Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK


DALAM MENYELESAIKAN SOAL DI SMA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
FAHIMATUL ISTIQOMAH
NIM. F1051141049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PMIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK
DALAM MENYELESAIKAN SOAL DI SMA

Fahimatul Istiqomah, Edy Tandililing, Erwina Oktavianty


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak
Email : faistiqom@gmail.com

Abstract
The study examines the effect of problem solving strategy to improve the student’s skill
of solving the problem on momentum and impulse. The method of this research is pre-
experimental design (one group pretest-posttest design) with 30 students of X MIPA 3
grade at SMAN 2 Pontianak for participant which has taken by purposive sampling
technique. The 4 problems on essay test used in this research. Based of the results,
problem solving skills of the student is 21.33% on low category and 69% on high
category respectively on pretest and posttest. It improved on medium category with N-
gain score 0.607. Wilcoxon test showed significant difference of problem solving skills
after momentum and impulse learning with problem solving strategy. The effectivity of
this strategy in improving problem solving skills is 6,12 (high level). The results of this
study are expected to be an alternative in an effort to improve the physics’ problem
solving skills of the student using problem solving strategy.

Keywords: problem solving strategy, physics’ problem solving skill, momentum


and impulse

PENDAHULUAN didik dalam menyelesaikan soal materi gerak


Kompetensi yang harus dimiliki peserta parabola secara umum berada pada kategori
didik dalam pelajaran fisika menurut kurang memuaskan. Hasil belajar yang
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang terekam pada Ujian Nasional 2017 juga
standar isi pendidikan dasar dan menengah mengalami penurunan dari tahun 2016
ialah peserta didik dapat menganalisis (Kemdikbud, 2017a). Penurunan ini
konsep, prinsip, dan hukum-hukum fisika, disebabkan oleh peningkatan tingkat kognitif
serta menerapkan metakognisi dalam soal (Kemdikbud, 2017b).
menjelaskan fenomena alam dan Berdasarkan studi pendahuluan
penyelesaian masalah kehidupan (BSNP, diperoleh hasil analisis butir soal UN Fisika
2016). Namun, faktanya peserta didik banyak dari tahun 2013 sampai 2017 yang
mengalami kesalahan dalam menyelesaikan menunjukkan semakin bertambahnya tingkat
soal (Dewi, 2011; Rufaida, 2012; kognitif penalaran. Materi momentum dan
Ichtyaranisa, 2013; Mahmudah, 2013; impuls yang diajarkan di kelas X pada
Rahmawati, 2017). Menurut Agustin (2016) kurikulum 2013 memiliki karakteristik soal
kesalahan-kesalahan tersebut diakibatkan UN dari tahun 2013 sampai 2017 berada pada
karena rendahnya kemampuan penyelesaian tingkat penerapan 70% dan penalaran 30%.
soal. Khalifah (2017) menemukan hanya Artinya, selain harus memahami konsep,
34% dari 60 peserta didik yang mampu peserta didik juga harus dapat menerapkan
menyelesaikan soal penerapan hubungan pengetahuannya untuk memecahkan masalah
momentum dan impuls. Novisya (2017) juga dan perlu kemampuan menganalisis atau
menemukan bahwa kemampuan peserta menalar maksud dari soal tersebut. Materi ini
1
berisi konsep dasar fisika berupa vektor, konsep dasar yang relevan, dan menuliskan
hukum-hukum newton, hukum konservasi variabel-variabel yang diketahui dan
energi dan hukum konservasi momentum. ditanyakan di dalam soal. Hal ini disebabkan
Banyaknya konsep dasar pada materi ini karena dalam penyelesaian soal fisika
dapat menyulitkan peserta didik dalam diperlukan analisis parameter yang berkaitan
memahami dan menyelesaikan soal apalagi dengan masalah agar peserta didik dapat
bagi peserta didik yang belum menguasai merencanakan penyelesaian soal dengan
konsep-konsep dasar tersebut. Hasil Try Out tepat, seperti menentukan persamaan yang
1 di SMA Negeri 2 Pontianak tahun sesuai. Sehingga, peserta didik dapat
2017/2018 menunjukkan peserta didik yang mensubstitusikan variabel-variabel ke dalam
mampu menyelesaikan soal pada materi ini persamaan tersebut untuk dihitung
hanya dibawah 50% dari jumlah peserta didik menggunakan operasi matematika dan hasil
yang mengikuti Try Out 1. akhir yang didapat perlu ditinjau kembali
Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dicek kesesuaian dengan konsep dan
keterampilan peserta didik dalam soal yang ditanyakan.
menyelesaikan soal khususnya pada Langkah-langkah penyelesaian soal
kemampuan menganalisis soal belum tersebut sesuai dengan tahapan strategi
dimiliki oleh kebenyakan peserta didik di pemecahan masalah yang diperkenalkan oleh
SMA Negeri 2 Pontianak. Guru di SMA 2 Heller, Keith, & Anderson (1992). Adapun
Pontianak berpendapat bahwa peserta didik tahapan strategi pemecahan masalahnya
kurang menguasai konsep dalam ialah: (1) visualize the problem; (2) physics
menyelesaikan soal. Saat diberi soal yang description; (3) plan a solution; (4) execute
berbeda dari contoh yang diajarkan, peserta the plan; (5) check and evaluate. Singkatnya,
didik kesulitan menyelesaikannya. Peserta strategi ini dapat meningkatkan kemampuan
didik hanya menggunakan rumus yang pemecahan masalah dengan langkah-langkah
tersedia sesuai contoh yang diberikan tanpa berikut: mengubah secara deskripsi masalah
menganalisis soal terlebih dahulu. Hal kualitatif menjadi sesuatu yang dapat
tersebut senada dengan ungkapan Heller, dipecahkan secara matematis, melakukan
Keith, & Anderson (1992) mengenai alasan manipulasi matematis yang diperlukan untuk
kesulitan peserta didik “Saya dapat mengikuti mencapai solusi, dan mengevaluasi solusi
seperti yang dicontohkan dalam buku, namun untuk mendapatkan hasil yang bermakna dan
soal tersebut sangat berbeda”. masuk akal (Hull, et al., 2013).
Untuk itu, perlu dilakukan suatu strategi Berdasarkan latar belakang di atas, maka
pembelajaran yang dapat membantu peserta rasional dilakukan penelitian di SMA Negeri
didik dalam meningkatkan keterampilan 2 Pontianak dengan judul “Pengaruh Strategi
menyelesaikan soal. Salah satu strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
pembelajaran yang dapat digunakan ialah Keterampilan Peserta didik dalam
strategi pemecahan masalah. Penggunaan Menyelesaikan Soal pada Materi Momentum
strategi pemecahan masalah dalam dan Impuls di SMA Negeri 2 Pontianak”.
pembelajaran dapat memberikan efek positif Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bagi kemampuan penyelesaian masalah fisika sebagai tolak ukur dalam menggunakan
dan meningkatkan strategi pemecahan strategi pembelajaran untuk mengasah
masalah pada peserta didik (Caliskan, et al., keterampilan peserta didik menyelesaikan
2010). soal.
Keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal fisika khususnya METODE PENELITIAN
materi momentum dan impuls, dapat dilihat Bentuk penelitian yang sesuai untuk
dari kemampuan peserta didik mengubah soal menguji pengaruh strategi pemecahan
ke dalam bentuk gambar, diagram, dan masalah dalam meningkatkan keterampilan
matematis, serta mengidentifikasi konsep- peserta didik menyelesaikan soal pada materi

2
momentum dan impuls di kelas X SMA dilaksanakan dan guru SMA Negeri 8
Negeri 2 Pontianak adalah penelitian Pontianak sebagai sekolah tempat uji coba
eksperimen. Adapun bentuk penelitian dalam soal. Hasil rata-rata nilai validitas isi sebesar
penelitian ini adalah Pra-Eksperimental 4,217 dengan kriteria valid. Kemudian
Design dengan rancangan One Group Pre- dilanjutkan dengan uji coba soal untuk diuji
Test Post Test dengan pola sebagai berikut: validitas butir soal. Hasil validitas butir soal
untuk nomor 5 dinyatakan tidak valid
𝑂1 𝑋 𝑂2 sehingga soal nomor 5 tidak digunakan di
dalam penelitian.
Bagan 1. One Group Pre-Test Post Test Pengujian reliabilitas instrumen dengan
Design (Sugiyono, 2017) menggunakan internal consistency di SMA
Keterangan: Negeri 8 Pontianak. Koefisien reliabilitas
O1 = Tes awal (Pretest). yang di dapat sebesar r11 = 0,531. Sehingga
O2 = Tes akhir (Posttest). reliabilitas tes tersebut tergolong
X = Perlakuan, yaitu berupa penerapan sedang/cukup.
strategi pemecahan masalah pada
penyelesaian soal materi momentum Prosedur penelitian dalam penelitian ini
dan impuls yang dilakukan selama 2 terdiri dari 3 tahap sebagai berikut:
kali pertemuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah Tahap Persiapan
seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Langkah-langkah yang dilakukan pada
Pontianak tahun ajaran 2017/2018 yang tahap persiapan antara lain: (1) melakukan
terdiri dari 4 kelas berjumlah 142 peserta prariset ke SMA Negeri 2 Pontianak; (2)
didik dengan ketentuan karakteristik: 1) menyusun desain penelitian; (3) membuat
sedang mengikuti mata pelajaran fisika pada perangkat pembelajaran dan instrumen
materi momentum dan impuls, 2) diajar oleh penelitian; (4) melakukan validasi perangkat
guru yang sama. Teknik pengambilan sampel pembelajaran dan instrumen; (5) melakukan
dalam penelitian ini dilakukan dengan uji coba soal tes di kelas X SMA Negeri 8
purposive sampling. Cara pengambilan Pontianak; (6) menganalisis data hasil uji
sampel pada penelitian ini dengan melihat coba soal tes; (7) merevisi soal tes setelah
nilai rata-rata ulangan semester tiap kelas. mengetahui hasil dari uji coba soal.
Kelas yang memiliki nilai rata-rata terendah
yang dijadikan sampel. Berdasarkan hasil Tahap Pelaksanaan
nilai rata-rata, kelas X IPA 3 terpilih sebagai Langkah-langkah yang dilakukan pada
sampel dalam penelitian ini. tahap pelaksanaan antara lain: (1)
Teknik pengumpulan data yang memberikan soal tes awal (pretest); (2)
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik memberikan skor pretest dengan tujuan untuk
pengukuran. Teknik pengukuran dalam mengetahui skor awal peserta didik; (3)
usulan penelitian ini menggunakan tes tertulis memberikan treatment, yaitu penerapan
dalam bentuk uraian yang diberikan sebelum strategi pemecahan masalah pada peserta
dan sesudah perlakukan. Alat pengumpulan didik kelas X SMA Negeri 2 Pontianak; (4)
data pada penelitian ini berupa pre-test dan memberikan soal tes akhir (post-test) dengan
post-test berbentuk essay (uraian) berjumlah tujuan mengetahui skor akhir untuk
4 soal. Tes yang diberikan dalam penelitian dibandingkan dengan skor awal.
ini adalah materi momentum dan impuls.
Uji validitas yang digunakan ialah Tahap Akhir
validitas isi. Validasi tes dilakukan oleh Langkah-langkah yang dilakukan pada
validator yaitu 1 orang dosen dua orang guru, tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data;
yaitu guru Fisika di SMA Negeri 2 Pontianak (2) menganalisis hasil pre-test dan post-test;
sebagai sekolah tempat penelitian (3) mendeskripsikan hasil pengolahan data

3
dan menyimpulkan sebagai jawaban dari HASIL PENELITIAN DAN
masalah dalam penelitian ini; (4) menyusun PEMBAHASAN
laporan penelitian. Hasil Penelitian
Kegiatan atau tahapan penelitian yang 1. Keterampilan Menyelesaikan Soal
dilakukan dapat visualkan sebagai berikut. Data keterampilan peserta didik diukur
dari hasil pretest dan posttest. Keterampilan
Tahap Persiapan (7 kegiatan) yang diukur terdiri dari 5 aspek keterampilan
yaitu visualize the problem, physics
description, plan a solution, execute the plan,
dan check & evaluate. Kelima aspek ini
Tahap Pelaksanaan (4 kegiatan) disebar ke dalam 4 soal yang diberikan. Tiap-
tiap aspek diberikan skor dari rentang 0-4
sehingga total skor untuk tiap aspek
Tahap Akhir (4 kegiatan) maksimal sebesar 16 dan minimal 0.
Sedangkan skor total yang diharapkan dapat
Bagan 2. Tahapan Penelitian dicapai peserta didik maksimal 80. Tingkat
keterampilan peserta didik tiap aspek
keterampilan saat pretest dan postest
disajikan pada Grafik 1.
90 83.54
81.46
80 75.42
69
70
% Skor Keterampilan

60 56.67
47.5 47.92
50
40
30 24.79
21.33 Pretest (%)
20 13.54 13.96
Posttest (%)
10 6.875

Aspek Keterampilan
Grafik 1. Persentase Skor Keterampilan Menyelesaikan Soal

Berdasarkan Grafik 1, tampak bahwa 2. Peningkatan Keterampilan Peserta


tingkat keterampilan awal peserta didik Didik dalam Menyelesaikan Soal
dalam menyelesaikan soal menggunakan Besar peningkatan keterampilan peserta
strategi pemecahan masalah masih tergolong didik dalam menyelesaikan soal-soal
rendah. Namun setelah diberikan perlakukan momentum dan impuls setelah diterapkan
tergolong sedang. Setiap aspek keterampilan strategi pemecahan masalah dicari dengan
yang dimiliki oleh siswa mengalami menggunakan rumus gain ternormalisasi.
peningkatan yang beragam. Rata-rata nilai gain berada pada kategori

4
sedang yaitu sebesar 0,6073. Setelah masalah dalam meningkatkan keterampilan
dilakukan uji perbedaan, hasil skor pretest peserta didik menyelesaikan soal pada materi
dan posttest menunjukkan perbedaan yang momentum dan impuls. Strategi pemecahan
signifikan. Untuk melihat signifikansi masalah yang diterapkan diadaptasi dari
peningkatan keterampilan menyelesaikan Heller, Keith, and Anderson (1992) yaitu :
soal antara sebelum dan sesudah diberikan visualize the problem, physics description,
perlakuan dengan menggunakan Uji plan a solution, execute the plan, dan check
Wilcoxon karena data tidak berdistribusi & evaluate. Keterampilan peserta didik
nomal. Hasil pengujian normalitas data dalam menyelesaikan soal dilihat dari
menggunakan uji chi kuadrat disajikan pada beberapa aspek keterampilan. Berikut akan
Tabel 1. berikut: dideskripsikan keterampilan peserta didik
dalam menyelesaikan soal pada setiap aspek.
Tabel 1. Normalitas Data Pretest dan
Pada aspek visualize the problem,
Posttest
memperlihatkan keterampilan siswa dalam
Data x2hitung x2tabel Kesimpulan menggambarkan situasi soal, menuliskan
pretest 24 11,07 Tidak normal informasi yang diketahui dan ditanya di
posttest 49,2 11,07 Tidak normal dalam soal, dan mengindentifikasi konsep
dasar. Hasil pretest menunjukkan peserta
didik telah mampu mengambarkan situasi
Hasil uji perbedaan menggunakan
soal namun masih kurang tepat. Hal ini
wilcoxon match pair test disajikan pada
karena ada kecenderungan siswa saat
Tabel 2. berikut:
menyelesaikan soal yang tidak dilengkapi
Tabel 2. Uji Signifikansi Data gambar dengan membuat representasi
gambar (Sujarwanto, Hidayat, & Wartono,
N Z hitung Z tabel Kesimpulan
2014). Walaupun peserta didik awalnya sulit
30 4,76157 1,95 Signifikan dalam menggambarkan situasi soal. Namun
setelah peserta didik dilatih
3. Efektivitas penerapan strategi merepresentasikan soal dalam bentuk
pemecahan masalah gambar, hasil posttest menunjukkan peserta
Efektivitas penerapan strategi didik telah dapat menggambarkan ilustrasi
pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3. soal dengan tepat.
berikut: Saat peserta didik diminta untuk
mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan
Tabel 3. Effect Size
ditanya di dalam soal, peserta didik telah
Pretest Posttest mampu menuliskannya. Namun, ada
Mean 17,1 55,2 beberapa siswa yang tidak lengkap dalam
SD 6,23 menuliskan data. Peserta didik juga
mengalami kebingungan dalam
ES 6,12
mengidentifikasi konsep yang terdapat di
Kesimpulan Tinggi dalam soal. Peserta didik sulit mengaitkan
antar konsep dasar fisika. Padahal
Hasil perhitungan menunjukkan kemampuan mengidentifikasi prinsip fisika
efektivitas sebesar 6,12. Hal ini berdasarkan yang terdapat di dalam soal merupakan salah
barometer Hattie tergolong tinggi karena satu komponen penting dalam memecahkan
berada di atas maksimal 1,2. masalah (Shih & Singh, 2013). Setelah
diberikan perlakuan berupa penanaman
Pembahasan konseptual pada peserta didik, peserta didik
Penelitian ini merupakan penelitian pra- tidak lagi mengalami kesulitan dalam
eksperimental design yang bertujuan untuk mengidentifikasi konsep dasar.
mengukur keefektifan strategi pemecahan

5
Pada aspek physics description, solusi yang telah direncanakannya. Pada
memperlihatkan keterampilan peserta didik awalnya, aspek ini sangat tidak bisa diukur,
dalam merepresentasikan gambar ke dalam karena berawal dari ketidakadaannya solusi
diagram fisis, misalnya diagram vektor, dan yang mereka rencanakan. Sehingga
menuliskan simbol-simbol besaran yang keterampilan operasi hitung siswa dapat
diketahui dan ditanya beserta satuan yang digolongkan sangat kurang. Namun setelah
benar. Kelemahan peserta didik paling diberi perlakuan, keterampilan operasi hitung
banyak terdapat pada keterampilan siswa tergolong sedang. Keterampilan
menggambarkan diagram vektor. Mereka operasi hitung siswa dapat digolongkan baik
sulit menggambarkan vektor pada koordinat dengan persentase rata-rata skor 56,67%.
x dan y. Susiharti & Ismet (2017) Masih ada sebagian peserta didik yang lemah
menemukan siswa tidak dapat dalam operasi hitung dalam penjumlahan,
menggambarkan penguraian semua vektor ke dan ada yang lupa dalam menuliskan tanda
dalam komponen-komponennya sehingga yang sesuai dengan arah gerak benda.
menyebabkan siswa salah dalam Mereka belum bisa menghubungkan dengan
penjumlahan vektor dan operasi matematika. aspek physics description yang mana
Seperti yang diteliti oleh Sirait, Hamdani, & tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan
Oktavianty (2017) bahwa siswa mengalami arah dan tanda di perhitungan. Walaupun
kesulitan dalam memahami komponen vektor mereka sudah bisa merepresentasikan soal
saat diminta untuk diubah ke dalam secara jelas, namun hasil yang di dapat tidak
representasi matematis. Hasil posttest selalu benar. Kohl, Rosengrant, & Finkelstein
menunjukkan adanya perubahan (2007) berpendapat bahwa penggunaan
keterampilan siswa semakin baik dalam representasi belum tentu mendapatkan hasil
merepresentasikan gambar ke dalam diagram yang benar. Sujarwanto, Hidayat, & Wartono
vektor. (2014) memiliki pendapat yang sama terkait
Pada aspek plan a solution, pada aspek hal ini.
ini peserta didik diharapkan terampil dalam Pada aspek check & evaluate,
merencanakan solusi untuk menyelesaikan memperlihatkan keterampilan peserta didik
soal. Awalnya peserta didik tidak terampil dalam mengevaluasi hasil yang ia peroleh,
dalam merencanakan solusi ini. Hal ini mengecek satuan dan tanda yang ia gunakan.
dikarenakan ketidaktahuan konsep dari soal Skor yang didapat tergolong sangat rendah
yang diberikan. Komariah (2011) juga yaitu dengan rata-rata sebesar 13,96%.
menemukan bahwa sempitnya wawasan Walaupun ada peningkatan skor menjadi
terhadap konsep-konsep fisika dan kurangnya 47,92% dengan kategori cukup, namun skor
kemampuan siswa dalam materi apresepsi ini termasuk yang paling rendah
menyebabkan siswa sulit dalam merecanakan dibandingkan dengan aspek yang lain.
solusi. Selain itu, walapun peserta didik telah Terlihat bahwa peserta didik tidak terbiasa
mampu menemukan masalah dan ide yang menuliskan kesimpulan yang ia dapatkan,
tepat belum tentu dapat dituangkan ke dalam mengecek hasil yang ia peroleh, mengecek
solusi yang benar (Amanah, Harjono, & satuan yang ia gunakan, dan lain-lain
Gunada, 2017). Namun, setelah diberikan sehingga hal ini menyebabkan masih banyak
perlakuan, siswa akhirnya dapat hasil yang mereka dapatkan kurang benar.
merencanakan solusi untuk menyelesaikan Siswa masih banyak mengevaluasi
soal yang diberikan. Bahkan siswa menjadi berdasarkan apa yang diketahui pada masalah
sangat terampil dalam menuliskan belum berdasarkan konsep dasar masalah.
persamaan-persamaan yang akan digunakan Sujarwanto, Hidayat, & Wartono (2014)
dalam penyelesaian soal. menyebutkan siswa yang demikian tergolong
Pada aspek execute the plan, berkemampuan pemecahan masalah yang
memperlihatkan keterampilan operasi hitung rendah.
matematika peserta didik dalam menjalankan
6
Perubahan skor hasil posttest merepresentasikan soal ke dalam beberapa
menunjukkan adanya peningkatan. Besar representasi. Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan keterampilan peserta didik multirepresentasi dapat membantu siswa
dalam menyelesaikan soal-soal momentum dalam memahami konsep dan
dan impuls setelah diterapkan strategi menggambarkan masalah sebelum masuk ke
pemecahan masalah dicari dengan persamaan matematis (TMS & Sirait, 2016).
menggunakan rumus gain ternormalisasi. Fikri, P.M, dkk. (2018) menuliskan beberapa
Rata-rata nilai gain berada pada kategori kelebihan dari multirepresentasi, diantaranya
sedang yaitu sebesar 0,6092. Setelah ialah membantu dalam proses kognitif,
dilakukan uji perbedaan, hasil skor pretest menghindari kekeliruan dalam
dan posttest menunjukkan perbedaan yang menginterpretasikan menggunakan beberapa
signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian representasi, dan dapat membangun
Taale (2011) dan Sujarwanto, Hidayat, & pemahaman mendalam terhadap situasi
Wartono (2014) bahwa telah terjadi masalah.
peningkatan pada cara siswa memecahkan Meningkatnya keterampilan dalam
masalah fisika setelah diterapkan langkah- merencanakan solusi mungkin dikarenakan
langkah strategi pemecahan masalah. Taale analisis yang tepat yang dibuat oleh peserta
(2011) juga menemukan bahwa persepsi didik. Sujarwanto, Hidayat, & Wartono
siswa mengenai fisika terlalu sulit tampak (2014) menyebutkan bahwa kemampuan
telah memudar. mengenali masalah berdasarkan prinsip dapat
Peningkatan keterampilan yang terjadi menentukan proses selanjutnya dalam
dapat disebabkan karena adanya bantuan memecahkan masalah fisika. Keterampilan
yang diberikan secara terus menerus pada dalam menuliskan hal yang diketahui dan
saat pembelajaran yaitu dengan menerapkan ditanya dan menggambarkan diagram bebas
strategi pemecahan masalah. Seperti yang dapat membantu peserta didik dalam
diungkapkan Amanah, Harjono, & Gunada menyederhanakan masalah (Taale, 2011).
(2017), peningkatan kemampuan yang terjadi Hal ini terdapat pada langkah visualize the
pada peserta didik cenderung lebih baik problem dan physics description. Karena
ketika mereka mendapat bantuan secara terus langkah ini pula siswa dapat memasukkan
menerus hingga mereka dapat variabel yang tepat ke dalam persamaan yang
menyelesaikannya sendiri. Caliskan, et al. telah direncanakan sebelumnya.
(2010) juga menemukan bahwa peningkatan Heller & Hollabaugh (1992)
kemampuan penyelesaian soal pada peserta menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor yang
didik lebih besar terjadi pada kelas yang dapat membantu seseorang menjadi terampil
diajarkan dengan strategi pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal-soal fisika, yaitu
dibandingkan dengan kelas yang tidak memahami prinsip-prinsip fisika, dan harus
diajarkan strategi pemecahan masalah. memiliki strategi dalam menerapkan prinsip-
Dalam penerapannya, strategi prinsip tersebut pada situasi baru. Hal ini
pemecahan masalah melatih siswa dalam terdapat pada langkah-langkah strategi
merepresentasikan bahasa verbal ke dalam pemecahan masalah dimana peserta didik
sketsa, diagram, dan matematis. Dengan diajarkan untuk mengidentifikasi konsep-
adanya representasi maka akan memudahkan konsep dasar yang terdapat di dalam soal
dalam menyelesaikan masalah fisika. TMS & agar dapat dicari solusi yang tepat untuk
Sirait (2016) menemukan bahwa siswa yang menyelesaikan soal tersebut.
disajikan beberapa representasi dari soal-soal Dengan meningkatkan keterampilan
fisika memiliki skor yang lebih tinggi menyelesaikan soal melalui strategi
dibandingkan dengan skor siswa yang hanya pemecahan masalah, dapat mengurangi
menggunakan satu representasi. kesulitan konseptual pada siswa (Taale,
Penelitian ini memperlihatkan adanya 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan skor siswa setelah dilatih siswa telah membangun ketertarikan dalam
7
menyelesaikan soal fisika sejak mereka dapat hasil pretest dan posttest; (3) besar efektivitas
mengingat dan menggunakan langkah- penerapan strategi pemecahan masalah ialah
langkah yang mereka butuhkan dalam 6,12 yang dapat dikatakan tergolong tinggi
menyelesaikan soal (Taale, 2011). karena berada di atas maksimal 1,2.
Keefektifan strategi pemecahan masalah Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
dalam meningkatkan keterampilan peserta pengaruh strategi pemecahan masalah sangat
didik menyelesaikan soal-soal momentum efektif dalam meningkatkan keterampilan
dan impuls sebesar 6,12. Hal tersebut wajar penyelesaian soal.
dikarenakan data hanya menggunakan 1 kelas
(Durlak, 2009). Walaupun harga effect size Saran
berada jauh di atas maksimal, namun Berdasarkan hasil penelitian yang telah
berdasarkan nilai n-gain dan uji signifikansi dilakukan bahwa strategi pemecahan masalah
menunjukkan strategi pemecahan masalah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
dapat dikatakan efektif untuk diterapkan pada diterapkan pada proses pembelajaran dalam
proses pembelajaran dalam meningkatkan rangka mengembangkan keterampilan peserta
keterampilan menyelesaikan soal. Hal didik menyelesaikan soal. Namun untuk
tersebut didukung oleh penelitian Caliskan, pengembangan selanjutnya dapat disarankan
et. al (2010) yang menemukan bahwa beberapa hal, diantaranya melakukan
penerapan strategi pemecahan masalah dalam penelitian pengembangan bahan ajar berbasis
pembelajaran dapat memberikan efek positif strategi pemecahan masalah agar peserta
bagi kemampuan penyelesaian masalah fisika didik dapat lebih mudah dalam memahami
dan meningkatkan strategi pemecahan materi sekaligus cara penyelesaian soal,
masalah pada peserta didik Gok T. (2015) melakukan penelitian lebih lanjut dengan
juga menemukan bahwa mengajar dengan memperhatikan variasi tingkat kesulitan soal
metode peer instruction + strategi pemecahan berdasarkan tingkat kognitifnya agar
masalah lebih efektif daripada hanya diketahui pengaruhnya terhadap keterampilan
mengajar dengan metode peer instruction peserta didik dalam menyelesaikan soal, dan
saja. melakukan penelitian untuk menganalisis
respon siswa pada setiap langkah
SIMPULAN DAN SARAN menyelesaikan soal menggunakan strategi
Simpulan pemecahan masalah agar lebih mudah dalam
Berdasarkan analisis data, maka dapat mengatasi dan mencegah kesulitan peserta
disimpulkan bahwa penerapan strategi didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika.
pemecahan masalah efektif untuk
meningkatkan keterampilan peserta didik DAFTAR RUJUKAN
dalam menyelesaikan soal pada materi Agustin, D.K., dkk. 2016. Kesalahan Siswa
momentum dan impuls di SMA Negeri 2 dalam Memecahkan Masalah
Pontianak. Adapun sub simpulan dari Momentum-Impuls. Pros. Semnas Pend.
penelitian ini yaitu: (1) pada pretest IPA Pascasarjana UM. Malang,
persentase keterampilan peserta didik dalam Indonesia. Hal. 174-183.
menyelesaikan soal sebesar 21,33% yang Amanah, P., Harjono, A., & Gunada, I. W.
tergolong rendah sedangkan pada posttest 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah
persentase keterampilan penyelesaian soal dalam Fisika dengan Pembelajaran
meningkat menjadi 69% yang tergolong Generatif Berbantuan Scaffolding dan
tinggi; (2) besar peningkatan keterampilan Advance Organizer. Jurnal Pendidikan
peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Fisika dan Teknologi. 3(1): 84-91.
momentum dan impuls setelah diterapkan BSNP. 2016. Standar Isi Pendidikan Dasar
strategi pemecahan masalah berada pada dan Menengah. (http://bsnp-
kategori sedang yaitu sebesar 0,6073 dan indonesia.org/standar-isi/), diakses pada
mengalami perbedaan yang signifikan dari 1 Maret 2018.
8
Caliskan, et al. 2010. Effect of the problem SMP Hasil UN Makin Handal.
solving strategies instruction on the (https://www.kemdikbud.go.id/main/blo
students' physics problem solving g/2017/06/unbk-meningkatkan-
performances and strategy usage. integritas-pelaksanaan-un-jenjang-smp-
Procedia Social and Behavioral hasil-un-makin-handal), diakses pada 19
Sciences.11 Januari 2010, Izmir, Turkey. 2018.
Hal. 2239-2243. Kemdikbud. 2017b. Laporan Pelaksanaan
Dewi, N. 2011. Analisis Kesalahan dalam UN 2017 Jenjang SMA dan SMK:
Menyelesaikan Soal Fisika pada Siswa Tindak lanjut hasil UN untuk perbaikan.
Kelas XI SMA Negeri 1 Gemolong 8 Mei 2017, Jakarta.
Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Khalifah, A. N., dkk. 2017. Analisis
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kemampuan Pemecahan Masalah pada
Durlak, J. A. 2009. How to Select, Calculate, Materi Momentum Impuls. Pros.
and Interpret Effect Size. Journal of Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM.
Pediatric Psychology. 34(9): 917-928. 2. Malang, Indonesia. Hal. 114-117.
Fikri, P.M, dkk. 2018. Profile of students' Kohl, P., Rosengrant, D., & Finkelstein, N.
generated representations and creative 2007. Strongly and Weakly Directed
thinking skill in problem solving in Approaches to Teaching Multiple
vocational school. Journal of Physics: Representation Use in Physics. Physical
Conference Series. 1013 012057. Review Special Topics - Physics
Gok, T. 2015. An Investigation of Students' Education Research. 3(1): 1-10.
Performance after Peer Instruction with Komariah, K. 2011. Penerapan Metode
Stepwise Problem Solving Strategies. Pembelajaran Problem Solving Model
International Journal of Science and Polya untuk Meningkatkan Kemampuan
Mathematics Education. 13(3): 561-582. Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas
Heller, P., & Hollabaugh, M. 1992. Teaching IX J di SMPN 3 Cimahi. Prosiding
problem solving through cooperative Seminar Nasional Penelitian.
grouping. Part 2: Designing problems Yogyakarta, Indonesia. Hal. 181-188.
and structuring groups. American Mahmudah, I. R. 2013. Analisis Kesalahan
Journal of Physics. 60(7): 637-644. dalam Menyelesaikan Soal Materi
Heller, P., Keith, R., & Anderson, S. 1992. Pokok Teori Kinetik Gas pada Siswa
Teaching Problem Solving Through Kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta
Cooperative Grouping. Part 1: Group Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi.
versus individual problem solving. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
American Association of Physics Novisya, D. 2017. Analisis Kemampuan
Teachers. 60(7): 627-636. Siswa dalam Penyelesaian Soal-Soal
Hull, et al. 2013. Problem Solving rubrics Fisika pada Materi Gerak Parabola
revisited: Attending to the blending of Kelas XI IPA di SMAN 1 Sungai
informal conceptual and formal Geringging Kabupaten Padang
mathematical reasoning. Physical Pariaman. Skripsi. Institut Agama Islam
Review Special Topics - Physics Negeri, Batusangkar.
Education Research. 9(1): 010105-1- Rahmawati, N. 2017. Pembelajaran Strategi
010105-16. SAPS Berbasis Multirepresentasi untuk
Ichtyaranisa, U. 2013. Remediasi Kesalahan Meremediasi Kesalahan Siswa
Siswa Menyelesaikan Soal Fluida Statis Menyelesaikan Soal Hukum Newton.
Menggunakan Model Make a Match di Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
SMA. Jurnal Pendidikan dan 6(9): 1-9.
Pembelajaran. 2(9): 1-14. Rufaida, S. A. 2012. Profil Kesalahan Siswa
Kemdikbud. 2017a. UNBK Meningkatkan SMA dalam Pengerjaan Soal pada
Integritas Pelaksanaan UN Jenjang
9
Materi Momentum dan Impuls. Skripsi. Fisika pada Modeling Instruction pada
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Siswa SMA kelas XI. Jurnal Pendidikan
Shih, Y., & Singh, C. 2013. Using an IPA Indonesia. 3(1): 65-78.
isomorphic problem pair to learn Susiharti, & Ismet. 2017. Studi Kesalahan
introductory physics: Transferring from Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal
a two-step problem to a three step Vektor di SMA Negeri 1 Inderalaya.
problem. Physical Review Special Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Topics - Physics Education Research. Fisika. 4(1): 99-105.
9(2): 1-21. Taale, K. D. 2011. Improving physics
Sirait, J., Hamdani, & Oktavianty, E. 2017. problem solving skills of students of
Analysis of Pre-Service Physics Somanya Senior High Secondary
Teachers' Understanding of Vectors and Technical School in the Yilo Krobo
Forces. Journal of Turkish Science District of Eastern Region of Ghana.
Education. 14(2): 82-95. Journal of Education and Practice. 2(6):
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian 8-20.
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, TMS, H., & Sirait, J. 2016. Representations
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Based Physics Instruction to Enhance
Alfabeta. Students' Problem Solving. American
Sujarwanto, E., Hidayat, A., & Wartono. Journal of Educational Research. 4(1):
2014. Kemampuan Pemecahan Masalah 1-4.

10

Anda mungkin juga menyukai