Anda di halaman 1dari 7

Vol. 1, No.

1, Oktober 2017, 27-33

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PESERTA DIDIK


DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DI SMAN 6 MALANG

Delima Mei Linola1, Retno Marsitin2, Tri Candra Wulandari3


1
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Kanjuruhan Malang
dmlinola@gmail.com
2
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Kanjuruhan Malang
mars_retno@unikama.ac.id
3
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Kanjuruhan Malang
fikri.chan@unikama.ac.id

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis peserta
didik dalam menyelesaikan soal cerita di SMAN 6 Malang. Subjek dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas XI MIPA 4. Indikator yang digunakan untuk menganalisis kemampuan
penalaran peserta didik antara lain (1 ) melakukan manipulasi matematika, (2) menyusun bukti
dan memberikan alasan terhadap kebenara solusi, (3) menyajikan pernyataan matematika
secara tertulis, diagram, dan gambar, dan (4) menarik kesimpulan pernyataan secara logis.
Teknik pengumpulan data terdiri dari tes tertulis dan wawancara. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kemampuan penalaran matematis peserta didik
kelas XI MIPA 4 SMAN 6 Malang dalam menyelesaikan soal cerita tergolong tinggi. Peserta
didik dengan kemampuan penalaran kategori rendah sebanyak 4%, peserta didik dengan
kemampuan penalaran kategori sedang sebanyak 32%, dan peserta didik dengan kemampuan
penalaran kategori tinggi sebanyak 64%
Kata Kunci: Penalaran, Soal Cerita

Pendahuluan perkembangan karena proses berpikir.


Matematika sebagai ilmu dasar BSNP (dalam Afif, 2016:3) menyatakan
memegang peranan penting dalam bahwa mata pelajaran matematika perlu
kehidupan manusia. Hal itu sesuai dengan diberikan kepada semua peserta didik
pendapat Hudojo (dalam Maimunah, mulai sekolah dasar untuk membekali
2016:17) yang menyatakan bahwa peserta didik dengan kemampuan berpikir
matematika adalah suatu alat untuk logis, analitis, sistematis, kritis, dan
mengembangkan cara berpikir, karena kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
sangat diperlukan dalam kehidupan Memahami tujuan mempelajari
sehari-hari maupun dalam menghadapi matematika menurut Kemendikbud
kemajuan IPTEK. Menurut Soedjadi (dalam Wardhani, 2008:8), agar peserta
(dalam Afif, 2016:2), matematika didik memiliki kemampuan sebagai
merupakan suatu ilmu yang didasarkan berikut:
atas akal (rasio) yang berhubungan 1) Memahami konsep matematika,
benda-benda dalam pikiran yang abstrak menjelaskan keterkaitan antar konsep
atau matematika memiliki objek kajian dan mengaplikasikannya dalam
yang abstrak. Menurut Suherman (dalam pemecahan masalah
Afif, 2016:3) matematika merupakan 2) Menggunakan penalaran pada pola
ilmu dasar yang terus mengalami dan sifat, melakukan

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 27
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

manipulasimatematika dalam belajar siswa. Tim Puspendik (dalam


membuat generalisasi, menyusun Afif, 2016:5) menyatakan bahwa peserta
bukti, ataumenjelaskan gagasan dan didik yang memiliki kemampuan
pernyataan matematika penalaran yang rendah akan kesulitan
3) Memecahkan masalah yang meliputi dalam memahami konsep matematika.
kemampuan memahami masalah, Pentingnya kemampuan penalaran
merancang model matematika, matematis juga dikemukakan oleh
menyelesaikan model dan Suryadi (dalam Afif, 2016:5) yang
menafsirkan solusi yang diperoleh menyatakan bahwa pembelajaran yang
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan menekankan pada aktivitas penalaran dan
simbol, tabel, diagram, atau media pemecahan masalah sangat erat kaitannya
lain untuk memperjelas keadaan atau dengan pencapaian prestasi siswa yang
masalah tinggi.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Menurut Turmudi (dalam Putri,
matematika dalam kehidupan,yaitu 2014:81) pembelajaran matematika
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, selama ini peserta didik hanya duduk
dan minat dalam mempelajari diam sambil mendengarkan penjelasan
matematika, serta sikap ulet dan dari gurunya kemudian mencatat kembali
percaya diri dalam pemecahan apa yang dicatat oleh guru di depan kelas
masalah atau papan tulis selanjutnya mengerjakan
Berdasarkan tujuan pembelajaran soal latihan yang soal dan
matematika di atas, kemampuan penyelesaiannya tidak berbeda jauh
penalaran merupakan salah satu dengan apa yang dicontohkan oleh guru
kemampuan yang harus dimiliki peserta di depan kelas. Hal ini membuat kelas
didik dalam proses pembelajaran hanya terjadi interaksi satu arah. Begitu
matematika. Menurut Ross (dalam Afif, pula dengan pengetahuan yang dimiliki
2016:4) menyatakan bahwa salah satu oleh peserta didik hanya terbatas pada
tujuan terpenting dari pembelajaran apa yang telah diajarkan oleh guru saja.
matematika adalah mengajarkan kepada Oleh karena itu, kemampuan bernalar
peserta didik tentang penalaran. Bila yang seharusnya berkembang dalam diri
kemampuan bernalar tidak dikembangkan peserta didik, menjadi tidak berkembang
pada peserta didik, maka bagi peserta secara optimal.
didik matematika hanya akan menjadi Megawati (2013) menemukan
materi yang mengikuti serangkaian bahwa kemampuan matematika peserta
prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa didik berpengaruh pada kemampuan
mengetahui maknanya. bernalarnya. Peserta didik yang memiliki
Begitu pentingnya kemampuan kemampuan matematika tinggi cenderung
penalaran pada pembelajaran matematika memiliki kemampuan bernalar yang
sebagaimana dikutip Shadiq (dalam sangat baik. Peserta didik yang memiliki
Wardhani, 2008:12) bahwa materi kemampuan matematika sedang
matematika dan penalaran matematis cenderung memiliki kemampuan bernalar
merupakan dua hal yang tidak dapat yang cukup baik, sedangkan peserta didik
dipisahkan, yaitu materi matematika yang memiliki kemampuan matematika
dipahami melalui penalaran dan rendah cenderung memiliki kemampuan
penalaran dilatih melalui belajar bernalar yang kurang baik.
matematika. Kemampuan penalaran dapat Selain beberapa hal di atas, hasil
secara langsung meningkatkan hasil wawancara peneliti kepada tiga peserta

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 28
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

didik kelas XI MIPA di SMAN 6 pendapat, membentuk kesimpulan


Malangmenunjukkan bahwa beberapa (Baharudin, 2007:121).
peserta didik menyatakan mengalami Tidak semua berpikir merupakan
kesulitan dalam menyelesaikan soal penalaran. Sebagaimana dinyatakan oleh
program linier, sehingga sering sekali (Soekadijo, 2008:6) mengenai terjadinya
terjadi kesalahan dalam penalaran. Proses berpikir dimulai dari
menyelesaikannya. Kesalahan yang pengamatan indera atau observasi
terjadi dalam meyelesaikan soal program empirik. Proses itu di dalam pikiran
linier biasanya disebabkan oleh beberapa menghasilkan sejumlah pengertian dan
faktor antara lain peserta didik kesulitan proposisi sekaligus. Berdasarkan
dalam menerjemahkan soal ke dalam pengamatan-pengamatan indera yang
bentuk model matematika, peserta didik sejenis, pikiran menyusun proposisi yang
kesulitan dalam menentukan titik-titik sejenis pula. Proses inilah yang disebut
koordinat, peserta didik keliru dalam dengan penalaran yaitu bahwa
membuat grafik, peserta didik bingung berdasarkan sejumlah proposisi yang
dalam menentukan daerah penyelesaian diketahui atau dianggap benar kemudian
pada grafik, dan peserta didik kesulitan digunakan untuk menyimpulkan sebuah
dalam menentukan titik koordinat dan proposisi yang baru yang sebelumnya
yang menjadi titik perpotongan pada tidak diketahui.
grafik. Hal ini menyebabkan hasil belajar Sebagai suatu kegiatan berpikir
kurang maksimal. maka penalaran mempunyai ciri-ciri
Penalaran adalah proses tertentu. Adapun ciri-ciri penalaran
mengambil kesimpulan atau membentuk menurut Suriasumantri (2010:43) adalah
pendapat berdasarkan fakta-fakta tertentu sebagai berikut :
yang telah tersedia, atau berdasarkan 1. Adanya suatu pola pikir yang disebut
konklusi-konklusi tertentu yang telah logika. Dalam hal ini dapat dikatakan
dibuktikan kebenarannya (Khalimi, bahwa kegiatan penalaran merupakan
2011:180). Sejalan dengan pengertian suatu proses berpikir logis. Berpikir
tersebut, Shadiq (dalam Wardhani, logis ini diartikan sebagai berpikir
2008:11) mengatakan penalaran menurut suatu pola tertentu atau
merupakan suatu kegiatan, suatu proses menurut logika tertentu.
atau suatu aktivitas berpikir untuk 2. Proses berpikirnya analitik. Penalaran
menarik suatu kesimpulan atau membuat merupakan suatu kegiatan yang
suatu pernyataan baru yang benar mengandalkan diri pada suatu
berdasar pada beberapa pernyataan yang analitik, dalam kerangka berpikir
kebenarannya telah dibuktikan atau yang dipergunakan untuk analitik
diasumsikan sebelumnya. tersebut adalah logika penalaran yang
Bernalar merupakan proses yang bersangkutan.
dialektis artinya selama kita bernalar atau Mengembangkan kemampuan
berpikir, pikiran kita dalam keadaan penalaran tidak lepas dari pemikiran
tanya jawab untuk dapat meletakkan untuk mengamati gejala matematika,
hubungan antara pengetahuan- membuat dugaan, menguji generalisasi
pengetahuan yang kita miliki. Para ahli dan memberikan alasan logis dalam
logika mengemukakan ada tiga proses pengambilan kesimpulan. Berdasarkan
yang harus dilalui dalam bernalar, yaitu materi dan karakteristik peserta didik
membentuk pengertian, membentuk pada penelitian ini, indikator kemampuan

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 29
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

penalaran matematis yang digunakan oleh 1. Membaca soal cerita dengan cermat
peneliti adalah: untuk menangkap makna pada tiap
1. Melakukan manipulasi matematika kalimat
2. Kemampuan menyajikan pernyataan 2. Memisahkan dan mengungkapkan
matematika secara tertulis, diagram, apa yang diketahui dalam soal, apa
dan gambar yang ditanyakan oleh soal
3. Menyusun dan memberikan alasan 3. Membuat model matematika dari soal
terhadap kebenaran solusi 4. Menyelesaikan model matematika
4. Menarik kesimpulan pernyataan menurut aturan matematika sehingga
secara logis mendapat jawaban dari soal tersebut
Soal cerita merupakan 5. Mengembalikan jawaban kedalam
permasalahan yang dinyatakan dalam konteks soal yang ditanyakan
bentuk kalimat bermakna dan mudah
dipahami (Wijaya, 2008:14). Rahardjo Metode Penelitian
(2011:8) mengatakan bahwa, soal cerita Penelitian ini merupakan
yang terdapat dalam matematika penelitian kualitatif-deskriptif dengan
merupakan persoalan-persoalan yang tujuan mendeskripsikan kemampuan
terkait dengan permasalahan- penalaran peserta didik dalam
permasalahan dalam kehidupan sehari- menyelesaikan soal cerita. Subjek
hari yang dapat dicari penyelesaiannya penelitian yaitu peserta didik kelas XI
dengan menggunakan kalimat MIPA 4 SMAN 6 Malang berjumlah 6
matematika. Kalimat matematika yang orang, yaitu S-15, S-5, S-9, S-1, S-2, dan
dimaksud dalam penyataan tersebut S-13. Penentuan subjek pada penelitian
adalah kalimat matematika yang memuat ini adalah secara acak. Kehadiran peneliti
operasi-operasi hitung bilangan. pada penelitian ini adalah sebagai
Menurut Jonassen (dalam instrumen utama, artinya kedudukan
Yudharina, 2015:8) dalam menyelesaikan peneliti merupakan penentu adalam
soal cerita matematika bukan sekedar mereduksi, menganalisis data, dan
memperoleh hasil yang berupa jawaban pembuat kesimpulan.
dari hal yang ditanyakan, tetapi yang Prosedur pengumpulan data yang
lebih penting siswa harus mengetahui dan digunakan peneliti dalam penelitian ini
memahami proses berpikir atau langkah- adalah sebagai berikut:
langkah untuk mendapatkan jawaban 1. Tes
tersebut. Sebagai contoh dalam Tes ini bertujuan untuk memperoleh
menyelesaikan soal cerita diperlukan data kualitatif mengenai kemampuan
langkah-langkah tertentu untuk penalaran matematis peserta didik dalam
mendapatkan penyelesaian. Kalimat menyelesaikan soal cerita. Instrumen
dalam soal cerita perlu dipahami lalu yang digunakan adalah soal tes
diterjermahkan kedalam bentuk kemampuan penalaran matematis yang
matematika utnuk mendapatkan dibuat dalam bentuk tes subjektif, berupa
penyelesaian. Langkah-langkah tersebut soal uraian sebanyak 3 nomor. Materi
yang sangat diperlukan dalam yang ditekankan dalam tes ini adalah
menyelesaikan soal cerita matematika. materi program linier dengan soal
Soedjadi (dalam Wijaya: 2010:2) berbentuk soal cerita.
menyatakan bahwa untuk menyelesaikan 2. Wawancara
soal cerita matematika dapat ditempuh Untuk melengkapi informasi yang
langkah-langkah sebagai berikut: berasal dari pemberian tes maka proses

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 30
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

yang dilakukan selanjutnya adalah penalaran matematis kategori sedang


wawancara. Metode wawancara yang adalah S-5 dan S-9. Skor hasil tes S-5
digunakan adalah wawancara tidak adalah 12 dan S-9 adalah 16. Peserta
terstruktur. Pedoman wawancara tidak didik dapat melakukan manipulasi
terstruktur berisi garis besar data yang matematika dengan benar namun kurang,
ingin diperoleh. dapat menyusun bukti dan memberikan
Analisis data yang digunakan alasan terhadap kebenaran solusi dengan
dalam penelitian ini adalah analisis data benar namun kurang lengkap, dapat
kualitatif. Analisis data kualitatif terdiri menyajikan pernyataan matematika
dari tiga alur yaitu, (1) Reduksi data, (2) secara tertulis, diagram, dan gambar
Penyajian data, dan (3) Penarikan dengan benar namun kurang lengkap,
kesimpulan. Pengecekan keabsahan dapat menarik kesimpulan pernyataan
temuan dalam penelitian ini secara logis dengan benar namun kurang
menggunakan triangulasi sumber, dengan lengkap.
jalan: (1) Membandingkan hasil tes 3. Kategori tinggi
kemampuan penalaran matematis dan Berdasarkan hasil tes dan wawancara
wawancara; (2) Memaparkan hubungan subjek yang memiliki kemampuan
antara data hasil tes kemampuan penalaran matematis kategori tinggi
penalaran matematis dan hasil adalah S-1, S-2, dan S-13. Skor hasil tes
wawancara. S-1 adalah 20, S-2 adalah 23, dan S-13
adalah 24. Peserta didik dapat melakukan
Hasil dan Pembahasan manipulasi matematika dengan benar dan
Dari hasil tes dan wawancara lengkap, dapat menyusun bukti dan
dapat dilihat kemampuan penalaran memberikan alasan terhadap kebenaran
matematis peserta didik yang solusi dengan benar dan lengkap, dapat
dikategorikan dengan predikat rendah, menyajikan pernyataan matematika
sedang, dan tinggi yaitu sebagai berikut: secara tertulis, diagram, dan gambar
1. Kategori rendah dengan benar dan lengkap, dapat menarik
Berdasarkan hasil tes dan wawancara kesimpulan pernyataan secara logis
subjek yang memiliki kemampuan dengan benar dan lengkap.
penalaran matematis kategori rendah
adalah S-15 dengan skor hasil tes yang Kesimpulan
diperoleh adalah 5. Peserta didik dengan Berdasarkan hasil penelitian
kemampuan penalaran matematis kemampuan penalaran matematis peserta
kategori rendah apabila peserta didik didik di SMAN 6 Malang memiliki
dapat melakukan manipulasi matematika tingkat kemampuan penalaran bervariasi
dengan benar namun kurang lengkap, yaitu peserta didik dengan kemampuan
dapat menyusun bukti dan memberikan penalaran matematis kategori rendah
alasan terhadap kebenaran solusi dengan sebesar 4%, peserta didik dengan
benar namun kurang lengkap, tidak dapat kemampuan penalaran matematis
menyajikan pernyataan matematika kategori rendah apabila peserta didik
secara tertulis, diagram, dan gambar, dapat melakukan manipulasi matematika
dapat menarik kesimpulan pernyataan dengan benar namun kurang lengkap,
secara logis dengan benar dan lengkap. dapat menyusun bukti dan memberikan
2. Kategori sedang alasan terhadap kebenaran solusi dengan
Berdasarkan hasil tes dan wawancara benar namun kurang lengkap, tidak dapat
subjek yang memiliki kemampuan menyajikan pernyataan matematika

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 31
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

secara tertulis, diagram, dan gambar, u/24041618/), diakses 25 Oktober


dapat menarik kesimpulan pernyataan 2016.
secara logis dengan benar dan lengkap. Baharudin. 2007. Psikologi Pendidikan.
Peserta didik dengan kemampuan Yogyakarta: Ar Ruzz Media
penalaran matematis kategori sedang Khalimi. 2011. Logika; Teori dan
sebesar 32%, peserta didik dapat Aplikasi. Jakarta: Gaung Persada
melakukan manipulasi matematika (GP) Press
dengan benar namun kurang, dapat Maimunah. 2016. Penerapan Model
menyusun bukti dan memberikan alasan Pembelajaran Matematika Melalui
terhadap kebenaran solusi dengan benar Pemecahan Masalah untuk
namun kurang lengkap, dapat menyajikan Meningkatkan Penalaran
pernyataan matematika secara tertulis, Matematis Siswa Kelas X-A SMA
diagram, dan gambar dengan benar Al-Muslihun, 1 (1): 17-30, (Online),
namun kurang lengkap, dapat menarik (http://jrpm.uinsby.ac.id) diakses 11
kesimpulan pernyataan secara logis Januari 2017
dengan benar namun kurang lengkap. Megawati, D. 2013. Profil Penalaran
Peserta didik dengan kemampuan Siswa SMA Al Hikmah Surabaya
penalaran matematis kategori tinggi dalam Membuktikan Identitas
sebesar 64%, peserta didik dapat Trigonometri Ditinjau dari
melakukan manipulasi matematika Kemampuan Matematika,(Online),
dengan benar dan lengkap, dapat (http://ejournal.unesa.ac.id/article/1
menyusun bukti dan memberikan alasan 6441/30),diakses 24 Desember
terhadap kebenaran solusi dengan benar 2016.
dan lengkap, dapat menyajikan Putri, dkk. 2014. Keefektifan
pernyataan matematika secara tertulis, Pembelajaran Matematika dengan
diagram, dan gambar dengan benar dan Pendekatan CTL dan Problem
lengkap, dapat menarik kesimpulan Posing Ditinjau dari Ketercapaian
pernyataan secara logis dengan benar dan SK/KD dan Kemampuan Koneksi
lengkap. Secara umum sebagian besar Matematik, 9 (1): 78-89. (Online),
peserta didik kelas XI MIPA 4 SMAN 6 (http://journal.uny.ac.id/index.php/
Malang memiliki kemampuan penalarang pythagoras), diakses 27 Oktober
yang tinggi. 2016
Dari hasil penelitian dan Rahardjo, dkk. 2011. Pembelajaran Soal
kesimpulan bahwa, bagi guru diharapkan Cerita Operasi Hitung Campuran
untuk memberikan soal-soal matematika di Sekolah Dasar (Modul
yang bertujuan untuk melatih Matematika SD dan SMP Program
kemampuan penalaran dan mengurangi Bermutu). Yogyakarta: PPPPTK
penggunaan rumus cepat dalam Matematika.
pembelajaran matematika. Soekadijo, R. 2008.
Logika Dasar: Tradisional, Simboli
Daftar Rujukan k, dan Induktif. Jakarta: Gramedia
Afif, A. 2016. Analisis Kemampuan Pustaka Utama
Penalaran Matematis Ditinjau dari Suriasumantri, J. 2010. Filsafat Ilmu;
Gaya Belajar Siswa Dalam Sebuah Pengantar Populer.
Problem Based Learning (PBL), Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
(Online),(https://www.academia.ed Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL
Mata Pelajaran Matematika

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 32
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 27-33

SMP/MTs untuk Optimalisasi Cerita Matematika Siswa Kelas V


Pencapaian Tujuan. Yogyakarta. Sd Negeri Mejing 2 Melalui Model
Pusat Pengembangan Dan Pembelajaran Creative Problem
Pemberdayaan Pendidik Dan Solving Tahun Ajaran 2014/201,
Tenaga Kependidikan Matematika (Online),
Wijaya. 2007. Pendidikan Remedial. (http://eprints.uny.ac.id/19328/),
Bandung: Rosdakarya diakses 12 Desember 2016
Yudharina, P. 2015. Meningkatkan
Kemampuan Menyelesaikan Soal

Pi: Mathematics Education Journal


http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/pmej 33

Anda mungkin juga menyukai