Hartatiana1
Alumni S2 FKIP Unsri / Guru SMK Negeri 2 Kayuagung
E-mail: hartatiana08@yahoo.com
Darmawijoyo2
Dosen S2 FKIP Unsri
E-mail: darmawijoyo1965@gmail.com
Abstrak:
145
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin Sedangkan pada soal-soal ujian akhir sekolah
dicapai hanya melalui hapalan, dan latihan soal berstandar nasional (UASBN) matematika,
dengan prosedur biasa, maka perlu hanya terdapat maksimal satu soal-soal
dikembangkan materi dan soal yang sesuai pemecahan masalah pada setiap tahunnya, hal
(Depdiknas, 2003). ini tidak sesuai dengan fokus KTSP yang telah
Fenomena yang terjadi saat ini dijelaskan di atas.
menunjukkan bahwa soal-soal yang terdapat
Rumusan Masalah
dalam buku pegangan siswa adalah soal yang
penyelesaiannya menggunakan prosedur biasa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
karakteristik pembelajaran matematika saat ini pemecahan masalah berbasis argumen untuk
antara lain tergantung pada buku paket dan lebih siswa kelas V SD pokok bahasan pecahan,
dominan soal rutin. Dengan kondisi seperti ini bangun datar dan bangun ruang yang valid
dijelaskan di atas belum tercapai sepenuhnya. 2. Bagaimana efek potensial soal yang
Sementara itu, di dalam kurikulum tingkat dikembangkan terhadap hasil belajar siswa
konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, penelitian ini adalah:
dalam pemecahan masalah, serta memiliki sikap 1. Untuk menghasilkan soal-soal pemecahan
menghargai kegunaan matematika dalam masalah berbasis argumen untuk siswa kelas
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, V SD pada pokok bahasan pecahan, bangun
perhatian, dan minat dalam mempelajari datar dan bangun ruang yang valid dan
dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). 2. Untuk mengetahui efek potensial soal yang
Selain itu KTSP juga menyebutkan dikembangkan terhadap hasil belajar siswa
siswa selalu diberikan soal-soal dengan prosedur Hasil penelitian ini diharapkan dapat
rutin, demikian pula pada tes sumatif. bermanfaat baik bagi kepentingan teoritis
146
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
maupun untuk kepentingan praktis. Untuk sejelas dalam masalah rutin. Soal-soal nonrutin
kepentingan teoritis hasil penelitian ini merupakan soal yang sulit dan rumit, serta tidak
diharapkan dapat memotivasi para guru ada metode standar untuk menyelesaikannya.
khususnya guru matematika untuk melakukan Akibatnya kita tidak dapat mengajari siswa
hal serupa yaitu membuat soal-soal pemecahan prosedur-prosedur khusus untuk menyelesaikan
masalah berbasis argument yang valid dan soal-soal tesebut, kita hanya mengarahkan dan
praktis, sedangkan untuk kepentingan praktis membantu mereka dalam mengembangkan
hasil penelitian ini diharapkan dapat: kemampuan problem solving yang nantinya
1. Menambah pengetahuan peneliti khususnya mungkin dapat membantu mereka dalam
tentang sistematika pembuatan soal-soal menciptakan strategi mereka sendiri. Namun ini
pemecahan masalah berbasis argumen yang menggambarkan matematika itu sebenarnya,
valid, praktis dan efektif. yaitu menyelesaikan masalah. Dalam penelitian
2. Memberikan tambahan soal-soal pemecahan ini akan di buat soal pemecahan masalah
masalah berbasis argumen bagi para guru nonrutin.
matematika sekolah dasar.
3. Memberi pengalaman kepada siswa sekolah Karakteristik Soal Pemecahan Masalah
dasar, khususnya di SD Negeri 79 Palembang
Secara umum karakteristik soal
dalam menyelesaikan soal pemecahan
pemecahan masalah adalah soal yang menuntut
masalah berbasis argumen.
siswa untuk:
1. Menggunakan beragam prosedur dimana para
LANDASAN TEORI
siswa dituntut untuk menemukan hubungan
Pemecahan Masalah Dalam Matematika
antara pengalaman sebelumnya dengan
Ada dua jenis masalah yaitu masalah masalah yang diberikan untuk mendapatkan
rutin dan masalah nonrutin. Masalah atau soal solusi.
rutin biasanya mencakup aplikasi suatu prosedur 2. Melibatkan manipulasi atau operasi dari
matematika yang sama atau mirip dengan hal pengetahuan yang telah diketahui
yang baru dipelajari. Sedangkan dalam masalah sebelumnya.
nonrutin untuk sampai pada prosedur yang benar 3. Memahami konsep-konsep dan istilah-istilah
diperlukan pemikiran yang lebih mendalam. matematika.
Masalah nonrutin sering membutuhkan 4. Mencatat kesamaan, perbedaan dan
pemikiran yang lebih jauh, karena prosedur perumpamaan.
matematika untuk menyelesaikannya tidak
147
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
148
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
penyelesaiannya tidak menggunakan prosedur strategi yang tepat yang pada akhirnya dapat
biasa dan pada proses penyelesaiannya siswa memberikan kesimpulan yang benar.
dituntut untuk dapat mengemukakan Menurut Klipatrick dan Jane (2002)
argumennya misalnya alasan mengapa siswa kemampuan matematika memiliki lima standar
menggunakan cara tersebut. Keempat langkah yaitu Pemahaman konsep (Concept
dalam proses menyelesaikan soal pemecahan Understanding), Perhitungan
masalah dalam penerapannya membutuhkan (Computing/Procedural Fluency), Penerapan
argumen-argumen yang logis dan tepat, seperti (Applying/strategic competence), penalaran
yang dijelaskan di atas bahwa kemampuan (Reasoning) dan Productive Disposition. Kelima
bernalar erat kaitaannya dengan kemampuan standar ini saling berkaitan dan tidak dapat
berargumentasi, karena kemampuan bernalar ini berdiri sendiri. Pemahaman konsep yaitu
menjadikan siswa dapat memecahkan masalah kemampuan mengenai konsep matematika,
dalam kehidupannya. Penalaran (Reasoning) operasi dan relasi/hubungan, mengetahui
merupakan kemampuan untuk berfikir secara mengenai simbol dan diagram. Pengetahuan
logis tentang hubungan antara konsep dan yang dipelajari dengan pemahaman merupakan
situasi, sedangkan argumen yang benar atau sebuah fondasi untuk mengingat dan
valid merupakan fondasi yang melibatkan membangun kembali metode atau fakta-fakta
pengetahuan untuk kemudian menarik matematika untuk menyelesaikan masalah baru
kesimpulan yang benar. Dalam proses dan masalah yang tidak biasa serta untuk
pemecahan masalah terutama soal pemecahan menambah pengetahuan baru.
masalah siswa dituntut untuk merumuskan Computing/Procedural fluentcy yaitu
masalah, menggunakan berbagai cara sehingga melaksanakan prosedur matematika seperti
diperoleh strategi yang tepat, menggunakan menjumlahkan, mengurangkan, membagi dan
argument-argumen apakah solusi yang ia mengalikan bilangan dengan fleksibel, akurat,
berikan dapat dibenarkan. Seringkali strategi efisien dan sesuai. perhitungan di sini
yang digunakan membutuhkan prosedur dimaksudkan tidak hanya melibatkan prosedur
perhitungan, pengukuran dan sebagainya, tetapi aritmatik tetapi pengukuran, aljabar
penalaran mutlak diperlukan untuk (menyelesaikan persamaan) dan geometri
mengidentifikasi apakah prosedur yang kita (kesamaan antar bangun), serta statistika
gunakan tersebut benar. Serta dengan (pengolahan data).
menghubungkan konsep-konsep dan situasi Applying/strategic competence
dalam permasalahan siswa dapat menemukan merupakan kemampuan untuk
memformulasikan masalah dan merencanakan
149
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
150
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
151
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
x Data hasil one to one Pada tahap ini dilakukan persiapan dan
Data dari hasil one to one diperoleh desain, adapun persiapan yang dilakukan peneliti
dengan memberikan soal tersebut kepada satu adalah melakukan analisis terhadap subjek
orang tester, kemudian hasil jawaban dan penelitian yaitu siswa SD Negeri 79 Palembang
komentarnya dijadikan dasar untuk memperbaiki kelas V (lima) yang berjumlah 35 orang. Selain
prototipe. Adapun beberapa hal yang harus itu juga dilakukan kerjasama dengan guru kelas
dikomentari tester adalah mengenai kejelasan dan kepala sekolah untuk mengatur jadwal
petunjuk soal, pemahamannya terhadap soal, penelitian.
kesulitannya dalam memahami soal, dan Pada tahap desain peneliti melakukan
gambar-gambar pada soal apakah membantu pendesainan soal pemecahan masalah berbasis
dalam memahami soal. argumen, dengan terlebih dahulu melakukan
x Data hasil small group analisis terhadap standar kompetensi,
Data hasil small group di dapat dari hasil kompetensi dasar dan materi yang dipelajari di
pekerjaan siswa, dimana soal diujicobakan kelas lima semester genap.
kepada beberapa orang siswa diluar subjek
Tahap Formative Evaluation
penelitian. Data dianalisa kemudian dihitung
validitas dan reliabilitasnya. Selain itu juga x Self Evaluation
diminta komentar mereka terhadap kepraktisan Pada tahap ini peneliti melakukan
soal yang difokuskan pada kejelasan dan penilaian terhadap 12 soal pemecahan masalah
Data hasil uji lapangan (field test) Pada tahap ini, hasil pendesainan yang
tersebut kepada subjek penelitian, kemudian pembimbing secara terus menerus dan 3 orang
152
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
dapat memahami soal dan sejauh mana ia bisa x Field Test ( Uji Lapangan )
berargumentasi. Dari hasil pekerjaan siswa ini, Soal pada prototipe ketiga di uji cobakan
peneliti menyimpulkan soal dapat pada subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD
mengembangkan kemampuan berargumentasi Negeri 79 Palembang , sebanyak 35 siswa. Soal
jika pada tahapan ± tahapan dalam menjawab yang diberikan terdiri dari 10 soal dan
soal diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dilaksanakan dalam dua kali tes, masing-masing
memancing siswa untuk berargumentasi tes terdiri dari 5 soal.
terhadap jawaban yang mereka berikan. Maka
sesuai dengan saran dari pakar dan teman
sejawat serta analisa peneliti terhadap hasil uji PEMBAHASAN
coba one to one maka soal yang telah
dikembangkan akan diperbaiki. Prototype Soal pemecahan masalah berbasis
x Uji Coba Small Group argumen yang Valid dan Praktis
Soal pemecahan masalah berbasis
Setelah melalui proses pengembangan
argumen pada prototipe kedua yang merupakan
yang terdiri dari 3 tahap untuk 3 prototype dan
revisi dari tahapan validasi pakar dan one to one,
proses revisi berdasarkan saran validator dan
telah dibagi atau dikelompokkan menjadi dua
siswa, diperoleh soal pemecahan masalah
kali tes, diujicobakan pada small group yang
berbasis argumen pokok bahasan pecahan,
terdiri dari 10 orang siswa SD kelas V yang
bangun datar dan bangun ruang yang dapat
bukan subjek penelitian. Peneliti meminta siswa-
dikategorikan valid dan praktis. Soal-soal
siswa tersebut untuk menjawab soal yang telah
tersebut terdiri dari 10 soal.Kevalidan tergambar
dibuat. Pelaksanaan dilaksanakan selama dua
dari hasil penilaian validator, dimana semua
hari yang disesuaikan dengan banyaknya tes hari
validator menyatakan produk soal yang dibuat
pertama soal 1 sampai 7 yaitu mengenai pecahan
sudah baik, berdasarkan content (soal sesuai
dan tes hari kedua 5 soal tentang bangun datar
kompetensi dasar dan indikator), konstruk
dan bangun ruang. Selama pelaksanaan, peneliti
(sesuai dengan teori dan kriteria soal pemecahan
berinteraksi untuk melihat kesulitan-kesulitan
masalah berbasis argumen : mengembangkan
yang mungkin terjadi selama proses pengerjaan
kemampuan berargumen, kaya dengan konsep,
instrumen, sehingga dapat memberikan indikasi
sesuai level siswa, dan mengundang
apakah instrumen tersebut perlu diperbaiki atau
pengembangan konsep lebih lanjut), dan bahasa
tidak selain itu disetiap akhir tes siswa diberikan
(sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
lembar penilaian kepraktisan soal.
berlaku dan EYD).
153
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
Kevalidan soal ini juga tergambar setelah soal yang diberikan. Dari hasil penelitian didapat
dilakukan analisis terhadap jawaban small bahwa rata-rata seluruh siswa dalam dua kali tes
group dimana setiap skor jawaban siswa soal-soal tersebut adalah siswa 65, 03. Dari hasil
dianalisis oleh peneliti dan berdasarkan tersebut maka dapat dikategorikan pemberian
penilaian kepraktisan soal oleh siswa Dari hasil soal pemecahan masalah berbasis argumen
analisis tersebut hanya dua soal pada tes kedua pokok bahasan pecahan, bangun datar dan
yang dihilangkan yaitu nomor 9 dimana bangun ruang mempunyai efek potensial yang
kebanyakan siswa tidak bisa menemukan cukup baik terhadap hasil belajar siswa.
jawabannya. Dan soal nomor 11 karena
materinya belum dipelajari.
Kepraktisan soal dilihat dari hasil SIMPULAN DAN SARAN
analisis jawaban siswa pada uji coba small
Simpulan
group, dimana sebagian besar siswa dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menyelesaikan yang diberikan dan penilaian
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
kepraktisan dari siswa. Artinya soal yang dibuat
sebagai berikut :
dapat dipakai oleh pengguna, sesuai alur pikiran
1. Penelitian ini telah menghasilkan suatu
siswa, mudah dibaca, tidak menimbulkan
produk soal pemecahan masalah berbasis
penafsiran ganda dan dapat diberikan serta
argumen pokok bahasan pecahan, bangun
digunakan oleh semua siswa.
datar dan bangun ruang untuk siswa kelas V
SD yang valid dan praktis sebanyak 10 soal
Efek Potensial Prototype Soal Pemecahan
Masalah Berbasis Argumen hal ini tergambar dari penilaian validator,
perhitungan validitas butir soal dan hasil uji
Soal-soal pemecahan masalah berbasis coba small group.
argumen pokok bahasan pecahan, bangun datar 2. Soal-soal pemecahan masalah berbasis
dan bangun ruang yang sudah dikategorikan argumen yang dikembangkan memiliki efek
valid dan praktis, kemudian diujicobakan kepada potensial cukup baik terhadap hasil belajar
subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri siswa. Secara keseluruhan siswa dapat
79 Palembang. Pemberian soal-soal pemecahan mengemukakan argumennya dengan kategori
masalah berbasis argumen ini terdiri dari dua cukup baik hal ini terlihat dari rata-rata nilai
kali tes, masing-masing tes terdiri dari 5 soal. siswa dari dua kali tes mencapai 65,03.
Setelah tes dilaksanakan penulis menganalisis
hasil tes siswa untuk mengetahui efektifitas dari
154
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
155
Hartatiana, Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen
156