Anda di halaman 1dari 7

CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PROBLEM SOLVING

ABILITY AND MATHEMATICAL CONNECTION

Hayatun Nufusa, Rezi Ariawanb


a
Sultan Syarif Kasim State Islamic University of Riau, Pekanbaru, Indonesia
b
Islamic University of Riau, Pekanbaru, Indonesia
Corresponding e-mail: ya2tunnufus@yahoo.com

Abstract: This study is about correlation between problem solving ability of students with
mathematical connections. Design research is correlational research. The entire sample at
the same time is the whole student population of mathematics education FKIP UIR first
semester, with a total of 118 students. The research instrument is a matter of testing the
ability of problem solving and mathematical connections. Analysis of data using linear
regression models prerequisite test, Pearson correlation coefficient test formula / Product
Moment, t test correlation coefficient, and the coefficient of determination. These results
indicate that there is a significant correlation between problem solving ability with
mathematical connection students. The correlation is negative. That is, the lower the
mathematical problem solving ability, the higher the mathematical connection capability,
or reverse.

Keywords: problem solving, connection, mathematics, correlation

1. PENDAHULUAN khusus. Taksonomi dalam dunia pendidikan


Pendidikan matematika adalah bagian dari lebih dikenal dengan istilah taksonomi
pendidikan nasional yang memegang Bloom yang ketika itu hanya mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu satu dimensi. Namun, saat ini telah lahir
pengetahuan dan teknologi yang serba pula taksonomi Bloom dalam bentuk dua
canggih pada saat sekarang ini. Matematika dimensi yang lebih dikenal dengan sebutan
merupakn ilmu pengetahuan yang taksonomi Bloom revisi.
diperoleh dari bernalar adalah suatu ilmu Selain taksonomi Bloom dan taksonomi
dasar dan salah satu disiplin ilmu yang Bloom revisi dengan ketiga ranahnya
sangat besar pengaruhnya terhadap (kognitif, afektif, dan psikomotorik), ada
kemajuan dan perkembangan ilmu juga hasil belajar matematika berupa
pengetahuan. Oleh karena itu, jelas bahwa salinan tulisan dari kemampuan berpikir
pemberian mata pelajaran matematika di matematis. Sumarmo (2013)
sekolah bukanlah sesuatu yang tanpa mengemukakan bahwa secara umum
tujuan. berpikir matematis diartikan sebagai
Mengingat pentingnya matematika dan melaksanakan kegiatan atau proses
kegunaannya pada setiap bidang keilmuan, matematika atau tugas matematika. Ditinjau
maka tentu sangat diharapkan agar setiap dari kedalaman kegiatan matematis yang
peserta didik dapat memahami dengan baik terlibat, berpikir matematis dapat
materi pembelajaran matematika yang telah digolongkan dalam dua jenis, yaitu
diberikan. Salah satu indikator yang dapat kemampuan berpikir tingkat rendah (low
menunjukkan dengan jelas bahwa seorang order thinking) dan berpikir tingkat tinggi
peserta didik memiliki pemahaman yang (high order thinking). Dua dari enam
baik adalah melalui hasil belajarnya. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
Hasil belajar yang selama ini kita kenal kemampuan pemecahan masalah dan
sangat identik dengan istilah taksonomi. koneksi matematis.
Airasian dkk (2010) mengemukakan bahwa Suherman dkk (2003) menyatakan
taksonomi adalah sebuah kerangka pikir bahwa melalui kegiatan pemecahan
Preparing Future Teachers: Islam, Knowledge and Character
st
Proceeding of the 1 International Seminar on Teacher Education, Pekanbaru, Indonesia. November 21 – 22, 2015
ISBN: 987-602-6879-31-8

masalah aspek-aspek kemampuan relevansi dan manfaat dengan bidang lain,


matematika penting seperti penerapan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jika
aturan pada masalah tidak rutin, penemuan peserta didik sudah mampu melakukan
pola, menggeneralisir, komunikasi koneksi antara beberapa ide matematis,
matematika dan lain-lain dapat maka mereka akan memahami setiap materi
dikembangkan secara lebih baik. Ini matematika dengan lebih dalam dan baik.
mempertegas bahwa kemampuan Selain itu, tingkat kecerdasan turut
pemecahan masalah memang sangat mempengaruhi hasil belajar, sebagaimana
penting untuk dimiliki. yang dikemukan oleh Ruseffendi (2006)
Kemampuan pemecahan masalah erat bahwa salah satu dari 5 hal yang
kaitannya dengan kemampuan koneksi mempengaruhi keberhasilan belajar peserta
matematis. Pemecahan masalah dapat didik adalah tingkat kecerdasan. Berbicara
terjadi ketika seseorang dapat tentang kecerdasan peserta didik, tingkat
mengkoneksikan setiap pengetahuan yang kecerdasan beragam, ada yang pandai,
telah dimiliki sebelumnya untuk sedang-sedang saja, dan lemah. Hal ini
memecahkan persoalan pada situasi yang didukung oleh Galton (Ruseffendi, 2006)
baru. Sebagaimana yang dinyatakan oleh yang mengemukakan bahwa dari
Gagne dalam Wena (2012) bahwa sekelompok peserta didik yang dipilih
pemecahan masalah dipandang sebagai secara sebarang (tidak dipilih secara
suatu proses untuk menemukan kombinasi khusus), akan dijumpai peserta didik yang
dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
dalam upaya mengatasi situasi yang baru. yang menyebar secara berdistribusi normal.
Hal senada juga disampaikan oleh Oleh karena itu, selain melihat hubungan,
Krulik dan Rudnick. Krulik dan Rudnick fokus penelitian juga diarahkan pada level
(Carson, 2007) mendefinisikan pemecahan kemampuan peserta didik, yaitu
masalah sebagai cara individu kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
menggunakan pengetahuan sebelumnya,
keterampilan dan pemahaman untuk
menghadapi tuntutan atau situasi yang 2. METODE PENELITIAN
tidak rutin. Peserta didik harus mensintesis 2.1. Desain Penelitian
apa yang telah mereka pelajari dan Penelitian ini merupakan penelitian
menerapkannya kepada situasi baru dan korelasional. Peneliti bertujuan mencari
berbeda. hubungan antara kemampuan pemecahan
Koneksi matematis merupakan salah masalah dan koneksi matematis peserta
satu hal penting dalam berpikir matematis didik tanpa terlebih dahulu memberikan
dan dapat membangun pemahaman perlakuan apapun.
matematis. Tanpa koneksi, siswa harus
mempelajari dan mengingat terlalu banyak 2.2 Waktu, Tempat, dan Subjek
konsep dan keterampilan. Dengan koneksi, Penelitian
siswa dapat membangun pemahaman baru Penelitian ini dilaksanakan di Pekanbaru,
dari pengetahuan sebelumnya (NCTM, Riau pada semester ganjil 2015/2016.
2000). Berdasarkan uraian di atas, maka Populasi sekaligus sampel dalam penelitian
peneliti tertarik untuk melakukan ini adalah seluruh peserta didik semester
pengkajian lebih dalam tentang kaitan satu pada program studi pendidikan
hubungan antara kemampuan pemecahan matematika fakultas keguruan dan ilmu
masalah dengan koneksi matematis. pendidikan Universitas Islam Riau.
Menurut Sumarmo (2010) dalam belajar
matematika peserta didik dituntut 2.3 Instrumen Penelitian dan Teknik
memahami koneksi antara ide-ide Pengumpulan Data
matematis dan antar matematika dan Instrumen penelitian yang digunakan
bidang studi lainnya karena topik-topik adalah berupa instrumen tes pemecahan
dalam matematika banyak memiliki masalah dan koneksi matematis. Adapun

838
Hayatun Nufus and Rezi Ariawan
Correlation between students’ problem solving and Mathematical connection

data yang digunakan diperoleh melalui Setelah dihitung rata-rata yang


kegiatan tes, yaitu dengan melakukan tes diperoleh setiap peserta didik untuk
yang terdiri atas lima soal (tiga soal masing-masing kemampuan, data diolah
kemampuan pemecahan masalah menggunakan uji prasyarat pada analisis
matematis dan dua soal kemampuan data model regresi linier. Dengan rumus
koneksi matematis), dengan rincian (Riduwan dan Sunarto, 2013):
indikator yang digunakan pada penelitian y’ = a + bx
ini untuk kedua kemampuan sebagai dengan
berikut: b=
n.∑ XY−∑ X.∑ Y
dan a =
∑ Y−b.∑ X
2
1. Indikator kemampuan pemecahan n.∑ X −(∑ X)2 n

masalah matematis (Berdasarkan Pengolahan data selanjutnya adalah uji


Polya dalam Sumarmo(2013)): koefisien korelasi menggunakan rumus
a. Memeriksa kebenaran hasil atau Pearson/Product Moment :
xy
jawaban r𝑥𝑦 =
b. Menyusun model matematis √(x2 )(y2 )
c. Menjelaskan dan
menginterpretasikan hasil Untuk melihat koefisien korelasi yang
2. Indikator kemampuan koneksi dihasilkan signifikan atau tidak, maka
matematis (berdasarkan NCTM dilanjutkan dengan menggunakan uji t.
dalam Sumarmo (2013)): 𝑟√𝑛 − 2
a. Memahami hubungan antar 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2
topik matematika Jika thitung  ttabel , maka H0 artinya
b. Menggunakan matematika signifikan, dan sebaliknya.
dalam bidang studi lain Jika koefisien korelasi signifikan,
besarnya pengaruh antar variabel dapat
2.4 Teknik Analisis Data dicari dengan koefisien determinasi, dengan
Penelitian ini merupakan penelitian rumus :
Pengolahan data dilakukan secara manual D =(rxy)2 x 100%
dengan menggunakan microsoft excel
tanpa bantan software statistik tertentu. Adapun pedoman untuk memberikan
Sebelum data diolah, peserta didik interpretasi terhadap koefisien korelasi yang
dikelompokkan dalam tiga level diperoleh dari hasil perhitungan dapat
kemampuan, yaitu level tinggi, sedang, dan dilihat pada tabel 2 berikut:
rendah. Pengelompokkan didasarkan pada
nilai rata-rata total yang diperoleh masing- Tabel 2. Pedoman Interpretasi
masing peserta didik dengan terhadap Koefisien Korelasi
memperhatikan juga nilai standar deviasi Interval Tingkat
yang dihasilkan. Adapun rinciannya dapat Koefisien Hubungan
dilihat pada Tabel 1 berikut:
0,00 – 0,199 Sangat rendah
Tabel 1. Sebaran Sampel Penelitian 0,20 – 0,399 Rendah
LEVEL RENTANG JUMLA
KEMAMPUAN NILAI H 0,40 – 0,599 Sedang
Tinggi x > 1,48 22
0,60 – 0,799 Kuat
0,28 ≤ x ≤
Sedang 79
1,48 0,80 – 1,000 Sangat kuat
Rendah x < 0,28 17 Sumber: Sugiyono (2011: 231)
Keseluruhan 118
Ket: x = rata total

839
Preparing Future Teachers: Islam, Knowledge and Character
st
Proceeding of the 1 International Seminar on Teacher Education, Pekanbaru, Indonesia. November 21 – 22, 2015
ISBN: 987-602-6879-31-8

kemampuan rendah, memiliki r = -0,69


3. HASIL PENELITIAN DAN yang berarti bahwa kemampuan
PEMBAHASAN pemecahan masalah matematis peserta
3.1. Hasil Penelitian didik berkemampuan rendah memiliki
Rangkuman perhitungan persamaan regresi hubungan yang kuat dengan kemampuan
baik secara keseluruhan maupun per-level koneksinya. Tanda (-) menunjukkan bahwa
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 3 terdapat hubungan yang tidak searah
berikut: antara variabel kemampuan pemecahan
masalah dengan kemampuan koneksi. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi
Tabel 3. Persamaan Regresi Linier kemampuan pecmecahan masalah pada
Sederhana kategori ini, maka akan semakin rendah
Kategori Persamaan kemampuan koneksinya. Begitu juga
n sebaliknya.
Kemampuan Regresi
y = 0,346 – Hubungan yang tidak searah juga
Rendah 22 terjadi pada peserta didik dengan
1,039x
y = 0,815 – kemampuan sedang dan tinggi. Namun
Sedang 79 hubungan yang terjadi bersifat rendah
0,242x
y = 2,796 – (lemah). Namun untuk data secara
Tinggi 17 keseluruhan, hubungan yang terjadi bersifat
0,453x
positif dan cenderung rendah.
11 y = 0,310 +
Keseluruhan Rangkuman perhitungan uji t baik
8 0,372x
secara keseluruhan maupun per-level
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 5
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa
berikut:
nilai b pada masing-masing level
kemampuan bernilai negatif, artinya
Tabel 5. Hasil Uji t
peningkatan yang terjadi adalah
Nilai t
berbanding terbalik. Semakin tinggi nilai X
Kategori t t
(dalam hal ini kemampuan koneksi Keterangan
Kemampuan hitung tabe
matematis), maka akan semakin rendah nilai
Y (dalam hal ini kemampuan pemecahan l
masalah matematis. Namun sebaliknya Rendah - 2,074 H0 diterima
untuk data secara keseluruhan. Peningkatan 10,333
yang terjadi adalah berbanding lurus. Sedang -2,652 1,990 H0 diterima
Rangkuman perhitungan koefisien Tinggi -3,195 2,109 H0 diterima
korelasi rumus product moment baik Keseluruhan 4,084 1,980 H0 ditolak
secara keseluruhan maupun per-level H0: Tidak terdapat hubungan yang
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 4 signifikan antara kemampuan pemecahan
berikut: masalah dan koneksi
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan
Tabel 4. Hasil Koefisien Korelasi antara
rumus Product Moment kemampuan pemecahan masalah dan
Level Koefisien koneksi
Kemampuan Korelasi Setelah data secara keseluruhan di uji t,
Rendah -0,69 maka tak ada alasan untuk menerima H0
Sedang -0,24 yang berarti bahwa terdapat hubungan
Tinggi -0,28 yang signifikan antara kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis
Keseluruhan 0,355 peserta didik. Namun sebaliknya untuk level
Dari Tabel 4 di atas, diketahui bahwa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
kemampuan pemecahan masalah dan Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
koneksi matematis peserta didik dengan

838
840
Hayatun Nufus and Rezi Ariawan
Correlation between students’ problem solving and Mathematical connection

hubungan yang signifikan antara dipengaruhi oleh faktor lain dibandingkan


kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis mereka.
koneksi matematis peserta didik Perbedaan ini perlu dicermati lebih
Rangkuman perhitungan koefisien lanjut. Hal ini karena hasil perhitungan
determinasi baik secara keseluruhan statistik fenomena yang terjadi di lapangan
maupun per-level kemampuan dapat dilihat menunjukkan hal yang berlawanan dengan
pada Tabel 6 berikut: konsep secara teoritis. Oleh karena itu,
sebaiknya perlu ada kajian lebih mendalam
yang bersifat kualitatif untuk mengkaji
Tabel 6. Hasil Koefisien Determinasi fenomena ini.
Level Koef.
Kemampuan Determinasi 4. KESIMPULAN
Rendah 47,93% Berdasarkan hasil penelitian dan
Sedang 5,71% pembahasan, maka dapat disimpulkan:
Tinggi 8,09% 1. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kemampuan pemecahan
Keseluruhan 12,57%
masalah dengan koneksi matematis
Koefisien determinasi sebesar 47,93 %,
peserta didik secara keseluruhan
mengungkapkan bahwa besarnya
(tanpa memandang level
sumbangan kemampuan pemecahan
kemampuan).
masalah matematis terhadap turunnya
2. Tidak terdapat hubungan yang
kemampuan koneksi matematis peserta
signifikan antara kemampuan
didik adalah sebesar 47,93 %. Sedangkan
pemecahan masalah dengan koneksi
52,07% merupakan sumbangan dari faktor
matematis peserta didik untuk level
lainnya. Begitu juga untuk level kemampuan
kemampuan tinggi, sedang, dan
sedang dan tinggi. Secara keseluruhan,
rendah
koefisien determinasi sebesar 12,57 %,
mengungkapkan bahwa besarnya
5. DAFTAR PUSTAKA
sumbangan kemampuan pemecahan
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian.
masalah matematis terhadap naiknya
Bandung: Alfabeta.
kemampuan koneksi matematis peserta
Sumarmo,U. (2010). Berpikir dan Disposisi
didik adalah sebesar 12,57 %. Sedangkan
Matematik: Apa, Mengapa, dan
87,43% merupakan sumbangan dari faktor
Bagaimana dikembangkan pada
lainnya.
Peserta Didik. [Online]. Tersedia:
http://math.sps.upi.edu/wp-
3.2. Pembahasan
content/upload/2010/02/ BERPIKIR-
Terjadinya perbedaan penerimaan hipotesis
DAN-DISPOSISI-MATEMATIK-SPS-
pada uji t antara level kemampuan dengan
2010.pdf. [10 Mei 2011].
data secara keseluruhan sangat dipengaruhi
Riduwan dan Sunarto, H. (2013). Pengantar
oleh kepositifan nilai b pada persamaan
Statistika untuk Penelitian Pendidikan,
regresi linier sederhana dan koefisien
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan
korelasi yang terbentuk. Pada level
Bisnis. Bandung: Alfabeta.
kemampuan hubungan yang terjadi bersifat
Airasian, Peter W. dkk. (2010). Kerangka
negatif namun kuat (tinggi) sementara
Landasan untuk Pembelajaran,
untuk data keseluruhan bersifat positif
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta:
namun lemah (rendah). Jadi, pada dasarnya
Pustaka Belajar.
kedua menyatakan bahwa tidak ada
Sumarmo, Utari. (2013). Kumpulan Makalah
hubungan yang signifikan antara kedua
Berpikir dan Disposisi Matematis serta
kemampuan. Selain itu, berdasarkan
Pembelajarannya. Bandung:
koefisien determinasi, terlihat jelas bahwa
Universitas Pendidikan Indonesia.
tinggi rendahnya kemampuan pemecahan
Suherman, Erman dkk. (2003). Strategi
masalah matematis peserta didik lebih
Pembelajaran Matematika

841
839
Preparing Future Teachers: Islam, Knowledge and Character
st
Proceeding of the 1 International Seminar on Teacher Education, Pekanbaru, Indonesia. November 21 – 22, 2015
ISBN: 987-602-6879-31-8

Kontemporer. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia
Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar
kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.
Carson, J. (2007). A Problem With Problem
Solving : Teaching Thinking Without
Teaching Knowledge. The
Mathematics Educator Vol.17 No.2.
[Online]. Tersedia:
http://www.math.ceo.uga.edu/tme/iss
ues/v17n2/vo17.issue2.pdf. [5 Juni
2011].
Wena, Made. (2012). Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.

838842
Hayatun Nufus and Rezi Ariawan
Correlation between students’ problem solving and Mathematical connection

NOTES:

843
839

Anda mungkin juga menyukai