Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN


SOAL CERITA PADA SISWA KELAS V SD NO.2 PEMARON
I G. E. P. Dewi Nitya1, I Wyn. Koyan2, Tjok Rai Partadjaja3
1
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, 3Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: nityaaonly@gmail.com1, koyan@undiksha.ac.id2, Tjokrai.partadjaja@gmail.com3

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil
belajar dalam mata pelajaran Matematika setelah diterapkannya model polya
pada siswa kelas V di SD No. 2 Pemaron. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 24 siswa kelas V SD No. 2 Pemaron.
Data penelitian tentang aktivitas dan hasil belajar Matematika diperoleh dengan
metode observasi dan metode tes. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus.
Pertemuan I dan II untuk pembelajaran, serta pertemuan III pemberian tes siklus.
Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus
I sampai siklus II. Pada siklus I, rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 30,2
dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II, rata-rata skor aktivitas belajar siswa
meningkat 4,78 sehingga rata-rata skor aktivitas belajar siswa menjadi sebesar
34,98 dengan kategori aktif. Persentase hasil belajar 64,69% dengan kategori
rendah. Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 13,54%
sehingga rata-rata hasil belajar siswa menjadi sebesar 78,23% dengan kategori
sedang. Jadi, aktivitas meningkat 4,78 dan hasil belajar meningkat sebesar
13,54% setelah diadakan tindakan.

Kata-kata kunci: model polya, aktivitas belajar, hasil belajar

Abstract
Research aims to determine the increase of learning activity and learning
outcomes in mathematics after Polya model applied in grade V students of
elementary school No. 2 Pemaron. The type of this research was classroom action
research. The subject of this research were 24 students in grade V of elementary
school No. 2 Pemaron. Learning activity and learning outcomes increasing data
were taken by observation and test method. Research conducted during two
cycles. The first and second meetings were for learning, and the third was for
cycle test. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis method.
The results of this research showed that the learning activity and learning
outcomes has increased from first to second cycle. In the first cycle, the average
score of learning activity was 30,2 with a moderately active category. Second
cycle, the average score of learning activity increased 4,78 being 34,98 with the
active category. The percentage of learning outcomes was 64,69% with low
category. In the second cycle there was an increasing of learning outcomes
percentage 13,54% being 78,23% with medium category. So, learning activity
increase 4,78 and learning outcomes increase 13,54% after applied this research.

Keywords: polya model, learning activity, learning outcomes


PENDAHULUAN Gagne menyatakan dalam bukunya
Kemajuan ilmu pengetahuan dan bahwa kemampuan intelektual tingkat
teknologi menuntut sumber daya manusia tinggi dapat dikembangkan melalui
untuk memiliki keahlian dan keterampilan. pemecahan masalah. Dalam pemecahan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk masalah terjadi bentuk pembelajaran yang
mempersiapkan sumber daya manusia lebih kompleks dan membutuhkan aturan-
untuk memiliki suatu keahlian dan aturan yang lebih sederhana yang harus
keterampilan tersebut. Oleh karena itu, diketahui sebelumnya. Ketika
pendidikan mempunyai peranan penting memecahkan masalah Matematika, siswa
dalam menghadapi kemajuan ilmu terlibat dalam perilaku berfikir guna
pengetahuan dan teknologi. mencapai pemecahan suatu masalah.
Matematika merupakan salah satu Lebih lanjut, Suherman menyatakan
mata pelajaran yang diajarkan pada setiap bahwa pemecahan masalah merupakan
jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan bagian dari kurikulum Matematika yang
dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu sangat penting dalam pembelajaran
dasar pertimbangannya karena maupun penyelesaian suatu
Matematika adalah suatu alat untuk permasalahan. Siswa akan memperoleh
mengembangkan cara berpikir yang pengalaman dalam menggunakan
mendasari perkembangan teknologi pengetahuan serta kemampuan yang
modern. Matematika sangat diperlukan sudah dimiliki untuk diterapkan pada
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pemecahan masalah. Pengalaman ini
dalam menghadapi kemajuan ilmu akan memicu adanya kemampuan
pengetahuan dan teknologi. memecahkan masalah. Guru sebagai
Peraturan Menteri Pendidikan pendidik perlu menumbuhkembangkan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang kemampuan siswa di sekolah untuk
standar isi untuk satuan pendidikan dasar menyelesaikan suatu masalah. Oleh
dan menengah menyatakan bahwa mata karena itu, siswa perlu diberikan
pelajaran Matematika bertujuan agar kesempatan dan fasilitas serta bimbingan
peserta didik memiliki kemampuan (1) yang optimal untuk berlatih agar lebih aktif
Memahami konsep Matematika, dalam memecahkan masalah yang
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan berkaitan dengan pengetahuan dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, keterampilan Matematika yang telah
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, mereka miliki.
dalam pemecahan masalah. (2) Pembelajaran Matematika yang
Menggunakan penalaran pada pola dan diharapkan di atas ternyata tidak
sifat, melakukan manipulasi Matematika ditemukan pada pelaksanaan
dalam membuat generalisasi, menyusun pembelajaran kelas V di SD No. 2
bukti, atau menjelaskan gagasan dan Pemaron. Berdasarkan hasil observasi
pernyataan Matematika. (3) Memecahkan ketika guru mengajar ditemukan bahwa
masalah yang meliputi kemampuan aktivitas dalam memecahkan masalah
memahami masalah, merancang model dalam soal cerita masih rendah. Hal ini
Matematika, menyelesaikan model dan didukung oleh hasil wawancara dengan
menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) seorang guru Matematika kelas V di SD
Mengomunikasikan gagasan dengan No. 2 Pemaron yang menyatakan bahwa
simbol, tabel, diagram, atau media lain kesulitan yang paling sering dialami siswa
untuk memperjelas keadaan atau SD No. 2 Pemaron adalah menyelesaikan
masalah. (5) Memiliki sikap menghargai soal cerita. Sebagian besar siswa
kegunaan Matematika dalam kehidupan, mengalami kesulitan dalam
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, menyelesaikan soal cerita. Kesulitan
dan minat dalam mempelajari Matematika, tersebut seperti mencari informasi yang
serta sikap ulet dan percaya diri dalam diketahui dan mencari apa yang
pemecahan masalah. ditanyakan pada soal cerita serta
Terkait dengan tujuan tersebut, merencanakan strategi penyelesaian
pemecahan masalah memegang peran kurang tepat sehingga tidak bisa
penting dalam pembelajaran Matematika. menyelesaikan pemecahan soal cerita
tersebut. Ini menunjukkan konsentrasi menyeleksi informasi yang relevan,
siswa hanya mengacu pada perolehan menganalisis dan akhirnya mampu
hasil akhir tanpa memperhatikan proses merefleksi kembali kebenaran hasil yang
pemecahan masalah yang telah telah dicapai. Setelah itu, kita bisa
dilaksanakan. Selain itu, berdasarkan menjawab soal tersebut dengan
hasil pencatatan dokumen, banyak siswa terstruktur sehingga maksud dan konsep
yang mendapat nilai dibawah KKM dari soal cerita tersebut menjadi jelas.
Matematika yakni 65. Hal ini ditunjukkan Penyelesaian soal cerita ini dianjurkan
oleh hasil ulangan yang telah dilakukan oleh George Polya. Karena pemecahan
oleh guru masih rendah. Banyak siswa masalah yang sistematis, prosedural dan
yang salah menjawab khususnya pada cermat ini ditemukan oleh George Polya,
soal yang berbentuk cerita. maka nama ini dinamakan polya.
Rendahnya kemampuan siswa (Musser, dkk 2004)
dalam memecahkan soal cerita Penelitian menyelesaikan soal
Matematika terbukti saat diadakan tes cerita dengan menggunakan model polya
awal. Tes awal yang diberikan adalah soal ini sebenarnya sudah pernah diterapkan
cerita yang kontekstual sesuai dalam oleh beberapa dosen (2005) dari
kehidupan sehari-hari mereka, namun Universitas Pendidikan Ganesha. Drs. I
masih banyak siswa yang mendapat nilai Made Suarjana, M.Pd dan Drs. I Gusti
di bawah KKM. Dari 24 orang siswa, Ngurah Japa, M.Pd telah melakukan
hanya 9 orang (37,5%) yang mendapat penelitian di SD 2 Banyuning dalam
nilai di atas KKM dan sisanya 15 orang meningkatkan kemampuan
(62,5%) mendapat nilai di bawah KKM. menyelesaikan soal cerita siswa kelas III
Rata-rata hasil tes awal kemampuan SD. Dalam penelitian tersebut dikatakan
pemecahan masalah Matematika dalam hasil belajar Matematika siswa kelas III
bentuk soal cerita siswa kelas V SD No. 2 SD mengalami peningkatan setelah teori
Pemaron secara keseluruhan hanya polya diterapkan. Hal itu ditunjukkan pada
mencapai 45,4%. Ini berarti bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari siklus I
kemampuan pemecahan masalah ke siklus II serta siklus III mengalami
Matematika siswa secara keseluruhan peningkatan. Selain penelitian yang
masih tergolong rendah. Berdasarkan dilakukan oleh Drs. I Made Suarjana,
permasalahan tersebut, perlu diterapkan M.Pd dan Drs. I Gusti Ngurah Japa, M.Pd,
alternatif pembelajaran yang bisa menjadi Drs. I Wayan Sudiana, M.Pd juga
solusi pemecahan masalah tersebut. melakukan penelitian mengenai
Salah satu upaya untuk meningkatkan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas
aktivitas dan hasil belajar siswa adalah II melalui pembelajaran pemecahan
penerapan model polya dengan masalah model polya terhadap soal cerita
berbantuan LKS. Penerapan model polya matematika pada SD 5 Banjar Jawa
dengan berbantuan LKS diyakini dapat Singaraja. Hal itu ditunjukan pada rata-
menyelesaikan permasalahan tersebut di rata prestasi belajar siswa dari siklus ke
atas. Model polya merupakan empat siklus mengalami peningkatan. Bertitik
langkah yang sistematis untuk tolak dari permasalan serta beberapa
penyelesaian masalah meliputi: penelitian yang relevan diatas, maka
pemahaman masalah, perencanaan peneliti mengambil judul “Penerapan
penyelesaian, pelaksanaan rencana Model Polya untuk Meningkatkan Aktivitas
penyelesaian dan pengecekan kembali dan Hasil Belajar Matematika dalam
(Prihandoko, 2006). Penyelesaian Menyelesaikan Soal Cerita pada Siswa
masalah yang dimaksud di sini adalah Kelas V SD NO. 2 Pemaron Tahun
penyelesaian masalah pada soal cerita. Pelajaran 2012/2013”.
Dengan menguasai langkah-langkah
polya dalam pemecahan masalah, METODE
diharapkan siswa terampil menyelesaikan Penelitian ini dilaksanakan pada
permasalahan terkait soal-soal cerita semester II tahun 2012/2013 di SD No. 2
sehingga mereka terlatih dalam Pemaron Kecamatan Buleleng Kabupaten
menyelesaikan permasalahan, mampu Buleleng. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). instrumen pengumpulan data yang terdiri
jenis penelitian tindakan yang akan dari lembar observasi untuk memperoleh
digunakan adalah penelitian tindakan data tentang aktivitas belajar dan tes
kolaboratif. Penelitian tindakan kolaboratif uraian untuk memproleh data tentang
yaitu kolaborasi atau kerjasama antara hasil belajar Matematika pada siklus I, (5)
guru dan peneliti. Peneliti dan guru ikut menyiapkan kunci jawaban dari tes yang
terlibat dalam pembelajaran dan digunakan. Siklus I dibagi menjadi tiga kali
perencanaan tindakan yang akan pertemuan yaitu dua kali pertemuan
dilaksanakan. membahas tentang materi dengan
Subjek dalam penelitian ini adalah menerapan model polya dan satu kali
siswa kelas V tahun pelajaran 2012/2013 pertemuan untuk melaksanakan tes untuk
dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang, mengetahui kemampuan siswa pada akhir
terdiri dari 12 siswa perempuan dan 12 siklus. Waktu penelitian yang digunakan
siswa laki-laki. Sebagai obyek penelitian pada setiap kali pertemuan adalah 3 x 35
tindakan kelas ini adalah aktivitas dan menit. Dalam penelitian ini, peneliti
hasil belajar Matematika siswa kelas V SD berperan sebagai guru yang menerapan
No. 2 Pemaron tahun pelajaran model polya . Dalam pengambilan data ini,
2012/2013. peneliti dibantu oleh seorang guru
Dalam penelitian ini, pengumpulan Matematika atas nama Ibu I Gusti Ayu Sri
data dilakukan dengan menggunakan Anggreni S.Pd. untuk mengamati aktivitas
metode observasi dan tes. Data yang belajar siswa dengan menggunakan
dikumpulkan adalah data aktivitas dan lembar observasi.
hasil belajar. Untuk mengumpulkan data Data aktivitas belajar siswa
aktivitas belajar siswa digunakan diobservasi oleh guru mata pelajaran
instrumen berupa lembar observasi Matematika. Dalam hal ini, guru mata
sedangkan untuk mengumpulkan data pelajaran Matematika membantu peneliti
hasil belajar siswa digunakan instrumen untuk mengumpulkan data aktivitas
pengumpulan data berupa soal-soal dengan menggunakan lembar observasi.
uraian. Adapun hasil analisis aktivitas belajar
Metode analisis data dalam siswa pada siklus I didapati 3 siswa
penelitian ini menggunakan metode berada pada kategori Aktif, 20 siswa
analisis deskriptif kuantitatif. Agung dalam berada pada kategori Cukup Aktif, dan
bukunya menyatakan bahwa metode sisanya 1 siswa berada pada kategori
analisis deskriptif kuantitatif merupakan Kurang Aktif. Jumlah rata-rata skor pada
Cara untuk mengolah data, yang dapat pertemuan I dan II adalah 725 serta rata-
dilakukan dengan menyusun data ke rata skor aktivitas siswa secara klasikal
dalam bentuk angka-angka dan atau adalah 30,2. Berdasarkan data tersebut,
persentase, mengenai objek yang diteliti, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
sehingga dengan demikian peneliti dapat skor aktivitas belajar siswa siklus I
memperoleh kesimpulan umum. sebesar 30,2 dan berada pada kategori
cukup aktif jika dikonversikan pada Kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN Skor Penggolongan Aktivitas belajar siswa
Hasil pada Tabel 1 berikut
Beberapa hal yang direncanakan
dalam siklus I adalah: (1) Tabel 1. Kriteria Skor Penggolongan
mensosialisasikan pembelajaran Aktivitas Belajar Siswa
Matematika dengan menerapkan model
polya kepada guru sebagai observer, (2) Rentang skor Kategori
menyiapkan rencana pelaksanaan X  40 Sangat aktif
pembelajaran (RPP) sesuai dengan
silabus. RPP ini menerapkan model polya 33,33  X < 40 Aktif
untuk membantu siswa memecahkan 26,67  X < 33,33 Cukup aktif
masalah pada soal cerita, (3) 20  X < 26,67 Kurang aktif
mempersiapkan media pembelajaran dan
lembar kerja siswa (LKS), (4) menyiapkan X < 20 Sangat kurang aktif
Data hasil belajar siswa ditemukan beberapa kendala dan
dikumpulkan dengan metode tes. Peneliti hambatan yang dapat dijadikan refleksi
memberikan tes akhir siklus pada untuk diperbaiki pada siklus II. Secara
pertemuan ketiga. Tes yang diberikan umum kendala dan hambatan yang
berupa soal-soal uraian yaitu 5 butir soal. muncul dapat dijabarkan sebagai berikut.
Setelah diadakan tes akhir sebagai (A) Ketuntasan belajar siswa belum
evaluasi akhir siklus I, maka diperoleh mencapai 75%. Hal ini disebabkan adanya
jumlah skor hasil belajar Matematika pada beberapa kekurangan yang teridentifikasi
siklus I adalah 155,25 dan rata-rata skor pada pelaksanaan siklus I sebagai berikut.
hasil belajar yang didapat pada siklus I Siswa masih sulit memecahkan masalah.
adalah 6,469. Selanjutnya jika Hal ini disebabkan karena: (1) siswa
dipersentasekan rata-rata skor hasil belum terbiasa menyelesaikan masalah
belajar siswa secara klasikal adalah yang diberikan melalui tahap-tahap
64,69%. Berdasarkan data tersebut, maka pemecahan masalah pada model polya.
dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor (2) siswa belum terbiasa dengan cara
hasil belajar siswa secara klasikal pada penyajian masalah dalam bentuk LKS
siklus I sebesar 6,469 dengan persentase sehingga siswa mengalami kesulitan
64,69%. Bila rata-rata persentase di atas dalam memahaminya. Situasi ini muncul
dikonversikan dengan skala PAP pada pada pertemuan pertama. (3) sebagian
tabel berikut yang digunakan dalam besar siswa belum terbiasa
penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa mempertimbangkan rencana atau strategi
tingkat hasil belajar Matematika siswa sebelum menyelesaikan masalah (4)
pada siklus I berada pada kategori terdapat beberapa siswa yang masih
rendah. kurang memahami konsep penjumlahan
dan pengurangan pada pecahan yang
Tabel 2. Pedoman PAP Skala Lima berpenyebut berbeda sehingga siswa sulit
untuk menyelesaikan masalah sesuai
Persentase Kriteria dengan rencana. Upaya yang akan
90% – 100% Sangat Tinggi dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut
80% – 89% Tinggi pada siklus berikutnya adalah dengan
65% – 79% Sedang membimbing siswa lebih intensif dalam
55% – 64% Rendah penerapan model polya dari langkah 1, 2,
0 0%– 54% Sangat Rendah 3 dan 4 serta memberikan penjelasan
mengenai konsep penjumlahan dan
Nilai KKM yang digunakan untuk pengurangan pada pecahan yang
menentukan ketuntasan belajar yang berpenyebut berbeda. (B) Keaktifan siswa
diberlakukan pada siswa kelas V SD No. 2 dalam menanggapi pertanyaan dari
Pemaron tahun pelajaran 2012/2013 yaitu peneliti masih kurang optimal, terutama
sebesar 65. 24 orang siswa, hanya 14 pada pertemuan pertama. Siswa masih
orang siswa telah tuntas. 10 orang siswa ragu dalam mengajukan pendapat atau
belum dinyatakan tuntas. Maka, gagasan. Mereka masih takut jika jawaban
ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang disampaikan salah. Upaya yang
pada siklus I sebesar 58,3%. Hal ini akan dilakukan untuk memperbaiki hal
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar tersebut pada siklus berikutnya adalah
siswa belum mencapai 75%. dengan memberikan motivasi, pujian dan
Refleksi dilaksanakan pada akhir penguatan lebih sering. (C) Pada saat
siklus I, pedoman yang digunakan dalam pembagian kelompok, beberapa siswa
refleksi ini adalah hasil observasi dan hasil tidak setuju jika pasangannya ditentukan
tes akhir hasil belajar siswa secara oleh guru sehingga suasana menjadi ribut
individual. Pada siklus I, hasil belajar yang dan waktu yang digunakan lebih lama
diperoleh siswa sudah ada peningkatan terlewatkan. Upaya yang dilakukan
dari refleksi awal sebelum dilaksanakan selanjutnya adalah menetapkan kelompok
tindakan. yang sudah dibentuk pada pertemuan
Berdasarkan hasil observasi dan pertama. (D) Dalam kelompok belajar,
evaluasi selama tindakan di siklus I ditemukan dua orang siswa yang masih
mengandalkan temannya yang dianggap Matematika siswa pada siklus I berada
lebih pintar untuk menyelesaikan LKS pada kategori sedang. Nilai KKM yang
tersebut. Sedangkan siswa tersebut digunakan untuk menentukan ketuntasan
mengobrol dengan pasangan lain belajar yaitu sebesar 65. 24 orang
didekatnya. Upaya untuk memperbaiki hal siswa, 20 siswa dinyatakan an tuntas dan 4
tersebut dengan selalu menegur siswa sisanya tidak tuntas. Maka, ketuntasan
tersebut. Terakhir (E) Dalam pelaksanaan belajar siswa secara klasikal mencapai
tes, kebiasaan siswa untuk mencontek 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa
dan berdiskusi dengan temannya masih ketuntasan belajar siswa sudah melebihi
terlihat. Namun, hal tersebut masih bisa 75%.
diatasi. Solusi untuk mengatasi masalah Perkembangan hasil penelitian
tersebut dengan selalu menegur siswa antara siklus I dan siklus II dapat dilihat
tersebut. Pada siklus II, pengawasan kembali pada aktivitas belajar siswa
ketika siswa mengerjakan
engerjakan tes perlu selama siklus I dan siklus II. Perbandingan
ditingkatkan lagi dan diperketat. rata-rata skor aktivitas belajar siswa,
siswa hasil
Berdasarkan hasil refleksi pada belajar siswa dan ketuntasan belajar
siklus I, peneliti mempersiapkan hal-hal hal siswa secara klasikal antara siklus I dan
yang pada dasarnya sama seperti siklus I. I siklus II disajikan sebagai beriku
berikut.
Hanya saja terdapat beberapa perbaikan
dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
memperbaikii kekurangan yang terjadi 100
pada siklus I. Siklus II dibagi menjadi tiga
kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan 80
Aktivitas
membahas tentang materi dengan 60 Belajar
menerapkan model polya dan satu kali
pertemuan untuk melaksanakan tes untuk 40 Hasil Belajar
mengetahui kemampuan siswa pada akhir (%)
20
siklus II. Waktu penelitian yang digunakan Ketuntasan
pada setiap kali pertemuan adalah 3 x 35 0 Belajar (%)
menit. Dalam penelitian ini ini, peneliti SIKLUS I SIKLUS
berperan sebagai guru, peneliti dibantu II
oleh seorang guru Matematika atas nama
Ibu I Gusti Ayu Sri Anggreni S.Pd. S.Pd untuk
mengamati aktivitas
ivitas belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi. Gambar 1.. Grafik Perbandingan Rata
Rata-rata
Data aktivitas belajar siswa skor Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan
dievaluasi oleh guru mata pelajaran Ketuntasan Belajar tiap Siklus.
Matematika yang membantu peneliti
dengan menggunakan lembar observasi.
Dari gambar diatas dapat dilihat
Jumlah keseluruhan skor aktivitas belajar
siklus II pada pertemuan I dan II dari 24 peningkatan yang terjadi dari siklus I dan
siswa adalah 815,5. Berdasarkan jumlah siklus II. Peningkatan terjadi baik dari
rata-rata skor tersebut,, maka dapat aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa
disimpulkan bahwa rata-rata skor aktivitas maupun ketuntasan belajar siswa.
belajar siswa secara klasikal pada siklus II
sebesar 33,98 yang tergolong kategori Pembahasan
aktif. Kemudian dari hasilsil tindakan siklus II Berdasarkan hasil penelitian yang
didapati jumlah keseluruhan skor hasil telah dilaksanakan di kelas V SD No. 2
belajar siklus II adalah 187,75 dan rata- rata Pemaron selama dua siklus menunjukkan
rata skor hasil belajar siswa adalah 7,823. terjadi peningkatan aktivitas dan hasil
Jika dinyatakan dalam persentase belajar siswa dengan menerapkan model
mencapai 78,23%.Bila
Bila rata
rata-rata polya . Berdasarkan
erdasarkan hasil observasi yang
persentase di atas dikonversikan dengan telah dilakukan selama proses
skala PAP pada tabel 2,, maka dapat pembelajaran berlangsung dengan
diketahui bahwa tingkat hasil belajar menggunakan lembar observasi yang
telah disediakan, diperoleh data aktivitas peneliti masih kurang optimal, terutama
belajar siswa yang menunjukkan terjadi pada pertemuan pertama. Siswa masih
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Rata- ragu dalam mengajukan pendapat atau
rata skor aktivitas belajar siswa gagasan. Mereka masih takut jika jawaban
mengalami peningkatan dari pada 30,2 yang disampaikan salah. Pada saat
siklus I yang tergolong cukup aktif pembagian kelompok, beberapa siswa
meningkat menjadi 33,98 pada siklus II tidak setuju jika pasangannya ditentukan
yang tergolong aktif. sehingga suasana menjadi dan waktu
Data hasil belajar siswa sebelum lebih lama terlewatkan. Dalam kelompok
tindakan menunjukkan terdapat 9 orang belajar, ditemukan dua orang siswa yang
siswa yang mengalami ketuntasan belajar masih mengandalkan temannya yang
dalam mengikuti pelajaran. Setelah dianggap lebih pintar untuk
dilaksanakan tindakan pada siklus I menyelesaikan LKS tersebut. Sedangkan
dengan menerapkan model polya terjadi siswa tersebut mengobrol dengan
peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh pasangan lain didekatnya. Dalam
banyaknya siswa yang mengalami pelaksanaan tes, kebiasaan siswa untuk
ketuntasan dalam mengikuti pelajaran dari mencontek dan berdiskusi dengan
9 orang siswa sebelum diberikan tindakan temannya masih terlihat. Namun, hal
meningkat menjadi 14 orang siswa setelah tersebut masih bisa diatasi.
diberikan tindakan pada siklus I. Untuk mengatasi kendala-kendala
Kemudian meningkat lagi menjadi 20 dan permasalahan tersebut dilakukan
orang siswa pada siklus II. Ketuntasan perbaikan tindakan seperti yang
klaksikal sebelum diberi tindakan adalah dipaparkan pada hasil refleksi siklus I.
37,5%. Setelah diberi tindakan pada siklus Pelaksanaan tindakan pada siklus II
I meningkat menjadi 58,3%. Sedangkan merupakan perbaikan dari pelaksanaan
penelitian dikatakan berhasil jika tindakan siklus I. Perbaikan yang
ketuntasan belajar siswa secara klaksikal dilakukan adalah sebagai berikut. Peneliti
minimal 75%. akan menyampaikan kembali sebelum
Kriteria ketuntasan belajar siswa melaksanakan tindakan pada siklus II
yang belum tercapai disebabkan oleh menerapkan model polya dalam
beberapa kendala dan permasalahan menyelesaikan soal cerita. Dalam
yang terjadi selama tindakan siklus I menyelesaikan soal cerita ada 4 langkah
seperti yang telah dijelaskan pada hasil yang harus dipahami dan diterapkan oleh
refleksi siklus I. Kendala dan siswa. Langkah pertama adalah
permasalahan yang muncul dalam proses pemahaman masalah. siswa harus
pelaksanaan siklus I disebabkan oleh membaca dan memahami arti dan
beberapa hal yaitu: siswa belum terbiasa maksud dari kata demi katadari soal cerita
menyelesaikan masalah yang diberikan yang akan dipecahkan atau diselesaikan.
melalui tahap-tahap pemecahan masalah Kemudian mencari informasi dan data
pada model polya. yang ada. Sajikanlah data dan
Siswa belum terbiasa dengan cara informasi kedalam bentuk diketahui.
penyajian masalah dalam bentuk LKS Kemudian dalam soal cerita terdapat
sehingga siswa mengalami kesulitan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan
dalam memahaminya. Situasi ini muncul tersebut dibuat dalam dalam bentuk
pada pertemuan pertama. Sebagian besar ditanyakan sesuai pada kolom-kolom yang
siswa belum terbiasa mempertimbangkan tersedia pada LKS. Setelah memahami
rencana atau strategi sebelum masalah, langkah kedua merupakan
menyelesaikan masalah. Terdapat perencanaan penyelesaian. Pada langkah
beberapa siswa yang masih kurang ini perlu adanya rencana dalam bentuk
memahami konsep konsep strategi yang dapat digunakan dalam
penjumlahan dan pengurangan pada memecahkan masalah pada soal cerita.
pecahan yang berpenyebut berbeda Langkah ketiga yaitu menyelesaikan
sehingga siswa sulit untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana. Pada
masalah sesuai dengan rencana keaktifan langkah ini, siswa dituntut untuk
siswa dalam menanggapi pertanyaan dari menyelesaikan masalah sesuai dengan
rencana pada langkah kedua. Langkah melebihi 75%. Dengan demikian, pada
terakhir yaitu pengecekan kembali siklus II ketuntasan belajar siswa secara
terhadap semua langkah. Kegiatan yang klasikal hasil belajar Matematika siswa
harus dilakukan pada langkah ini adalah sudah sesuai dengan indikator
memeriksa kembali langkah demi langkah keberhasilan sesuai dengan yang
dari langkah 1, 2 dan 3. Jika dalam diharapkan.
pemeriksaan ditemukan kesalahan, siswa Peningkatan juga terjadi pada rata-
harus dengan cepat memperbaiki rata skor hasil belajar siswa yaitu 4,54
kesalahan tersebut. Setelah siswa yakin dengan rata-rata persen 45,4% sebelum
bahwa langkah 1, 2 dan 3 benar, diberi tindakan yang tergolong sangat
kemudian siswa membuat kesimpulan dari rendah meningkat menjadi 6,47 dengan
jawaban yang ada. Jika langkah langkah rata-rata persen 64,69% pada siklus I
dalam polya telah dikuasai dengan baik yang tergolong rendah, dan meningkat
dan benar, maka hal ini akan mampu menjadi 7,82 dengan rata-rata persen
menghasilkan hasil belajar yang optimal. 78,23% pada siklus II yang tergolong
Guru lebih memperhatikan sikap siswa sedang. Besarnya peningkatan rata-rata
dalam menyelesaikan soal cerita pada skor hasil belajar setelah diberikan
siklus II baik secara individu maupun tindakan I adalah 1,93, sedangkan
kelompok. Dalam pembentukan kelompok, besarnya peningkatan rata-rata skor hasil
peneliti akan menetapkan pasangan sama belajar dari siklus I ke siklus II adalah
seperti pada siklus I sehingga tidak 1,35.
menghabiskan waktu pembelaran. Data di atas menunjukkan bahwa
Menekankan kembali siswa bahwa penelitian ini berhasil karena pada siklus
pada saat belajar pergunakan waktu II telah tercapai ketuntasan belajar
seoptimal mungkin untuk belajar secara klasikal hasil belajar siswa yaitu
khususnya pada saat melakukan diskusi nilai ketuntasan belajar minimum yang
kelompok serta mempresentasikan hasil diterapkan di SD No 2 Pemaron adalah
kerja kelompoknya di depan kelas. Guru 75% meningkat menjadi 83,33% pada
harus mengingatkan kepada seluruh hasil belajar siswa. Selain ketuntasan
siswa bahwa aktivitas masing-masing belajar peningkatan juga terjadi pada rata-
siswa akan dinilai selama proses rata skor aktivitas belajar siswa dari
pembelajaran berlangsung. Guru lebih siklus I ke siklus II yaitu dari 30,2 menjadi
intensif dalam mengarahkan dan 33,98. Selain itu, rata-rata hasil belajar
membimbing siswa agar dapat siswa dari 64,69 pada siklus I
menyimpulkan hasil kerja kelompoknya meningkat menjadi 78,23 pada siklus II.
dengan baik. Guru dapat mengelola waktu Oleh karena itu, penelitian ini dihentikan.
lebih efektif dengan melakukan perbaikan- Hal ini menandakan bahwa dengan
perbaikan pada proses pembelajaran menerapkan model polya dapat
yang masih kurang dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
mengalokasikan waktu pembelajaran siswa kelas V SD No. 2 Pemaron pada
serta lebih melibatkan guru kelas dalam semester II.
membantu proses pembelajaran. Selalu Penerapkan model polya sudah
memberikan motivasi dan pujian terbukti keberhasilannya dalam
kepada siswa yang telah mau bertanya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
dan mengeluarkan pendapat. Untuk siswa. Keberhasilan tersebut tentunya
mengatasi kebiasaan mencontek siswa, didukung oleh kemampuan peneliti dalam
pengawasan pada saat pemberian tes menerapkan model polya pada proses
perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari
perbaikan tindakan tersebut, maka pada kegiatan observasi yang dilakukan oleh
siklus II diperoleh adanya peningkatan observer yang menggunakan lembar
terhadap siswa yang mengalami observasi aktivitas guru.
ketuntasan dalam mengikuti pembelajaran Berdasarkan peningkatan hasil dan
yaitu dari 58,3% pada siklus I aktivitas belajar Matematika siswa dari
meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. refleksi awal kemudian siklus I dan siklus
Ketuntasan belajar pada siklus II telah II, penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SD No. 2 Pemaron siklus I meningkat menjadi 7,82 dengan
dengan menerapkan model polya rata-rata persentase 78,23 % pada siklus
mampu memberikan perubahan yang
II yang termasuk kategori sedang.
lebih baik terhadap aktivitas dan hasil
Ketuntasan klasikalnya adalah 37,50%
belajar siswa dalam menyelesaikan soal
sebelum diberi tindakan meningkat
cerita Matematika. Disamping itu, dapat
menjadi 58,30% pada siklus I, dan
mengubah situasi belajar yang tadinya
masih berpusat pada guru ke meningkat menjadi 83,33% pada siklus II.
pembelajaran yang tidak hanya berpusat Berdasarkan hasil penelitian yang
pada guru saja melainkan juga berpusat telah diperoleh dalam penelitian
pada siswa. Siswa dapat lebih leluasa tindakan kelas ini, dapat diajukan saran-
untuk belajar dengan memikirkan saran sebagai berikut. Pertama, siswa
permasalahan yang dibahas secara disarankan untuk mengikuti dengan baik
mandiri terlebih dahulu kemudian setiap proses pembelajaran agar dapat
mendiskusikan pemikirannya dengan memperoleh pengalaman belajar yang
pasangannya/kelompoknya dan akhirnya lebih baik sehingga aktivitas dan hasil
berbagi kepada seluruh teman-temannya belajar Matematika meningkat. Kedua,
di dalam kelas. Hal ini akan disarankan agar Kepala Sekolah untuk
menumbuhkan kebermaknaan dalam lebih memperhatikan guru-guru saat
proses pembelajaran, materi pelajaran menggunakan model pembelajaran di
akan mudah untuk diserap dan sulit kelas, sehingga kepala sekolah dapat
dilupakan. Hal senada juga dengan menentukan sarana dan prasarana yang
pendapat Damon dan Muray (dalam perlu disediakan sesuai dengan model
Sudiana, 2005) interaksi dengan teman pembelajaran tersebut sehingga
sebaya memegang peran penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di
meningkatkan pemahaman konsep. Hal ini sekolahnya. Ketiga, disarankan kepada
sesuai dengan menerapkan model polya guru sekolah dasar untuk mencoba
yang memanfaatkan pasangan belajar menerapkan model polya pada pelajaran
untuk memahami konsep. Matematika karena dengan menerapkan
model polya siswa dapat
PENUTUP menyelesaikan soal cerita dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan Keempat, bagi peneliti yang ingin
pembahasan yang telah diuraikan menerapkan model polya dalam
sebelumnya, maka dapat disimpulkan pembelajaran Matematika disarankan
bahwap enerapan model polya dapat mencermati kendala-kendala yang
meningkatkan aktivitas dan hasil ditemukan peneliti, sehingga dapat
belajar siswa dalam menyelesaikan soal dihasilkan kegiatan pembelajaran yang
cerita pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
siswa kelas V SD No. 2 Pemaron pada secara optimal.
semester II tahun pelajaran 2012/2013.
Hal ini dapat terlihat dari rata-rata skor DAFTAR RUJUKAN
aktivitas belajar siswa dari 30,2 pada Agung, A. A Gede. 2005. Metoda
siklus I yang tergolong cukup aktif Penelitian Pendidikan. Singaraja:
meningkat menjadi 33,98 pada siklus II Fakultas Ilmu Pendidikan Institut
yang tergolong aktif, dan rata-rata skor Keguruan dan Ilmu Pendidikan
hasil belajar dari rata-rata skor awal Negeri Singaraja
siswa sebelum tindakan sebesar 4,54
dengan rata-rata persentase 45,4% yang Aisyah, Nyimas, dkk. 2008.
termasuk kategori sangat rendah Pengembangan Pembelajaran
meningkat pada siklus I menjadi 6,47 Matematika SD. Jakarta: Direktorat
dengan rata-rata persentase 64,69% Jendral Pendidikan Tinggi
yang termasuk kategori rendah. Departemen Pendidikan Nasional.
Peningkatan juga terjadi dari 6,47
Budhayanti, Clara Ika Sari, dkk. 2008.
dengan rata-rata persentase 64,69%
Pemecahan Masalah Matematika.
yang termasuk kategori rendah pada
Jakarta: Direktorat Jendral Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna
Pendidikan Tinggi Departemen Pembelajaran. Bandung:
Pendidikan Nasional. ALFABETA.

Chamisijatin, Lise dkk. 2008. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative


Pengembangan Kurikulum SD. Learning Teori dan Aplikasi
Jakarta: Depdiknas. PAIKEM. Yogyakarta: PUSTAKA
BELAJAR.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Lampiran: Standar Kompetensi Dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Untuk SD/MI. Jakarta:
Depdiknas.

Dewi, Ni Made Citra. 2011. Implementasi


Teori Polya dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (TPS) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Matematika Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Siswa
Kelas V SD No. 2 Pemaron Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP,
Undiksha Singaraja.

Erawati, Desak. 2010. Penerapan Model


Polya dengan Strategi Think-Pair-
Share (TPS) untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Dencarik
Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jurusan PGSD,
FIP, Undiksha Singaraja.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar


Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik


Pendidikan Teknik Analisis Data
Kuantitatif. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha Press.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007.


Pembelajaran Matematika di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Musser, dkk. 2004. Essential of


Mathematics for Elemntary
Teachers (A Contemporary
Approach, Sixth Edition). USA:
Wiley.

Anda mungkin juga menyukai