Oleh :
Diajeng Rahma Saputri
16310061
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya kepada kita sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Profil Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Barisan dan Deret
” dengan lancar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat
membantu, membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan proposal
penelitian ini. Antara lain Drs. Sudargo, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I,
dan Dr. Aryo Andri Nugroho, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi II di
Program Studi Matematika Universitas PGRI Semarang. Semua pihak yang telah
membantu sehingga proposal penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Semoga
amal kebaikannya dicatat oleh Tuhan Yang Maha Esa dan diberikan balasan yang
berlipat ganda.
Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga proposal
penelitian ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Aamiin
Penulis menyadari betapa banyak kekurangan proposal penelitian yang
telah penulis susun ini. Maka penulis menerima kritik dan saran dari pembaca.
Semarang,2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
diajarkan di semua jenjang pendidikan dan matematika memiliki peran
penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir (Ajargenjang, 2018).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Matematika adalah “ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur oprasional
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Ganesha, 2014).
Matematika menurut (Ganesha, 2014) yang pertama adalah
matematika bukan sekedar aritmetika. Maksudnya, kurikulum matematika
terutama untuk sekolah dasar hanya dipandang sebagai kumpulan
keterampilan berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan. Kedua, matematika merupakan problem posing dan
problem solving. Dalam kegiatan Matematika, pada dasarnya anak akan
berhadapan dengan dua hal yakni masalah-masalah apa yang mungkin
muncul atau diajikan dari sejumlah fakta yang dihadapi (problem posing)
serta bagaimana menyelesaikan masalah tersebut (problem solving).
Ketiga, matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan. Dalam
aktifitas ini tercakup kegiatan memahami, membicarakan, membedakan,
mengelompokkan, serta menjelaskan pola baik berupa bilangan atau fakta-
fakta lain. Keempat, matematika merupakan bahasa. Sebagai bahasa,
Matematika menggunakan istilah serta simbol-simbol yang didefinisikan
secara tepat dan berhati-hati. Kelima, matematika merupakan cara dan alat
berpikir. Karena cara berpikir yang dikembangkan dalam Matematika
menggunakan kaidah-kaidah penalaran yang konsisten dan akurat, maka
Matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir yang sangat efektif
untuk memandang berbagai permasalahan termasuk di luar Matematika
sendiri. Keenam, matematika merupakan pengetahuan yang berkembang
secara dinamik. Perubahan pandangan ini telah berimplikasi pada
berubahnya aspek pedagogis dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada Matematika sebagai pemecahan masalah dan pengembangan
kemampuan berfikir matematika. Ketujuh, matematika merupakan
aktifitas (doing matematics). Aktifitas yang dikembangkan dalam
matematika dan proses pengembangan matematika dapat diawali dengan
aktivitas di luar dunia matematika yang akan bisa meningkatkan
kemampuan penalaran adaptasi siswa khususnya (Ganesha, 2014).
B. Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika materi barisan dan deret ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
Untuk mendeskripsikan profil kemampuan berpikir kritis matematika
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi barisan dan deret.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan informasi dan
bahan kajian untuk penelitian yang akan datang,dan diharapkan
mampu menjadi bahan evaluasi dan pengajaran khususnya materi
barisan dan deret.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa dapat dirinci sebagai berikut :
1) Menambah wawasan siswa tentang berpikir kritis dan
menerapkannya dalam pembelajaran khususnya matematika.
2) Menciptakan suasana baru yang menyenangkan yang mampu
membangkitkan semangat belajar siswa.
3) Meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
b. Manfaat bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru dapat dirinci sebagai berikut :
1) Meningkatkan wawasan guru mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
2) Meningkatkan kemampuan guru mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
3) Mempermudah guru untuk menentukan metode pembelajaran
yang sesuai untuk kualitas pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah sebagai berikut :
1) Sebagai umpan balik untuk memperbaiki kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran matematika.
2) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemajuan mata
pelajaran matematika.
E. Penegasan Istilah
Untuk mengatasi adanya kesalahpahaman akan maksud dan isi,
perlu adanya batasan atau penegasan dari istilah-istilah yang digunakan
dalam usulan penelitian ini. Berikut ini adalah batasan-batasan atau
penegasan-penegasan istilah yang ada pada usulan penelitian proposal :
1. Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir adalah kemampuan mengembangkan ide-ide,
memahami konsep, dan mencari jalan keluar dari suatu permasalahan.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu kemampuan berpikir dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi dalam segala persoalan.
3. Penyelesaian atau Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses yang mempunyai
banyak langkah untuk menyelesaikan suatu masalah matematika.
4. Materi Barisan dan Deret
Barisan adalah daftar urutan bilangan dari kiri ke kanan yang
mempunyai karakteristik atau pola tertentu. Setiap bilangan dalam
barisan merupakan suku dalam barisan.
Definisi deret adalah penjumlahan yang terdiri atas suku-suku barisan
bilangan yang tersusun secara berurutan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Definisi
Proses berpikir adalah proses yang dimulai dari penemuan
informasi (dari luar atau diri siswa), pengolahan, penyimpanan,
dan memanggil kembali informasi itu dari ingatan siswa
(Ambarawati, 2014). Proses berpikir adalah aktifitas yang terjadi
dalam otak manusia. Informasi dan data yang masuk diolah,
sehingga data dan informasi yang sudah ada di dalam perlu
penyesuaian bahkan perubahan atau proses ini sering disebut
dengan adaptasi (Widodo, 2012). Menurut (Muhammad Yani, M.
Ikhsan, 2016) berpikir adalah suatu proses yang dimulai dengan
menerima data, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan yang
selanjutnya diambil kembali dari ingatan saat dibutuhkan untuk
pengolahan selanjutnya. Berpikir kritis merupakan proses berpikir
yang menghasilkan konsep, gagasan, untuk menyelesaikan suatu
masalah. Sisworo mengungkapkan berpikir kritis adalah suatu
proses intelektual yang tertib dimana secara aktif dan terampil
mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi informasi yang diperoleh dengan cara observasi,
pengalaman, refleksi, menalar, atau mengkomunikasikan sebagai
petunjuk untuk apa-apa yang dipercaya dan apa yang harus
dilakukan. Berpikir kritis juga diartikan berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Sisworo & Dkk,
2016). Menurut Firdaus berpikir kritis merupakan proses berpikir
yang masuk akal dan reflektif yang beralasan dan difokuskan pada
penetapan apa yang dipercayai atau yang dilakukan (Firdaus et al.,
2019).
Ismaimuza mendefinisikan berpikir kritis adalah sesuatu yang
masuk akal, berpikir reflektif yang difokuskan pada apa keputusan
yang diyakini, dikerjakan, dan diperbuat. Dan ia juga
mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah menjelaskan apa
yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis berarti belajar
bagaimana bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya,
bagaimana nalarnya, kapan menggunakan penalaran, dan metode
penalaran apa yang dipakai (Ismaimuza, 2011).
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan merefleksikan
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar
tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang
berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasiinformasi yang
datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta berpikir
secara reflektif ketimbang hanya menerima ide-ide dari luar tanpa
adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan. Kemampuan
berpikir kritis matematis adalah kemampuan memecahkan
masalah, menganalisis,mengevaluasi,membandingk an sesuatu
dengan alasan yang baik, agar dapat mengambil keputusan yang
terbaik dalam memecahkan masalah matematika (Ajargenjang,
2018).
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli, kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengembangkan ide atau
gagasan-gagasan dalam menghadapi dan mencari jalan keluar dari
segala masalah atau persoalan yang dihadapi.
b. Langkah-langkah
Menurut (Fitriya et al., 2009) langkah-langkah berpikir kritis
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan masalah
2) Menentukan hasil yang dicari atau mampu menentukan apa
yang salah dan hasil yang diinginkan.
3) Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa alasan yang
mendukungnya.
4) Menentukan kesimpulan dari permasalahan tersebut.
d. Indikator
Indikator berpikir kritis (Firdaus et al., 2019) yang diturunkan dari
aktivitas kritis ada lima yaitu :
1) Melakukan klarifikasi dasar meliputi memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, dan menanyakan dan menjawab
pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan,
2) memberikan dasar untuk suatu keputusan meliputi menilai
kredibilitas sumber informasi, dan melakukan observasi dan
menilai laporan hasil observasi,
3) menyimpulkan meliputi membuat deduksi dan menilai hasil
deduksi, membuat kesimpulan, membuat penilaian,
4) melakukan klarifikasi lebih lanjut meliputi mendefinisikan dan
menilai definisi, dan mengidentifikasi asumsi,
5) melakukan dugaan dan keterpaduan meliputi menduga dan
memadukan.
b. Langkah-langkah
Menurut (Haryani, 2011) langkah pemecahan masalah matematika,
adalah sebagai berikut :
1) Memahami masalah
Dalam tahap ini, masalah harus benar-benar dipahami, seperti
mengetahui apa yang tidak diketahui, apa yang sudah
diketahui, apakah kondisi yang ada cukup atau tidak cukup
untuk menentukan yang tidak diketahui, adakah yang berlebih-
lebihan atau adakah yang bertentangan, menentukan suatu
gambaran masalah, menggunakan notasi yang sesuai.
2) Membuat rencana pemecahan masalah dan mencari hubungan
antara informasi yang ada dengan yang tidak diketahui.
Dalam membuat rencana ini seseorang dapat dibantu dengan
memperhatikan masalah yang dapat membantu jika suatu
hubungan tidak segera dapat diketahui sehingga akhirnya
diperoleh suatu rencana dari pemecahan.
3) Melaksanakan rencana
Pada tahap ini rencana dilaksanakan, periksa setiap langkah
sehingga dapat diketahui bahwa setiap langkah itu benar dan
dapat membuktikan setiap langkah benar.
4) Memeriksa kembali pemecahan yang telah didapatkan
Pada tahap ini dapat diajukan pertanyaan seperti : dapatkah
memeriksa hasil, dapatkah memeriksa alasan yang
dikemukakan, apakah diperoleh hasil yang berbeda, dapatkah
melihat sekilas pemecahannya, dapatkah menggunakan
pemecahan yang telah diperoleh atau metode yang sudah
digunakan untuk masalah lain yang sama.
Langkah pemecahan masalah matematika menurut (Sakti
Nirmalitasari, 2012) adalah :
1) Memahami masalah
2) Perencanaan penyelesaian
3) Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
4) Melihat kembali penyelesaian
c. Indikator
d. Strategi
Strategi yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah menurut
(Haryani, 2011) adalah :
1) Membuat Diagram
2) Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
3) Membuat table
4) Menemukan pola
5) Memecah tujuan
6) Memperhitungkan setiap kemungkinan
7) Berpikir logis
8) Bergerak dari belakang
9) Mengabaikan hal yang tidak mungkin
10) Mencoba-coba
B. Kerangka Konseptual
Hasil penelitian awal diperoleh siswa masih kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Masih banyak siswa yang belum bisa dan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika materi
barisan dan deret. (Fitriya et al., 2009) mendefinisikan seseorang berpikir
untuk membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat
keputusan, berpikir secara kreatif, dan memecahkan masalah untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa
hal positif berpikir kritis berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan memecahkan masalah secara kreatif dan berpikir logis
sehingga menghasilkan pertimbangan dan keputusan yang tepat
(Fakhriyah, 2014). Seorang guru guru perlu mengetahui profil kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis matematis
adalah kemampuan memecahkan
masalah,menganalisis,mengevaluasi,membandingkan sesuatu dengan
alasan yang baik, agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam
memecahkan masalah matematika (Ajargenjang, 2018). Perlu diketahui
profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika agar tercapainya tujuan pembelajaran. Hasil penelitian awal
diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa belum diketahui dan masih
banyak yang belum bisa menyelesaikan masalah matematika barisan dan
deret. Maka dari itu perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui profil
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika materi barisan dan deret. Peneliti meneliti dengan judul
Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika materi barisan dan deret? Menurut (Fitriya et al.,
2009) langkah-langkah berpikir kritis adalah menentukan masalah,
menentukan hasil yang dicari atau mampu menentukan apa yang salah dan
hasil yang diinginkan, Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa
alasan yang mendukungnya, Menentukan kesimpulan dari permasalahan
tersebut, Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa alasan yang
mendukungnya. Menurut (Ambarawati, 2014) terdapat beberapa indikator
kemampuan pemecahan masalah matematika adalah Pengenalan, analisis,
evaluasi dan alternatif Penyelesaian.
Hasil penelitian awal diperoleh (Fitriya et al., 2009) Dari hasil penelitian Seorang guru guru
siswa masih kurang aktif dalam mendefinisikan menyatakan bahwa hal positif perlu mengetahui
mengikuti kegiatan pembelajaran. seseorang berpikir untuk berpikir kritis berkaitan profil kemampuan
Masih banyak siswa yang belum membentuk konsep, dengan kemampuan berpikir kritis
menalar, berpikir secara mengidentifikasi, siswa dalam
bisa dan mengalami kesulitan dalam
kritis, membuat menganalisis, dan menyelesaikan
menyelesaikan masalah matematika
keputusan, berpikir memecahkan masalah secara masalah
materi barisan dan deret. kreatif dan berpikir logis matematika untuk
secara kreatif, dan
memecahkan masalah sehingga menghasilkan mencapai tujuan
untuk mencapai tujuan pertimbangan dan keputusan pembelajaran.
pembelajaran. yang tepat (Fakhriyah, 2014)
Tidak
Apakah calon subjek penelitian
memenuhi kriteria?
Ya
Selesai
Gambar 3.1 Penentuan Subjek Penelitian
Keterangan :
= mulai / selesai
= aktivitas
= hasil
= keputusan
= arah
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sejumlah peralatan pengumpulan data yang
dikaitkan, baik langsung maupun tidak langsung pada kerangka konseptual dan
permasalahan dalam penelitian kualitatif (Miles & Huberman, 2014:59). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen utama
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, memilih kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2018:222).
2. Instrumen Pendukung
a. Tes tertulis kemampuan berpikir kritis
Instrumen tes tertulis berupa soal uraian materi barisan dan deret kelas XI.
Sebelum soal digunakan, terlebih dahulu di validasi oleh 3 orang tenaga ahli,
yaitu dua Dosen Pendidikan Matematika di Universitas PGRI Semarang dan satu
Guru Matematika di SMA Negeri 2 Purbalingga. Jenis tes yang digunakan yaitu
berupa uraian tentang materi barisan dan deret. Siswa mengungkapkan
gagasannya melalui tulisan. Soal yang digunakan yaitu berjumlah 2 soal dengan
jenis yang sama kepada subjek penelitian dan soal yang digunakan adalah soal
yang memacu berpikir kritis materi barisan dan deret. Lembar soal tes ini
merupakan instrumen bantu berupa soal yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis.
Draf instrumen soal
a.
Kriteria yang
digunakan:
Revisi
1. Materi valid Tidak berdasarkan
2. Ketetapan Ya saran validator
menjawab
b. Pedoman Wawancara
Instrumen pedoman wawancara berisi butiran-butiran pertanyaan yang
dibuat peneliti guna membantu mengklarifikasi jawaban siswa pada tes
sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan dalam soal dikaitkan dengan tahapan berpikir
kritis dari Ennis. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur, yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Pedoman wawancara ini divalidasi oleh tiga
orang ahli pendidikan matematika yaitu dua dosen jurusan Pendidikan
Matematika Universitas PGRI Semarang dan satu guru Matematika SMA Negeri
2 Purbalingga.
Draf instrumen wawancara
Kriteria yang
digunakan: Validasi instrumen
oleh validator
1. Kejelasan
butir
pertanyaan
2. Pertanyaan Tidak
valid Revisi
mengarah berdasarkan
pada tujuan saran validator
penelitian. Ya
Instrumen siap
digunakan
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai aplikabilitas
hasil penelitian kualitatif oleh pihak pemakai pada setting sosial yang berbeda
dengan karakteristik yang hampir sama. Dalam penelitian ini, kriteria keteralihan
dipenuhi dengan memberikan deskripsi secara lengkap dan detail masing-masing
subjek; menyusun laporan secarabrinci, jelas, dan sistematik; kesesuaian teori dan
indikator penelitian; pemilihan subjek yang sesuai dengan teori; menggunakan
instrumen yang valid; mengumpulkan data yang sesuai dengan teori; melakukan
pengujian keabsahan data yang sesuai dengan teori; melakukan analisis data; dan
menyusun laporan secara jelas dan rinci.
3. Ketergantungan (dependability)
Ketergantungan merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai konsistensi
data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif dengan mengecek kehati-
hatian penulis selaku peneliti dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitian,
melaksanakan pengumpulan data, beserta penginterpretasiannya. Dengan asumsi
ketergantungan bahwa suatu penelitian merupakan representasi dari rangkaian
kegiatan pencermatan data, pencarian data, pengumpulan data yang dapat ditelusuri
jejaknya, maka perlu dilakukan uji terhadap data dengan informan sebagai
sumbernya dan teknik yang diambilnya apakah menunjukkan rasionalitas yang tinggi
atau tidak. Jika mampu menunjukkan rasionalitas yang tinggi, maka
dependabilitasnya juga relatif tinggi. Kesalahan yang sering dialami peneliti yaitu
karena keterbatasan pengalaman pengalaman, waktu dan pengetahuan. Untuk
memastikan kegiatan penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui pemeriksaan
kebergantungan oleh pemeriksa tidak terikat, yaitu dosen pembimbing.
4. Kepastian (confirmability)
Kepastian merupakan kriteria untuk menilai netralitas hasil penelitian kualitatif, data
yang diperoleh dapat dilacak kenetralitasannya dengan sumber informasi yang jelas.
Hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki derajat kepastian yang tinggi apabila
keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti, dan penelitian kualitatif dikatakan
memiliki konfirmabilita yang tinggi apabila hasil penelitian telah disepakati oleh
peneliti dan informan juga pemangku kepentingan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Sebelum pengambilan data, peneliti melakukan beberapa persiapan agar hasil yang
didapatkan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa persiapan yang
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Validasi instrumen penelitian kepada validator ahli
1) Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis merupakan instrumen untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada materi barisan dan
deret. Sebelum digunakan sebagai instrumen, terlebih dahulu di validasi untuk
menentukan instrumen layak digunakan. Tes kemampuan berpikir kritis yang
akan di validasi meliputi tiga aspek yaitu materi, konstruksi dan bahasa.
Validator dalam instrumen tes kemampuan berpikir kritis ini berjumlah tiga
orang yaitu dua Dosen Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang dan
satu guru matematika SMA Negeri 2 Purbalingga. Daftar nama validator dalam
penelitian ini terdapat dalam Tabel 4.1.
a) Subjek EP
Subjek EP telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek EP.
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek EP dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek EP menuliskan apa yang diketahui dan tetapi tidak
menyebutkan unsur ditanyakan pada soal dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek EP indikator focus.
P1 : “Tadi siang Elis sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
dst
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
dst
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
Pada indikator Focus, subjek LR dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek LR menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek LR indikator focus.
P1 : “Tadi siang Lusi sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang itu sebagai suku (n). Panjang kawat
terpendek adalah 1,5 meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5
meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek LR pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
P2 : “iya betul”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek ML dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek ML menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek ML indikator focus.
P1 : “Tadi siang Muti sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat mula-mula atau sebelum dipotong”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek DA tidak dapat menuliskan unsur yang diketahui
dan
ditanyakan pada soal.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek DA indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “Panjang kawat terpendek adalah 1,5 meter. Panjang kawat terpanjang
adalah 3,5 meter.”
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “sesuai yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
P2 : “coba berikan contoh kasus yang mirip dengan soal tersebut”
S2 : “tidak bisa kak”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek FT dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek FT menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada
soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
c) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek FT indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek RD dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek RD menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek RD indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek AN dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek AN menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek AN indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek MD dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek MD menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek MD indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek MD pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P3 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S3 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek R dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek R menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada
soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek R indikator focus.
P1 : “Tadi siang Rahmat sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang dalam barisan aritmatika. Panjang
kawat
terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
4. Triangulasi
a. Triangulasi Metode
Setelah diperoleh analisis tes dan wawancara subjek EP, LR, ML, DA, FT, RD, AN,
MD, dan R selanjutnya dilakukan perbandingan untuk mengetahui valid atau tidaknya
data yang diperoleh. Berikut adalah triangulasi Metode subjek EP, LR, ML, DA, FT,
RD, AN, MD, dan R.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, berikut pembahasan mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Subjek ED, LR, ML, FT, RD, AN, MD dan R pada indikator focus dapat memahami
permasalahan pada soal yang diberikan, subjek mampu menyebutkan unsur dari soal
yang diketahui dan ditanyakan secara lisan dan tertulis dengan lengkap dan jelas, hal
kecil seperti menulis satuan tidak dilupakan oleh subjek. Subjek mampu menjelaskan
informasi yang didapat dengan bahasanya sendiri. Dan subjek mampu mengidentifikasi
masalah dengan menuliskan informasi yang diperoleh dari soal dengan jelas dan lengkap.
Subjek DA belum memenuhi indikator focus karena belum bisa menyebutkan semua
informasi yang terdapat pada soal. Tetapi pada saat wawancara, subjek DA mampu
menyebutkan informasi dengan benar. Pada tahap reason, subjek ED, LR, MT, DA,
FT,RD, AN, MD, dan R mampu memberikan alasan-alasan yang relevan untuk
mendukung keputusan yang diambil. Subjek dapat menjelaskan langkah-langkah
penyelesaian dari soal yang diberikan. Pada tahap situation, subjek ED, LR, MT, DA,
FT,RD, AN, MD, dan R menggunakan semua informasi sesuai dengan permasalahan
yang diberikan. Pada indikator inference dan clarity, subjek ED, LR, MT, FT,RD, AN,
dan MD mampu menarik kesimpulan dengan tepat serta memberikan penjelasan dari
kesimpulan yang diambil. Tetapi subjek R dan DA belum memenuhi indikator inference
dan clarity. Kemudian pada indicator overview, meneliti atau mengecek kembali jawaban
dengan cara yang berbeda. Subjek ED, LR, FT, RD, AN, MD, DA dan R melakukan
pengecekan dengan cara mensubstitusikan kembali angka ke dalam rumus lalu meneliti
kembali jawaban dari awal, apabila ada yang salah/kurang segera subjek diperbaiki.
Tetapi subjek ML tidak melakukan pengecekan secara menyeluruh mulai dari awal
sampai akhir .
Temuan dalam penelitian ini memperkaya ciri kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika. Subjek EP mampu memenuhi indikator
focus, inference, situation, clarity,overview dan reason dengan baik. subjek LR mampu
memenuhi indikator focus, inference, situation, clarity,overview dan reason dengan baik,
Subjek ML mampu memenuhi indikator focus, reason, inference, situation, clarity
dengan baik , tetapi belum memenuhi indikator overview dengan cukup baik, Subjek DA
tidak mampu memenuhi indikator focus, clarity dan inference , tetapi mampu memenuhi
indikator reason, situation dengan baik. Subjek FT mampu memenuhi indikator focus,
reason, inference, situation, clarity dengan baik serta indikator overview dengan cukup
baik, Subjek RD mampu memenuhi indikator focus, reason, inference, situation, clarity
dengan baik serta indikator overview dengan cukup baik, Subjek AN mampu memenuhi
indikator focus, reason, inference, situation, clarity dengan baik serta indikator overview
dengan cukup baik, Subjek MD mampu memenuhi indikator focus, reason, inference,
situation, clarity dengan baik serta indikator overview dengan cukup baik, dan Subjek R
mampu memenuhi indikator focus, reason, situation dengan baik serta indikator overview
dengan cukup baik, tetapi belum memenuhi indikator inference dan clarity dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
matematika materi barisan dan deret adalah sebagai berikut:
Ada 7 subjek pada tiap kelas mampu memenuhi semua indikator dengan baik. Hanya saja
dalam hal menyampaikan di tes wawancara, ada siswa yang belum bisa mengungkapkan
pendapatnya secara kritis. Setelah di analisis, ada siswa yang belum memenuhi indicator
Focus dengan baik, akan tetapi mereka tidak mengalami kesulitan dalam memahami
permasalahan pada soal yang diberikan. Pada indicator Reason, siswa mampu memberikan
alasan-alasan yang mendukung atau menindak keputusan yang diambil dengan benar. Siswa
mampu memenuhi indicator Situation dengan baik, siswa sudah menggunakan semua
informasi yang sesuai dengan permasalahan. Pada indicator Inference, siswa mampu
membuat kesimpulan dan memilih reason (R) yang tepat untuk mendukung kesimpulan
yang dibuat dengan benar. Siswa mampu memenuhi indicator Clarity dengan baik, siswa
dapat memberikan penjelasan lebih lanjut dari kesimpulan yang diambil. Pada indicator
Overview, siswa cukup mampu dalam mengecek kembali secara menyeluruh mulai dari awal
sampai akhir.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti berkaitan dengan hasil penelitian adalah:
1. Kepada civitas akademika perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain hendaknya meneliti dengan ditinjau dari gaya kognitif,
kemampuan matematika, jenis kelamin, motivasi belajar, dan lain-lain.
3. Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta dapat
diterapkan dalam dunia pendidikan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Alhaddad, I. (2013). Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 2,
Oktober 2013 ISSN 2089-855X. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 57–
65.
Ambarawati, M. (2014). Profil Proses Berpikir Kritis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Surakarta
Dalam Memecahkan Masalah Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
( Spldv ) Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk dan Gender. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika, 2(9), 984–994.
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif.
Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.
Fitriya, A., Fajari, N., Kusmayadi, T. A., Iswahyudi, G., Magister, P., Matematika, P., Magister,
P., Matematika, P., Magister, P., & Matematika, P. (2009). PROFIL POSES BERPIKIR
KRITIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-INDEPENDENT DAN
GENDER Setiap individu adalah seorang pemikir kritis . Langkah-langkah proses berpikir
kritis untuk membantu sisw. 1, 639–648.
Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi. Jurnal Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang, 22(1), 109874.
Ismaimuza, D. (2011). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal
Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(kelas VIII), 11–20.
Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakag) di SMPn Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) di SMP. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166–175.
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i2.644
Muhammad Yani, M. Ikhsan, dan M. (2016). PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
BERDASARKANLANGKAH-LANGKAH POLYA Muhammad Yani , M . Ikhsan , dan
Marwan Program Studi Pendidikan Matematika , Universitas Syiah Kuala. Jurnal
Pendidikan Matematika, 10(1), 43–58.
Mulyadi, Riyadi, & Subanti, S. (2015). Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman’S Error Analysis (Nea)
Ditinjau Dari Kemampuan Spasial. Jurnal Elektronik Pembeljaran Matematika, 3(4), 370–
382. http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Mursidik, E. M., Samsiah, N., & Rudyanto, H. E. (2014). Analisis kemampuan berpikir kreatif
siswa sd dalam memecahkan masalah matematika. LPPM Vol. 2 No.1, 8–9.
Paranita, Dhita ; Fera, D. (2018). Jurnal Caksana-Pendidikan Anak Usia Dini Volume 1 No 2
Desember 2018. Jurnal Caksana-Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 172–187.
http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/PAUD/article/view/190/156
Ramalisa, Y. (2013). Proses Berpikir Kritis Siswa Sma Tipe Kepribadian Thinking Dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Edumatica, 03(01), 42–47.
Rositawati, D. N. (2019). Kajian Berpikir Kritis Pada Metode Inkuiri. Prosiding SNFA (Seminar
Nasional Fisika Dan Aplikasinya), 3, 74. https://doi.org/10.20961/prosidingsnfa.v3i0.28514
Subaidi, A. (2016). Self-Efficacy Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal ∑igma.
Universitas Madura, 1(2), 64–68. https://doi.org/10.0324/SIGMA.V1I2.68
Vendiagrys, L., & Junaedi, I. (2015). Unnes Journal of Mathematics Education Research
SETIPE TIMSS BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING Abstrak. Unnes Journal of Mathematics
Education Research, 4(1), 34–41.