ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi oleh siswa
SMK dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang ditinjau berdasarkan disposisi
matematis siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk
menganalisis data-data yang tersedia dan diolah sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
SMK kelas XI Akutansi di kota Cimahi. Hasil dari penelitian ini ditinjau dari disposisi matematis
adalah siswa memiliki kesulitan hampir di setiap indikator pemecahan masalah. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor seperti siswa yang tidak terbiasa menghadapi soal pemecahan
masalah. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa, seperti menggunakan
pendekatan dan media pembelajaran yang inovatif.
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the difficulties faced by Vocational High School
students in working on problem solving test that were reviewed based on students' mathematical
disposition. The research method used is descriptive analysis method to analyze available and
processed data to obtain a clear picture of the facts and the relationship between the phenomena
studied. The sample in this study was Vocational High School student class XI Accounting in
Cimahi. The result of this study base on. students' mathematical disposition is students have
difficulties in almost every indicator of problem solving ability. This is caused by several factors
such as students who are not used to facing problem solving test. Efforts can be made to overcome
student difficulties, such as using innovative learning approaches and media.
120
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
121
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
122
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
123
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
rendah sebesar 64%. Untuk soal 1 siswa banyak kesulitan dalam proses
kategori disposisi tinggi mengalami penyelesaiannya. Berdasarkan hal
kesulitan yang lebih banyak tersebut, maka akan dianalisis bagaimana
dibandingkan siswa dengan kategori kesulitan siswa dalam menyelesaikan
sedang dan rendah. Pada soal 2 tingkat soal pemecahan masalah berdasarkan
ketercapaian indikator pemecahan disposisi matematisnya.
masalah siswa dengan kategori disposisi
matematis tinggi sebesar 24%. Siswa Pembahasan
dengan kategori sedang dan rendah 1. Analisis Kesulitan Siswa dalam
memiliki tingkat ketercapaian indikator Soal 1
pemecahan masalah sebesar 17 %. Untuk Soal 1 :
soal 2, siswa kategori sedang dan rendah
memiliki kesulitan yang sama dan lebih
banyak dibandingkan dengan siswa
kategori disposisi tinggi.
Pada soal 3 ketercapaian siswa Gambar 1.Soal 1 Tes Kemampuan
Pemahaman Matematis
dengan kategori disposisi matematis
Indikator Soal 1 :
tinggi sebesar 29%. Sementara
(a) Mengidentifikasi unsur-unsur
ketercapaian indikator pemecahan
yang diketahui, ditanyakan, dan
masalah siswa dengan kategori disposisi
kecukupan unsur yang diperlukan; (b)
matematis sedang sebesar 32%.
Membuat model matematika dari suatu
Ketercapaian siswa dengan kategori
situasi atau masalah sehari-hari dan
disposisi matematis rendah sebesar 28%.
menyelesaikannya; (c) Memilih dan
Untuk soal 3 siswa kategori sedang
menerapkan strategi untuk menyelesaikan
mengalami paling sedikit kesulitan, dan
masalah matematika atau diluar
siswa dengan kategori tinggi dan rendah
matematika.
mengalami kesulitan yang tidak jauh
Berdasarkan jawaban siswa dapat
berbeda. Pada soal 4 terlihat ketercapaian
terlihat siswa sudah mampu
indikator pemecahan masalah siswa
mengidentifiksi unsur yang diketahui dan
dengan kategori disposisi tinggi, sedang,
kecukupan unsur yang akan digunakan.
maupun rendah sebesar 0%. Dalam soal 4
Dalam membuat model matematika dari
siswa dengan kategori disposisi tinggi,
suatu masalah dalam kehidupan sehari-
sedang, maupun rendah mengalami
hari pun siswa sudah mampu menjawab
124
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
dengan benar. Namun saat menerapkan yang tidak sedikit, dan apabila telah
strategi penyelesaian soal, siswa ditemukan siswa cenderung merasa puas
mengalami kesulitan membuat dan tidak mau mengembangkan kembali
pernyataan sesuai dengan jawaban yang pembelajaran yang telah diperolehnya.
diinginkan. Menjadi tugas guru untuk
membimbing siswa agar terbiasa dengan
soal pemecahan masalah dan mencapai
indikatornya. Guru dapat memulainya
dengan membiasakan siswa bertemu
dengan soal nonrutin atau soal yang
menjadi masalah untuknya. Setelah siswa
terbiasa menghadapi soal pemecahan
Gambar 2.Jawaban Siswa Kategori masalah, guru memotivasi siswa agar
Disposisi Matematis Tinggi siswa berusaha untuk menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Tahap
Pada soal 1 ini, ketercapaian
selanjutnya guru membimbing siswa
siswa dengan kategori disposisi tinggi
untuk terbiasa melihat kembali jawaban
justru yang paling rendah dibandingkan
yang diperolehnya untuk mendapatkan
dengan siswa kategori sedang dan rendah
jawaban yang lebih akurat. Diharapkan
Beberapa faktor penyebabnya adalah : (a)
dengan begitu siswa dapat lebih
Siswa tidak terbiasa dengan soal
memahami soal pemecahan masalah dan
pemecahan masalah; (b) Siswa tidak
menyelesaikannya dengan baik.
memeriksa kembali hasil yang telah
Upaya lain yang dapat dilakukan
dikerjakannya.
guru dalam meningkatkan kemampuan
Tahap memeriksa kembali
pemecahan masalah siswa dengan cara
jawaban memang masih sering dilupakan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
oleh siswa, sekalipun siswa tersebut
Salah satu cara meningkatkan kualitas
merupakan siswa yang memiliki kategori
pembelajaran dengan memberikan bahan
disposisi matematis tinggi. Hal tersebut
ajar yang baik. Menurut Setiawan dan
pernah dibahas dalam penelitian
Sari (2018), bahan ajar merupakan hal
Sabandar (2013) yang menyatakan bahwa
yang penting bagi guru dan siswa. Guru
dalam pemecahan masalah untuk
akan mendapat kesulitan dalam
menemukan solusi dari permasalahan
meningkatkan kualitas pembelajarannya
yang dihadapinya membutuhkan waktu
125
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
bila tidak disertai bahan ajar yang unsur-unsur yang diketahui dengan
lengkap. Begitu pun jika siswa membuat tabel. Namun siswa mengalami
mengalami kesulitan dalam memahami kesulitan saat membuat model
apa yang disampaikan oleh guru, maka matematika dan siswa pun tidak
bahan ajar dapat membantu siswa lebih menyelesaikan permasalahan
memahami materi. Oleh karena itu, bahan didalamnya. Siswa dengan kategori
ajar merupakan hal yang sangat penting sedang dan rendah memiliki ketercapaian
untuk dikembangkan sebagai upaya indikator pemecahan masalah yang sama
meningkatkan kualitas pembelajaran. besar. Sementara siswa dengan kategori
tinggi memiliki ketercapaian indikator
2. Analisis Kesulitan Siswa dalam pemecahan masalah yang lebih baik. Hal
Soal 2 itu dapat disebabkan beberapa faktor
Soal 2 : berikut : (a) Siswa tidak dapat mengolah
data yang dimilikinya dengan baik; (b)
Siswa lupa dengan materi program linear
yang telah dipelajarinya.
Gambar 3.Soal 2 Tes Kemampuan
Upaya yang dapat dilakukan guru
Pemahaman Matematis
untuk membuat siswa mengingat materi
Indikator Soal 2 :
dengan lebih baik adalah dengan
(a) Mengidentifikasi unsur-unsur
melakukan pembelajaran yang bermakna.
yang diketahui, ditanyakan, dan
Pembelajaran bermakna bisa dilakukan
kecukupan unsur yang diperlukan; (b)
dengan membawa masalah dalam
Membuat model matematika dari suatu
kehidupan sehari-hari pada materi yang
situasi atau masalah sehari-hari dan
akan dibahas. Diharapkan dengan
menyelesaikannya (c) Memilih dan
pembahasan yang menyangkut kehidupan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan
sehari-harinya, siswa memiliki gambaran
masalah matematika atau diluar
pada pembelajaran yang dilakukan.
matematika.
Pembelajaran dengan mengaitkan
pengalaman siswa dalam kehidupan
Gambar 4.Jawaban Siswa Kategori sehari-hari bisa diterapkan dengan
Disposisi Matematis Sedang menggunakan pendekatan realistik.
Berdasarkan jawaban siswa
Menurut Soviawati (2011), pendekatan
dengan kategori disposisi sedang, terlihat
realistik merupakan pembelajaran dimana
bahwa siswa mampu mengidentifikasi
126
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
127
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
128
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
129
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
130
INSPIRAMATIKA, Volume 4, Nomor 2, pp 120-131
131