Anda di halaman 1dari 13

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDN MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE


PROBLEM SOLVING

JURNAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Pretty Yudharina
NIM 11108247022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2015
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA


SISWA KELAS V SD NEGERI MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE
PROBLEM SOLVING

IMPROVING SKILL IN SOLVING MATHEMATIC WORD PROBLEM TO FIFTH GRADE IN


SDN MEJING 2 GAMPING TROUGH CREATIVE PROBLEM SOLVING MODEL

Oleh: pretty yudharina, universitas negeri yogyakarta, prettyyudharina@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Mejing 2, Gamping Tahun Ajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran Creative Problem
Solving. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri Mejing 2, Gamping yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 9 siswa putra dan 21 siswa putri. Objek
penelitian adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Data hasil penelitian diperoleh dari observasi
dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Adapun
kriteria keberhasilan penelitian tersebut ditandai dengan perolehan nilai rata-rata kelas ≥ 65 dan minimal 75% dari
jumlah siswa mencapai KKM (65).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Creative
Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri
Mejing 2, Gamping. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika ditunjukkan oleh hasil tes.
Pada pratindakan terdapat 30% (9 siswa) dari jumlah 30 siswa yang mencapai KKM. Hasil tes pada siklus 1
menunjukkan ada 63,33% (19 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 terdapat
76,67% (23 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-rata sebelum siklus sebesar 53,67, sedangkan
pada akhir siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar 64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07.

Kata kunci: kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, Creative Problem Solving

Abstract

This study aims to improve skill in solving mathematic word problem to fifth grade in SDN Mejing 2 Gamping
trough Creative Problem Solving model. This type of research is a classroom action research. The subjects were
students of fifth grade in SDN Mejing 2 Gamping, amounting to 30 students, consisting of 9 males and 21 females.
The object of research is the ability to solve mathematic word problems. Data were obtained from observations and
test results of learning. Data were analyzed by descriptive quantitative and qualitative descriptive. The criteria for
the success of the research is characterized by the acquisition value of the average grade ≥ 65 and a minimum of
75% of the number of students reached KKM (65). The results showed that the use Creative Problem Solving
learning model can improve the ability to solve math word problems fifth grade students SDN Mejing 2, Gamping.
Increased ability to solve math word problems shown by the results of the test. In preaction contained 30% (9
students) of the 30 students who achieve KKM. The results of tests on cycle 1 showed no 63.33% (19 students) of
the number of students who reach the KKM, while the second cycle are 76.67% (23 students) of the number of
students who reach the KKM. The average value before the cycle of 53.67, whereas at the end of cycle 1 the
average test score of 64.27, and at the end of cycle 2 at 68.07.

Keywords: skill in solving mathematic word problem, Creative Problem Solving


2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015

PENDAHULUAN dapat mengemban tugasnya dengan baik sebagai


pendidik.
Kegiatan belajar mengajar mengandung arti
interaksi dari berbagai komponen seperti guru, Kegiatan pembelajaran tidak hanya
murid, sarana dan bahan ajar lainnya yang menerima informasi dari guru, tetapi mengolah
digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis informasi sebagai masukan dalam meningkatkan
(2004: 8) menyatakan bahwa kegiatan Belajar kemampuan. Namun, guru selama ini
Mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi mengajarkan matematika dengan hanya
antara guru dan murid, antara siswa dengan menggunakan metode ceramah saja dan belum
siswa dan antara siswa dengan sumber belajar menggunakan metode mangajar yang bervariasi
lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam sehingga siswa kurang dapat memahami
mencapai tujuan pembelajaran yang telah pembelajaran matematika dengan baik. Pada
ditetapkan. Saat ini interaksi antara guru dan pembelajaran matematika tentunya siswa tidak
murid sangat kurang. Akibatnya akan hanya diajarkan dengan ceramah saja, melainkan
memberikan pengaruh yang tidak kondusif siswa bisa memahami materi dengan baik yaitu
kepada siswa dalam proses pembelajarannya, dengan cara pengalaman langsung dan dapat
seperti siswa menjadi tidak tertantang untuk menemukan sendiri pemecahan masalah yang
belajar, tidak fokus pada pelajaran terkait atau ada dengan pengetahuan dan pengalaman dalam
bahkan terkesan mengganggu jalannya proses kehidupan sehari-hari siswa.
pembelajaran.
Katagiri (Marsigit, 2009: 3) mengatakan
Dalam meningkatkan mutu pendidikan bahwa berpikir matematika meliputi 3 aspek
diperlukan perubahan pola pikir yang akan yaitu, sikap matematika, metode memikirkan
dijadikan landasan pelaksanaan pendidikan di matematika dan konten matematika. Sikap
masa yang akan datang. Peningkatan mutu matematika adalah sikap yang ditunjukkan
pendidikan direalisasikan melalui proses dengan adanya rasa senang untuk mempelajari
pembelajaran. Pada waktu sekarang ini masih matematika, sikap yang mendukung untuk
ada proses pembelajaran yang hanya terfokus mempelajari matematika, pengetahuan yang
pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. cukup untuk mempelajari matematika, rasa ingin
Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih tahu, kemauan untuk bertanya, dan kemauan
menekankan pada pengajaran bukan pada untuk memperoleh keterampilan dan
pembelajaran. Kegiatan pengajaran lebih pengalaman matematika. Namun, pada
berpihak pada kepentingan orang yang mengajar kenyataannya siswa menganggap bahwa
(guru), sedang kegiatan pembelajaran lebih matematika sulit untuk dipelajari. Tentu saja hal
berpihak pada orang yang belajar (siswa). Agar ini akan mempengaruhi prestasi belajar
proses pembelajaran yang terjadi dapat matematika menjadi rendah. Kenyataan seperti
berlangsung efektif maka seorang guru harus ini sangat memprihatinkan mengingat
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 3

matematika sangat berpengaruh untuk Creative Problem Solving merupakan model


memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran
Pitadjeng (2006: 1) menyatakan bahwa banyak dan keterampilan pemecahan masalah yang
orang tidak menyukai matematika termasuk diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika
siswa-siswa yang masih duduk di bangku dihadapkan dengan suatu masalah, siswa dapat
SD/MI. melakukan keterampilan memecahkan masalah
untuk memilih dan mengembangkan
Kemampuan menyelesaikan soal cerita
tanggapannya. Mengingat kemampuan
matematika juga merupakan salah satu
menyelesaikan soal cerita matematika siswa
kemampuan matematik yang juga harus dimiliki
kelas V SD Negeri Mejing 2 rendah, maka
seorang siswa. Kemampuan menyelesaikan soal
peneliti bermaksud menggunakan model
cerita dapat memberikan manfaat bagi siswa
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
yaitu siswa mengetahui apa kegunaan dari pokok
untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan
bahasan yang telah dipelajari. Selain itu,
soal cerita siswa kelas V SD Negeri Mejing 2
kemampuan siswa dalam mengambil suatu
Gamping.
keputusan merupakan manfaat lain yang dapat
diperoleh dari kemampuan menyelesaikan soal METODE PENELITIAN
cerita. Berdasarkan data yang didapatkan dari
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam
siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, sebanyak 7
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
siswa dari 30 siswa yang mampu menyelesaikan
atau Classroom Action Research (CAR).
soal cerita matematika dengan baik. Itu berarti
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 91),
kemampuan menyelesaikan soal cerita
Penelitian ini merupakan penelitian yang
matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2
dilaksanakan secara kolaboratif.
masih rendah. Kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita merupakan suatu masalah yang perlu Waktu dan Tempat Penelitian
ditangani pemecahannya. Dengan masalah ini
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri
dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa kurang
Mejing 2 Gamping. Penelitian ini dilaksanakan
memahami permasalahan-permasalahan dalam
mulai bulan September tahun 2014.
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
matematika. Subjek dan Objek Penelitian

Berbagai permasalahan di atas memerlukan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V
solusi dan penanganan yang tepat agar SD Negeri Mejing 2 tahun pelajaran 2014/2015
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. sebanyak siswa 30 anak dengan pertimbangan
Salah satu langkah yang diambil adalah bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita
menggunakan model pembelajaran Creative matematika rendah dan guru kelas V SD Negeri
Problem Solving. Model pembelajaran berbasis Mejing 2. Objek Penelitian ini ialah kemampuan
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015

siswa dalam menyelesaikan soal cerita bersama kelompoknya mendiskusikan


matematika. jawaban, kemudian menentukan
alternatif jawaban yang tepat untuk
Teknik Pengumpulan Data
menyelesaikan permasalahan (tahap
Teknik pengumpulan data pada penelitian evaluasi dan pemilihan). Setelah
ini dengan menggunakan tes dan observasi. alternatif jawaban ditentukan, setiap
kelompok memilih cara yang akan
Teknik Analisis Data
digunakan untuk menyelesaikan soal
Teknik analisis data yang digunakan dalam cerita (tahap implementasi).
penelitian ini adalah analisis data deskriptif c) Kegiatan Akhir
kuantitatif.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN guru menanyakan hal-hal yang belum


jelas, menyimpulkan materi
A. Hasil Penelitian Siklus I
pembelajaran.
1. Pertemuan 1
2. Pertemuan 2
a) Kegiatan Awal
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berisi tentang kegiatan
Kegiatan awal berisi beberapa
rutin seperti pembukaan (salam), berdoa,
kegiatan rutin seperti pembukaan
mengecek kehadiran siswa, tes
(salam), berdoa, dan mengecek
penjajagan, acuan, dan apersepsi.
kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan
b) Kegiatan Inti
dan apersepsi.
Langkah pertama yaitu penyajian
b) Kegiatan Inti
materi. Guru membagikan LKS kepada
Langkah pertama yaitu penyajian
setiap kelompok siswa, untuk kemudian
materi. Pada kegiatan ini,siswa diberikan
dipelajari oleh setiap kelompok.
masalah nyata tentang jarak yang
Kemudian siswa mendengarkan
ditempuh suatu benda. Langkah
penjelasan dari guru permasalahan untuk
selanjutnya siswa berkelompok secara
dibahas bersama kelompoknya. Setelah
heterogen. Setiap kelompok
itu siswa dalam kelompok mengerjakan
beranggotakan 6 siswa. Pada siswa kelas
LKS secara individu (tahap klarifikasi
V, karena jumlahnya ada 30 siswa
masalah). Langkah selanjutnya adalah
sehingga terbentuk menjadi 5 kelompok
Dalam kelompok siswa bebas
dengan setiap kelompok beranggotakan 6
mengungkapkan pendapat masing-
siswa. Guru membagikan LKS kepada
masing dalam menyelesaikan soal cerita
setiap kelompok siswa, untuk kemudian
dan mendiskusikannya (tahap
dipelajari oleh setiap kelompok.
pengungkapan pendapat). Setelah siswa
Kemudian siswa mendengarkan
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 5

penjelasan dari guru permasalahan untuk Aspek yang Nilai Nilai Siklus
diamati Prasiklus I
dibahas bersama kelompoknya. Setelah
Nilai Tertinggi 85 90
itu siswa dalam kelompok mengerjakan Nilai Terendah 26 40
LKS secara individu (tahap klarifikasi Nilai Rata-rata 53,23 64,27
Persentase 30% 63,33%
masalah). Langkah selanjutnya adalah siswa tuntas
Dalam kelompok siswa bebas Persentase 70% 36,67%
siswa belum
mengungkapkan pendapat masing- tuntas
masing dalam menyelesaikan soal cerita
dan mendiskusikannya (tahap
100 90
pengungkapan pendapat). Setelah siswa 85

bersama kelompoknya mendiskusikan 80 64,27


53,23
jawaban, kemudian menentukan 60 Prasiklus
40
alternatif jawaban yang tepat untuk 40 26 Siklus 1

menyelesaikan permasalahan (tahap 20

evaluasi dan pemilihan). Setelah 0


Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
alternatif jawaban ditentukan, setiap
kelompok memilih cara yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal Gambar Diagram Perbandingan Nilai
cerita (tahap implementasi). Prasiklus dengan Nilai Siklus 1
c) Kegiatan Akhir Dari data di atas dapat disimpulkan
Pada kegiatan akhir ini, siswa juga diberi bahwa, antara nilai siswa pada prasiklus
soal evaluasi. yang belum dikenai tindakan dengan
siklus I yang telah dikenai tindakan
Berdasarkan data hasil penelitian
mengalami kenaikan. Nilai rata-rata kelas
siklus I yang disajikan dalam tabel di
pada saat prasiklus 53,23. Sedangkan
atas, nilai tertinggi siswa 86 dan nilai
pada saat siklus I mencapai 64,27.
terendah 30. Dengan nilai rata-rata kelas
Evaluasi
hanya mencapai 64,27 pada rentang nilai
a. Pelaksanaan Observasi
0-100.
Dalam tahap ini dilaksanakan

Perbandingan nilai prasiklus pemantauan terhadap pelaksanaan

dengan siklus I dapat dilihat pada tabel pembelajaran dengan menggunakan

berikut ini: model pembelajaran Creative Problem


Solving yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi.
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015

b. Refleksi juga diberi pengertian bahwa jika


Berdasarkan hasil refleksi pada pendapat yang mereka sampaikan
pertemuan pertama dan kedua siklus I, kurang tepat tidak masalah, nanti
maka dapat diambil kesimpulan bahwa akan diperbaiki oleh teman atau
kekurangan-kekurangan yang muncul guru.
pada siklus I adalah sebagai berikut. 2) Kegiatan diskusi atau pengerjaan
1) Selama diskusi siswa masih kesulitan LKS dibuat kompetisi. Apabila
mengungkapkan pendapat, atau hasil terdapat kelompok yang selesai lebih
pemikiran mereka. Siswa masih dahulu dan jawaban benar akan
cenderung malu dan takut untuk diberikan penghargaan.
berbicara.
3) Seluruh siswa diminta untuk
2) Pada kegiatan diskusi tidak semua memperhatikan penjelasan guru,
anggota kelompok bekerja dengan apabila terdapat siswa yang belum
baik. Ada siswa yang hanya diam memperhatikan maka penjelasaannya
dan melihat teman mereka bekerja, tidak dilanjutkan.
siswa tersebut belum tertarik untuk
4) Pada awal pembelajaran siswa
ikut berdiskusi dengan kelompoknya.
diingatkan untuk tidak menyibukkan
3) Masih ada siswa yang belum berani diri sendiri atau mengganggu
bertanya, mempresentasikan jawaban temannya saat pembelajaran, apabila
di depan kelas, maupun berkomentar masih dilakukan,siswa akan
terhadap pekerjaan teman atau mendapatkan sanksi yaitu
kelompok lain. pengurangan nilai.
4) Ada beberapa siswa yang kurang
B.Hasil Penelitian Siklus I1
memahami materi yang sedang
disampaikan oleh guru. 1. Perencanaan Tindakan

5) Terdapat beberapa siswa yang Data yang diperoleh pada siklus I


bermain sendiri bahkan mengganggu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
temannya. tindakan pada siklus II, dengan tujuan agar
diperoleh suatu peningkatan kemampuan
Berikut adalah rencana perbaikan
menyelesaikan soal cerita matematika dengan
yang akan dilaksanakan di siklus selanjutnya
menggunakan model pembelajaran Creative
yaitu siklus II.
Problem Solving.
1) Saat diskusi seluruh siswa dimotivasi
agar tidak takut dalam
menggungkapkan pendapat. Siswa
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 7

Pada tahap perencanaan, peneliti penjelasan guru, apabila terdapat


menyusun rencana tindakan yang siswa yang belum memperhatikan
dilaksanakanya itu sebagai berikut: maka penjelasaannya tidak
dilanjutkan. Kemudian siswa
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
mendengarkan penjelasan dari guru
Pembelajaran (RPP)
permasalahan untuk dibahas bersama
b) Membuat media slide yang akan
kelompoknya. Setelah itu siswa
digunakan dalam pembelajaran dengan
dalam kelompok mengerjakan LKS
lebih menarik dan jelas.
secara individu. Guru memberi
c) Menyusun lembar observasi yang di
penjelasan bahwa dalam mengerjakan
dalamnya menyangkut kegiatan guru dan
LKS adalah kompetisi, kelompok
siswa pada proses pembelajaran.
yang berhasil menyelesaikan LKS
d) Menyusun LKS (LembarKerjaSiswa)
terlebih dahulu diberi penghargaan
yang lebih lengkap dan soal-soal
(tahap klarifikasi masalah). Langkah
evaluasi.
selanjutnya adalah dalam kelompok
2. PelaksanaanTindakan siswa bebas mengungkapkan
pendapat masing-masing dalam
a. Pertemuan 1
menyelesaikan soal cerita dan
1) KegiatanAwal
mendiskusikannya. Guru memotivasi
Kegiatan awal berisi tentang kegiatan
siswa agar jangan malu dalam
rutin seperti pembukaan (salam),
mengungkapkan pendapat, apabila
berdoa, mengecek kehadiran siswa,
jawaban kurang tepat maka akan
tes penjajagan, acuan, dan apersepsi.
diperbaiki oleh guru atau temannya.
2) KegiatanInti Guru memberikan bimbingan-
Langkah pertama yaitu penyajian bimbingan dan bantuan kepada
materi. Siswa diberikan penjelasan kelompok atau siswa yang
oleh guru tentang kecepatan dengan mengalami kesulitan (tahap
menggunakan media slide power pengungkapan pendapat). Setelah
point. Pada awal pembelajaran siswa siswa bersama kelompoknya
diingatkan untuk tidak menyibukkan mendiskusikan jawaban, kemudian
diri sendiri atau mengganggu menentukan alternatif jawaban yang
temannya saat pembelajaran, apabila tepat untuk menyelesaikan
masih dilakukan, siswa akan permasalahan (tahap evaluasi dan
mendapatkan sanksi yaitu pemilihan). Setelah alternatif jawaban
pengurangan nilai. Seluruh siswa ditentukan, setiap kelompok memilih
diminta untuk memperhatikan cara yang akan digunakan untuk
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015

menyelesaikan soal cerita (tahap dilanjutkan. Guru membagikan LKS


implementasi). kepada setiap kelompok siswa, untuk
kemudian dipelajari oleh setiap
3) Kegiatan Akhir
kelompok. Setelah itu siswa dalam
Adapun kegiatan yang dilakukan
kelompok mengerjakan LKS secara
adalah guru menanyakan hal-hal yang
individu. Guru memberi penjelasan
belum jelas, menyimpulkan materi
bahwa dalam mengerjakan LKS
pembelajaran.
adalah kompetisi, kelompok yang
b. Pertemuan 2 berhasil menyelesaikan LKS terlebih
1) Kegiatan Awal dahulu diberi penghargaan (tahap
Kegiatan awal berisi pembukaan klarifikasi masalah). Langkah
(salam), berdoa, dan mengecek selanjutnya adalah Dalam kelompok
kehadiran siswa, tes penjajagan, siswa bebas mengungkapkan
acuan dan apersepsi. pendapat masing-masing dalam
menyelesaikan soal cerita dan
2) Kegiatan Inti
mendiskusikannya. Guru memotivasi
Pada kegiatan ini, siswa
siswa agar jangan malu dalam
melaksanakan langkah-langkah
mengungkapkan pendapat, apabila
pembelajaran model pembelajaran
jawaban kurang tepat maka akan
Creative Problem Solving sebagai
diperbaiki oleh guru atau temannya.
implementasi skenario pembelajaran.
Guru memberikan bimbingan-
Langkah pertama yaitu penyajian
bimbingan dan bantuan kepada
materi. Siswa diberikan penjelasan
kelompok atau siswa yang
oleh guru tentang kecepatan dengan
mengalami kesulitan (tahap
menggunakan media slide power
pengungkapan pendapat). Setelah
point. Pada awal pembelajaran siswa
siswa bersama kelompoknya
diingatkan untuk tidak menyibukkan
mendiskusikan jawaban, kemudian
diri sendiri atau mengganggu
menentukan alternatif jawaban yang
temannya saat pembelajaran, apabila
tepat untuk menyelesaikan
masih dilakukan, siswa akan
permasalahan (tahap evaluasi dan
mendapatkan sanksi yaitu
pemilihan). Setelah alternatif jawaban
pengurangan nilai. Seluruh siswa
ditentukan, setiap kelompok memilih
diminta untuk memperhatikan
cara yang akan digunakan untuk
penjelasan guru, apabila terdapat
menyelesaikan soal cerita (tahap
siswa yang belum memperhatikan
implementasi).
maka penjelasaannya tidak
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 9

3) KegiatanAkhir 100 90 96
85
Pada kegiatan akhir ini, siswa juga 80 Nilai Tertinggi
64,27 68,07
diberi soal evaluasi untuk dikerjakan 60 53,23
Nilai
40 46 Terendah
Berdasarkan data hasil penelitian 40 26
Nilai
siklus II yang disajikan dalam tabel 20 Rata_rata

di atas, nilai tertinggi siswa 96 dan 0


Prasiklus Siklus 1
nilai terendah 46. Dengan nilai rata- Siklus 2
rata kelas hanya mencapai 68,07
Gambar Diagram Perbandingan
pada rentang nilai 0-100. Persentase
Nilai Hasil Penelitian
siswa yang tuntas adalah 76,67% dan
persentase siswa yang belum tuntas Dari data diatas dapat disimpulkan
adalah 23,33%. bahwa, antara nilai siswa pada prasiklus yang
belum dikenai tindakan dengan siklus I yang
Perbandingan nilai prasiklus, siklus I
telah dikenai tindakan mengalami kenaikan.
dan siklus II dapat dilihat pada tabel
Nilai rata-rata kelas pada saat prasiklus 53,
berikut ini:
23,sedangkan pada saat siklus I mencapai 63,83.
Aspek yang Nilai Nilai Nilai Selain itu juga, dari data di atas disimpulkan
diamati Prasiklus Siklus I Siklus
II bahwa nilai siswa pada siklus II mengalami
Nilai 85 90 96 kenaikan bila dibandingkan dengan nilai siswa
Tertinggi
Nilai 26 40 46 pada siklus I. Nilai rata-rata kelas pada siklus I
Terendah yaitu 63,83, sedangkan nilai rata-rata kelas pada
Nilai Rata- 53,23 64,27 68,07
rata siklus II yaitu 68,07. Hasil penelitian pada siklus
Persentase 30% 63,33% 76,67% II sudah memenuhi kriteria keberhasilan
siswa tuntas
Persentase 70% 36,67% 23,33% penelitian yaitu nilai rata-rata kelas minimal 65
siswa belum pada rentang nilai 0-100.
tuntas
Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian tentang


penggunaan model pembelajaran Creative
Problem Solving untuk meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika siswa kelas V SD N Mejing 2
Gamping tahun 2014/2015.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita


matematika dengan model pembelajaran
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015

Creative Problem Solving pada siswa kelas V pembelajaran, atau dengan kata lain
mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini
pada siklus 1 nilai rata-rata siswa mencapai selaras dengan saran Nasution (1995: 23) bahwa
63,83 dan pada siklus 2 mengalami peningkatan pengajaran modern hendaknya mengutamakan
menjadi 68,07. Diperolehnya hasil di atas aktivitas siswa. Demikian pula teori belajar
dimungkinkan karena dalam pembelajaran Bruner, yang menyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan model CPS, siswa berperan aktif adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif
dalam proses pembelajaran dan secara kreatif dengan konsep dan prinsip-prinsip dalam
berusaha menemukan solusi dari permasalahan memecahkan masalah, dan guru berfungsi
yang diajukan, saling berinteraksi dengan teman sebagai motivator bagi siswa dalam
maupun guru, saling bertukar pikiran, sehingga mendapatkan pengalaman yang memungkinkan
wawasan dan daya pikir mereka berkembang. siswa menemukan dan memecahkan masalah.
Hal ini akan banyak membantu siswa dalam Hal tersebut relevan dengan penjabaran
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, implikasi teori kognitif Piaget yang antara lain
sehingga ketika mereka dihadapkan dengan menyatakan bahwa dalam pembelajaran
suatu pertanyaan, mereka dapat melakukan memusatkan perhatian kepada berpikir atau
keterampilan memecahkan masalah untuk proses mental peserta didik, mengutamakan
memilih dan mengembangkan tanggapannya peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan
tidak hanya dengan cara menghafal tanpa keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar
memperdalam dan memperluas pemikirannya. mengajar (Hidayat, 2005: 7).

Kondisi ini didorong oleh suasana pada Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini
pembelajaran model CPS yang menuntut siswa dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing
untuk selalu aktif selama pembelajaran siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian
berlangsung, yaitu aktif untuk menemukan solusi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
dari masalah secara kreatif, juga aktif sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
berinteraksi dengan siswa lain melalui kegiatan indikator kinerja yang telah ditentukan. Pada
diskusi kelompok maupun diskusi kelas serta siklus I, siswa sudah melaksanakan model
presentasi di depan kelas. Selama pembelajaran pembelajaran Creative Problem Solving dengan
berlangsung guru bertindak sebagai fasilitator baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil
dan motivator, disamping memberikan belajar siswa pada siklus I yang mendapatkan
kemudahan (fasilitas) belajar kepada siswa dan nilai rata-rata 64,27 yang termasuk dalam
siswa berinteraksi dengan sumber-sumber kategori baik, meskipun belum memenuhi
belajar yang dapat mempermudah proses kriteria ketuntasan minimal yaitu 65.
belajarnya. Jadi dalam pembelajaran dengan Berdasarkan data-data tersebut, peneliti
model CPS, aktivitas siswa mendominasi proses menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan ... (Pretty Yudharina) 11

pada siklus I masih belum berhasil. Untuk itu memberikan pengalaman belajar langsung
peneliti dan observer melaksanakan tindakan kepada setiap siswa.
pada siklus berikutnya dengan melakukan
KESIMPULAN
refleksi, kekurangan-kekurangan yang muncul
pada siklus I akan diperbaiki pada siklus Berdasarkan hasil penelitian dan
berikutnya yaitu siklus II. pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Creative Problem Solving dapat
Pada siklus II, hasil belajar siswa dalam
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
pembelajaran dengan model pembelajaran
cerita matematika siswa kelas V SD Negeri
Creative Problem Solving berjalan dengan
Mejing 2, Gamping, Sleman. Peningkatan
sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada siklus
kemampuan menyelesaikan soal cerita tersebut
II hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dapat dilihat dari hasil tes. Pada pretes terdapat
yaitu mencapai 68,07 yang termasuk dalam
30% (9 siswa) dari jumlah 30 siswa yang
kategori sangat baik karena sudah memenuhi
mencapai KKM. Hasil tes pada siklus 1
kriteria ketuntasan minimal.
menunjukkan ada 63,33% (19 siswa) dari
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti jumlah siswa yang mencapai KKM, sedangkan
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 terdapat 76,67% (23 siswa) dari
pada siklus II sudah dikatakan berhasil. Oleh jumlah siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-
karena itu peneliti menyudahi pelaksanaan rata sebelum siklus sebesar 53,67, sedangkan
tindakan hanya sampai pada siklus II. Secara pada akhir siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar
keseluruhan peningkatan kemampuan 64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07.
menyelesaikan soal cerita matematika siswa
DAFTAR PUSTAKA
kelas V SD Negeri Mejing 2 melalui model
pembelajaran Creative Problem Solving telah Asrori, H. M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas

mencapai titik keberhasilan. Peningkatan Kompetensi Profesional Guru.


Yogyakarta: Multi Press
Keberhasilan pembelajaran Matematika Marsigit. (2009). Pembudayaan Matematika di
siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 ditandai Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan
dengan adanya peningkatan dan perubahan pada Bangsa. Diperoleh dari
setiap siklus, Asrori (2009: 23) menyatakan http://staff.uny.ac.id/Marsigit_Makalah
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses _Membudayakan_Matematika_Semnas
perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui _Matematika__Desember_2009.pdf
pengalaman individu yang bersangkutan.
Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan
Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang
Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksara
diberikan oleh guru, artinya guru telah

Anda mungkin juga menyukai