaimana dia berpikir,
dimanapun berada. Saragih dan Habeahan
membayangkan sesuatu yang ada
(2014:123) mengatakan bahwa pemecahan
dipikirannya, dan mengendalikan sesuatu yang
masalah merupakan bagian dari standar proses
dipelajarinya berdasarkan atas pemahaman dan
matematis yang sangat penting karena dalam
hasil refleksi pemikirannya. Gurbin
proses pembelajaran dan penyelesaiannya
(2015:1576) juga mengatakan bahwa
siswa diijinkan untuk menggunakan
metakognisi adalah salah satu komponen
keterampilan dan pengalaman yang harus
kognisi manusia yang membantu dalam
mereka terapkan dalam penyelesaian masalah
mengatur proses dan perilaku kognitif
yang tidak rutin. Seseorang yang mempunyai
seseorang dan sangat relevan untuk
kemampuan pemecahan masalah matematis
pembelajaran.
adalah telah mampu menggunakan
Berdasarkan beberapa pendapat pakar
pengetahuan yang telah dimiliki untuk
di atas maka kemampuan metakognisi yang
menyelesaikan masalah pada situasi yang baru
dimaksud dalam penelitian ini adalah proses
dihadapi dengan menggunakan tahap-tahap
kesadaran berpikir siswa terhadap kognitifnya
pemecahan masalah matematis.
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
dihadapinya sesuai dengan tahapan
maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kemampuan metakognisi.
pemecahan masalah matematis adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu Pembelajaran Berbasis Masalah
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 6
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Istilah pembelajaran berbasis masalah Subyek dalam penelitian ini adalah


(PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem siswa/i kelas VII SMP Negeri 13 Medan tahun
Based Instruction (PBI). Model pembelajaran ajaran 2017/2018. Sedangkan objek dalam
berbasis masalah terdiri dari menyajikan penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
kepada siswa masalah yang autentik dan berorientasi model pembelajaran berbasis
bermakna yang dapat memberikan kemudahan masalah pada materi aritmatika sosial yang
kepada mereka untuk melakukan penyeledikan dikembangkan yaitu Rencana Pelaksanaan
dan inkuiri. Menurut Gorghiu dkk (2015:1865) Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS),
pembelajaran berbasis masalah (PBL) sering Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Tes
dikenal sebagai pembelajaran berbasis inkuiri Kemampuan Pemecahan masalah Matematis
yang merupakan cara efektif untuk siswa dan Tes Kemampuan Metakognisi Siswa.
dalam bekerja yang dapat membangun
Penelitian ini dibagi dalam dua tahap,
keterampilan dasar di berbagai domain atau
tahap pertama adalah pengembangan
bidang kurikuler. PBL sangat cocok untuk
perangkat pembelajaran. Pengembangan
membantu siswa menjadi pembelajar aktif
perangkat pembelajaran yang pertama adalah
karena menempatkan pembelajaran dalam
mendesain perangkat pembelajaran yang
masalah dunia nyata dan membuat siswa
meliputi (i) validitas RPP; (ii) validitas Buku
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka.
Siswa (BS); (iii) validitas LAS; (v) validitas
Dari penjelasan di atas, dapat instrumen tes kemampuan pemecahan masalah
disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis matematis dan (vi) validitas tes kemampuan
Masalah (PBM) adalah suatu model metakognisi. Tahap kedua adalah
pembelajaran dimana proses pembelajarannya mengujicobakan perangkat pembelajaran yang
dimulai dengan menyajikan masalah-masalah dikembangkan melalui model pembelajaran
dunia nyata atau kontekstual yang bertujuan berbasis masalah di kelas VII-1 dan VII-4
untuk mengembangkan pola pikir siswa yang SMP Negeri 13 Medan.
lebih tinggi, berpikir kritis dan dapat
HASIL PENELITIAN
memecahkan masalah yang disajikan.
Validitas, Kepraktisan dan Efektivitas
METODE PENELITIAN Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah

Perangkat yang berkualitas dalam


Penelitian ini termasuk penelitian
penelitian ini adalah perangkat yang
pengembangan (development research).
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Penelitian ini menggunakan model
Pada bagian berikut akan diuraikan kualitas
pengembangan Thiagarajan, Semmel dan
perangkat pembelajaran dikembangkan dilihat
Semmel yang juga sering disebut dengan 4-D.
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 7
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

dari aspek validitas, kepraktisan dan 3 0,919 13,442 2,035 Signifikan/Valid


4 0,905 12,235 2,035 Signifikan/Valid
efektifitas. 5 0,899 11,174 2,035 Signifikan/Valid
6 0,727 6,089 2,035 Signifikan/Valid
Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran
Berbasis Masalah Berdasarkan tabel di atas uji coba

Untuk menguji validitas internal dari instrumen penelitian tes kemampuan

perangkat pembelajaran berbasis masalah pemecahan masalah matematis untuk enam

digunakan pendapat dari ahli (judgment soal essay dengan taraf signifikan 5%, dk = 33,

expert). Jadi, sebelum diujicobakan, perangkat diperoleh tTabel = 2,035. Jika merujuk pada

pembelajaran berbasis masalah divalidasi kriteria pengujian, dengan kriteria pengujian

terlebih dahulu oleh ahli dan praktisi. Adapun adalah thitung> tTabel maka tes kemampuan

rekapitulasi hasil validasi dapat disimpulkan pemecahan masalah matematis dapat

sebagai berikut: digunakan atau valid.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Validasi Selanjutnya, hasil uji coba instrumen


Perangkat Pembelajaran tes kemampuan metakognisi siswa disajikan
Objek yang Nilai rata-rata total Tingkat
dinilai validitas Validasi sebagai berikut:
RPP 4,45
LAS 4,45 Valid Tabel 3. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan
BS 4,47 Metakognisi
r xy t hitung t tabel Interpretasi
Berdasarkan tabel di atas didapat rata- 1 0,823 8,324 2,035 Signifikan/Valid
2 0,771 6,925 2,035 Signifikan/Valid
rata total setiap Perangkat Pembelajaran berada
3 0,785 7,272 2,035 Signifikan/Valid
pada interval 4 ≤ Va< 5 dengan kategori valid. 4 0,822 8,295 2,035 Signifikan/Valid
5 0,778 7,123 2,035 Signifikan/Valid
Maka dapat dikatakan bahwa perangkat 6 0,734 6,202 2,035 Signifikan/Valid
pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
kriteria valid. Berdasarkan tabel di atas uji coba
instrumen penelitian tes kemampuan
Selanjutnya hasil uji coba instrumen
metakognisi untuk enam soal essay dengan
tes kemampuan pemecahan masalah matematis
taraf signifikan 5%, dk = 33, diperoleh t Tabel =
disajikan sebagai berikut:
2,035. Jika merujuk pada kriteria pengujian,
dengan kriteria pengujian adalah thitung> tTabel
maka tes kemampuan metakognisi dapat
Tabel 2. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah digunakan atau valid.
Butir
r xy t hitung t tabel Interpretasi
Soal Selanjutnya hasil perhitungan
1 0,887 11,046 2,035 Signifikan/Valid
2 0,857 9,559 2,035 Signifikan/Valid reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga.Aspek Pengembangan


yang Pertemuan
Perangkat Pembelajaran
Rata-
diamati Meningkatkan
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk dan Kemampuan %
I II III Pemecahan
rata
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswadinilai
SMP Negeri 13 Medan
RPP 3,89 4,22 4,44 4,18 83,67
LAS 4,00 4,00 4,50 4,17 83,33
Page 8 BS 4,00 3,50 4,00 3,83 76,66
Rata-rata
3,96 3,91 4,31 4,06
Keterlaksanaan
81,22
Persentase
79,27 78,81 86,27
Keterlaksanaan
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

matematis secara manual, menggunakan SPSS Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa


16 dan dengan menggunakan Microsoft Excel pada bahwa persentase rata-rata pertemuan
memberikan hasil nilai reliabilitas yaitu 0,908. pertama dan kedua belum memenuhi kriteria
Interpretasi derajat reliabilitas menunjukkan keterlaksanaan perangkat pembelajaran
bahwa tes kemampuan pemecahan masalah dengan kategori baik. Namun jika ditinjau
matematis siswa memiliki derajat reliabilitas secara keseluruhan terhadap seluruh perangkat
yang sangat tinggi. Sedangkan hasil pembelajaran yang digunakan untuk tiga kali
perhitungan reliabilitas tes kemampuan pertemuan memiliki rata-rata keterlaksanaan
metakognisi perhitungan secara manual, 81,22% telah memenuhi kriteria yang
menggunakan SPSS 16 dan dengan ditentukan yakni kategori baik (80 < k < 90).
menggunakan Microsoft Excel memberikan
Selanjutnya rekapitulasi hasil
hasil nilai reliabilitas yaitu 0,852. Interpretasi
pengamatan terkait keterlaksanaan
derajat reliabilitas juga menunjukkan bahwa
pembelajaran pada uji coba II dapat dilihat
tes kemampuan metakognisi siswa memiliki
sebagai berikut:
derajat reliabilitas yang sangat tinggi.

Analisis Kepraktisan Perangkat


Pembelajaran Berbasis Masalah Uji Coba I
dan Uji Coba II

Berdasarkan penguasaan teori dan


pengalaman para ahli dan praktisi menyatakan
bahwa perangkat pembelajaran berbasis
masalah masalah dapat digunakan dengan Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan
sedikit revisi. Untuk membuktikan pernyataan Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Uji Coba II
itu, maka perangkat pembelajaran dan
instrumen yang sudah valid, diujicobakan di Aspek yang Pertemuan
Rata-
diamati dan %
rata
lapangan (dalam pelaksanaan pembelajaran di dinilai I II III

kelas). Hasilnya akan dijelaskan pada point RPP 4,11 4,56 4,44 4,37 87,40
berikutnya yaitu keterlaksanaan perangkat LAS 4,25 4,25 4,50 4,33 86,67
pembelajaran. Adapun rekapitulasi hasil
BS 4,25 4,00 4,00 4,08 81,67
pengamatan terkait keterlaksanaan
Rata-rata
pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut: 4,20 4,27 4,31 4,26
Keterlaksanaan
85,25
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Persentase
84,07 85,40 86,27
Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran Uji Keterlaksanaan
Coba I

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 9
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa Tabel 6. Ketuntasan Klasikal


Kemampuan Pemecahan Masalah
persentase rata-rata pada ketiga pertemuan
Matematis Uji Coba I
memenuhi kriteria keterlaksanaan perangkat
Kemampuan Pemecahan Masalah
pembelajaran dengan kategori baik. Kemudian Matematis
Kategori
persentase rata-rata keterlaksanaan tiap-tiap Jumlah siswa Persentase
perangkat pembelajaran, mulai dari RPP, LAS, Tuntas 26 81,25%
Tidak tuntas 6 18,75%
dan BS juga memenuhi kriteria terlaksana Jumlah 32 100%
dengan kategori baik. Hal tersebut tentu
berdampak pada keterlaksanaan perangkat
Sesuai dengan kriteria ketuntasan hasil
pembelajaran secara keseluruhan  untuk tiga
belajar siswa secara klasikal, yaitu minimal
kali pertemuan memiliki persetase rata-rata
85% siswa yang mengikuti tes kemampuan
keterlaksanaan 85,25% dengan kategori baik.
pemecahan masalah matematis mampu
Analisis Keefektifan Perangkat mencapai skor 2,18. Dengan demikian, hasil
Pembelajaran Berbasis Masalah Uji Coba I posttest kemampuan pemecahan masalah
dan Uji Coba II
matematis belum memenuhi ketuntasan secara
Perangkat pembelajaran dengan model
klasikal karena hanya memperoleh persentase
pembelajaran berbasis masalah akan layak
ketuntasan 81,25%, jadi dapat disimpulkan
digunakan apabila dapat menimbulkan akibat,
bahwa pada uji coba I penerapan perangkat
efek atau pengaruh yang signifikan terhadap
pembelajaran berbasis masalah yang
pengguna perangkat pembelajaran ini.
dikembangakan belum memenuhi kriteria
Perangkat pembelajaran berbasis masalah
pencapaian ketuntasan hasil belajar secara
dikatakan efektif dilihat dari dari empat aspek
klasikal.
yaitu ketuntasan belajar siswa secara klasikal,
ketercapaian tujuan pembelajaran, respon aktif Selanjutnya, hasil ketuntasan secara
siswa terhadap kegiatan dan komponen dan klasikal kemampuan metakognisi siswa pada
kemampuan guru mengelola pembelajaran. uji coba I dapat dilihat sebagai berikut:
Berikut ini akan disajikan pembahasan untuk
Tabel 7. Ketuntasan Klasikal
masing-masing indikator dalam mengukur atau Kemampuan Metakognisi  Siswa pada Uji
melihat keefektivan perangkat pembelajaran Coba I

berbasis masalah. Adapun hasil ketuntasan Kemampuan Metakognisi


Kategori
secara klasikal kemampuan pemecahan Jumlah siswa Persentase
masalah matematis dan kemampuan Tuntas 25 78,13%
Tidak tuntas 7 21,87%
metakognisi siswa dapat dilihat sebagai Jumlah 32 100%
berikut:

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 10
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Sesuai dengan kriteria ketuntasan hasil 80% siswa yang memberikan respon positif
belajar siswa secara klasikal, yaitu minimal terhadap komponen perangkat pembelajaran
85% siswa yang mengikuti tes kemampuan yang dikembangkan.
metakognisi mampu mencapai skor 2,18.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
Dengan demikian, hasil posttest kemampuan
kategori kemampuan guru mengelola
metakognisi belum memenuhi ketuntasan
pembelajaran maka diperoleh nilai
secara klasikal karena hanya memperoleh
kemampuan guru mengelola pembelajaran
persentase ketuntasan 78,13%, jadi dapat
untuk setiap tahapan pembelajaran yang
disimpulkan bahwa pada uji coba I penerapan
disajikan sebagai berikut:
perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangakan belum memenuhi kriteria
4.27
pencapaian ketuntasan hasil belajar secara 4.4
4
4.2 3.83
klasikal. 4 3.7 3.67
3.8
3.6
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis 3.4
3.2
1 2 3 4 5
angket respon siswa dapat dinyatakan bahwa Tahapan Pembelajaran
hasil rata-rata persentase repon positif siswa Gambar 1. Nilai Kategori Kemampuan
Guru Mengelola Pembelajaran di Kelas VII-1
terhadap masing-masing aspek respon siswa
adalah sebagai berikut: (1) siswa yang Secara keseluruhan, rerata nilai
menyatakan senang terhadap komponen kategori kemampuan guru mengelola
perangkat pembelajaran sebanyak 96,88%; (2) pembelajaran adalah 3,89, maka dapat
siswa menyatakan komponen dan kegiatan disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru
belajar masih baru sebanyak 87,50%; (3) siswa mengelola pembelajaran termasuk kategori
yang menyatakan berminat mengikuti baik.
pembelajaran matematika pada materi yang
Selanjutnya, hasil ketuntasan secara
lain seperti pembelajaran yang dilakukan
klasikal kemampuan pemecahan masalah
sebanyak 96,88%; (4) siswa yang menyatakan
matematis siswa pada uji coba II dapat dilihat
bahasa pada buku siswa, dan LAS sudah jelas
sebagai berikut:
sebanyak 95,31%; dan (5) 98,44% siswa
menyatakan tertarik terhadap penampilan buku Tabel 8. Ketuntasan Klasikal
Kemampuan Pemecahan Masalah
siswa dan LAS. Persentase rata-rata total
Matematis pada Uji Coba II
respon positif siswa pada uji coba I sebesar
Kemampuan Pemecahan
95%, maka dapat disimpulkan bahwa respon Masalah Matematis
Kategori
siswa terhadap komponen dan kegiatan Jumlah
Persentase
siswa
pembelajaran adalah positif, sebab, lebih dari
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 11
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Tuntas 28 87,5% dikembangakan memenuhi kriteria pencapaian


Tidak tuntas 4 12,5%
Jumlah 32 100% ketuntasan hasil belajar secara klasikal.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis


Sesuai dengan kriteria ketuntasan hasil
angket respon siswa dapat dinyatakan bahwa
belajar siswa secara klasikal, yaitu minimal
hasil rata-rata persentase repon positif siswa
85% siswa yang mengikuti tes kemampuan
terhadap masing-masing aspek respon siswa
pemecahan masalah matematis mampu
adalah sebagai berikut: (1) siswa yang
mencapai skor 2,18. Dengan demikian, hasil
menyatakan senang terhadap komponen
posttest kemampuan pemecahan masalah
perangkat pembelajaran sebanyak 97,5%; (2)
matematis memenuhi ketuntasan secara
siswa menyatakan komponen dan kegiatan
klasikal karena hanya memperoleh persentase
belajar masih baru sebanyak 98,13%; (3) siswa
ketuntasan 87,5%, jadi dapat disimpulkan
yang menyatakan berminat mengikuti
bahwa pada uji coba II penerapan perangkat
pembelajaran matematika pada materi yang
pembelajaran berbasis masalah yang
lain seperti pembelajaran yang dilakukan
dikembangakan memenuhi kriteria pencapaian
sebanyak 100%; (4) siswa yang menyatakan
ketuntasan hasil belajar secara klasikal.
bahasa pada buku siswa, dan LAS sudah jelas
Selanjutnya, hasil ketuntasan secara sebanyak 98,44%; dan (5) 93,75% siswa
klasikal kemampuan metakognisi siswa pada menyatakan tertarik terhadap penampilan buku
uji coba II dapat dilihat sebagai berikut: siswa dan LAS. Persentase rata-rata total
respon positif siswa pada uji coba II sebesar
Tabel 9.Ketuntasan Klasikal
Kemampuan Metakognisi  Siswa pada Uji 97,56%, maka dapat disimpulkan bahwa
Coba II respon siswa terhadap komponen dan kegiatan

Sesuai dengan kriteria ketuntasan hasil Kemampuan Metakognisi


Kategori
belajar siswa secara klasikal, yaitu minimal Jumlah
Persentase
siswa
85% siswa yang mengikuti tes kemampuan Tuntas 28 87,5%
Tidak tuntas 4 12,5%
metakognisi mampu mencapai skor 2,18. Jumlah 32 100%
Dengan demikian, hasil posttest kemampuan
metakognisi memenuhi ketuntasan secara pembelajaran adalah positif, sebab, lebih dari

klasikal karena hanya memperoleh persentase 80% siswa yang memberikan respon positif

ketuntasan 87,5%, jadi dapat disimpulkan terhadap komponen perangkat pembelajaran

bahwa pada uji coba II penerapan perangkat yang dikembangkan.

pembelajaran berbasis masalah yang


Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
kategori kemampuan guru mengelola

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 12
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

pembelajaran maka diperoleh nilai rekapitulasi peningkatan kemampuan


kemampuan guru mengelola pembelajaran pemecahan masalah matematis siswa
untuk setiap tahapan pembelajaran yang berdasarkan hasil N-Gain uji coba I adalah
disajikan sebagai berikut: sebagai berikut:

Tabel 10. Rangkuman Hasil N-Gain pada


4.5 TKPM Uji Coba I
4.5
4.4 4.38
4.4
4.3 Kategori Jumlah
Rentang Persentase
4.2 Peningkatan siswa
4.1 4 4
N > 0,7 Tinggi 0 0,00%
4
3.9 0,3 > N > 0,7 Sedang 8 25,00%
3.8 N < 0,3 Rendah 24 75,00%
3.7
1 2 3 4 5
Tahapan Pembelajaran

Gambar 2. Nilai Kategori Kemampuan Berdasarkan tabel di atas hasil N-Gain


Guru Mengelola Pembelajaran di Kelas VII-4 siswa jika ditinjau berdasarkan nilai rata-rata
Secara keseluruhan, rerata nilai pretest dan posttest pada uji coba I masing-
kategori kemampuan guru mengelola masing yaitu 2,12 dan 2,51, yang
pembelajaran adalah 4,26, maka dapat menghasilkan selisih nilai pretest dan posttest
disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru yaitu 0,39. Berdasarkan hasil perhitungan N-
mengelola pembelajaran termasuk kategori Gain, diperoleh bahwa peningkatan
baik. kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa pada uji coba I senilai 0,22 atau
berkategori “Rendah”.

Analisis Peningkatan Kemampuan


Selanjutnya berdasarkan hasil
Pemecahan Masalah Matematis
Menggunakan Perangkat Pembelajaran rekapitulasi peningkatan kemampuan
Berbasis Masalah Uji Coba I dan Uji pemecahan masalah matematis siswa
Coba II
berdasarkan hasil N-Gain uji coba II adalah
Data yang diperoleh dari hasil pretest sebagai berikut:
dan posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada uji coba I dan II, Tabel 11. Rangkuman Hasil N-Gain pada
TKPM Uji Coba II
dianalisis untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis Kategori Jumlah Persentas
Rentang
Peningkatan siswa e
siswa. Peningkatan dilihat dengan menghitung N > 0,7 Tinggi 5 15,63%
0,3 > N > 0,7 Sedang 14 43,75%
nilai N-Gain berdasarkan hasil pretest dan
N < 0,3 Rendah 13 40,62%
posttest pada uji coba I dan II. Adapun hasil

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 13
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Berdasarkan tabel di atas hasil N-Gain N < 0,3 Rendah 26 81,25%


siswa jika ditinjau berdasarkan nilai rata-rata
Berdasarkan tabel di atas, hasil N-
pretest dan posttest pada uji coba II masing-
Gain siswa jika ditinjau berdasarkan nilai rata-
masing yaitu 2,13 dan 2,88, yang
rata pretest dan posttest pada uji coba I
menghasilkan selisih nilai pretest dan posttest
masing-masing yaitu 1,87 dan 2,35, yang
yaitu 0,75. Berdasarkan hasil perhitungan N-
menghasilkan selisih nilai pretest dan posttest
Gain, diperoleh bahwa peningkatan
yaitu 0,48. Berdasarkan hasil perhitungan N-
kemampuan pemecahan masalah matematis
gain, diperoleh bahwa peningkatan
siswa pada uji coba II senilai 0,41 atau
kemampuan metakognisi siswa pada uji coba I
berkategori “Sedang”. Dengan demikian
senilai 0,21 atau berkategori “Rendah”.
penggunaan perangkat pembelajaran
berorientasi model pembelajaran berbasis Selanjutnya berdasarkan hasil
masalah yang dikembangkan dapat rekapitulasi peningkatan kemampuan
meningkatkan kemampuan pemecahan metakognisi siswa berdasarkan hasil N-Gain
masalah matematis siswa pada uji coba II. uji coba II adalah sebagai berikut:

Analisis Peningkatan Kemampuan Tabel 13. Rangkuman Hasil N-Gain pada


Metakognisi Menggunakan Perangkat TKM Uji Coba II
Pembelajaran Berbasis Masalah Uji Coba I
dan Uji Coba II Kategori Jumlah
Rentang Persentase
Peningkatan siswa
Data yang diperoleh dari hasil pretest N > 0,7 Tinggi 3 9,38%
0,3 > N > 0,7 Sedang 10 31,25%
dan postest kemampuan metakognisi siswa 59,37%
N < 0,3 Rendah 19
pada uji coba I dan uji coba II, dianalisis untuk
Berdasarkan tabel di atas, hasil N-
mengetahui peningkatan kemampuan
metakognisi siswa. Peningkatan dilihat dengan Gain siswa jika ditinjau berdasarkan nilai rata-
rata pretest dan posttest pada uji coba II
menghitung nilai N-Gain berdasarkan hasil
pretest dan posttest pada uji coba I uji coba II. masing-masing yaitu 1,89 dan 2,53, yang
menghasilkan selisih nilai pretest dan posttest
Adapun hasil rekapitulasi peningkatan
kemampuan metakognisi siswa berdasarkan yaitu 0,64. Berdasarkan hasil perhitungan N-
gain, diperoleh bahwa peningkatan
hasil N-Gain adalah sebagai berikut:
kemampuan metakognisi siswa pada uji coba
Tabel 12. Rangkuman Hasil N-Gain pada II senilai 0,30 atau berkategori “Sedang”.
TKM Uji Coba I
Dengan demikian penggunaan perangkat
Kategori Jumlah pembelajaran berorientasi model pembelajaran
Rentang Persentase
Peningkatan siswa
N > 0,7 Tinggi 0 0,00% berbasis masalah yang dikembangkan dapat
0,3 > N > 0,7 Sedang 6 18,75%

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 14
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

meningkatkan kemampuan metakognisi siswa Berikut ragam proses jawaban siswa


pada uji coba II. pada aspek membuat model matematika yang
berupa simbol matematika berdasarkan
Analisis Proses Jawaban Siswa dalam
menyelesaikan Tes Kemampuan Pemecahan masalah kontekstual yang disajikan sebagai
Masalah Matematis berikut:
Analisis proses penyelesaian jawaban
siswa dalam menyelesaikan posttest
kemampuan pemecahan masalah matematis
dapat dilihat berdasarkan rumusan setiap item.
Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui Proses jawaban siswa mengukur aspek
letak kelemahan siswa dalam penyelesaian membuat model matematika yang berupa
jawaban untuk menyelesaikan tes kemampuan simbol matematika berdasarkan masalah
pemecahan masalah matematis. Berikut ragam kontekstual yang disajikan di kelas uji coba I,
proses jawaban siswa pada aspek menyajikan hanya terdapat 15 siswa, 11 siswa dan 13
pernyataan matematika secara tertulis siswa yang memperoleh skor 4 dan 5 dengan
berdasarkan masalah kontekstual yang penyelesaian lengkap dan jawaban benar.
disajikan sebagai berikut: Sedangkan pada uji coba II yang memperoleh
skor 4 dan 5 dengan penyelesaian lengkap dan
jawaban benar yang dikategorikan baik (
3< x ≤5 ¿secara berurutan sebanyak 18 siswa,
16 siswa dan 17 siswa. Karena pada uji coba I
Proses jawaban siswa mengukur aspek
maupun uji coba II siswa paling dominan
menyajikan pernyataan matematika secara
memperoleh skor 2 dan 3 yang berada pada
tertulis berdasarkan masalah kontekstual yang
kategori cukup.
disajikan di kelas uji coba I, hanya terdapat 15
siswa, 13 siswa dan 14 siswa yang Berikut ragam proses jawaban siswa
memperoleh skor 3 dengan penyelesaian pada aspek melaksanakan perhitungan, diukur
lengkap dan jawaban benar. Sedangkan pada dengan melaksanakan rencana yang sudah
uji coba II yang memperoleh skor 3 dengan dibuat berdasarkan masalah kontekstual yang
penyelesaian lengkap dan jawaban benar yang disajikan sebagai berikut:
dikategorikan baik (2< x ≤ 3 ¿secara berurutan
sebanyak 20 siswa, 18 siswa dan 20 siswa.
Karena pada uji coba I maupun uji coba II
siswa paling dominan memperoleh skor 2 yang
berada pada kategori cukup.
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 15
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Proses jawaban siswa mengukur aspek


memeriksa kembali penyelesaian jawaban atau
perhitungan yang salah atau kurang lengkap
berdasarkan masalah kontekstual yang
disajikan di kelas uji coba I, hanya terdapat 12
siswa, 9 siswa dan 11 siswa yang memperoleh
skor 3 dan 4 dengan penyelesaian lengkap dan
jawaban benar. Sedangkan pada uji coba II
Proses jawaban siswa mengukur aspek yang memperoleh skor 3 dan 4 dengan
melaksanakan perhitungan, diukur dengan penyelesaian lengkap dan jawaban benar yang
melaksanakan rencana yang sudah dibuat dikategorikan baik (2< x ≤ 4 ¿secara berurutan
berdasarkan masalah kontekstual yang sebanyak 17 siswa, 11 siswa dan 13 siswa.
disajikan di kelas uji coba I, hanya terdapat 14 Karena pada uji coba I maupun uji coba II
siswa, 10 siswa dan 13 siswa yang siswa paling dominan memperoleh skor 2 yang
memperoleh skor 6, 7 dan 8 dengan berada pada kategori cukup.
penyelesaian lengkap dan jawaban benar.
Sedangkan pada uji coba II yang memperoleh Analisis Level Kemampuan Metakognisi
dalam Memecahan Masalah
skor 6, 7 dan 8 dengan penyelesaian lengkap
Setelah diadakan tes kemampuan
dan jawaban benar yang dikategorikan baik (
metakognisi terhadap siswa, maka subjek
5< x ≤8 ¿ secara berurutan sebanyak 18 siswa,
dipilih untuk diwawancarai pada kategori
13 siswa dan 15 siswa. Karena pada uji coba I
siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah
maupun uji coba II siswa paling dominan
dengan masing-masing kategori sebanyak 3
memperoleh skor 3, 4 dan 5 yang berada pada
subjek. Sehingga total subjek yang
kategori cukup.
diwawancarai terdiri dari 9 orang siswa. Dari 9
Berikut ragam proses jawaban siswa subjek yang dipilih juga memuat satu subjek
pada aspek memeriksa kembali penyelesaian dengan banyak kesalahan, dan satu subjek
jawaban atau perhitungan yang salah atau dengan jawaban unik. Adapun subjek yang
kurang lengkap berdasarkan masalah terpilih disajikan sebagai berikut:
kontekstual yang disajikan sebagai berikut: Tabel 14. Subjek Terpilih untuk
Wawancara Tes Kemampuan Metakognisi

Kategori Skor
No Kode Kriteria
Pemecahan
. Siswa Jawaban
Masalah
1 Subjek-15 Kategori Tinggi -
2 Subjek-8 -
3 Subjek-31 -
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 16
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 17
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

4 Subjek-7 Jawaban Unik Kriteria kevalidan diperoleh melalui


Kategori
5 Subjek-10 -
Sedang penilaian para ahli terhadap perangkat
6 Subjek-19 -
7 Subjek-12 - pembelajaran berbasis masalah yang
8 Subjek-2 Kategori -
Rendah Banyak dikembangkan. Diperolehnya perangkat
9 Subjek-21
Kesalahan pembelajaran yang valid disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: pertama,
Berdasarkan hasil analisis level perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
kemampuan metakognisi siswa dalam dikembangkan telah memenuhi validitas isi.
menyelesaikan masalah pada materi aritmatika Kedua, perangkat pembelajaran berbasis
sosial maka level kemampuan metakognisi masalah yang dikembangkan telah memenuhi
siswa berada pada level strategig use, aware validitas konstruk.
use, dan tacit use. Sedangkan untuk level
Berdasarkan hasil penelitian dan
reflective use sebagai tingkatan kesadaran
pendapat di atas, serta didukung oleh
berfikir paling tinggi, tidak ada subjek yang
penelitian pengembangan yang dilakukan oleh
mampu mencapai level tersebut.
Sinaga (2007) dimana berdasarkan hasil
Pembahasan validasi ahli dan revisi yang telah dilakukan
diperoleh bahwa, pengembangan model dan
Validitas Pembelajaran Berbasis Masalah
yang dikembangkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP,
buku guru, buku siswa, dan LAS adalah valid
Berdasarkan hasil validasi perangkat
dan dapat diterapkan. Selanjutnya, hal yang
pembelajaran berbasis masalah yang
sama juga diungkapkan melalui hasil
dikembangkan diperoleh bahwa, perangkat
penelitian Syahbana (2012:21) yaitu
pembelajaran berbasis masalah yaitu Rencana
berdasarkan hasil pengembangan perangkat
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa
pembelajaran yang dilakukan telah memenuhi
(BS), dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS), tes
kriteria valid.
kemampuan pemecahan masalah matematis
dan kemampuan metakognisi dinyatakan valid Kepraktisan Pembelajaran Berbasis Masalah
atau memiliki derajat validitas yang baik. Hal yang dikembangkan

ini menunjukkan perangkat pembelajaran Hasil dari penilaian kepraktisan


berbasis masalah yang dikembangkan baik perangkat pembelajaran yang pertama di dapat
RPP, BS, LAS, tes kemampuan pemecahan dari penilaian ahli/praktisi yang menyatakan
masalah matematis dan metakognisi telah bahwa perangkat pembelajaran yang
memenuhi kriteria kevalidan. dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit
revisi atau tanpa revisi. Berdasarkan hasil

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 18
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

penilaian ahli, komponen-komponen perangkat dimengerti dan materi pembelajaran disajikan


pembelajaran yang dikembangkan berupa secara sistematis; dan (5) Kalimat pertanyaan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan pernyataan pada tes kemampuan
Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa pemecahan masalah matematis dan
(LAS), tes kemampuan pemecahan masalah metakognisi siswa tidak ambigu (memiliki
dan metakognisi adalah praktis/dapat makna lebih dari satu) serta perintah
digunakan dengan revisi kecil. pengerjaannya mudah dimengerti.

Kepraktisan adalah bahwa perangkat Hal ini didukung dengan hasil


pembelajaran yang disusun penelitian Yuniarti dkk (2014:920)
mempertimbangkan kemudahan. Kriteria mengatakan bahwa pengembangan
kepraktisan yang ditinjau dari keterlaksanaan perangkat pembelajaran berbasis masalah
perangkat pembelajaran dalam penelitian ini,
dengan pendekatan ilmiah pada materi
belum memenuhi kriteria praktis. Pada uji
segitiga yang dikembangkan dengan
coba I keterlaksanaan perangkat pembelajaran
menggunakan model 4-D dihasilkan
belum memenuhi kriteria yang ditetapkan dan
perangkat pembelajaran yang baik yaitu
setelah dilakukannya uji coba II
keterlaksanaan perangkat pembelajaran telah valid dan praktis. Selanjutnya, hasil

memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu telah penelitian Novrini (2015:12) yang
menunjukkan bahwa pengembangan perangkat
mencapai kategori baik (80 ≤ k <90) .
pembelajaran berorientasi problem based
Diperolehnya perangkat pembelajaran yang
learning menghasilkan perangkat
praktis disebabkan oleh beberapa hal. Adapun
pembelajaran yang praktis.
beberapa hal yang mendukung kepraktisan
adalah: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasakan uraian di atas dapat
(RPP) yang disusun mudah dipahami dan disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
mudah digunakan oleh guru dan siswa dalam berbasis masalah telah memenuhi kepraktisan
proses pembelajaran; (2) Langkah-langkah sesuai dengan yang diharapkan.
pembelajaran berbasis masalah mudah
Keefektivan Pembelajaran Berbasis Masalah
dilaksanakan oleh guru; (3) Lembar Aktivitas
yang dikembangkan
Siswa (LAS) yang disusun mudah dimengerti
Berdasarkan hasil uji coba I dan uji
oleh siswa karena petunjuk yang diberikan
coba II, perangkat pembelajaran berbasis
jelas, tulisan yang mudah dibaca, serta gambar
masalah yang dikembangkan telah memenuhi
maupun tabel yang digunakan mudah
kategori efektif ditinjau dari: (1) ketuntasan
dipahami dan menarik; (4) Buku Siswa (BS)
belajar siswa secara klasikal; (2) siswa
yang disusun dengan kalimat yang mudah
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 19
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

memberikan respon positif terhadap komponen yang diberikan pada setiap uji coba telah
perangkat pembelajaran berbasis masalah yang mencapai kategori kriteria yang telah
dikembangkan; dan (3) kemampuan guru ditentukan yaitu ≥ 80 %. Sejalan dengan hasil
mengelola pembelajaran dikategorikan baik penelitian di atas, pembelajaran berbasis
jika memenuhi kriteria valid, praktis dan masalah didasarkan pada premis bahwa situasi
efisen. bermasalah yang membingungkan atau tidak
jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu
Berdasarkan hasil analisis posttest uji
siswa sehingga membuat mereka tertarik untuk
coba I dan uji coba II diperoleh bahwa,
menyelidiki (Arends, 2008b:52). Dengan kata
kemampuan pemecahan masalah matematis
lain pembelajaran berbasis masalah dapat
dan metakognisi siswa telah memenuhi kriteria
membangkitkan minat siswa dalam
ketuntasan secara klasikal. Dengan penerapan
pembelajaran sehingga menyebabkan kegiatan
pembelajaran berbasis masalah, siswa akan
pembelajaran menjadi efektif.
terlibat aktif dalam proses penyelesaian
masalah. Hal ini didukung dengan hasil Selanjutnya keefektivan dapat dilihat
penelitian Aufa, Saragih, dan Minarni berdasarkan rata-rata nilai kategori
(2016:247) yang menunjukkan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran
ketuntasan hasil belajar siswa yang memperoleh pada masing-masing uji coba I dan uji coba II
pembelajaran berbasis masalah menunjukkan termasuk dalam kategori baik. Artinya guru
peningkatan dari uji coba I ke uji coba II untuk mengelola pembelajaran yang baik terhadap
kemampuan komunikasi matematik. komponen-komponen perangkat pembelajaran
Selanjutnya, hasil penelitian Mustafa, Sinaga, berbasis masalah yang dikembangkan.
dan Asmin (2017:40) menunjukkan bahwa Kemampuan guru mengelola pembelajaran
perangkat pembelajaran berbasis masalah yang pada setiap uji coba telah mencapai kategori
dikembangkan termasuk dalam ketegori efektif cukup baik dengan kriteria yang telah
ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara ditentukan yaitu2,50 ≤ KG <3,50. Sejalan
klasikal. dengan hasil penelitian di atas, penerapan
Model PBM-B3 dapat mendorong guru
Selanjutnya keefektivan dapat dilihat
mengintegrasikan pengetahuannya dengan
berdasarkan persentase rata-rata respon siswa
bidang ilmu lain dan mengajak guru saling
pada masing-masing uji coba I dan uji coba II
berkolaborasi dalam membangun kemampuan
bernilai positif. Artinya siswa memberikan
dan mendidik siswa di kelas (Sinaga, 2007).
respon yang positif terhadap komponen-
Dengan kata lain pembelajaran berbasis
komponen perangkat pembelajaran berbasis
masalah dapat menjadi pedoman bagi guru
masalah yang dikembangkan. Respon siswa
menerapkan paradigma baru pembelajaran
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

matematika dalam pelaksanaan pembelajaran Peningkatan Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis menggunakan
di kelas sehingga menyebabkan kegiatan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah
pembelajaran menjadi efektif. yang dikembangkan

Berdasarkan hasil analisis posttest


Untuk membentuk perilaku mengajar
kemampuan pemecahan masalah matematis
guru sesuai dengan pandangan
pada uji coba I dan uji coba II menunjukkan
konstruktivistik, yaitu guru sebagai fasilitator,
bahwa kemampuan pemecahan masalah
motivator, moderator, dan konsultan harus
matematis siswa meningkat. Peningkatan
melewati suatu proses dan memerlukan waktu
kemampuan pemecahan masalah matematis ini
yang cukup. Davis (1990) mengungkapkan
terlihat dari rata-rata hasil posttest kemampuan
tiga hal penyebab kegagalan (1) harapan
pemecahan masalah matematis yang diperoleh
tradisional yang berbeda jauh dari tujuan dan
siswa. Peningkatan kemampuan pemecahan
metode program-program konstruktivis,(2)
masalah matematis siswa juga terlihat pada
kurangnya pemahaman guru terhadap
masing-masing indikator kemampuan
pendekatan konstruktivis, (3) kebanyakan
pemecahan masalah, yaitu terjadi peningkatan
siswa berpikir bahwa matematika hanya
pada indikator memahami masalah, menyusun
menunjuk ke aritmetika hafalan tanpa arti,
rencana penyelesaian, penyelesaian masalah,
tidak dapat melihat matematika sebagai mata
dan memeriksa kembali.
pelajaran yang memungkinkan untuk
memahami apa yang mereka lakukan, mata Sejalan dengan penelitian ini,
pelajaran yang cocok untuk berfikir kreatif. Sitanggang dkk (2016:89) mengatakan bahwa
bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
Berdasarkan hasil perolehan secara
yang berdasarkan model pembelajaran
keseluruhan yaitu penerapan perangkat
berbasis masalah berhasil meningkatkan
pembelajaran berbasis masalah pada uji coba I
kemampuan pemecahan masalah matematis
dan II, disimpulkan bahwa efektivitas
siswa di SMP Negeri 1 Simanindo.
perangkat pembelajaran berbasis masalah
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan Sehingga dapat disimpulkan bahwa
masalah matematis dan metakognisi siswa perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
telah memenuhi batas keefektivan yang dikembangkan berdampak positif terhadap
meliputi ketuntasan secara klasikal, respon peningkatan kemampuan pemecahan masalah
siswa positif terhadap perangkat pembelajaran matematis.
berbasis masalah dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran termasuk dalam Peningkatan Kemampuan Metakognisi
menggunakan Perangkat Pembelajaran
kategori baik. Berbasis Masalah yang dikembangkan

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 21
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Kemampuan metakognisi merupakan siswa dengan kategori rendah. Sedangkan pada


salah satu aspek penting dalam pemecahan uji coba II setelah kriteria keefektivan
masalah (Hoe, dkk, 2001:20). Kendala utama terpenuhi, terjadi peningkatan kemampuan
siswa bermetakognisi dalam pemecahan metakognisis siswa dengan kategori sedang.
masalah terutama pada tahap mengembangkan Peningkatan kemampuan metakognisi lebih
rencana tindakan dan mengevaluasi tindakan baik terjadi pada uji coba II, hal ini
penyelesaian. Hal ini yang menyebabkan siswa dikarenakan telah lakukan perbaikan kualitas
belum mampu menjadi pemecah masalah yang perangkat pembelajaran berdasarkan
baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Muir, kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada
dkk (2008:24) bahwa “pada tahap uji coba I. Hal ini diperkuat oleh hasil
melaksanakan rencana, pemecah masalah yang penelitian Aufa, Saragih, dan Minarni
baik mampu menerapkan rencana-rencananya (2016:247) yang menemukan bahwa “terjadi
dan menunjukkan kemampuan berpikir peningkatan kemampuan komunikasi
metakognitif selama penerapan rencana, serta matematis siswa melalui perangkat
mampu memeriksa kembali penyelesaian pada pembelajaran berorientasi model pembelajaran
saat atau sesudah melaksanakan rencana”. berbasis masalah yang dikembangkan”. Hasil
Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan positif dan signifikan antara perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
pemecahan masalah matematika dan dikembangakan mampu meningkatkan
metakognitif, yaitu semakin siswa kemampuan tingkat tinggi dalam matematika.
memperoleh kekuatan kemampuan Oleh karena itu bahwa penggunaan perangkat
metakognitif dalam pemecahan masalah, pembelajaran berbasis masalah yang
semakin banyak prospek keberhasilan mereka dikembangkan berdampak pada peningkatan
dalam memecahkan masalah yang menantang kemampuan metakognisi siswa.
(Kazemi, dkk, 2010:424).
Proses Jawaban dalam Menyelesaikan Soal-
Berdasarkan hasil analisis posttest soal Kemampuan Pemecahan Masalah
kemampuan metakognisi siswa pada uji coba I Matematis
dan uji coba II menunjukkan bahwa Proses jawaban siswa dilihat
kemampuan metakognisi siswa meningkat. berdasarkan indikator dari masing-masing
Peningkatan kemampuan metakognisi ini kemampuan pemecahan masalah matematis.
terlihat perhitungan N-Gain siswa pada setiap Berdasarkan hasil analisis proses jawaban
uji coba. Dimana pada uji coba I saat kriteria siswa diperoleh bahwa, proses jawaban siswa
keefektivan belum seluruhnya terpenuhi, pada uji coba II lebih banyak memperoleh
terjadi peningkatan kemampuan metakognisi kriteria penilaian “baik”. Proses jawaban siswa

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 22
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

pada uji coba II lebih terstruktur, sistematis, masalah. Sebagaimana Hoe, dkk (2001:20)
serta sesuai dengan indikator kemampuan yang mengatakan bahwa “pemecahan masalah
pemecahan masalah matematis jika sebagai pusat dari tujuan pembelajaran
dibandingkan dengan proses jawaban siswa matematika, dan metakognisi dipandang
pada uji coba I. Hal ini dikarenakan sebagai salah satu dari lima kunci antar
pengembangan perangkat pembelajaran komponen terkait dengan pencapaian
berbasis masalah pada uji coba II merupakan kemampuan pemecahan masalah”.
hasil revisi dari perangkat pembelajaran Metakognisi juga merupakan proses dimana
berbasis masalah pada uji coba I. seseorang berpikir tentang berpikir dalam
rangka membangun strategi untuk
Hasil temuan di atas, sejalan dengan
memecahkan masalah.
hasil penelitian Marzuki (2012), yang
mengungkapkan bahwa proses jawaban siswa Jayapraba (2013:165) mengatakan
dengan pembelajaran berbasis masalah lebih bahwa “metakognisi sebagai thinking about
tinggi dibandingkan dengan pembelajaran thinking, yaitu berpikir tentang berpikir.
langsung dilihat dari masing-masing indikator Secara sederhana metakognisi dapat diartikan
kemampuan pemecahan masalah dan sebagai kesadaran berpikir atas proses
komunikasi matematik siswa. Dengan berpikirnya. Kemampuan metakognisi yang
demikian dapat disimpulkan bahwa proses dimiliki seseorang dapat dikategorikan
jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran kedalam 4 level kemampuan. Swartz dan
menggunakan perangkat pembelajaran Perkins (NCREL, 2007) mengemukakan
berbasis masalah lebih baik dalam bahwa terdapat 4 level kemampuan
menyelesaikan soal-soal kemampuan metakognisi, yaitu Tacit Use, Aware Use,
pemecahan masalah matematis. Strategic Use dan Reflective Use. Secara
intuitif penjenjangan ini menunjukkan adanya
Level Metakognisi Siswa dalam
Memecahkan Masalah Berdasarkan Hasil suatu tingkatan kesadaran berpikir yang
Tes Kemampuan Metakognisi bersifat hierarkis. Kesadaran berpikir ini akan
Masalah matematika merupakan salah meningkat sesuai dengan aktivitas metakognisi
satu yang bersifat intelektual, karena untuk yang muncul ketika seseorang menyelesaikan
dapat memecahkannya diperlukan pelibatan masalah.
kemampuan intelektual yang dimiliki
Berdasarkan analisis data pada
seseorang. Dalam memecahkan masalah,
deskripsi hasil penelitian, diperoleh bahwa
kemampuan metakognisi siswa juga ikut
tidak ada siswa yang mampu mencapai level
berperan sehingga siswa dapat memikirkan
kemampuan reflective use, dimana dalam level
ide-ide matematika dalam memecahkan
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 23
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

ini siswa menyadari secara penuh proses Berdasarkan hasil analisis dan
berpikirnya dan mampu memperbaiki pembahasan dalam penelitian ini,
kesalahan yang dilakukan dalam langkah- dikemukakan beberapa simpulan sebagai
langkah penyelesaian masalah. Salah satu berikut:
penyebab tidak adanya siswa yang mampu
1. Validitas perangkat pembelajaran yang
mencapai level tesebut adalah faktor usia
dikembangkan termasuk dalam kategori
siswa yang pada umumnya masih 12 tahun.
valid dengan nilai rata-rata total validitas
Pada tahap ini anak sudah mampu menerapkan
RPP sebesar 4,45, BS sebesar 4,47, LAS
cara berfikir terhadap permasalahan yang
sebesar 4,45, instrumen tes kemampuan
konkret maupun abstrak. Model berpikir
pemecahan masalah matematis dan
ilmiah dengan yang umum dilakukan anak
kemampuan metakognisi siswa juga
adalah kemungkinan, sehingga dalam hal ini
berada pada kategori valid.
anak belum mampu menyadari secara penuh
2. Perangkat pembelajaran yang
terhadap proses berpikirnya sendiri.
dikembangkan telah memenuhi kriteria
Sejalan dengan hal tersebut Panoura praktis ditinjau dari: (1) penilaian
(2005:7) mengemukakan bahwa “tidak mudah ahli/praktisi menyatakan bahwa perangkat
bagi siswa ’usia 12 tahun’ untuk pembelajaran yang dikembangkan dapat
mengekpresikan proses berfikir tentang sistem digunakan dengan sedikit revisi; dan (2)
kognitif dan kemampuan metakognitif keterlaksanaan perangkat pembelajaran
mereka”. Dalam hal kegiatan pembelajaran pada uji coba II mencapai 85,25% dengan
yang selama ini berlangsung, siswa juga tidak kategori baik.
pernah dibiasakan bermetakognisi dalam 3. Perangkat pembelajaran yang
kegiatan pembelajaran. Sehingga sangat wajar dikembangkan telah memenuhi kriteria
jika tidak ada siswa yang mampu mencapai efektif. Kriteria efektif ditinjau dari:
level tersebut. Berdasarkan deskripsi di atas, a. Ketuntasan belajar siswa secara
dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa klasikal pada pemecahan masalah
level kemampuan metakognisis siswa kelas matematis pada uji coba I sebesar
VII dalam pemecahan masalah matematis pada 81,25 dan uji coba II sebesar 87,5. Ini
materi aritmatika sosial berada pada level berarti uji coba I belum efektif
strategic use, aware use, dan tacit use. sedangkan uji coba II sudah efektif.
b. Ketuntasan belajar siswa secara
SIMPULAN DAN SARAN
klasikal pada metakognisi pada uji
Simpulan coba I sebesar 78,13 dan uji coba II
sebesar 87,5. Ini berarti uji coba I
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 24
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

belum efektif sedangkan uji coba II tacit use untuk subjek dengan skor
sudah efektif. pemecahan masalah rendah.
c. Respon siswa terhadap komponen
Saran
dan kegiatan pembelajaran adalah
positif yaitu mencapai 97,56%. Berdasarkan hasil penelitian dan

d. Rata-rata nilai kategori kemampuan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan

guru mengelola pembelajaran adalah beberapa hal sebagai berikut:

4,26, termasuk kategori baik.


1. Guru yang berupaya untuk meningkatkan
4. Peningkatan kemampuan pemecahan
kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematis siswa menggunakan
masalah dan kemampuan metakognisi
perangkat pembelajaran berbasis masalah
dapat menerapan model pembelajaran
pada materi aritmetika sosial adalah rata-
berbasis masalah yang dijadikan salah
rata pencapaian kemampuan pemecahan
satu alternatif jawaban permasalahan
masalah matematis siswa pada uji coba I
tersebut.
sebesar 0,22 meningkat menjadi 0,41
2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah
pada uji coba II.
yang dikembangkan dapat dijadikan
5. Peningkatan kemampuan metakognisi
rujukan untuk membuat suatu perangkat
siswa menggunakan perangkat
pembelajaran pada materi lain, maupun
pembelajaran berbasis masalah pada
bidang ilmu lain yang sejenis baik tingkat
materi aritmetika sosial adalah rata-rata
satuan pendidikan yang sama maupun
pencapaian kemampuan metakognisi
berbeda.
siswa pada uji coba I sebesar 0,21
3. Bagi peneliti lain yang berkeinginan
meningkat menjadi 0,30 pada uji coba II.
menerapkan model pembelajaran berbasis
6. Proses jawaban siswa pada uji coba II
masalah, dapat dijadikan sebagai
lebih baik dari proses jawaban siswa pada
alternatif strategi pembelajaran untuk
uji coba I.
mengaktifkan siswa berkolaborasi, dan
7. Level kemampuan metakognisi siswa
merubah perilaku siswa yang selama ini
dalam memecahkan masalah berdasarkan
bersifat pasif menerima pengetahuan dari
hasil tes hanya memenuhi tiga level
guru.
kemampuan, yaitu: strategic use untuk
4. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan
subjek dengan skor pemecahan masalah
penelitian untuk mengukur kemampuan
tinggi, aware use untuk subjek dengan
metakognisi agar dapat lebih
skor pemecahan masalah sedang, dan
memperhatikan kemampuan siswa pada

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 25
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

setiap pertanyaan-pertanyaan yang 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Dr.
mengukur kesadaran berfikir siwa. Humuntal Banjarnahor, M.Pd, Dr. Togi
5. Peneliti menyarankan kepada Panjaitan, M.Pd, selaku narasumber yang
pembaca dan para praktisi pendidikan telah banyak memberikan masukan dan

untuk dapat melakukan penelitian sumbangan pemikiran sehingga


menambah wawasan pengetahuan penulis
sejenis, dan melakukan tahap
dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
penyebaran (dissaminate) agar
4. Bapak Hendri Dalimunte, S.Pd, M.A
perangkat pembelajaran yang
selaku staf Prodi Pendidikan Matematika
dihasilkan dapat diterapkan untuk
5. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd
sekolah SMP yang lain. selaku Direktur Program Pascasarjana

UCAPAN TERIMA KASIH UNIMED yang telah memberikan


kesempatan serta bantuan administrasi
Pada kesempatan ini penulis ingin
selama pendidikan di Universitas Negeri
mengucapkan terima kasih yang tulus dan
Medan.
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan
semua pihak yang telah membantu penulis
Matematika Program Pascasarjana
sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga
UNIMED yang telah banyak memberikan
Tuhan Yang Maha Kuasa membalas dengan
ilmu pengetahuan yang sangat berharga
kebaikan yang setimpal. Terima kasih dan
bagi pengembangan wawasan keilmuan
penghargaan penulis sampaikan kepada:
selama mengikuti studi dan penulisan
1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, tesis.
selaku dosen pembimbing I dan Bapak 7. Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Medan
Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku serta guru-guru dan staf administrasi yang
dosen pemimbing II, yang telah telah memberikan izin dan kesempatan
meluangkan waktu disela-sela kepada penulis untuk melakukan
kesibukannya untuk memberikan penelitian di sekolah tersebut.
bimbingan, arahan dan saran-saran yang 8. Secara khusus dan istimewa penulis
sangat berarti bagi penulis dalam mengucapkan terima kasih dan hormat
penyusunan tesis ini sampai selesai. kepada orangtua saya Bapak H. Siagian
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan dan Ibu D. Ritonga semua kasih sayang,
Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku ketua doa, motivasi, jerih payah serta dukungan
dan sekretaris Program Studi Pendidikan penuh untuk setiap langkah dalam
Matematika Pascasarjana UNIMED.

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 26
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

menyelesaikan perkuliahan dan penulisan Davis, Robert, B. 1990. “Learning discovery


and constructivism. Rutgers University,”
tesis ini.
Journal of Teacher Education
9. Kakak dan Adik saya Ines Yuliana Mathematics, Vol. 3. No 23.
Siagian, S.TR, Michael Olsen Siagian Gorghiu, G., Drăghicescu, M.L., Cristea, S.,
Petrescu, M.A. & Gorghiu, M.L. 2015.
yang selalu mengharapkan kesuksesan Problem-Based Learning - An Efficient
saya. Learning Strategy In The Science Lessons
Context. Procedia Sosial and Behaviour
10. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Science (Elsevier), 191: 1865 – 1870.
Program Studi Pendidikan Matematika Gurbin, T. 2015. Metacognition And
Program Pascasarjana Universitas Negeri Technology Adoption: Exploring
Influences. Procedia Sosial and
Medan khususnya kelas A-2 angkatan Behaviour Science (Elsevier), 191: 1576 –
XXV tahun 2016. 1582.
Hoe, L.N., Cheong, A.C.S. & Yee, L.P. 2001.
DAFTAR PUSTAKA The Role of Metacognition in the
Learning of Mathematics Among Low
Aliyu, M.M., Fung, Y.M., Abdullah, M.H. & Achieving Students. Singapore: Institude
Hoon, T.B. 2016. “Developing of Education Teaching and Learning,
Undergraduates’ Awareness of 22(2): 18-30.
Metacognitive Knowledge in Writing
Through Problem-based Learning,” Hoiriyah, D., Fauzi, K.M.A. & Syahputra, E.
International Journal of Applied 2014. “Peningkatan Kemampuan
Linguistics & English Literature Pemecahan Masalah Matematik dan Self-
(IJALEL), Vol. 5. No. 7. efficacy Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah di MAN 1
Aljaberi, N.M. & Gheith, E. 2015. “University Padangsidimpuan,” Jurnal Pendidikan
Students’ Level of Metacognitive Matematika PARADIKMA, Vol. 7 (2). 40-
Thinking and their Ability to Solve 52.
Problems” American International
Journal of Contemporary Research, Vol. Jayapraba, G. 2013. “Metacognitive
5 (3). Instruction and Cooperative Learning-
Strategies For Promoting Insightful
Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Buku Learning In Science,” Research Scholar,
Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: University Tirunelveli India,
Pustaka Pelajar. International Journal on New Trends in
Aufa, M., Saragih, S. & Minarni, A. 2016. Education and Their Implications,
“Development of Learning Devices 4(5).165-172.
through Problem Based Learning Model Kazemi, F., Fadaee. M.R. & Bayat. S. 2010.
Based on the Context of Aceh Cultural to “A Subtle View to Metacognitive Aspect
Improve Mathematical Communication of Mathematical Problems Solving,”
Skills and Social Skills of SMPN 1 Muara Procedia Social and Behavior science
Batu Students,” Journal Education and (Elsevier), 8(420-426).
Practice,7(4). 2222-2288.
Liljedahl, P., Santos, M., Malaspina, T.U. &
Das, R. & Das, G.C. 2013. “Math Anxiety: Bruder, R. 2016. “Problem Solving in
The Poor Problem Solving Factor in Mathematics Education,” ICME-13
School Mathematics,” International Topical Surveys, Germany, Springer
Journal of Scientific and Research Open,1.
Publications, Vol. 3. Issue 4.

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 27
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Marzuki. 2012. “Pengintegrasian Pendidikan Of Education, University of Cyprus,Cypr


Karakter dalam Pembelajaran di us.(Online),
Sekolah,” Jurnal Pendidikan Karakter, (http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/1
Tahun. 2. No.1. [Online]. 1/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-
Available: http://staff.uny.ac.id/ Marzuki/ matematika/diakses 27 September 2016).
pendidikan karakter dalam Ranjanie, B. & Rajeswari, V. 2016.
pembelajaran.pdf.[diakses 16 januari “Metacognitive Awareness And
2014]. Academic Achievement In Genetics
Muir, T., Beswick, K.., & Williamson, J. 2008. Throughproblem Based Learning,”
“I am not Very Good at Solving International Journal of Current
Problems: An Exploration of Student’s Research, Vol. 8. Issue. 01. pp.25883-
Problem Solving Behaviours,” The 25884.
Journal of Mathematical Behaviour, Sapta, A., Hamid, A. & Syahputra, E. 2018.
27(3), 228-241. Assistance of Parents In The Learning At
Mustafa, Sinaga, B., & Asmin. 2017. Home. Journal of Physics, Conf. Series
“Development of Learning Devices 1114 (2018) 012020, https://doi :
Through Problem Based Learning Model 10.1088/1742-6596/1114/1/012020.
to Improve Students Metacognition Skill Saragih, S. & Habeahan, W.L. 2014. “The
at SMPN 17,” Journal of Education and Improving Of Problem Solving Ability
Practice, Vol.8. No.24. and Students’ Creativity Mathematical by
North Central Regional Laboratory (NCREL). Using Problem Based Learning in SMP
2007. Metacognition. (online), Negeri 2 Siantar,” Journal of Education
(http://www.ncrel.org/sdrs/areasissues/stu and Practice, 5 (35). 123-132.
dents/learning/irlmetn.html, diakses 20 Sengul, S. & Katranci, Y. 2012.
oktober 2016). “Metacognitive Aspects of Solving
Novrini. 2015. “Pengembangan Perangkat Function Problems,” Elsevier, Procedia
Pembelajaran Berorientasi Problem Based Social and Behavioral Sciences, 46. 2178-
Learning untuk Meningkatkan 2182.
Kemampuan Visual Thinking dalam Sinaga, B. 2007. Pengembangan model
Pemecahan Masalah Matematis Siswa pembelajaran matematika berdasarkan
Kelas VIII SMP,” Jurnal Pendidikan masalah berbasis budaya batak (PBM-
Matematika PARADIKMA, Vol.8 No.3. B3), Disertasi, Tidak dipublikasikan,
84-97. Surabaya, Program Pascasarjana
Olayinka, A.R.B. 2016. “Effects of Universitas Negeri Surabaya.
Instructional Materials on Secondary Sitanggang, A.H.M., Siagian, P., & Minarni A.
Schools Students’ Academic 2016. “Pengembangan Perangkat
Achievement in Social Studies Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
in Ekiti State,” Nigeria, World Journal of  Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Education, Vol. 6. No.1.  Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Padmavathy, R.D. & Mareesh, K. 2013. Masalah Matematik Siswa SMP Negeri
Effectiveness of Problem Based Learning Simanindo,” Jurnal Pendidikan
In Mathematics. International Matematika PARADIKMA, Vol.9. No.2.
Multidisciplinary e-Journal, Vol. 2, No. Smith, M.J. 2013. “An Exploration of
1. ISSN: 2277 – 4262. metacognition and Its Effect on
Panoura, A., Philippou, G. & Christou, C. Mathematical Performance in Differential
2005. Young Pupil’s Metacognitive Equations,” Journal of the Scholarship of
Ability In Mathematics, European Teaching and Learning, Vol. 13 (1). 100-
Research in Mathematics, Departeman 111.
Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 28
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIGMA

Syahbana, A. 2012. “Pengembangan berbasis masalah (problem based


Perangkat Pembelajaran Berbasis learning) dengan pendekatan ilmiah
Kontekstual untuk Mengukur (scientific approach) pada materi segitiga
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis kelas VII SMP se-kabupaten karanganyar
Siswa SMP,” Edumatica, (Online), Vol. tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal
02. No. 02. Elektronik Pembelajaran Matematika,
Yuniarti, T., Riyadi. & Subanti, S. 2014. Vol. 2, No. 9: 911-921. ISSN: 2339-1685.
Pengembangan perangkat pembelajaran

Meryance V Siagian, Sahat Saragih, Bornok Sinaga. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Dan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP Negeri 13 Medan

Page 29

Anda mungkin juga menyukai