Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No.

1, Hal, 39-46 , September 2017


p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 1

PENILAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Asep Amam
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Galuh, Ciamis
Email: amam@unigal.ac.id

ABSTRAK

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan fundamental dalam pembelajaran matematika dan merupakan
salah satu tujuan utama dari pembelajaran matematika. Ar t i k e l i n i m e m b a h a s m e n g e n a i k e m a m p u a n p e m
e c a h a n m a s a l a h m a t e m a t i s , permasalahan yang sering muncul dikalangan para peneliti adalah sulitnya
mendefinisikan, membuat indikator dan soal yang tepat yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa karena kurangnya pengalaman dan referensi. Secara singkat tujuan kajian ini adalah dapat mendefinisikan kemampuan
pemecahan masalah matematis dengan benar, mampu membuat indikator dan soal kemampuan pemecahan masalah
matematik SMP dengan tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Hasil kajian
menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
masalah matematis non-routin yang disajikan dalam bentuk soal matematika tekstual maupun kontekstual yang dapat
mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan indikator mampu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melakukan perhitungan dan mengecek kembali hasil perhitungan. kebaruan dari kajian ini adalah
pembahasan yang komprehensif mengenai pemecahan masalah matematis. Adapun dampak dari hasil kajian ini
diharapkan para peneliti dapat membuat indikator dan instrument soal yang tepat dalam mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

Kata Kunci
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September 2017
p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 2

PENDAHULUAN matematika dan refresentasi sebagai sebuah siklus


Pentingnya kemampuan pemecahan masalah proses yang didalamnya terdapat refresentasi,
matematis komunikasi-refleksi, interpretasi- evaluasi, dan
Pemecahan masalah dalam matematika penggunaan prosedur analisis- penalaran.
merupakan sebuah kemampuan kognitif Kurikulum Belanda menempatkan
fundamental yang dapat dilatih dan pemecahan masalah sebagai sebuah pendekatan
dikembangkan pada siswa, sehingga diharapkan pembelajaran, sehingga dikenal istilah RME.
ketika siswa mampu memecahkan masalah Australia menempatkan pemecahan masalah sebagai
matematika dengan baik maka akan mampu kemahiran atau kemampuan untuk dapat membuat
menyelesaikan masalah nyata paska menempuh pilihan, menafsirkan, merumuskan model,
pendidikan formal. Hampir semua negara maju menyelidiki situasi masalah, dan berkomunikasi
menempatkan kemampuan pemecahan masalah solusi efektif. Finlandia memandang pemecahan
matematis sebagai tujuan utama dari pembelajaran masalah dari berbagai sudut pandang: sebagai alat
matematika di sekolah. Karena diprediksi siswa untuk memajukan berfikir matematik, sebagai
yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sarana melakukan pemecahan masalah dan sebagai
matematis dengan baik, maka akan mampu proses dimana data yang diperoleh sebelumnya
berkontribusi terhadap perkembangan digunakan dalam situasi baru dan tidak dikenal.
perekonomian bangsanya. Fakta dan realita kemampuan pemecahan
Pemecahan masalah matematis masalah matematis siswa.
dipandang sebagai sebuah tujuan (goal) jika Berikut ini beberapa permasalah yang
mengacu pada tujuan pembelajaran matematika dalam terjadi berkenaan dengan kemampuan
KTSP maupun NCTM (2000), sehingga pemecahan masalah matematis siswa di
melahirkan apa yang dimaksud dengan istilah indonesia (Sugiman, Kusumah dan Sabandar
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, 2012):
Atau dipandang sebagai alat (tool) dalam Masalah Pertama: masih lemahnya
menyelesaikan masalah jika pada saat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
pembelajaran dimulai dengan menyajikan Salah satu ukuran dalam melihat kemampuan
permasalahan, sehingga melahirkan istilah model pemecahan masalah matematik adalah hasil tes
pembelajaran berbasis masalah. PISA (program for international student
Dibeberapa negara maju pemecahan assesment). Indonesia merupakan salah satu negara
masalah matematika memiliki peran yang sangat peserta PISA menurut BALITBANG depdiknas
penting (Anderson, 2009), diantaranya (2007) distribusi kemampuan matematik siswa
Kurikulum Singapura menempatkan pemecahan indonesia dalam PISA 2003 adalah level 1
masalah sebagai tujuan utama pembelajaran sebanyak (49,7% siswa) level 2
matematika dengan menempatkan lima (25,9%), level 3 (15,5%) level 4 (6,6%) dan level
komponen yang saling berkaitan dalam 5-6 (2,3%).
pemecahan masalah, yaitu: Keterampilan, Konsep, Pada level 1 ini siswa hanya mampu
Proses, Sikap, dan Metakognisi. menyelesaikan persoalan matematika yang
Kurikulum Hongkong menempatkan memerlukan satu langkah. Secara proporsional, dari
pemecahan masalah sebagai alat, sehingga hampir setiap 100 siswa SMP di indonesia hanya sekitar 3
setiap proses pembelajaran dikelas menggunakan siswa yang mampu mencapai level 5-6. Pada level 5
pendekatan pemecahan masalah. Kurikulum siswa dapat mengembangkan model matematika
inggris menempatkan pemecahan masalah sebagai untuk situasi yang komplek
jantungnya
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September 2017
p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 3

serta dapat memformulasi dan mengkomunikasi, menggunakan sumber primer sebagai rujuakan buku
menginterpretasi secara logis. Sedangkan pada level 6 utama dan sumber sekunder hasil penelitian
siswa dapat mengkonseptualisasi, menyimpulkan empiris dari hasil penelitian pada jurnal
dan menggunakan informasi dari situasi masalah internasional bereputasi dan jurnal nasional
yang kompleks serta dapat memformulasi dan bereputasi.
mengkomunikasikan secara efektif berdasarkan
penemuan intrepretatif dan argumentatif (sugiman et HASIL DAN PEMBAHASAN
al, 2012). Definisi kemampuan pemecahan masalah
Masalah kedua, persepsi yang beragam matematis
atau keliru terhadap apa yang disebut NCTM (2000) menyatakan bahwa
pemecahan masalah. Sering kali muncul pemecahan masalah memerankan peran ganda pada
pendapat bahwa pemecahan masalah matematis kurikulum sekolah. Satu sisi adalah sebagai
identik dengan menggunakan rumus matematika. sarana atau alat mendasar untuk mempelajari
Sebenarnya, soal-soal matematika yang ada pada matematika disisi lainya adalah sebagai tujuan
buku-buku pelajaran tidak selurunya adalah soal utama dalam pembelajaran matematika.
pemecahan masalah . dalam buku pelajaran Montague (2007) mengatakan bahwa
banyak soal yang tujuannya adalah melatih pemecahan masalah matematis adalah suatu
keterampilan berhitung atau keterampilan aktifitas kognitif yang komplek yang disertai
menggunakan rumus. Secara mudah dikatakan proses dan strategi. Niskayuna (1993)
bahwa tidak semua soal matematika merupakan menggolongkan tiga intrepretasi pemecahan
soal pemecahan masalah matematik. masalah yaitu 1). pemecahan masalah sebagai
Masalah ketiga, proses pembalajaran pendekatan (Approach): maksudnya
yang dapat membimbing dan melatih siswa agar pembelajaran diawali dengan masalah; 2).
mampu memecahkan masalah masih belum Pemecahan Masalah sebagai tujuan (goal):
memperoleh porsi yang memadai. Berbagai berkaitan dengan pernyataan dengan mengapa
temuan dilapangan mengiindikasikan adanya matematika diajarkan dan apa tujuan pengajaran
kelemahan pelaksanaaan pembelajaran matematika matematika; dan 3). Pemecahan masalah sebagai
karena pembelajaran tersebut tidak mempersiapkan proses (Procees): suatu kegiatan yang lebih
siswa dalam proses pemecahan masalah. Diantara mengutamakan pentingya prosedur langkah-
temuan tersebut adalah 1). Pembelajaran langkah, strategi atau cara yang akan dilakukan
matematika terbatas pada memberi bekal kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga
siswa untuk menyelesaikan soal dalam tes (Armanto, menemukan jawaban.
2000), 2). Pembelajaran matematika terpisah Sumarmo (2005: 6-7) mengemukakan
dengan pengalaman sehari-hari (Suharta, 2002). 3). bahwa pemecahan masalah dapat dilihat dari dua
Guru matematika mengajar dengan metode sudut pandang yang berbeda yaitu sebagai tujuan
tradisional (zulkardi, 2005) 4). Siswa yang mampu pembelajaran dan sebagai pendekatan
memetik ilmu adalah siswa kelompok pandai pembelajaran. Sebagai tujuan berarti pemecahan
(Sato, 2007) dan 5). Guru mengajar dimulai dengan masalah ditujukan agar siswa dapat merumuskan
definisi dan teorema. masalah dari situasi sehari-hari dalam matematika,
menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai
METODE PENELITIAN masalah dalam matematika maupun dari luar
Metodologi yang digunakan dalam matematika, baik masalah sejenis ataupun
penelitian ini adalah kajian literatur dengan masalah lama, menjelaskan hasil yang
diperoleh sesuai
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September 2017
p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 4

permasalahan asal, mampu menyusun model diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
matematika dan menyelesaikanya untuk masalah diperlukan, membuat atau menyusun strategi
nyata dan dapat menggunakan matematika penyelesaian dan merepresentasikan (dengan
secara bermakna. Sebagai pendekatan simbol, gambar, grafik, tabel diagram model dll),
pembelajaran berarti pemecahan masalah Memilih atau menerapkan strategi untuk
digunakan untuk menemukan dan memahami materi mendapatkan solusi dan memeriksa kebenararan
matematika. solusi dan menafsirkanya.
Kemampuan pemecahan masalah Kirley (2003) mengidentifikasi suatu
merupakan salah satu ranah berfikir tingkat tinggi. urutan dasar dari tiga aktifitas kognitif dalam
Resnick (1987) mengemukakan karakterikstik proses pemecahan masalah adalah : 1).
berfikir tingkat tinggi sebagai berfikir komplek Merefresentasikan masalah. berupa pemanggilan
dan non-algoritmik yang memuat: kembali konteks, pengetahuan yang bersesuaian,
a. Banyak solusi dengan mengidentifikasi tujuan dan kondisi awal
b. Bernuansa memutuskan dan yang relevan untuk masalah yang dihadapi. 2).
menginterpretasi Mencari solusi. meliputi penghalusan tujuan, dan
c. Aplikasi dari berbagai kriteria mengembangkan suatu rencana tindakan dalam
d. Ketidaktentuan mencapai tujuan. 3). Mengimplementasikan solusi
e. Pengatuaran diri tentang proses berfikir meliputi eksekusi rencana tindakan dan
f. Penentuan makna, penemuan struktur mengevakuasi hasil.
dalam ketidakberaturan Soemarmo dan Hendriana , (2014: 23);
g. Dan Usaha Lestari (2015: 85), mengemukakan indikator
Mudrikah (2013) mengemukakan kemampuan penyelesaian masalah matematis adalah
kemampuan pemecahan masalah matematik adalah sebagai berikut:
kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi yang 1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui,
memuat aspek-aspek kemampuan untuk : ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
a. Mengidentifikasi kecukupan data untuk diperlukan.
memecahkan masalah 2. Merumuskan masalah matematis atau
b. Membuat model matematik dari suatu menyusun model matematis.
situasi atau masalah sehari-hari dan 3. Menerapkan strategi untuk
menyelesaikanya menyelesaikan masalah.
c. Memilih dan menerapkan strategi untuk 4. Menjelaskan atau menginterpretasi hasil
menyelesaikan masalah matematika dan penyelesaian masalah.
atau diluar matematika Menurut Polya (TIM MKPBM, 2001: 84)
d. Menjelaskan atau menginterpretasi hasil terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah
sesuai permasalahan asal, serta yaitu;
memeriksa kebenaran hasil atau 1. Memahami masalah.
jawaban. 2. Merencanakan pemecahan.
e. Menerapkan matematika secara 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana.
bermakna. 4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh
Surya (2013) mengemukakan bahwa (looking back)
kemampuan pemecahan masalah adalah Polya (1973:xvi) mengemukakan proses
kemampuan siswa untuk dapat memahami masalah pada tiap langkah pemecahan masalah melalui
melalui identifikasi unsur-unsur yang pertanyaan berikut:
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September 2017
p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 5

Memahami masalah (understanding the dikembangkan dengan baik akan dapat


problem), diantaranya adalah: 1). apakah yang memberikan informasi yang valid kepada guru dan
tidak diketahui?, 2). data apa yang diberikan?, 3). dapat mengukur kemajuan siswa dalam
apakah kondisi yang diberikan cukup untuk pengetahuan, dan proses tertentu (Van de Walle et al.,
mencari apa yang ditanyakan?. 2009). Berdasarkan informasi dari rubrik tersebut,
Membuat rencana pemecahan (devising a guru dapat memantau pembelajaran siswa dan
plan). Langkah ini menyangkut beberapa aspek memberikan beberapa masukan sehingga siswa
diantaranya sebagai berikut: 1). Teori mana yang dapat merestrukturisasi pengetahuannya (Anderson
dapat digunakan dalam masalah ini?, 2). Perhatikan & Puckett, 2003).
apa yang ditanyakan?. Atau coba pikirkan soal yang Rubrik skoring adalah komponen kunci
pernah dikenal dengan pertanyaan yang sama. 3). dalam penilaian otentik. Rubrik ini didasarkan
Dapatkan hasil dan metode yang lalu digunakan pada ukuran kriteria yang direferensikan
disini?. 4). Apakah semua data dan kondisi sudah (Reynolds, Livingston, & Willson, 2009). Dengan
digunakan?, 5). Sudahkan diperhitungkan ide-ide kriteria interpretasi yang direferensikan,
penting yang akan digunakan dalam soal tersebut? Reynolds dkk. menegaskan bahwa siswa dinilai
Melakukan perhitungan (carrying out the tingkat kinerjanya dalam rubrik berdasarkan pada
plan). langkah ini ditekankan pada pelaksanaan apa yang mereka tahu atau apa yang bisa mereka
rencana penyelesaian. Prosedur yang ditempuh lakukan. Rubrik holistik, analitik, proses, dan
adalah: 1). Memeriksa setiap langkah apakah sudah anaholitik adalah beberapa rubrik penilaian yang
benar atau belum?, 2). Bagaimana membuktikan biasanya digunakan oleh komunitas praktik (Kulm,
bahwa langkah yang dipilih sudah benar?. 1994). Masing-masing rubrik ini menyajikan
Memeriksa kembali proses dan hasil berbagai cara mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
(looking back) pada bagian akhir. Polya Misalnya, anaholistik adalah rubrik kombinasi
menekankan pada bagaimana cara memeriksa analitis dan holistik, yang didasarkan pada
kebenaran jawaban. Prosedur yang harus beberapa kriteria yang mencakup keseluruhan
diperhatikan adalah: 1). Dapatkah diperiksa pengetahuan konseptual dan prosedural siswa (Kulm,
sanggahanya?, 2). Dapatkah jawaban tersebut dicari 1994; Reynolds et al., 2009). Rubrik anaholistik
dengan cara lain?. adalah alat penilaian yang tepat untuk menilai
pemecahan masalah karena memberikan
Indikator, Soal dan Rublik skoring soal penilaian menyeluruh terhadap jangkauan luas
Pemecahan Masalah Matematis. pembelajaran matematis (Kulm, 1994). Ini adalah
Kejelasan dalam pembuatan indikator pendekatan penilaian untuk mencetak sebuah
pemecahan masalah telah meningkatkan kualitas tugas matematika berdasarkan banyaknya
penilaian (Wiggins, 1990). Begitu pula Rubrik kriteria dalam pengetahuan konseptual dan
skoring yang komprehensif dalam menilai prosedural keseluruhan siswa serta proses
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pemecahan masalah. Skor dalam setiap kriteria
akan dapat mengukur penguasaan konsep, dapat disimpulkan untuk mendapatkan titik total
prosedur, proses, dan disposisi siswa terhadap sebagai indikator kemampuan siswa.
matematika (Sanchez et al., 2002). Hal Ini telah Pemecahan masalah memiliki sejarah
mematahkan penggunaan penilaian tradisional panjang dalam penelitian pendidikan
yang selama ini hanya berdasarkan kebenaran matematika. Berdasarkan George Polya, dokumen
jawaban siswa (Van de Walle et al., 2009). NCTM menyarankan guru untuk menilai proses
Sebuah rubrik skoring yang berpikir kompleks siswa Melalui
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September 2017
p-ISSN 2541-0660, e-ISSN 2597-7237 © 2017 | 6

tugas pemecahan masalah yang meliputi pemecahan masalah terdapat pada satu soal. Hal itu
pemahaman masalah, perencanaan strategi, bergantung pada kemampuan pembuat soal dalam
pelaksanaan solusi, dan melihat kembali solusi merangkai soal untuk diaplikasikan. Adapun tabel 1
(NCTM, 1989, 1991, 1995, 2000). menunjukan sebuah soal memiliki satu indikator
Indikator soal pemecahan masalah dapat pemecahan masalah.
dibuat pada satu soal pemecahan masalah atau
dapat pula seluruh indikator

Tabel 1. Contoh Indikator dan butir soal kemampuan pemecahan masalah matematis SMP
Indikator Pemecahan
Butir soal Skor
Masalah Matematis
Mengidentifikasi unsur- Seorang petani mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi panjang. Lebar 2
unsur yang diketahui, tanah tersebut 6 m lebih pendek daripada panjangnya. Diketahui keliling tanah
ditanyakan dan 60 m. Cukupkah informasi di atas untuk menentukan luas tanah? Kalau cukup
kecukupan unsur yang selesaikanlah masalah tersebut. Kalau tidak cukup,
diperlukan lengkapi kemudian selesaikan.
Merumuskan masalah Diketahui harga sepasang sepatu dua kali harga sepasang sandal. Seorang 2
matematik atau pedagang membeli 4 pasang sepatu dan 3 pasang sandal. Pedagang tersebut
menyusun model harus membayar Rp. 275.000,00. Buatlah model
matematik matematika dari keterangan tersebut, kemudian selesaikan!
Menerapkan strategi Sketsa sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan panjang 16x cm dan lebar 2
untuk menyelesaikan l0x cm. Luas perrnukaan meja tidak kurang dari 40 dm 2. Tentukan ukuran
masalah sehari-hari minimum permukaan meja tersebut! Jelaskan cara
memperoleh jawaban tersebut.
Menjelaskan atau Harga 1 lusin pensil adalah Rp18.000,00. 2
menginterpretasikan hasil a. Berapakah harga 1 buah pensil? Jelaskan cara menghitungnya
sesuai permasalahan b. Berapakah harga 5 buah pensil? Jelaskan cara menghitungnya
awal
Menggunakan matematika Pak Putu memperoleh gaji Rp950.000,00 sebulan bermakna dengan 2
secara penghasilan tidak kena pajak Rp. 380.000,00 Andaikan pajak penghasilan
bermakna (PPh) ditetapkan 10%, berapakah besar gaji yang diterima Pak Putu Per bulan?

Sumber: Diadaptasi dari Rosalina, D (2016)


Tabel 2. Rublik skoring soal pemecahan masalah
Skor Memahami Membuat Rencana Melakukan Memeriksa
Pemecahan perhituingan kembali
0 Salah Tidak ada rencana atau Tidak melakukan Tidak ada
menginterpretasi membuat rencana yang perhitungan pemeriksaan atau
atau salah sama tidak relevan keterangan lain
sekali
1 Salah Membuat rencana Melaksanakan prosedur Ada pemeriksaan
menginterpretasi pemecahan yang tidak yang benar dan mungkin tetapi tidak tuntas
sebagian soal dan dapat dilaksanakan, menghasilkan jawaban
mengabaikan sehingga tidak dapat yang benar tetapi salah
kondisi soal dilaksanakan perhitungan

2 Memahami masalah Membuat rencana yang Melakukan proses Pemeriksaan


soal selengkapnya benar tetapi salah dalam yang benar dan dilakukan untuk
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September
2017

hasil atau tidak ada mendapatkan hasil melihat kebenaran


hasilnya yang benar proses
3 Membuat rencana benar
tetapi belum lengkap
4 Membuat rencana sesuai dengan
prosedure dan mengarah pada
solusi
yang benar
Skor 2 4 2 2

Cara penilaian diatas dapat dilakukan pada satu buah tiap item indikator dibuat dalam satu soal
soal yang memiliki karakteristik soal pemecahan terpisah.
masalah lengkap atau pada satu soal yang hanya
memuat satu indikator dari soal pemecahan masalah REKOMENDASI
matematis. Informasi pada artikel ini dapat dijadikan rujukan bagi
KESIMPULAN peneliti dan mahasiswa untuk penilaian
1. Kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
matematis adalah kemampuan seseorang SMP
dalam menyelesaikan masalah matematis
non-routin yang disajikan dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
soal matematika tekstual maupun
Anderson, J. (2009). Mathematics curriculum
kontekstual yang dapat mengukur development and the role of problem solving.
ACSA Conference 2009, 1-8. Retrieved from
kemampuan siswa dalam menyelesaikan
http://www.acsa.edu.au/pages/images/judy
masalah anderson- mathematics curriculum
development.pdf
2. Indikator kemampuan pemecahan masalah Anderson, R. S., & Puckett, J. B. (2003). Assessing
secara garis besar adalah mampu students' problem-solving assignments. New
Directions for Teaching and Learning, (95), 81-87.
memahami masalah, merencanakan http://dx.doi.org/10.1002/tl.117
penyelesaian, melakukan perhitungan dan Armanto, Dian. (2002). Teaching Multiplication and
Division Realistically in Indonesian Primary
mengecek kembali hasil perhitungan. Schools : A Prototype of Local Instructional
3. Pembuatan soal kemampuan pemecahan Theory. Disertasion. Enschede: Print Partnersip
skamp.
masalah dapat dilakukan dengan cara satu Depdiknas, P. K. B. (2007). Naskah akademik kajian
soal memuat semua karakteristik kebijakan kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Kurikulum
pemecahan masalah atau Balitbang Depdiknas.
Kirley, J (2003). Principles for teaching _problem
solving. [online. Tersedia: www.
plato.com/download/papers/paper 04.pdf diakses pada
tanggal 12 mei 2010.
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September
2017

Kulm, G. (1994). Mathematics Assessment. What Reynolds, C. R., Livingston, R. B., & Willson, V.
Works in the Classroom. Jossey-Bass Inc., (2009). Measurement and assessment in education
Publishers, 350 Sansome Street, San Francisco, CA (2nd ed.). Boston, MA: Pearson.
94104.. Rosalina D. (2016). Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Kulm, G. (1994). Mathematics assessment: What works Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemecahan
in the classroom. San Francisco, CA: Jossey Bass Masalah Masalah dan Koneksi Matematik Siswa SMP
Inc. ditinjau dari tingkat Kecemasan Matematika. Tesis
Lestari, P. D. (2015). Keefektifan Model Problem- Pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung:
Based Learning Dengan Pendekatan Saintifik Tidak dipublikasikan.
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Sánchez, J. C., Encinas, L. H., Fernández, R. L., &
Matematis Dan Kemandirian Belajar Peserta Sánchez, M. R. (2002). Designing hypermedia tools
Didik Kelas VII (Doctoral dissertation, for solving problems in mathematics. Computers
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG). & Education, 38(4), 303-317.
Machmul, Tedy (2013). Peningkatan kemampuan Sato, Manabu (2007). Tantangan yang Harus
komunikasi, pemecahan masalah matematis dan self- Dihadapi Sekolah, makalah dalam Bacaan
efficasy siswa smp melalui pendekatan problem- Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan
centered learning dengan stategi scaffolding. Pengalaman Jepang dan IMSTEP. Jakarta:
Bandung: Disertasi UPI tidak diterbitkan. Sisttems
Montague, M. (2007). Self‐regulation and Soemarmo, U dan Hendriana, H. (2014). Penilaian
mathematics instruction. Learning Disabilities Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika
Research & Practice, 22(1), 75-83. Aditama
Mudrikah, Achmad (2013). Pembelajaran barbasis- Sugiman, Kusumah, S., & Sabandar, J. (2012).
rnasalah berbantuan komputer untuk Pemecahan Masalah Matematik dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi, Matematika Realistik, 2, 1-10.
pemecahan masalah, dan disposisi matematik siswa Suharta, I. G. P., & Putu, G. (2002). Matematika
sekolah menengah atas. Bandung: Disertasi UPI Realistik: Apa dan Bagaimana. Jurnal Pendidikan
tidak diterbitkan. dan Kebudayaan, 38(8), 641-652.
Nasional Council of Teacher of Mathematics(NCTM). Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berfikir
(2000). Prinsiple and standards for school Matematik Tingkat Tinggi Mahasiswa SLTP dan
mathematics. Reston. VA: NCTM SMU serta
National Council for Teachers of Mathematics. (1995). Mahamahasiswa Strata Satu (S1) Melalui
Assessment standards for school mathematics. Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan
Reston, VA: NCTM. Penelitian
National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Hibah Penelitian Tim Pascasarjana-HTPT Tahun
Curriculum and evaluation standards for school Ketiga. Bandung:Tidak diterbitkan
mathematics. Reston, VA: NCTM Surya, edy. (2013). Peningkatan kemampuan
National Council of Teachers of Mathematics. (1991). representasi visual thinking pada pemecahan
Professional standards for teaching mathematics. masalah matematis dan kemandirian belajar siswa
Reston, VA: NCTM. smp melalui pembelajaran kontekstual. Bandung:
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Disertasi UPI tidak diterbitkan.
Principles and standards for school mathematics. Tim MKPBM. 2001. Strategi Belajar Mengajar
Reston, VA: NCTM. Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia
Polya, G. 1973, How To Solve It. New Jersey: (UPI), Bandung.
Princeton University Press Van de Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay Williams, J.
Resnick, L.B(1987). Educational and learning to think. M. (2009). Elementary and middle school
[online. Tersedia: the national academies press at: mathematics: Teaching developmentally (7th ed.).
http ://www.nap. edtileatalo g/1032. htmir 7 Boston, MA: Allyn & Bacon/Merill.
februari 2011].
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 39-46 , September
2017

Wiggins, G. (1990). The case for authentic


assessment. Retrieved from ERIC database
(ED328611).
Zulkardi. 2005. “RME suatu Inovasi dalam Pendidikan
Matematika di Indonesia”.situswww. pmri.or.id.

Anda mungkin juga menyukai