Anda di halaman 1dari 12

INSPIRAMATIKA | Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Matematika

Volume 4, Nomor 2, Desember 2018, ISSN 2477-278X, e-ISSN 2579-9061

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMK


DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS

Yuni Hajara, Veny Triyana Andika Sarib


a
Program Studi Pendidikan Matematika IKIP Siliwangi
Jl. Terusan Jenderal Sudirman, yuni28h@gmail.com
b
Program Studi Pendidikan Matematika IKIP Siliwangi
Jl. Terusan Jenderal Sudirman, venytriyana050113@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi oleh siswa
SMK dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang ditinjau berdasarkan disposisi
matematis siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk
menganalisis data-data yang tersedia dan diolah sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
SMK kelas XI Akutansi di kota Cimahi. Hasil dari penelitian ini ditinjau dari disposisi matematis
adalah siswa memiliki kesulitan hampir di setiap indikator pemecahan masalah. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor seperti siswa yang tidak terbiasa menghadapi soal pemecahan
masalah. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa, seperti menggunakan
pendekatan dan media pembelajaran yang inovatif.

Kata Kunci: pemecahan masalah, disposisi matematis, analisis

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the difficulties faced by Vocational High School
students in working on problem solving test that were reviewed based on students' mathematical
disposition. The research method used is descriptive analysis method to analyze available and
processed data to obtain a clear picture of the facts and the relationship between the phenomena
studied. The sample in this study was Vocational High School student class XI Accounting in
Cimahi. The result of this study base on. students' mathematical disposition is students have
difficulties in almost every indicator of problem solving ability. This is caused by several factors
such as students who are not used to facing problem solving test. Efforts can be made to overcome
student difficulties, such as using innovative learning approaches and media.

Keywords: problem solving, mathematical disposition, analysis

PENDAHULUAN Kirkley (Widjajanti, 2009) menyatakan


Menurut Sumarmo (2010), kita bahwa pemecahan masalah merupakan
perlu mengatasi kesulitan yang kita temui suatu proses dimana seseorang yang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan tengah memecahkan masalah perlu
dalam suatu proses yang disebut menghubungkan antara pengalaman yang
pemecahan masalah. Sejalan dengan itu telah dilaluinya dengan masalah yang

120
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

sedang dihadapinya sekarang untuk kegigihan atau ketekunan dalam


menyelesaikan permasalahan tersebut. memecahkan masalah. Dengan demikian,
Pentingnnya pemecahan masalah terdapat kesinambungan antara
pernah dibahas oleh Ruseffendi (Effendi, kemampuan pemecahan masalah dengan
2012) yang mengemukakan bahwa disposisi matematis. Bila terjadi
pemecahan masalah merupakan suatu hal peningkatan terhadap kemampuan
yang penting. Pentingnya pemecahan pemecahan masalah, maka akan terlihat
masalah dapat dirasakan tak hanya bagi pada sikap disposisi matematis.
yang mempelajari matematika, namun Pengertian disposisi matematis
bisa juga bagi yang akan menerapkannya menurut Wardani (Hendriana, Rohaeti,
pada bidang studi lain dalam kehidupan Sumarmo, 2017) merupakan ketertarikan
sehari-hari. dan apresiasi terhadap matematika yang
Indikator pemecahan masalah ditunjukkan melalui kecenderungan
menurut Sudirman (2017) dirincikan berpikir dan bertindak dengan positif,
sebagai berikut: (a) mengidentifikasi termasuk kepercayaan diri,
unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam
dan kecukupan unsur yang diperlukan; belajar, gigih menghadapi permasalahan,
(b) membuat model matematika dari fleksibel, berbagi dengan orang lain,
suatu situasi atau masalah sehari-hari dan reflektif dalam melaksanakan kegiatan
menyelesaikannya; (c) memilih dan matematis.
menerapkan strategi untuk menyelesaikan Menurut Karlimah (Shodikin,
masalah matematika atau diluar 2015) dalam proses pembelajaran hal
matematika; (d) Menjelaskan atau yang penting untuk dikembangkan tak
menginterpretasi hasil sesuai hanya kemampuan kognitif namun juga
permasalahan asal serta memeriksa kemampuan afektif (sikap). Hal tersebut
kebenaran hasil atau jawaban. mendapat perhatian dari pemerintah,
Jika seorang siswa telah terbukti dengan diadakannya pendidikan
memahami atau menguasai kemampuan karakter pada setiap tingkat pendidikan.
pemecahan masalah, maka akan terlihat Begitu juga dalam pembelajaran
atau nampak dari sikapnya. Sikap yang matematika, ketika siswa berusaha
dimaksud disini adalah disposisi. menyelesaikan suatu masalah matematis,
Kecenderungan sikap kearah yang positif dibutuhkan rasa percaya diri, rasa ingin
berupa hal-hal yang bersangkutan dengan tahu, ulet, melakukan refleksi atas cara

121
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

berpikir. Sikap-sikap yang ditunjukan Melihat pentingnya kemampuan


siswa tersebut didalam matematika pemecahan masalah dan disposisi
disebut dengan disposisi matematis. matematis dalam pembelajaran
Sejalan dengan pernyataan di atas, matematika, akhirnya penulis
Akyuninah (2017) menjelaskan bahwa memutuskan untuk melakukan analisis
yang perlu menjadi perhatian khusus bagi bagaimana kesulitan siswa SMK di kota
para guru khususnya dalam pembelajaran Cimahi dalam menyelesaikan soal
matematika yaitu respon siswa tentang kemampuan pemecahan masalah ditinjau
kemampuan disposisi matematis. Melalui dari kemampuan disposisi matematis
strategi pembelajaran yang menarik, siswa yang digolongkan ke dalam
siswa akan menjadi lebih aktif dan kategori tinggi, sedang, dan rendah.
bersemangat, sehingga berpengaruh pada Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
kemampuan disposisi matematis. artikel ini bertujuan untuk menganalisis
Sumarmo (2010) merinci kesulitan yang dihadapi oleh siswa SMK
indikator disposisi matematik yang di Kota Cimahi dalam mengerjakan soal-
meliputi: (a) dalam menggunakan soal kemampuan pemecahan masalah
matematika, memecahkan masalah, yang ditinjau dari kemampuan disposisi
memberi alasan dan mengkomunikasikan matematis siswa yang digolongkan dalam
gagasan memiliki rasa percaya diri; (b) kategori tinggi, sedang, dan rendah.
fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan
matematik dan berusaha mencari metode METODE
alternatif dalam memecahkan masalah; Metode penelitian yang
(c) tekun mengerjakan tugas matematik; digunakan adalah metode analisis
(d) minat, rasa ingin tahu, dan daya temu deskriptif. Menurut Marlina dan Danica
dalam melakukan tugas matematik; (e) (2009), metode analisis deskriptif
cenderung memonitor, merefleksikan merupakan metode yang digunakan untuk
performansi dan penalaran mereka menganalisis data-data yang tersedia dan
sendiri; (f) mengaplikasikan matematika diolah sehingga diperoleh gambaran yang
ke situasi lain dalam matematika dan jelas mengenai fakta fakta dan hubungan
pengalaman sehari-hari; (g) antar fenomena yang diteliti.
mengapresiasi peran matematika dalam Sampel dalam penelitian ini
kultur dan nilai, matematika sebagai alat adalah siswa kelas XI (sebelas)
dan sebagai bahasa. Akuntansi salah satu SMK di Kota

122
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

Cimahi. Tahapan penelitian dirincikan matematis tinggi, 8 siswa yang tergolong


sebagai berikut: (1) menyebarkan angket dalam kategori disposisi matematis
disposisi matematis; (2) pemberian tes sedang dan 5 siswa yang tergolong
soal kemampuan pemecahan masalah kedalam kategori disposisi matematis
matematis; (3) menganalisis data rendah.
kualitatifnya; (4) menarik kesimpulan Hasil tes pemecahan masalah
dari data yang sudah di analisis yang siswa kemudian diolah kedalam bentuk
ditampilkan dalam bentuk tabel dan persentase dengan cara menghitung
pembahasan. Untuk disposisi matematis banyaknya skor soal 1 hingga soal 4
skor angket masing-masing siswa siswa yang sudah dikelompokan
diperoleh dengan menggunakan skala bersadarkan kategori disposisi
likert dengan 4 jawaban yaitu Sangat matematisnya lalu dibagi dengan skor
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju maksimal soal tersebut. Perolehan
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Soal jawaban siswa dilihat dari kategori
kemampuan pemecahan masalah, disposisi matematisnya disajikan dalam
penilaiannya disesuaikan dengan kisi-kisi tabel 2 berikut ini.
soal dan penskoran soal. Tabel 2.Persentase Hasil Jawaban Siswa
Dilihat dari Kategori Disposisi
Level Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Soal
Tinggi Sedang Rendah
Hasil Soal 1 47% 58% 64%
Soal 2 24% 17% 17%
Berdasarkan data angket disposisi
Soal 3 29% 32% 28%
yang diperoleh, maka kategori disposisi Soal 4 0% 0% 0%
matematis siswa tinggi, sedang, dan
rendah disajikan dalam tabel 1 berikut Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat

ini. dirincikan bahwa pada soal 1 tingkat

Tabel 1.Kategori Disposisi Matematis ketercapaian indikator pemecahan


Siswa masalah siswa dengan kategori disposisi
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Siswa 8 8 5
matematis tinggi dalam menjawab soal
Secara tertulis di analisis, tersebut sebesar 47%. Ketercapaian
berdasarkan kategori disposisi matematis indikator pemecahan masalah siswa
terlihat bahwa dari 21 siswa yang dengan kategori disposisi matematis
menjadi sampel, terdapat 8 siswa yang sedang sebesar 58%, dan untuk siswa
tergolong dalam kategori disposisi dengan kategori disposisi matematis

123
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

rendah sebesar 64%. Untuk soal 1 siswa banyak kesulitan dalam proses
kategori disposisi tinggi mengalami penyelesaiannya. Berdasarkan hal
kesulitan yang lebih banyak tersebut, maka akan dianalisis bagaimana
dibandingkan siswa dengan kategori kesulitan siswa dalam menyelesaikan
sedang dan rendah. Pada soal 2 tingkat soal pemecahan masalah berdasarkan
ketercapaian indikator pemecahan disposisi matematisnya.
masalah siswa dengan kategori disposisi
matematis tinggi sebesar 24%. Siswa Pembahasan
dengan kategori sedang dan rendah 1. Analisis Kesulitan Siswa dalam
memiliki tingkat ketercapaian indikator Soal 1
pemecahan masalah sebesar 17 %. Untuk Soal 1 :
soal 2, siswa kategori sedang dan rendah
memiliki kesulitan yang sama dan lebih
banyak dibandingkan dengan siswa
kategori disposisi tinggi.
Pada soal 3 ketercapaian siswa Gambar 1.Soal 1 Tes Kemampuan
Pemahaman Matematis
dengan kategori disposisi matematis
Indikator Soal 1 :
tinggi sebesar 29%. Sementara
(a) Mengidentifikasi unsur-unsur
ketercapaian indikator pemecahan
yang diketahui, ditanyakan, dan
masalah siswa dengan kategori disposisi
kecukupan unsur yang diperlukan; (b)
matematis sedang sebesar 32%.
Membuat model matematika dari suatu
Ketercapaian siswa dengan kategori
situasi atau masalah sehari-hari dan
disposisi matematis rendah sebesar 28%.
menyelesaikannya; (c) Memilih dan
Untuk soal 3 siswa kategori sedang
menerapkan strategi untuk menyelesaikan
mengalami paling sedikit kesulitan, dan
masalah matematika atau diluar
siswa dengan kategori tinggi dan rendah
matematika.
mengalami kesulitan yang tidak jauh
Berdasarkan jawaban siswa dapat
berbeda. Pada soal 4 terlihat ketercapaian
terlihat siswa sudah mampu
indikator pemecahan masalah siswa
mengidentifiksi unsur yang diketahui dan
dengan kategori disposisi tinggi, sedang,
kecukupan unsur yang akan digunakan.
maupun rendah sebesar 0%. Dalam soal 4
Dalam membuat model matematika dari
siswa dengan kategori disposisi tinggi,
suatu masalah dalam kehidupan sehari-
sedang, maupun rendah mengalami
hari pun siswa sudah mampu menjawab

124
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

dengan benar. Namun saat menerapkan yang tidak sedikit, dan apabila telah
strategi penyelesaian soal, siswa ditemukan siswa cenderung merasa puas
mengalami kesulitan membuat dan tidak mau mengembangkan kembali
pernyataan sesuai dengan jawaban yang pembelajaran yang telah diperolehnya.
diinginkan. Menjadi tugas guru untuk
membimbing siswa agar terbiasa dengan
soal pemecahan masalah dan mencapai
indikatornya. Guru dapat memulainya
dengan membiasakan siswa bertemu
dengan soal nonrutin atau soal yang
menjadi masalah untuknya. Setelah siswa
terbiasa menghadapi soal pemecahan
Gambar 2.Jawaban Siswa Kategori masalah, guru memotivasi siswa agar
Disposisi Matematis Tinggi siswa berusaha untuk menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Tahap
Pada soal 1 ini, ketercapaian
selanjutnya guru membimbing siswa
siswa dengan kategori disposisi tinggi
untuk terbiasa melihat kembali jawaban
justru yang paling rendah dibandingkan
yang diperolehnya untuk mendapatkan
dengan siswa kategori sedang dan rendah
jawaban yang lebih akurat. Diharapkan
Beberapa faktor penyebabnya adalah : (a)
dengan begitu siswa dapat lebih
Siswa tidak terbiasa dengan soal
memahami soal pemecahan masalah dan
pemecahan masalah; (b) Siswa tidak
menyelesaikannya dengan baik.
memeriksa kembali hasil yang telah
Upaya lain yang dapat dilakukan
dikerjakannya.
guru dalam meningkatkan kemampuan
Tahap memeriksa kembali
pemecahan masalah siswa dengan cara
jawaban memang masih sering dilupakan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
oleh siswa, sekalipun siswa tersebut
Salah satu cara meningkatkan kualitas
merupakan siswa yang memiliki kategori
pembelajaran dengan memberikan bahan
disposisi matematis tinggi. Hal tersebut
ajar yang baik. Menurut Setiawan dan
pernah dibahas dalam penelitian
Sari (2018), bahan ajar merupakan hal
Sabandar (2013) yang menyatakan bahwa
yang penting bagi guru dan siswa. Guru
dalam pemecahan masalah untuk
akan mendapat kesulitan dalam
menemukan solusi dari permasalahan
meningkatkan kualitas pembelajarannya
yang dihadapinya membutuhkan waktu

125
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

bila tidak disertai bahan ajar yang unsur-unsur yang diketahui dengan
lengkap. Begitu pun jika siswa membuat tabel. Namun siswa mengalami
mengalami kesulitan dalam memahami kesulitan saat membuat model
apa yang disampaikan oleh guru, maka matematika dan siswa pun tidak
bahan ajar dapat membantu siswa lebih menyelesaikan permasalahan
memahami materi. Oleh karena itu, bahan didalamnya. Siswa dengan kategori
ajar merupakan hal yang sangat penting sedang dan rendah memiliki ketercapaian
untuk dikembangkan sebagai upaya indikator pemecahan masalah yang sama
meningkatkan kualitas pembelajaran. besar. Sementara siswa dengan kategori
tinggi memiliki ketercapaian indikator
2. Analisis Kesulitan Siswa dalam pemecahan masalah yang lebih baik. Hal
Soal 2 itu dapat disebabkan beberapa faktor
Soal 2 : berikut : (a) Siswa tidak dapat mengolah
data yang dimilikinya dengan baik; (b)
Siswa lupa dengan materi program linear
yang telah dipelajarinya.
Gambar 3.Soal 2 Tes Kemampuan
Upaya yang dapat dilakukan guru
Pemahaman Matematis
untuk membuat siswa mengingat materi
Indikator Soal 2 :
dengan lebih baik adalah dengan
(a) Mengidentifikasi unsur-unsur
melakukan pembelajaran yang bermakna.
yang diketahui, ditanyakan, dan
Pembelajaran bermakna bisa dilakukan
kecukupan unsur yang diperlukan; (b)
dengan membawa masalah dalam
Membuat model matematika dari suatu
kehidupan sehari-hari pada materi yang
situasi atau masalah sehari-hari dan
akan dibahas. Diharapkan dengan
menyelesaikannya (c) Memilih dan
pembahasan yang menyangkut kehidupan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan
sehari-harinya, siswa memiliki gambaran
masalah matematika atau diluar
pada pembelajaran yang dilakukan.
matematika.
Pembelajaran dengan mengaitkan
pengalaman siswa dalam kehidupan
Gambar 4.Jawaban Siswa Kategori sehari-hari bisa diterapkan dengan
Disposisi Matematis Sedang menggunakan pendekatan realistik.
Berdasarkan jawaban siswa
Menurut Soviawati (2011), pendekatan
dengan kategori disposisi sedang, terlihat
realistik merupakan pembelajaran dimana
bahwa siswa mampu mengidentifikasi

126
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

dalam prosesnya memanfaatkan realitas permasalahan asal serta memeriksa


dan lingkungan yang dipahami oleh kebenaran hasil atau jawaban.
peserta didik, sehingga dapat tercapai
tujuan pendidikan matematika yang lebih
baik dari sebelumnya. Sejalan dengan itu,
dalam penelitiannya, Muchlis (2012)
mengungkapkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa
yang belajar dengan menggunakan
pendekatan realistik lebih baik secara
signifikan dari pada siswa yang belajar
Gambar 6.Jawaban Siswa Kategori
dengan pendekatan konvensional. Disposisi Matematis Rendah
Berdasarkan jawaban siswa
3. Analisis Kesulitan Siswa dalam dengan kategori disposisi rendah, terlihat
Soal 3 bahwa siswa mampu mengidentifikasi
Soal 3 : unsur yang diketahui dengan membuat
tabel. Siswa pun mampu membuat model
matematika berdasarkan unsur-unsur
yang diketahuinya. Namun ketika
Gambar 5.Soal 3 Tes Kemampuan membuat grafik dan menentukan
Pemahaman Matematis himpunan penyelesaian siswa mengalami
Indikator Soal 3 : kesulitan. Begitu pun saat siswa
(a) Mengidentifikasi unsur-unsur menentukan titik pojok, siswa mengalami
yang diketahui, ditanyakan, dan kesulitan dalam menentukan titik yang
kecukupan unsur yang diperlukan; (b) dipergunakan untuk mencari nilai
Membuat model matematika dari suatu maksimum. Artinya siswa kesulitan
situasi atau masalah sehari-hari dan untuk menentukan strategi dalam
menyelesaikannya; (c) Memilih dan menyelesaikan masalah dalam soal
menerapkan strategi untuk menyelesaikan tersebut. Siswa pun nampak kesulitan
masalah matematika atau diluar menginterpretasi hasil sesuai
matematika; (d) Menjelaskan atau permasalahan mengingat siswa tidak bisa
menginterpretasi hasil sesuai menyelesaikan permasalahan yang
didapatnya. Siswa dengan kategori

127
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

disposisi rendah memiliki ketercapaian


indikator pemecahan masalah yang
paling rendah, siswa kategori disposisi
tinggi pun memperoleh hasil yang tidak
jauh berbeda. Hal tersebut dapat
disebabkan beberapa faktor berikut : (a)
Gambar 7.Soal 4 Tes Kemampuan
siswa lupa dengan materi grafik didalam Pemahaman Matematis
program linear; dan (b) miskonsepsi Indikator Soal 4 :
siswa dalam menentukan titik pojok pada (a) Mengidentifikasi unsur-unsur
materi program linear. yang diketahui, ditanyakan, dan
Penggambaran grafik dan kecukupan unsur yang diperlukan; (b)
penentuan titik yang dirasa sulit bagi Membuat model matematika dari suatu
siswa dapat dipelajari dengan cara situasi atau masalah sehari-hari dan
penyampaian yang lebih menarik, salah menyelesaikannya; (c) Memilih dan
satunya dengan berbantuan ICT. Salah menerapkan strategi untuk menyelesaikan
satu bentuk ICT yang dapat digunakan masalah matematika atau diluar
untuk mempelajari materi tersebut adalah matematika; (d) Menjelaskan atau
dengan program geogebra. Dalam menginterpretasi hasil sesuai
penelitiannya, Mahmudi (2011) permasalahan asal serta memeriksa
menyampaikan bahwa media yang dapat kebenaran hasil atau jawaban.
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran Untuk jawaban siswa soal 4, tidak
salah satunya adalah program geogebra. didapatkan hasil apapun karena siswa
Program geogebra dapat digunakan kategori disposisi tinggi, sedang maupun
sebagai media untuk mendemonstrasikan rendah mengalami kesulitan dalam
atau memvisualisasikan konsep-konsep menjawab soal tersebut dengan
matematis serta sebagai alat bantu untuk ketercapaian indikator pemecahan
mengkonstruksi konsep-konsep masalah sebesar 0%. Beberapa faktor
matematis. penyebabnya adalah sebagai berikut : (a)
Soal 4 merupakan soal yang paling rumit;
4. Analisis Kesulitan Siswa dalam (b) Siswa tidak dapat memahami soal.
Soal 4 Tahap-tahap pemecahan masalah
Soal 4 : memang bukan suatu hal yang mudah
untuk dilakukan siswa, karena dalam

128
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

bentuk soal pun pemecahan masalah memvisualisasikan hubungan matematika


tergolong soal nonrutin. Terdapat abstrak dan struktur masalah yang
beberapa penjelasan menurut para ahli berbeda-beda melalui representasi
berdasarkan hal tersebut, salah satunya bergambar; (c) melalui Model
adalah Karlimah (2015) yang Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
menyatakan bahwa dalam menyelesaikan Two Stray (TSTS). Pembelajaran
soal pemecahan masalah membutuhkan kooperatif merupakan pembelajaran yang
waktu yang tidak sedikit, karena siswa memfasilitasi manusia sebagai mahluk
dituntut untuk dapat berpikir tingkat sosial. Dalam pembelajaran kooperatif
tinggi. Dalam prosesnya pun dibutuhkan terjadi proses pembelajaran yang
tahapan yang panjang, mulai dari memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan unsur yang diketahui dan bekerjasama dengan siswa lain mengenai
ditanyakan, kemudian memikirkan tugas yang terstruktur yang diperoleh dari
strategi penyelesaian yang dapat guru.
digunakan, bagaimana menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya, KESIMPULAN DAN SARAN
kemudian menyelesaikan secara runtut Berdasarkan hasil dan
dan terstruktur bahkan sampau pembahasan dalam penelitian ini, maka
memeriksa kembali hasil penyelesaian. kesimpulan yang diperoleh sebagai
Dalam penelitiannya, Karlimah berikut:
(2015) memberikan beberapa cara yang 1. Letak kesulitan yang siswa hadapi
dapat digunakan dalam menyampaikan hampir sama ditiap kategori disposisi
soal pemecahan masalah, yaitu: (a) nya. Siswa kesulitan dalam
melalui pendekatan investigasi yang menghadapi indikator pemecahan
terintegrasi dalam pembelajaran masalah: (a) membuat model
matematika. Kondisi tersebut dapat matematika dari suatu situasi atau
membantu siswa belajar dan masalah sehari-hari dan
mengembangkan pengetahuan serta menyelesaikannya; (b) memilih dan
keterampilan dalam menyelesaikan menerapkan strategi untuk
masalah sesuai prosedur matematika; (b) menyelesaikan masalah matematika
melalui strategi pemodelan. Strategi atau diluar matematika; (c)
pemodelan merupakan langkah menjelaskan atau menginterpretasi
terstruktur dimana diberi pengalaman hasil sesuai permasalahan asal serta

129
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

memeriksa kebenaran hasil atau untuk meningkatkan kemampuan


jawaban. pemecahan masalah siswa.
2. Beberapa faktor penyebabnya
adalah: (a) Siswa tidak dapat DAFTAR PUSTAKA
memahami soal pemecahan masalah; Akyuninah, U. D. (2017). Pengaruh
Strategi Heuristic Vee terhadap
(b) Siswa tidak dapat mengolah data
Kemampuan Disposisi Matematis
yang dimilikinya; (c) Siswa tidak Pada Materi Segiempat Kelas VII
Mts. Al-Hidayah Tahun Pelajaran
memeriksa kembali hasil yang telah
2016/2017. Inspiramatika. Vol.
diperolehnya; (d) Siswa lupa dengan 3(1), pp.16-23.
Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran
materi yang telah dipelajarinya.
Matematika dengan Metode
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan
mengatasi kesulitan siswa dalam
Representasi dan Pemecahan
kemampuan pemecahan masalah : Masalah Matematis Siswa SMP.
Jurnal Penelitian Pendidikan.
(a) Memperkenalkan siswa pada soal
Vol. 13(2), pp.1-10.
pemecahan masalah; (b) Membuat Hendriana, H. Rohaeti, E. E. Sumarmo,
U. (2017). Hard Skills Dan Soft
bahan ajar yang baik; (c)
Skills Matematika Siswa.
Membimbing siswa dalam Bandung: PT Refika Aditama.
Karlimah. (2015). Pembelajaran
melakukan tahap-tahap pemecahan
bermakna untuk meningkatkan
masalah; (c) Menggunakan berbagai kemampuan pemecahan masalah
matematika. Prosiding Seminar
pendekatan pembelajaran yang dapat
Nasional Matematika dan
membantu meningkatkan Pendidikan Matematika (pp. 59-
63). Semarang: UMS.
kemampuan pemecahan masalah
Mahmudi, A., & Negeri, J. P. M. F. U.
siswa; (d) Menggunakan media (2011). Pemanfaatan GeoGebra
dalam pembelajaran matematika.
pembelajaran berbasis ICT.
Prosiding Seminar Nasional
Penelitian ini mendeskripsikan Matematika dan Pendidikan
Matematika. Yogyakarta: Jurusan
kemampuan pemecahan masalah siswa
Matematika FMIPA Universitas
berdasarkan kesulitan yang dihadapi Negeri Yogyakarta.
Marlina, L., & Danica, C. (2009).
siswa dalam menyelesaikan soal
Analisis Pengaruh Cash Position,
pemecahan masalah yang ditinjau dari Debt To Equity Ratio, Dan Return
On Assets Terhadap Divident
disposisi matematis. Adapun saran yang
Payout Ratio. Jurnal Manajemen
dapat disampaikan bagi peneliti/guru Bisnis. Vol. 2(1), pp. 1-6.
Muchlis, E. E. (2012). Pengaruh
untuk dapat menggunakan model
pendekatan pendidikan
pembelajaran yang tepat dan inovatif matematika realistik indonesia

130
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131

(PMRI) terhadap perkembangan Matematika: Apa dan Bagaimana


kemampuan pemecahan masalah Mengembangkannya. Prosiding
siswa kelas II SD Kartika 1.10 Seminar Nasional Matematika
Padang. EXACTA. Vol. 10(2), pp. dan Pendidikan Matematika 2009.
136-139. Yogyakarta: 5 Desember.
Sabandar, J. (2013). Berpikir Reflektif
Dalam Pembelajaran Matematika.
Tersedia Di Website: Http://File.
Upi.Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._P
end.
_Matematika/194705241981031-
Jozua_Sabandar/Kumpulan_Maka
lah_Dan_Jurnal/Berpikir_Reflekti
f2.Pdf.(Diakses Tanggal 08
Oktober 2017).
Setiawan, W., & Sari, V. T. A. (2018).
Pengembangan Bahan Ajar
Konsep Diferensial Berbasis
Konflik Kognitif. Jurnal Elemen.
Vol. 4(2), pp. 204-215.
Shodikin, A. (2015). Strategi Abduktif-
Deduktif pada Pembelajaran
Matematika dalam Peningkatan
Disposisi Siswa. Jurnal
Madrasah. Vol. 7(2), pp. 181-
202.
Soviawati, E. (2011). Pendekatan
matematika realistik (pmr) untuk
meningkatkan kemampuan
berfikir siswa di tingkat sekolah
dasar. Jurnal Edisi Khusus, Vol.
2(2), pp. 79-85.
Sudirman, M. (2017). Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Self Regulated Learning
Siswa Sekolah Menengah Atas
melalui Pendekatan Saintifik
dengan Strategi Quantum
Learning. Tesis. Universitas
Pendidikan Indonesia. Tidak
Diterbitkan.
Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan
Disposisi Matematik: Apa,
Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta
Didik. Bandung: FPMIPA UPI.
Widjajanti, D. B. (2009). Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru

131

Anda mungkin juga menyukai