Anda di halaman 1dari 9

Kreano 7 (2) (2016): 208-216

Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano

Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa


SMP dalam Memecahkan Masalah Pengukuran Ditinjau
dari Gaya Kognitif
Windi Setiawan 1

1
Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya
Email: windi.setiawan1408@yahoo.com
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v7i2.7127
Received : January
Received: August, 2016;
2016; Accepted:
Accepted: March2016;
November, 2016; Published:
Published: June 2016
December, 2016

Abstrak
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan profil berpikir metaforis siswa SMP dalam memecahkan masalah pengukuran ditinjau dari gaya
kognitif. Subjek penelitian ini adalah dua siswa yang terdiri atas siswa bergaya kogntif reflektif (SR) dan siswa ber-
gaya konitif impulsif (SI). Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tugas pemecahan masalah dan wawan-
cara semi terstruktur. Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data. Hasil penelitian ini adalah desk-
ripsi berpikir metaforis yang terdiri atas connect, relate, explore, analyze, transform dan experience.

Abstract
Metaphorical thinking is the mental activity by using metaphors that fit the situation. Metaphor is an idea to link the
problems faced by everyday experience and the familiar mathematical material. This research is descriptive research
with qualitative approach that aimed to describe the metaphorical think profile of junior high school students for solving
measurement problem based on cognitive style. The subjects of this research are two students consist of a student with
cognitive style (SR) and a student with cognitive impulsive style (SI). The data collecting technique that used in this re-
search is by giving the assignment of problem solving and semi-structured interviews. Triangulation of time used to test
the credibility of the data out of this research. The result of this study is description of metaphorical thinking consists of
connect, relate, explore, analyze, transform and experience.

Keywords: metaphorical thinking; measurement problem; cognitive style

PENDAHULUAN lihat bahwa pemecahan masalah menjadi sa-


Matematika merupakan mata pelajaran yang lah satu prioritas penting dalam matematika.
dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai Nasution (2012) menyatakan bahwa pemeca-
dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perguruan han masalah memerlukan bermacam-macam
tinggi. Selain itu matematika sangat mem- ketrampilan berpikir seperti melaporkan,
bantu dan dibutuhkan pada bidang studi atau mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi,
ilmu-ilmu yang lain. Kurikulum 2013 (dalam menafsirkan, mengkritik, meramalkan, dan
Hendriana, 2014) telah menetapkan tujuan menarik kesimpulan dan membuat genera-
pembelajaran matematika yaitu salah satu lisasi berdasarkan informasi yang diperoleh.
di antaranya adalah pemecahan masalah. Pada kenyataannya, tak banyak guru yang
NCTM (2012) juga menetapkan lima stan- sadar akan kompleksitas pemecahan masa-
dar proses dalam matematika yaitu problem lah dan memberikan waktu yang cukup un-
solving (pemecahan masalah), reasoning and tuk membekali siswanya dengan ketrampilan
proof (penalaran dan pembuktian), communi- dasar pemecahan masalah. Masih banyak
cation (komunikasi), connection (koneksi), dan guru yang beranggapan bahwa siswa dengan
representation (representasi). sendirinya sanggup memiliki kemampuan
Berdasarkan uraian tersebut, jelas ter- memecahkan masalah yang bisa digunakan
© 2016 Semarang State University. All rights reserved UNNES JOURNALS
p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218
Kreano 7 (2) (2016): 208-216 | 209

dalam setiap pelajaran. kan materi di kelas. Lai (2013), dalam peneli-
Pemecahan masalah di dalam mata pe- tiannya telah menggunakan metafora guna
lajaran matematika bisa dijumpai dalam ma- untuk mengembangkan pemahaman siswa
teri pengukuran. Pengukuran di SMP kerap- tentang makna kesebangunan dan keliling.
kali disandingkan dengan materi geometri. Dalam berpikir metaforis, tidak se-
Geometri adalah salah satu cabang dari mate- mua individu dapat berpikir metaforis secara
matika. Susanah (2014) mengutarakan bahwa maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh salah satu
geometri adalah salah satu cabang matema- faktor salah satunya adalah gaya kognitif.
tika yang mempelajari hubungan antara titik- Susanto (2008) mengutarakan bahwa proses
titik, garis-garis, sudut-sudut, bidang-bidang berpikir seseorang dipengaruhi oleh karakte-
serta bangun ruang. Pengukuran memberikan ristik yang dimiliki oleh setiap individu. Salah
aplikasi yang praktis bagi siswa untuk ketram- satu karakteristik itu adalah gaya kognitif.
pilan berhitung yang mereka pelajari. Di Seko- Sehingga hal ini membuat peneliti menduga,
lah Dasar, Pengukuran memiliki ruang lingkup bahwa berpikir metaforis dipengaruh oleh
tentang kegiatan mengukur sudut, panjang, gaya kognitif. Dalam psikologi pendidikan,
luas, dan volume (Yuwono, 2009). Hal ini juga siswa yang menyelesaikan masalah tanpa pi-
bisa kita jumpai di SMP, materi pengukuran kir panjang memiliki gaya kognitif impulsif.
juga meliputi beberapa hal seperti menentu- Sebaliknya, siswa yang membutuhkan wak-
kan besar sudut, menentukan luas dan keliling tu lama dalam menyelesaikan masalah yang
bangun datar, serta menentukan volume dan dihadapinya termasuk siswa yang memiliki
luas permukaan bangun ruang. gaya kognitif reflektif. Penelitian ini fokus
Masalah pengukuran adalah suatu kepada dua macam gaya kognitif yaitu gaya
masalah yang disajikan dalam bentuk soal kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif.
pada materi geometri dan pengukuran yang Dipilihnya dua macam gaya kognitif karena
meliput beberapa sub bab seperti volume, gaya kognitif reflektif dan impulsif cenderung
luas, keliling, luas permukaan. Soal tersebut mudah dikenali oleh guru dalam pembelaja-
merupakan masalah bila soal itu menunjuk- ran di kelas (Sumitri, 2014).
kan adanya tantangan yang tidak dapat dipe- Peneliti berharap dapat memberikan
cahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah gambaran mengenai profil berpikir metaforis
diketahui siswa. Untuk menyelesaikan soal siswa bergaya kognitif reflektif atau impulsif
tersebut diperlukan analisis dan tahapan-ta- dalam memecahkan masalah pengukuran.
hapan dalam menyelesaikannya. Sehingga, hal ini bisa memberikan kemu-
Secara tidak sadar, banyak siswa yang dahan bagi guru untuk menjelaskan kepada
telah berpikir metaforis dalam memecahkan siswa tentang pemecahan masalah dengan
masalah pengukuran. Metaphorical thinking menggunakan metafora yang sesuai. Siswa
(Sunito, 2013) adalah aktivitas mental untuk juga lebih mudah memahami langkah peme-
menghubungkan dua subjek atau hal yang cahan masalah, karena metafora mengaitkan
mungkin bagi orang lain dianggap tidak ada masalah yang dihadapi dengan hal yang le-
hubungannya, sehingga tidak semua orang bih dikenal (familiar). Berdasarkan latar bela-
dapat melakukannya. Metaphorical thinking kang yang telah dipaparkan tersebut, penulis
dalam memecahkan masalah pengukuran da- terdorong untuk melakukan penelitian yang
pat dijumpai dalam penelitian Ferara (2003) lebih spesifik dengan judul “Profil Berpikir
yang berhasil menunjukkan aktivitas mental Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP
siswa dalam menghubungkan dua hal yang dalam Memecahkan Masalah Pengukuran Di-
berbeda. Seperti perubahan keliling persegi tinjau Dari Gaya Kognitif”
yang dinyatakan dalam bentuk rumus fung-
si. Selain itu, Ferara juga mengungkapkan Berpikir Metaforis
adanya metafora yang ditemukan berupa per- Sunito (2013) menyebutkan berpikir metaforis
gerakan jari telunjuk siswa ketika memecah- dengan sebutan metaphorming. Metaphor-
kan masalah. Dalam pembelajaran, guru juga ming merupakan aktivitas yang merujuk pada
sering berpikir metaforis dalam menyampai- kegiatan mengubah suatu materi dari makna
UNNES JOURNALS
210 Windi Setiawan, Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP

satu ke makna yang lain. Metaphorming be- lamnya. Hal ini mengartikan bahwa metafora
rasal dari meta yang bermakna trancending memiliki peranan penting dalam membuat
melampaui dunia nyata, dan kata phora yang model. Untuk membuat model matemati-
berarti transfer.. Metaphorming memberikan ka dari suatu masalah diperlukan hubungan
kesempatan bagi setiap individu untuk me- antara dua domain konseptual. Tetapi untuk
miliki ide yang cemerlang. Hendriana (2012) mengembangkannya agar memiliki bany-
menyatakan bahwa berpikir metaforis adalah ak keterkaitan diperlukan adanya metafora.
proses berpikir dengan menggunakan me- Metafora adalah cara yang dibutuhkan untuk
tafora-metafora untuk memamahami suatu memproyeksikan (memaknai) kesimpulan
konsep. Bazzini (2001) mengutarakan bahwa dari satu domain ke domain yang lain. Oleh
metafora bukan hanya ungkapan dalam ba- karena itu, metafora dapat menjadi elemen
hasa melainkan cara berpikir. Metafora ada- dasar dalam membuat model yang diingin-
lah bagian mendasar dari berpikir matematis. kan. Berdasarkan paparan di atas, maka da-
Metafora merupakan sarana bagi siswa untuk pat disimpulkan berpikir metaforis (metapho-
memikirkan matematika ke dalam materi rical thinking) adalah aktivitas mental dengan
dan aktivitas mental yang telah dikenalnya menggunakan metafora-metafora yang se-
(Lai, 2013). Sanchez-Ruiz et al (2013) menje- suai dengan situasi yang dihadapi. Metafora
laskan bahwa metafora juga berfungsi seba- adalah suatu ide untuk mengaitkan masalah
gai sarana untuk memahami konsep abstrak yang dihadapi dengan pengalaman sehari-
berdasarkan pengetahuan yang terstruktur hari dan materi matematika yang dikenalnya.
atau lebih dikenal. Dalam hal ini pengeta- Langkah-langkah berpikir metaforis menurut
huan yang lebih dikenal adalah pengetahuan Sunito (2013) ialah sebagai berikut.
telah dimiliki siswa sebelumnya. Metafora
didefinisikan sebagai pemindahan hubungan Connect
konseptual dari domain tertentu (sumber) Pada tahap ini, siswa dapat menghubungkan
ke domain yang lain (target). Hasil peminda- dua hal atau lebih tentang hal yang berbe-
han makna antara dua domain yang berbe- da baik benda maupun ide, seperti meng-
da adalah sekumpulan konseptual baru yang hubungkan taman dan pikiran. Siswa dapat
terorganisasi. Metafora adalah suatu bentuk bertanya kepada dirinya sendiri, bagaimana
penggunaan kata atau kalimat yang bertu- pikiran seperti taman? Bagaimana dengan
juan untuk mewakili suatu konsep tertentu. berbagai ukuran, bentuk, warna, tekstur dan
Metafora berfungsi untuk memahami sesuatu harumnya bunga yang terhubung dengan
yang abstrak menjadi konkrit atau sebaliknya ukuran, bentuk, warna dari ide , pikiran, dan
(Alhaddad, 2012). Berpikir metaforis dimulai perasaan.
dengan membuat model-model yang sesuai
dengan situasi yang dihadapi dan dimaknai Relate
dengan sudut pandang semantik (ilmu ten-
tang makna kata). Model adalah representasi Siswa dapat menghubungkan ide yang berbe-
dari situai yang dihadapi oleh setiap individu da dengan hal-hal yang telah diketahui sebe-
mempunyai cirri yang yang sama dengan tiru- lumnya. Hal ini dapat dimulai dengan menga-
annya dalam melakukan tugas untuk menye- mati kesamaan yang ada pada ide tersebut.
lesaikan suatu masalah. Penggunaan model Misalnya, apakah taman tersebut terus tum-
bertujuan untuk meningkatkan komunikasi buh seperti bunga liar atau seperti tanaman
dalam menyampaikan makna matematika yang dibudidayakan? Apakah ide tersebut
(Lai, 2013). Model sistem konseptual dapat juga ada suatu solusi atau suatu penemuan?
dinyatakan dalam berbagai representasi me-
dia seperti simbol tertulis, bahasa lisan, dia- Explore
gram, dan grafik (Lai, 2013). Carreira (2001) Siswa dapat mendeskripsikan kesamaan an-
mengungkapkan bahwa model dan metafora tara beberapa ide dan membuat model dari
memiliki hubungan yang sangat dekat. Setiap ide tersebut.
model yang terbentuk ada metafora di da-
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 208-216 | 211

Analyze pat dengan sedikit kesalahan disebut sebagai


impulsif sejati. Sebaliknya, individu dengan
Pada tahap ini siswa dapat mengidentifikasi
gaya reflektif cenderung menggunakan lebih
tentang hal-hal yang telah dipikirkan. Siswa
banyak waktu dalam merenungkan jawaban
dapat mengupas kembali langkah-langkah
yang akan diungkapkan.
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Nasution (2008) mengatakan bahwa
Pada tahap ini siswa diibaratkan sepeti men-
cabuti kelopak bunga mawar. siswa bergaya kognitif impulsif cenderung
menggunakan waktu yang cepat untuk mem-
Transform peroleh keputusan tanpa berpikir panjang.
Sebaliknya siswa yang bergaya reflektif me-
Pada tahap ini, siswa juga dapat mengenali merlukan waktu yang lama untuk mempero-
atau menemukan sesuatu berdasarkan ta- leh keputusan atau solusi dari masalah yang
hapan sebelumnya yaitu koneksi, eksplorasi, dihadapinya. Hal ini dikarenakan siswa ref-
dan hasil analisis pada tahapan sebelumnya. lektif masih mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang ikut berpengaruh terhadap
Experience keputusan yang diambilnya. Siswa bergaya
kognitif reflektif sangat lamban dan hati-hati
Pada tahap ini siswa dapat menerapkan gam- dalam merespon tapi cenderung memberikan
bar, model, atau penemuan siswa sebagai hal jawaban yang tepat. Beberapa kemungkinan
yang baru sebanyak mungkin. yang dilakukan siswa reflektif adalah mengin-
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada gat informasi yang terstruktur, membaca dan
penelitian ini indikator berpikir metaforis da- memahami dan menginterpretasikan teks,
pat dirumuskan dalam Tabel 1. memecahkan masalah dan membuat kepu-
tusan. Jika dibandingkan dengan siswa im-
Tabel 1. Proses berpikir Metaforis
pulsif, siswa reflektif memiliki kemungkinan
Proses Indikator
untuk menentukan tujuan sendiri belajarnya.
Connect Menghubungkan dua ide (materi) yang
berbeda. Santrock (2008) telah membuktikan bahwa di
Relate Menghubungkan ide yang berbeda dalam pembelajaran siswa reflektif lebih baik
dengan pengetahuan yang lebih dikenali dibandingkan siswa impulsif.
siswa Untuk mengukur gaya kognitif reflektif-
Explore Membuat model impulsif digunakan instrumen yang dikem-
Mendeskripsikan kesamaan kedua ide. bangkan oleh Kagan yang disebut Matching
Analyze Mengupas kembali langkah-langkah Familiar Figures Test (MFFT), yang terdiri satu
yang telah dilakukan sebelumnya! gambar standar dan enam gambar yang seru-
Transform Menafsirkan dan menyimpulkan pa, tetapi hanya satu gambar yang sama den-
informasi berdasarkan apa yang sudah gan gambar standar. Variabel yang diamati
dikerjakan.
adalah waktu yang digunakan untuk menja-
Experience Menerapkan hasil yang diperoleh pada
permasalahan yang dihadapi.
wab dan keakuratan dalam menjawab. Dalam
penelitian ini digunakan MFFT yang dikem-
bangkan Warli (2010) yang terdiri dari 13 item
Gaya Kognitif Reflektif dan Impusif dengan 8 variasi gambar, yang digunakan un-
Gaya kognitif impulsif dan reflektif adalah dua tuk mengukur gaya kognitif reflektif-impulsif.
hal yang paling sering diteliti dan merupakan Dalam penelitian ini, siswa reflektif dapat di-
salah satu hal yang memiliki fungsi penting definisikan sebagai siwa yang sangat berhati-
bagi manusia (Matczak, 2000; Sternberg & hati dalam merespon sesuatu sehingga cen-
Grigorenko, 1997). Deswita (2009) meny- derung lambat dalam menyelesaikan masalah
atakan bahwa “gaya reflektif dan impulsif tetapi jawaban yang dihasilkan cenderung be-
menunjukkan tempo kognitif atau kecepatan nar atau banyak yang benar. Sedangkan sis-
berpikir”. Siswa yang memiliki gaya impulsif wa yang impulsif dapat didefinisikan sebagai
cenderung memberikan respon yang cepat. siswa yang cenderung cepat dalam merespon
Individu yang memberikan respon secara ce- masalah tetapi jawaban yang dihasilkan cen-
UNNES JOURNALS
212 Windi Setiawan, Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP

derung salah atau banyak yang salah. Data maka dapat disimpulkan bahwa gaya kogni-
yang diperoleh dari penggunaan instrumen tif reflektif adalah karakteristik individu yang
MFFT, dicatat meliputi banyak waktu yang mencerminkan bagaimana individu tersebut
digunakan oleh siswa untuk menjawab kese- menggunakan waktu lebih lama untuk me-
luruhan soal (t) dan banyaknya jawaban salah nyelesaikan masalah yang dihadapinya tapi
atau jawaban benar siswa tersebut (f). jawaban yang dihasilkan banyak yang benar.
Penetapan waktu ideal yang digunakan Sedangkan gaya kognitif impulsif adalah ka-
untuk pengerjaan instrumen MFFT didasar- rakteristik individu yang mencerminkan ba-
kan pada hasil uji instrumen yang dilakukan gaimana individu tersebut menggunakan
Warli di 3 SMP yang berbeda. Pada penelitian waktu lebih cepat dalam menyelesaikan per-
tersebut waktu yang digunakan untuk me- masalahan yang dihadapinya tetapi jawaban
nyelesaikan satu butir soal MFFT adalah 1,12 yang dihasilkan banyak yang salah.
menit. Sehingga, untuk mengerjakan 13 butir
soal diperlukan waktu 14,56 menit. Selanjut- METODE PENELITIAN
nya, untuk menggolongkannya, waktu ideal Jenis penelitian ini merupakan penelitian
maksimal tersebut dibagi menjadi 2 waktu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Ber-
dan didapatkan waktu yang memisahkan dasarkan jenis penelitian tersebut, penelitian
keduanya yaitu 7,28 menit. Dengan demiki- ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil
an, siswa menjawab seluruh butir soal dengan berpikir metaforis siswa dalam memecahkan
waktu kurang dari 7,28 menit dan jawaban masalah pengukuran ditinjau dari gaya kogni-
yang diberikan banyak yang salah maka siswa tif. Data penelitian ini diperoleh dari hasil pe-
tersebut dapat digolongkan ke dalam siswa kerjaan siswa serta wawancara semi terstruk-
impulsif. Sedangkan siswa yang menjawab se- tur dengan tujuan untuk menggali informasi
luruh butir soal dengan waktu lebih dari 7,28 mengenai apa yang dipikirkan dan dilakukan
menit dan jawaban yang diberikan banyak subjek penelitian ketika memecahkan masa-
yang benar, maka siswa tersebut dapat digo- lah pengukuran.
longkan ke dalam siswa reflektif. Subjek penelitian ini adalah siswa
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, kelas VIII SMP. Pemilihan subjek penelitian di-

TPM 1 TPM 1
1. Ruas garis AC yang panjangnya 30 cm. 1. Ruas garis AC yang panjangnya 30 cm.
Titik B terletak pada ruas garis AC. Ben- Titik B terletak pada ruas garis AC. Ben-
tuklah persegipanjang ABFG dan EDCB. tuklah persegipanjang ABFG dan EDCB.
Perhatikan keliling bangun yang dibentuk Perhatikan keliling bangun yang diben-
dari dua persegipanjang ini. Jika titik B tuk dari dua persegipanjang ini. Jika titik
digeser sesuai kehendakmu, bagaimana B digeser sesuai kehendakmu, bagaima-
dengan selisih keliling kedua persegipan- na dengan selisih keliling kedua persegi-
jang tersebut? panjang tersebut?
2. Persegipanjang ABCD memiliki luas 60 2. Persegipanjang ABCD memiliki luas 60
cm2. Perhatikan keliling bangun terse- cm2. Perhatikan keliling bangun terse-
but. Bagaimana perubahan kelilingnya but. Bagaimana perubahan kelilingnya
jika panjang dan lebar persegipanjang ini jika panjang dan lebar persegipanjang ini
diperpanjang dari semula? diperpanjang dari semula?
3. Balok ABCD.EFGH memiliki volume 120 3. Balok ABCD.EFGH memiliki volume 120
cm3. Perhatikan jumlah panjang semua cm3. Perhatikan jumlah panjang semua
rusuk balok tersebut. Jika panjang, lebar, rusuk balok tersebut. Jika panjang, lebar,
dan tinggi balok berubah, bagaimanakah dan tinggi balok berubah, bagaimanakah
dengan jumlah panjang semua rusuk ba- dengan jumlah panjang semua rusuk ba-
lok tersebut? lok tersebut?

UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 208-216 | 213

lakukan dengan memberikan tes gaya kogni- kerjaannya. Berikut ini TPM yang digunakan.
tif kepada semua siswa di kelas yang terpilih.
Selanjutnya, akan diberikan tes kemampuan Profil Berpikir Metaforis Siswa SMP Ber-
matematika. Tes kemampuan matematika ini gaya Kognitif Reflektif Dalam Memecah-
bertujuan untuk menentukan satu subjek ber- kan Masalah Pengukuran
gaya kognitif reflektif dan satu subjek bergaya Berpikir metaforis subjek bergaya kognitif
kognitif impulsive memiliki kemampuan yang reflektif dimulai dengan tahap connect, pada
setara artinya perbedaan nilai tes kemampu- tahap ini, subjek menghubungkan dua ide
an matematika berkisar antara 0 sampai 5 da- yang berbeda. Ide pertama adalah subjek
lam skala 0 sampai 100. menghitung selisih keliling kedua persegi-
Instrumen utama dalam penelitian ini panjang setelah ia misalkan jarak pergeseran
adalah peneliti sendiri. Instrumen pendukung suatu titik pada salah satu sisi persegipanjang,
dalam penelitian ini adalah Matching Familiar perubahan keliling persegipanjang dengan
Figure Test (MFFT), Tes Kemampuan Matema- memisalkan penambahan ukuran panjang
tika, Tugas Pemecahan Masalah (TPM), dan dan lebar, serta jumlah panjang semua rusuk
Pedoman Wawancara. Hasil wawancara dia- balok setelah panjang, lebar, dan tinggi ba-
nalisis menggunakan tiga tahap yaitu reduksi lok diperpanjang seperti pada umumnya. Ide
data, penyajian data, dan penarikan kesimpu- kedua, ketiga hal tersebut dinyatakan dalam
lan. bentuk persamaan dalam x. Pada tahap rela-
te, subjek menghubungkan ide yang berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Kegiatan penelitian dimulai dengan pem- SR menghubungkan dengan beberapa topik
berian tes kemampuan matematika pada hari matematika. Seperti materi aljabar, PLSV,
Senin, 23 Mei 2016. Setelah itu, pemberian tes SPLDV, dan volume. SR menyatakan bahwa
MFFT pada hari Jumat, 27 Mei 2016 di MTs. ia pernah menjumpai suatu soal dalam materi
Miftahul Ulum Kemlagi Mojokerto. Pemberian tersebut yang penyelesaiannya membutuh-
instrumen ini memiliki tuuan untuk menentu- kan pemisalan subjek yang ada dalam soal
kan subjek penelitian yang terdiri atas 1 siswa dengan x, y dan sebagainya. Sehingga atas
bergaya kognitif reflektif dan 1 siswa bergaya dasar itulah subjek memisalkan pergeseran
kognitif impulsive dengan kemampuan yang titik B dengan variabel. Pada tahap explore,
setara. hasil MFFT untuk 28 siswa adalah 12 subjek membuat model yang sesuai dengan
siswa memiliki gaya kognitif impulsif, 1 siswa tugas pemecahan masalah yang diberikan.
merupakan siswa cepat-akurat, dan 2 siswa Subjek menggambar kedua persegipanjang
merupakan siswa lambat-tidak akurat. dengan memisalkan ukuran yang diinginkan-
Setelah diperoleh satu subjek peneli- nya dan menentukan besarnya selisih keliling
tian, peneliti memberikan tugas pemecahan kedua persegipanjang baik pada saat titik
masalah, kemudian subjek diberikan waktu B digeser ke kiri atau ke kanan. subjek juga
untuk mengerjakan TPM tersebut. Selanjut- menggambar persegipanjang dengan uku-
nya, peneliti melakukan wawancara kepada ran yang sesuai dengan luas persegipanjang
setiap subjek setelah TPM dikerjakan. Wawan- tersebut serta mentukan perubahan keliling
cara dilakukan berdasarkan pekerjaan subjek kedua persegipanjang setelah panjang, lebar,
untuk menggali informasi lebih mendalam dan tinggi diperpanjang dari ukuran semula.
yang mungkin tidak terlihat pada hasil peker- Subjek menggambar balok dengan memisal-
jaan TPM yang diberikan peneliti. Wawancara kan ukuran panjang,lebar,,dan tinggi yang
direkam dengan menggunakan voice recorder sesuai dengan volume balok tersebut. Ia juga
dan peneliti mencatat segala aktivitas subjek menentukan jumlah panjang semua rusuk
selama wawancara berlangsung. Pemberian balok setelah panjang, lebar, dan tinggi balok
TPM dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari berubah ukiurannya. Selain itu, Subjek juga
Selasa tanggal 31 Mei 2016 dan 7 Juni 2016. dapat mendeskripsikan kesamaan kedua ide
Setiap subjek diberi tugas pemecahan masa- yang ia temukan. Untuk soal nomor 1, kesa-
lah dan diwawancarai berdasarkan hasil pe- maannya adalah sama-sama mencari keliling
UNNES JOURNALS
214 Windi Setiawan, Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP

dan menggunakan rumus yang sama pula, sebelum titik pada salah satu sisi persegipan-
untuk soal nomor 2, kesamaannya adalah jang digeser sesuai keinginannya, perubahan
memiliki gambar yang sama, sama-sama keliling persegipanjang setelah panjang dan
mencari keliling dan dengan menggunakan lebar diperpanjang dari ukuran semula, serta
rumus yang sama pula yaitu 2 (p+l) dan untuk jumlah panjang semua rusuk balok setelah
soal nomor 2, kesamaannya adalah memiliki panjang, lebar, dan tinggi balok diperpanjang
gambar yang sama, sama-sama mencari jum- seperti pada umumnya. Ide yang kedua ketiga
lah panjang semua rusuk balok dan dengan hal tersebut dinyatakan dalam bentuk per-
menggunakan rumus yang sama pula yaitu samaan. Pada tahap relate, subjek menghu-
4(p + l + t). Pada tahap analyze, Subjek men- bungkan ide yang berbeda (ide kedua) dengan
gupas kembali langkah- langkah yang telah pengetahuan yang dimilikinya seperti materi
dilakukan sebelumnya. Subjek menjelaskan yang ada di dalam matematika. Misalnya ke-
kembali bagaimana ia menggambar persegi- liling bangun datar, volume, dan luar permu-
panjang dan balok dengan memisalkan uku- kaan. Subjek menyatakan bahwa ia pernah
ran yang tepat sesuai luas atau volume yang menjumpai suatu sial dalam materi tersebut
tertera pada soaL. Subjek juga menjelaskan dengan memisalkan yang ditanyakan dengan
secara terperinci, bagaima ia menemukan x. sehingga atas dasar itulah subjek memisal-
selisih keliling kedua persegipanjang, peruba- kan pergeseran suatu titik pada salah satu sisi
han keliling persegipanjang dan jumlah pan- persegipanjang, penambahan ukuran pan-
jang semua rusuk balok yang dapat dinyata- jang dan lebar, serta penambahan atau pen-
kan baik dalam bentuk persamaan atau tidak. gurangan ukuran rusuk balok dengan x. Pada
Subjek juga telah mendeskripsikan kembali tahap explore, subjek dapat membuat model
kesamaan kedua ide yang ia temukan seperti sesuai perrmasalahan yang dihadapi dan ti-
hanlya pada tahap explore di atas. dak mendeskripsikan kesamaan kedua ide.
Pada tahap transform, subjek me- Subjek menggambar kedua persegipanjang
nyimpulkan selisih keliling kedua persegipan- dengan memisalkan ukuran yang diinginkan-
jang setelah suatu titik pada salah satu sisi nya dan menentukan besarnya selisih keliling
persegipanjang digeser ke kiri atau ke kanan kedua persegipanjang baik pada saat titik
besarnya perubahan keliling persegipanjang, B digeser ke kiri atau ke kanan. subjek juga
serta jumlah panjang semua rusuk balok sete- menggambar persegipanjang dengan uku-
lah panjang, lebar, dan tinggi balok berubah. ran yang sesuai dengan luas persegipanjang
Pada tahap experience, subjek telah mene- tersebut serta mentukan perubahan keliling
rapkan hasil yang ia dapatkan untuk meny- kedua persegipanjang setelah panjang, lebar,
elesaikan masalah yang ia hadapi. Subjek dan tinggi diperpanjang dari ukuran semula.
dapat mensubstitusi jarak pergeseran titik B, Subjek menggambar balok dengan memisal-
penambahan ukuran panjang dan lebar, ser- kan ukuran panjang,lebar, dan tinggi yang se-
ta besarnya penambahan atau pengurangan suai dengan volume balok yang ada di soal..
ukuran rusuk balok ke persamaan yang diha- Ia juga menentukan jumlah panjang semua
silkannya. Dengan begitu, ia dapat menge- rusuk balok setelah panjang, lebar, dan ting-
tahui selisih keliling kedua persegipanjang, gi diperpanjang atau diperpendek ukurannya.
perubahan keliling persegipanjang ABCD, dan Namun, SI tidak mendeskripsikan kesamaan
jumlah panjang semua rusuk balok dengan kedua ide yang ia temukan. Pada tahap ana-
mudah. lyze, subjek mengupas kembali langkah-lang-
kah yang telah ia lakukan sebelumnya. Subjek
Profil Berpikir Metaforis Siswa SMP Ber- menjelaskan kembali dari awal ia memisalkan
gaya Kognitif Impulsif Dalam Memecah- ukuran persegipanjang dan balok yang sesu-
kan Masalah Pengukuran ai dengan luas dan volume bangun tersebut.
Berpikir metaforis dimulai pada tahap con- Ia juga menjelaskan kembali bagaimana ia
nect, subjek dapat menghubungkan kedua mendapatkan selisih keliling kedua persegi-
ide yang berbeda. Ide pertama adalah subjek panjang, perubahan keliling persegipanjang,
menghitung selisih keliling persegi panjang dan jumlah panjang semua rusuk balok yang
UNNES JOURNALS
Kreano 7 (2) (2016): 208-216 | 215

dia nyatakan dalam bentuk persamaan. Pada Pada tahap transform, kedua subjek menyim-
tahap transform, subjek dapat menyimpukan pulkan besarnya selisih keliling persegi pan-
dan menafsirkan informasi berdasarkan apa jang baik pada saat salah satu titik pada sisi
yang telah dikerjakan sebelumnya. Subjek persegipanjang digeser ke kiri atau ke kanan,
menyimpukan selisih keliling kedua perse- besarnya perubahan keliling persegipanjang
gipanjang setelah suatu titik pada salah satu setelah panjang dan lebar diperpanjang, ser-
sisi persegipanjang digeser ke kiri ataupun ta jumlah panjang semua rusuk balok setelah
ke kanan, perubahan keliling persegipanjang panjang, lebar, dan tinggi balok diperpanjang
serta jumlah panjang semua rusuk balok se- atau diperpendek dari ukuran semula. Ketiga
telah ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok hal tersebut ia nyatakan dalam bentuk per-
berubah. Pada tahap experience, subjek me- samaan. Sedangkan pada tahap experience,
nerapkan hasil yang di dapat untuk meme- kedua subjek telah menerapkan hasil yang di-
cahkan masalah yang dia hadapi. subjek telah dapat untuk menyelesaikan masalah yang ia
menerapkan hasil yang ia dapatkan untuk me- hadapi, kedua subjek dapat mensubstitusi ja-
nyelesaikan masalah yang ia hadapi. Subjek rak pergeseran titik B, besarnya penambahan
dapat mensubstitusi jarak pergeseran titik B, ukuran panjang dan lebar, serta penambahan
penambahan ukuran panjang dan lebar, ser- atau pengurangan ukuran balok pada persa-
ta besarnya penambahan atau pengurangan maan yang dihasilkannya.
ukuran rusuk balok ke persamaan yang di-
hasilkannya. Sehingga, ia dapat mengetahui Saran
selisih keliling kedua persegipanjang, peruba- (1) Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
han keliling persegipanjang ABCD, dan jumlah perbedaan profil berpikir metaforis siswa ber-
panjang semua rusuk balok . gaya kognitif reflektif dan bergaya kognitif
impulsif dalam memecahkan masalah pengu-
PENUTUP kuran. Oleh karena itu, sebaiknya hasil peneli-
tian ini dapat dijadikan pandangan atau bahan
Simpulan pertimbangan bagi guru untuk memberikan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di kesempatan bagi setiap siswa untuk menye-
atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua lesaikan masalah dengan cara yang mereka
subjek telah melalui tahapan berpikir meta- miliki dan (2) Hasil penelitian ini masih terba-
foris. Pada tahap connect, Subjek Reflektif tas pada subjek bergaya kognitif reflektif dan
(SR) telah menghubungkan kedua ide yang bergaya kognitif impulsif. Padahal dalam ber-
ia miliki begitu halnya dengan subjek impul- pikir metaforis peneliti menduga masih bany-
sive (SI). Pada tahap relate, SR mengaitkan ak hal yang ikut mempengaruhinya. Jika pem-
dengan beberapa topic di matematika seper- baca ingin mengadakan penelitian lanjutan,
ti aljabar, PLSV, SPLDV, Volume dan keliling maka untuk memperkaya tujuan, sebaiknya
sedangkan SI mengaitkannya dengan mate- dapat ditinjau dari beberapa hal seperti gaya
ri PLSV, Luas dan keliling, serta volume dan belajar, gaya kognitif FI-FD atau kemampuan
luas permukaan. Pada tahap explore, kedua matematika.
subjek membuat model yang sesuai dengan
masalah yang ia hadapi, kedua subjek menje- DAFTAR PUSTAKA
laskan langkah-langkah dari awal bagaimana Alhaddad, I. (2012). Sejauh Mana Guru Menggunakan
Metafora Dalam Kepeduliannya untuk mening-
ia menemukan selisih keliling kedua persegi-
katkan Kemampuan Matematika Siswa.  Jurnal
panjang setelah titik pada salah satu sisi per- Infinity, 1(2), 159-168.
segipanjang digeser sesuai kehendaknya, pe- Carreira, S. (2001). Where there’s a model, there’s a met-
rubahan keliling, serta jumlah panjang semua aphor: Metaphorical thinking in students’ under-
rusuk balok setlah ukuran rusuk diperpanjang standing of a mathematical model. Mathemati-
cal thinking and learning, 3(4), 261-287.
atau diperpendek bedanya SI tidak mendes- Hendriana, H. (2012). Pembelajaran Matematika Hu-
kripsikan kesaman kedua ide. Pada tahap manis dengan Metaphorical Thinking Untuk
analyze, kedua subjek menejelaskan kembali Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa.  Infinity
mengenai langkah-langkah yang ia lakukan. Journal, 1(1), 90-103.

UNNES JOURNALS
216 Windi Setiawan, Profil Berpikir Metaforis (Metaphorical Thinking) Siswa SMP

Hendriana, Heris. (2015). Kemampuan Metaphorical Nasution, S. (2012). Kurikulum dan Pengajaran. Band-
Thinking Guru Dalam Mengembangkan Pem- ung: Sinar Grafika Ofset.
belajaran Matematika. Makalah disajikan pada NCTM. (2012). Principles and Standards for School Math-
Prosiding Seminar Nasional dan Lomba Media ematics. Canada.
Pembelajaran Lubuk Linggau, tanggal 21-22 No- Sunito, I. (2013). Metaphorming. Jakarta: Indeks.
vember 2015 Susanah. (2014). Geometri. Surabaya: Universitas Negeri
Hendriana, H. dan Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pem- Surabaya University Press.
belajaran Matematika. Bandung: Refika Adita- Susanto. (2008). Mahasiswa Field Independent dan Field
ma. Dependent Dalam Memahami Konsep Grup *.
Sanchez-Ruiz, M. J., Santos, M. R., & Jiménez, J. J. (2013). Artikel disajikan dalam Seminar Matematika dan
The role of metaphorical thinking in the creativ- Pendidikan Matematika tanggal 28 Nopember
ity of scientific discourse.  Creativity Research 2008 di Universitas Negeri Yogyakarta.
Journal, 25(4), 361-368. Warli. (2010). Profil Kreativitas Siswa yang Bergaya Kog-
Lai, M. Y. (2013). Constructing Meanings of Mathemati- nitif Reflektif dam Siswa yang Bergaya Kognitif
cal Registers Using Metaphorical Reasoning and Impulsif dalam Memecahkan Masalah Geome-
Models. Mathematics Teacher Education and De- tri. (Disertasi Tidak Dipublikasikan). Universitas
velopment, 15(1), 29-47. Negeri Surabaya.
Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Be- Yuwono, I. (2010). Pendidikan Matematika 2. Jakarta:
lajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Universitas Terbuka

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai