Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v11i1.23601
Received : January 1 2019; Accepted: November 20 2019; Published: June 1 2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari
gender. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pokok bahasan pada penelitian ini yaitu turunan fungsi
trigonometri. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Wanasalam tahun ajaran 2019/2020
yang berjumlah 20 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes. Teknik analisis data
dalam penelitian ini dengan melihat nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematika dilihat dari kategori
tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa perempuan 80,12 dan nilai rata
siswa laki-laki 74,57. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki.
Abstract
This study aims to describe students’ mathematical problem solving abilities in terms of gender. This research
is a quantitative descriptive study using the results of the final test scores as a reference to see students’
mathematical problem solving abilities. The subject of this research is the trigonometric function derivative.
Subjects in this study were students of class XII of SMA Negeri 1 Wanasalam in the 2019/2020 school year, is
20 students. Data analysis techniques in this study by looking at the test scores of mathematical problem-
solving skills seen from the high, medium and low categories. The results showed that the average value of
female students was 80.12 and the average value of male students was 74.57. Based on the results of this
study it can be concluded that the mathematical problem solving ability of female students is better than
male students.
lajaran yang sulit dan ditakuti, meskipun tidak Agar siswa lebih terlatih dalam memecahkan
sedikit yang menyukai pelajaran ini. Hal terse- masalah, siswa membutuhkan banyak kesem-
but dikarenakan karakteristik matematika itu patan untuk memecahkan masalah dalam
sendiri sebagai ilmu yang terstruktur, sehing- bidang matematika dan dalam konteks ke-
ga untuk mempelajari suatu konsep maka sis- hidupan nyata. Hal tersebut dapat dilakukan
wa harus menguasai konsep sebelumnya yang dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas
telah mereka pelajari. yang tercakup dalam kegiatan pemecahan
Karakteristik matematika adalah sifat- masalah.
nya yang menekankan pada proses deduktif Untuk lebih rinci, Polya (Nadhifah &
yang memerlukan penalaran logis dan aksio- Afriansyah, 2016)didalamnya tercantum pen-
matik yang diawali dengan proses induktif tingnya variabel kemampuan pemecahan
yang meliputi penyusunan konjektur, model masalah matematis ini untuk dimiliki setiap
matematika, analogi dan atau generalisasi, siswa. Alasan penelitian ini lebih dikuatkan
melalui pengamatan terhadap sejumlah data. lagi dengan hasil kurang baik diperoleh per-
Karakteristik berikutnya, ditinjau dari segi su- wakilan siswa Indonesia pada level tertentu
sunan unsur-unsurnya, matematika dikenal di TIMSS dan PISA. Dari beberapa alasan ini,
pula sebagai ilmu yang terstruktur dan siste- peneliti memutuskan untuk memilih kemam-
matis dalam arti bagian-bagian matematika
puan pemecahan masalah matematis seba-
tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam
gai variabel yang perlu ditingkatkan. Untuk
hubungan fungsional yang erat (Sulaeman &
variabel bebasnya, sebagai solusi yang pen-
Ismah, 2017).
eliti tawarkan adalah model pembelajaran
Banyak permasalahan yang muncul
Problem Based Learning dan Inquiry. Kedua
mengenai pembelajaran matematika yaitu
model pembelajaran ini dipercaya dapat me-
rendahnya kemampuan pemecahan masalah
ningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dikarenakan siswa menganggap pelajaran
matematis siswa. Hal ini terlihat dari peneli-
matematika sebagai hal yang menakutkan
tian relevan yang saling berkaitan erat anta-
dan sulit untuk dipelajari. Jika siswa memiliki
ra model pembelajaran dan kemampuannya.
kemampuan pemecahan masalah matemati-
ka masih sangat kurang, maka akibatnya sis- Penelitian dianalisis dengan kuasi eksperimen
wa sulit dalam menyelesaikan masalah terse- dengan desain eksperimen (pre-test post-test
but. Hal ini merupakan penyebab siswa tidak control group design menguraikan langkah-
bisa menyelesaikan soal dan menentukan ja- langkah pemecahan masalah melalui bebera-
wabannya. Kemampuan pemecahan masalah pa pertanyaan, sebagai berikut : 1)Memahami
bisa dilihat sebagai salah satu dari proses dan masalah, pada tahap ini siswa dituntut untuk
hasil belajar. memahami soal; 2)Membuat rencana peme-
Pemecahan masalah merupakan bagi- cahan, untuk membuat rencana pemecahan
an dari kebutuhan yang sangat penting ka- siswa harus memikirkan; 3)Menjalankan ren-
rena dalam proses pembelajaran se-hingga cana pemecahan, pada langkah ini siswa me-
dimungkinkan siswa memperoleh pengala- laksanakan rencana pemecahan yang telah
man dalam menggunakan pengetahuan serta direncanakan kemudian memeriksa setiap
keterampilan yang dimiliki untuk diterapkan langkah demi langkah dalam penyelesaian
pada pemecahan masalah yang dihadapi kes- masalah; 4)Memeriksa hasil pemecahan ma-
eharian dan masalah yang tidak rutin. Peme- salah, pada tahap ini siswa menguji langakah-
cahan masalah matematika merupakan salah langkah yang telah dilakukan.
satu kegiatan matematika yang dianggap Sikap terhadap matematika merupakan
penting, baik oleh para guru maupun siswa di- salah satu faktor dalam menentukan kemam-
semua tingkatan (Rahmadi, 2015). puan pemecahan masalah siswa. Siswa den-
Kemampuan pemecahan masalah ma- gan sikap positif cenderung memiliki kemam-
tematika adalah usaha siswa menggunakan puan belajar yang lebih baik. Oleh karena itu
keterampilan dan pengetahuannya untuk pengajar perlu membantu siswa mengem-
menemukan solusi dari masalah matematika. bangkan sikap positif terhadap matematika.
UNNES JOURNALS
112 Davita, P.W.C. & Pujiastuti, H., Anallisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gender
hal-hal yang perlu dilakukan oleh pengajar jiwaan. Ia menyebutkan bahwa perbedaan-
dalam mengembangkan sikap positif siswa, perbedaan antara laki-laki dan perempuan
yaitu melaksanakan pembelajaran yang me- tertuju pada umumnya perhatian perempuan
narik, memberikan tugas yang sesuai dengan tertuju pada hal-hal yang bersifat konkret,
kemampuan siswa, serta mendorong siswa praktis, emosional dan personal, sedangkan
untuk memahami makna matematika serta laki-laki tertuju pada hal-hal yang intelektual,
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari abstrak dan objektif. Gunarsah (Sudia, n.d.)
berkaitan dengan pemecahan masalah (Per- mengemukakan perbedaan kekhususan laki-
matasari, 2018). laki dan perempuan dari segi psikis. Uraian
Kemampuan pemecahan masalah ma- di atas mengindikasikan perlunya dilakukan
tematis amat penting karena pemecahan penelitian tentang profil penalaran mate-
masalah merupakan tujuan umum pengaja- matis dalam memecahkan masalah dengan
ran matematika bahkan menurut Branca da- memperhatikan perbedaan gender.
lam (Angkotasan, 2013) menginterpretasikan Kemampuan pemecahan masalah ma-
pemecahan masalah (problem solving) dalam tematika antara laki-laki dan perempuan me-
tiga hal, yaitu: pemecahan masalah dipan- miliki perbedaan, perbedaanya terletak dari
dang sebagai tujuan (a agoal), proses (a pro- bagaimana cara siswa laki-laki dan siswa pe-
cess), dan keterampilan dasar (a basic skill). rempuan dalam menyelesaikan soal, sehing-
Pada dasarnya manusia diciptakan ber- ga terjadi kesenjangan antara tingkat partisi-
beda-beda, salah satunya adalah perbedaaan pasi laki-laki dan perempuan.
gender yaitu laki-laki dan perempuan. Dari Perbedaan gender bukan hanya bera-
perbedaan itu harus disadari dan diperhati- kibat pada perbedaan kemampuan dalam
kan oleh guru bahwa masing-masing gender matematika, tetapi cara memperoleh pen-
memiliki karakteristik masing-masing (Ayuni, getahuan matematika juga terkait dengan
2018). Terkait perbedaan gender, gender me- perbedaan gender (Gurun, Kubang, & Agam,
rupakan pembentukan sikap masing-masing 2018). Beberapa peneliti percaya bahwa pen-
siswa laki-laki dan siswa perempuan dari ling- garuh faktor gender (pengaruh perbedaan
kungan sosial (Rosania, 2018). Wood menje- laki-laki - perempuan) dalam matematika
laskan bahwa pada laki-laki lebih berkembang adalah karena adanya perbedaan biologis da-
otak kirinya sehingga dia mampu berpikir lam otak anak laki-laki dan perempuan yang
logis, berpikir abstrak, dan berpikir analitis, diketahui melalui observasi, bahwa anak pe-
sedangkan pada perempuan lebih berkem- rempuan, secara umum lebih unggul dalam
bang otak kanannya, sehingga dia cenderung bidang bahasa dan menulis, sedangkan anak
beraktifitas secara artistic, holistik, imajinatif, laki-laki lebih unggul dalam bidang matema-
berpikir intutif, dan beberapa kemam-puan vi- tika karena kemampuan–kemampuan ruang-
sual (Hodiyanto, 2017). nya yang lebih baik (Indrawati & Tasni, 2016).
Gender merupakan aspek psikososial Para ahli secara umum setuju bahwa hasil
yang menentukan cara seseorang bertindak belajar yang diakibatkan oleh perbedaan
dan berperilaku agar dapat diterima di ling- gender adalah hasil bias gender di rumah dan
kungan sosialnya. Perbedaan gender dapat lingkungan sekolah (Cahyono Budi, 2017).
menjadi faktor pembeda seseorang berpikir Meskipun laki-laki dan perempuan memiliki
dan menentukan pemecahan masalah yang karakteristik yang berbeda, guru harus mem-
diambil. Ketika dihadapkan pada soal yang berikan siswa kesempatan dan dorongan
berbasis pemecahan masalah, siswa laki-laki yang sama dalam pembelajaran, sehiingga
dan perempuan memiliki kecenderungan pe- siswa tidak merasa dibedakan dalam proses
mecahan masalah yang berbeda (Nur & Palo- pembelajaran.
bo, 2018). Berdasarkan uraian di atas, maka pen-
Kartono (Sudia, n.d.) menyebutkan luis tertarik untuk melakukan suatu penelitian
bahwa perbedaan antara laki-laki dan perem- dengan judul analisis kemampuan pemeca-
puan terletak pada sifat-sifat sekundaritas, han masalah matematika ditinjau dari gen-
emosionalitas dan aktivitas fungsi-fungsi ke- der.
UNNES JOURNALS
Kreano 11(1) (2020): 110-117 | 113
UNNES JOURNALS
114 Davita, P.W.C. & Pujiastuti, H., Anallisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gender
Gambar 2. Jawaban Siswa Perempuan yang Gambar 4. Jawaban Siswa Laki-laki yang
Mendapatkan Nilai Terendah Mendapatkan Nilai Terendah
ki-laki, khususnya pada materi turunan fungsi nis kelamin dalam meningkatkan kemampu-
trigonometri. Jika dikategorikan sebagaima- an pemecahan masalah peserta didik. Hasil
na tampak pada Tabel 4. ini juga didukung oleh hasil kajian Khairunnisa
dan Setyaningsih bahwa kemampuan setiap
Tabel 4. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah matema-
matematika siswa berdasarkan gender untuk tika berbeda-beda meskipun permasalahan
setiap indikator yang dihadapi sama. Salah satu faktor yang
Kategori memepengaruhi yaitu gender (Irmu Afin Nazi-
Indikator roh1, Suhart, Erfan Yudianto, Hobri, n.d.)
Laki-laki Perempuan
Memahami masalah tinggi tinggi
Menurut Guiller (Cahyono Budi, 2017)
bahwa perempuan mempunyai kemampuan
Membuat rencana
tinggi tinggi lebih dalam menyampaikan pendapatnya ke
pemecahan
orang lain. Neria dan Amit (Nasrul, 2016) bah-
Menjalankan rencana
sedang tinggi wa proses pemecahan masalah yang sukses
pemecahan
bergantung kepada keterampilan merepre-
Memeriksa hasil pem- sentasi masalah seperti mengkonstruksi dan
rendah rendah
ecahan
menggunakan representasi matematik di da-
Dalam memahami masalah, membuat lam kata-kata, grafik, tabel, dan persamaan-
rencana pemecahan siswa laki-laki maupun persamaan, penyelesaian dan manipulasi sim-
bol.
siswa perempuan mempunyai nilai yang sama
Menurut Pasiak dalam (Agus Sabtri,
yaitu pada kategori tinggi dan sedang. Tetapi
n.d.) perbedaan cara berpikir antara laki-laki
indikator ketiga dan keempat berbeda, pada
dan perempuan tersebut disebabkan oleh
indikator ketiga siswa perempuan lebih ung-
struktur otak dan pengaruh hormon. Implikasi
gul dari siswa laki-laki, dengan perolehan skor
perbedaan struktur itu terjadi pada cara dan
rata-rata siswa perempuan 84 dan siswa laki-
dan gaya melakukan sesuatu. Maccoby dan
laki 61. Sedangkan pada indikator keempat,
Jacklin (Agus Sabtri, n.d.) menyatakan bahwa
memliki kategori yang sama dengan perole-
anak perempuan, secara umum lebih unggul
han skor rata-rata siswa laki-laki 23 dan siswa
dalam bidang bahasa dan menulis, sedangkan
perempuan 40. anak laki-laki lebih unggul dalam bidang ma-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tematika.
oleh Jamiah (Indri Herdiman, 2018) diperoleh Pemecahan masalah perlu ditingkatkan
hasil bahwa siswa laki-laki memiliki kemam- di dalam pembelajaran matematika. Diper-
puan pemecahan masalah lebih baik diban- kuat oleh Hudojo (Gurun et al., 2018) meny-
dingkan dengan perempuan, siswa laki-laki le- atakan bahwa pemecahan masalah merupa-
bih teliti dan lebih lengkap dalam menuliskan kan suatu hal yang sangat esensial didalam
langkah pemecahan masalah dibanding den- pengajaran matematika, disebabkan (1) siswa
gan siswa perempuan. Akan tetapi pada tahap menjadi terampil menyeleksi informasi yang
melaksanakan rencana kemampuan perem- relevan, kemudian menganalisanya dan akhir-
puan lebih baik dibandingkan laki-laki meski- nya meneliti hasilnya, (2) kepuasan intelektual
pun ada yang kurang dalam tahap yang lain. akan timbul dari dalam, (3) potensi intelektual
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh siswa meningkat.
Sugiyanti diperoleh hasil bahwa perbedaan Menurut Heymans (Wahyudi, 2012)
kemampuan pemecahan masalah matema- perbedaan antara laki-laki dan perempuan
tik terletak pada subjek dengan kemampuan terletak pada sifat-sifat sekunderitas, emosio-
matematika tinggi, yaitu subjek perempuan nal dan aktivitas dari fungsi-fungsi kejiwaan.
masih melakukan kesalahan operasi hitung Pada wanita fungsi sekunderitas tidak terletak
sedangkan subjek laki-laki tidak melakukan di bidang intelektual, tetapi pada perasaan,
kesalahan operasi hitung (Indri Herdiman, sehingga nilai perasaan dan pengalarnan-
2018). Hasil penelitian (Hasanah, Supriadi, pengalaman jauh lebih lama mempengaruhi
Wahyu, & Putra, n.d.), terdapat pengaruh je- struktur kepribadiannya, jika dibandingkan
UNNES JOURNALS
116 Davita, P.W.C. & Pujiastuti, H., Anallisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gender
UNNES JOURNALS
Kreano 11(1) (2020): 110-117 | 117
Problem Based Learning dan Inquiry. Mosharafa: Matematika Topik Pecahan Ditinjau Dari Gen-
Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1), 33–44. der. Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika, 2(2),
Nasrul, M. (2016). Representasi Matematis Siswa SMA 118–122.
dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuad- Rosania, Y. (2018). Pengaruh Pendekatan Teori Belajar
rat Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Andragogi terhadap Kemampuan Menyele-
Matematika Kreatif -Inovatif, 7(2), 145–152. saikan Soal Matematika Ditinjau dari Gender Ke-
Nur, A. S., & Palobo, M. (2018). Profil Kemampuan Pem- las X Di SMAN 14 Bandar Lampung.
ecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Sudia, M. (n.d.). Profil Penalaran Matematis Siswa SMA
Perbedaan Gaya Kognitif dan Gender. Jurnal yang Bergaya Kognitif Impulsif-Reflektif dalam
Matematika Kreatif -Inovatif, 9(2), 139–148. Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari
Pebianto, A., Suhartina, R., Yohana, R., Mustaqimah, I.
Perbedaan Gender Profile of Mathematical Rea-
A., & Hidayat, W. (2018). Kemampuan Berpikir
soning in High School Students with Impulsive-
Kritis Matematis siswa SMA Ditinjau dari Gen-
Reflective Cognitive Style in Solving Mathemati-
der. Jurnal Matematika Kreatif -Inovatif, 1(4),
cal Problems Viewed from Gender Differences,
631–636.
21–30.
Permatasari, B. I. (2018). Perbedaan Kemampuan Pem-
ecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII Sulaeman, E., & Ismah, I. (2017). Upaya Meningkatkan
SMPN 8 Balikpapan Ditinjau dari Sikap dan Gen- Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
der. Seminar Nasional PPM, 255–261. Siswa Melalui Strategi Problem Based Learn-
Rahmadi, F. (2015). Pengembangan Perangkat Pembe- ing Pada Kelas VIII-C SMP Muhammadiyah 29
lajaran Berbasis Pemecahan Masalah Berorien- Sawangan Depok. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan
tasi pada Kemampuan Penalaran dan Komuni- Matematika Dan Matematika, 2(1), 31.
kasi Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, Wahyudi, G. (2012). Aktivitas Metakognisi Dalam Mem-
10(2), 137–145. ecahkan Masalah Pembuktian Langsung Ditin-
Riska, K., & Kurniawati, A. (2018). Analisis Kesuli- jau Dari Gender dan Kemampuan Matematika,
tan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 1–19.
UNNES JOURNALS