Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM


MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI BARISAN
DAN DERET
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :
Diajeng Rahma Saputri
16310061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya kepada kita sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Profil Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Barisan dan Deret
” dengan lancar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat
membantu, membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan proposal
penelitian ini. Antara lain Drs. Sudargo, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I,
dan Dr. Aryo Andri Nugroho, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi II di
Program Studi Matematika Universitas PGRI Semarang. Semua pihak yang telah
membantu sehingga proposal penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Semoga
amal kebaikannya dicatat oleh Tuhan Yang Maha Esa dan diberikan balasan yang
berlipat ganda.
Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga proposal
penelitian ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Aamiin
Penulis menyadari betapa banyak kekurangan proposal penelitian yang
telah penulis susun ini. Maka penulis menerima kritik dan saran dari pembaca.

Semarang,2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
diajarkan di semua jenjang pendidikan dan matematika memiliki peran
penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir (Ajargenjang, 2018).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Matematika adalah “ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur oprasional
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Ganesha, 2014).
Matematika menurut (Ganesha, 2014) yang pertama adalah
matematika bukan sekedar aritmetika. Maksudnya, kurikulum matematika
terutama untuk sekolah dasar hanya dipandang sebagai kumpulan
keterampilan berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan. Kedua, matematika merupakan problem posing dan
problem solving. Dalam kegiatan Matematika, pada dasarnya anak akan
berhadapan dengan dua hal yakni masalah-masalah apa yang mungkin
muncul atau diajikan dari sejumlah fakta yang dihadapi (problem posing)
serta bagaimana menyelesaikan masalah tersebut (problem solving).
Ketiga, matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan. Dalam
aktifitas ini tercakup kegiatan memahami, membicarakan, membedakan,
mengelompokkan, serta menjelaskan pola baik berupa bilangan atau fakta-
fakta lain. Keempat, matematika merupakan bahasa. Sebagai bahasa,
Matematika menggunakan istilah serta simbol-simbol yang didefinisikan
secara tepat dan berhati-hati. Kelima, matematika merupakan cara dan alat
berpikir. Karena cara berpikir yang dikembangkan dalam Matematika
menggunakan kaidah-kaidah penalaran yang konsisten dan akurat, maka
Matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir yang sangat efektif
untuk memandang berbagai permasalahan termasuk di luar Matematika
sendiri. Keenam, matematika merupakan pengetahuan yang berkembang
secara dinamik. Perubahan pandangan ini telah berimplikasi pada
berubahnya aspek pedagogis dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada Matematika sebagai pemecahan masalah dan pengembangan
kemampuan berfikir matematika. Ketujuh, matematika merupakan
aktifitas (doing matematics). Aktifitas yang dikembangkan dalam
matematika dan proses pengembangan matematika dapat diawali dengan
aktivitas di luar dunia matematika yang akan bisa meningkatkan
kemampuan penalaran adaptasi siswa khususnya (Ganesha, 2014).

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang


mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu
lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Matematika
bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu
yang bermanfaat untuk sebagian amat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan
makna lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial
untuk ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi (Siagian, 2016).
Manfaat yang diperoleh dari pelajaran matematika diantaranya adalah
mampu menggunakan kemampuan berpikir dan bernalar dalam pemecahan
masalah, mampu mengkomunikasikan gagasan secara efektif, memiliki
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai matematika, seperti taat
azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, menghargai perbedaan
pendapat, teliti tanggung, kreatif, dan terbuka (Firdaus et al., 2019).
Berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi secara internal
dalam otak melibatkan manipulasi pengetahuan untuk menghasilkan
pengetahuan baru (Ambarawati, 2014). Proses berpikir adalah proses yang
dimulai dari penemuan informasi (dari luar atau diri siswa), pengolahan,
penyimpanan, dan memanggil kembali informasi itu dari ingatan siswa
(Ambarawati, 2014). Alhaddad memberi pengertian berpikir sebagai suatu
aktivitas mental dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan (Alhaddad,
2013). Menurut Fitriya seseorang berpikir untuk membentuk konsep,
menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir secara kreatif,
dan memecahkan masalah (Fitriya et al., 2009).
Ismaimuza mengungkapkan berpikir kritis adalah menjelaskan apa
yang dipikirkan dan merupakan sesuatu yang masuk akal, berpikir reflektif
yang difokuskan pada apa keputusan yang diyakini, dikerjakan, dan
diperbuat (Ismaimuza, 2011) . Kemampuan berpikir kritis berkaitan
dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan
masalah secara kreatif dan berpikir logis sehingga menghasilkan
pertimbangan dan keputusan yang tepat (Fakhriyah, 2014). Kemampuan
berpikir kritis siswa yang baik yaitu siswa tidak akan mudah menerima
sesuatu yang diterima begitu saja, tetapi siswa juga dapat
mempertanggung-jawabkan pendapatnya disertai dengan alasan yang logis
(Firdaus et al., 2019). Tidak semua orang yang mempunyai banyak
pengetahuan atau seseorang yang pandai mampu melakukan proses
berpikir kritis (Ramalisa, 2013). Landasan untuk berpikir kritis atau
keterampilan penting dalam pemikiran kritis adalah mengenal masalah,
menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-
masalah itu, mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan,
mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, dan
menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas. Selain itu juga
menganalisis data, menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan,
mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, menarik
kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan,
menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang diambil.
Dan yang terakhir adalah menyusun kembali pola-pola keyakinan
seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas kemudian membuat
penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam
kehidupan sehari-hari (Ramalisa, 2013). Indikator kemampuan berpikir
kritis antara lain Interpretation, analysis, evaluation, inference,
explanation, serta self regulation. (Sisworo & Dkk, 2016)
Haryani mengungkapkan pemecahan masalah matematika
merupakan suatu proses mental yang kompleks yang memerlukan
visualisasi, imajinasi, manipulasi, analisis, abstraksi, dan penyatuan ide
(Haryani, 2011). Kemampuan pemecahan masalah merupakan seperangkat
prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan
kemandirian dalam berpikir (Ganesha, 2014). Mawaddah dan Anisah
berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya
individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika
suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas (Mawaddah &
Anisah, 2015). Pemecahan masalah adalah proses yang kompleks meliputi
beberapa operasi kognitif seperti pengumpulan dan penyeleksian
informasi, strategi heuristik dan metakognisi (Anggo, 2011b) Dengan
demikian pemecahan masalah adalah proses berpikir individu secara
terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi
suatu masalah. Empat aspek kemampuan memecahkan masalah yaitu
memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana pemecahan masalah, dan melihat (mengecek) kembali (Mawaddah
& Anisah, 2015). Dalam proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa
dikondisikan untuk memiliki pengalaman menerapkan berbagai macam
strategi pemecahan masalah. Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah dan menjadi pemecah masalah yang
sukses menjadi tema penting dalam standar isi kurikulum pendidikan
matematika di Indonesia (Kurikulum 2006) dan standar pendidikan di
beberapa Negara (Anggo, 2011a).
Siswa dalam memecahkan suatu masalah, perlu ada beberapa
indikator-indikator dari kemampuan pemecahan masalah. Indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis adalah menunjukkan
pemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu
membuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuan
merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika, memilih dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi kemampuan
memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif cara penyelesaian
rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah tersebut dan mampu menjelaskan dan memeriksa
kebenaran jawaban yang diperoleh, meliputi kemampuan mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan perhitungan, kesalahan penggunaan rumus,
memeriksa kecocokan antara yang telah ditemukan dengan apa yang
ditanyakan, dan dapat menjelaskan kebenaran jawaban tersebut.
(Mawaddah & Anisah, 2015)
Jika dilihat pada realita saat ini, ketika peneliti melakukan
observasi di SMA Negeri 2 Purbalingga dengan cara diskusi peneliti
dengan Guru pengampu mata pelajaran Matematika kelas XI pada materi
barisan dan deret, siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purbalingga masih kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Masih banyak siswa yang
belum bisa dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
matematika materi barisan dan deret. Dan banyak siswa yang nilai hasil
ulangan pada materi barisan dan deret belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Melalui diskusi tersebut, guru mengungkapkan kembali tentang
pasifnya siswa dalam pembelajaran dan kurangnya kemampuan siswa
dalam menganalisis masalah-masalah matematika. Selain itu, secara umum
siswa lebih memilih untuk bertanya kepada temannya dibandingkan
dengan bertanya kepada guru. Guru juga mengungkapkan bahwa siswa
sangat tergantung dan terpaku dengan apa yang telah diberikan oleh guru.
Siswa tidak mampu menelaah sendiri konsep matematika yang diberikan
oleh guru serta belum mampu menerapkannya dalam menyelesaikan
masalah matematika yang bersifat konseptual. Terkait dengan materi
pembelajaran, guru yang bersangkutan mengemukakan bahwa salah satu
materi pembelajaran yang sulit dipahami oleh siswa adalah barisan dan
deret.
Melalui diskusi tersebut diketahui pula bahwa dalam pembelajaran
matematika, guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas . Selain itu, penekanan pembelajaran guru masih
didominasi oleh keterampilan manipulatif dan sistem evaluasinya juga
masih menekankan pada keterampilan berhitung saja. Buku referensi
matematika yang berbasis komputasi belum ada sehingga guru dalam
mengajarnya tidak pernah menvisualisasikan konsep matematika yang
diajarkan kepada siswa.
Guru mengungkapkan bahwa pada materi-materi pembelajaran yang
sifatnya abstrak, metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas perlu
digunakan dalam pembelajaran matematika di SMA Negeri 2 Purbalingga
khususnya kelas XI, karena melalui metode-metode pembelajaran tersebut
guru dapat dengan mudah menanamkan konsep matematika kepada siswa
dan waktu pembelajaran sangat efisien sehingga target yang ditetapkan
juga tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil diskusi di atas, diduga bahwa metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi salah satu penyebab
kurangnya partisipasi sebagian besar siswa dalam pembelajaran serta
kurangnya kemampuan siswa untuk mandiri dalam menyelesaikan
masalah-masalah matematika khususnya yang membutuhkan kemampuan
analisis, karena memang melalui metode-metode pembelajaran seperti ini,
siswa kurang dikondisikan untuk mandiri dan secara aktif dalam mengolah
dan memahami materi yang dipelajari.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti dan guru perlu
mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaiakan
masalah matematika barisan dan deret untuk tercapainya tujuan
pembelajaran.
Dari latar belakang diatas, penulis berniat untuk melakukan
penelitian dengan judul “Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Barisan dan Deret”. Dengan
penelitian ini, diharapkan mampu menjadi solusi atau menambah
informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah matematika kelas XI.

B. Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika materi barisan dan deret ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
Untuk mendeskripsikan profil kemampuan berpikir kritis matematika
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi barisan dan deret.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan informasi dan
bahan kajian untuk penelitian yang akan datang,dan diharapkan
mampu menjadi bahan evaluasi dan pengajaran khususnya materi
barisan dan deret.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa dapat dirinci sebagai berikut :
1) Menambah wawasan siswa tentang berpikir kritis dan
menerapkannya dalam pembelajaran khususnya matematika.
2) Menciptakan suasana baru yang menyenangkan yang mampu
membangkitkan semangat belajar siswa.
3) Meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
b. Manfaat bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru dapat dirinci sebagai berikut :
1) Meningkatkan wawasan guru mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
2) Meningkatkan kemampuan guru mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
3) Mempermudah guru untuk menentukan metode pembelajaran
yang sesuai untuk kualitas pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah sebagai berikut :
1) Sebagai umpan balik untuk memperbaiki kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran matematika.
2) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemajuan mata
pelajaran matematika.

d. Manfaat bagi peneliti


Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat mengembangkan
ilmu yang diperoleh dalam penelitian ilmiah dan memperoleh
pengalaman secara langsung mengenai penerapan pembelajaran
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika.

E. Penegasan Istilah
Untuk mengatasi adanya kesalahpahaman akan maksud dan isi,
perlu adanya batasan atau penegasan dari istilah-istilah yang digunakan
dalam usulan penelitian ini. Berikut ini adalah batasan-batasan atau
penegasan-penegasan istilah yang ada pada usulan penelitian proposal :
1. Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir adalah kemampuan mengembangkan ide-ide,
memahami konsep, dan mencari jalan keluar dari suatu permasalahan.
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu kemampuan berpikir dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi dalam segala persoalan.
3. Penyelesaian atau Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses yang mempunyai
banyak langkah untuk menyelesaikan suatu masalah matematika.
4. Materi Barisan dan Deret
Barisan adalah daftar urutan bilangan dari kiri ke kanan yang
mempunyai karakteristik atau pola tertentu. Setiap bilangan dalam
barisan merupakan suku dalam barisan.
Definisi deret adalah penjumlahan yang terdiri atas suku-suku barisan
bilangan yang tersusun secara berurutan.

BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Definisi
Proses berpikir adalah proses yang dimulai dari penemuan
informasi (dari luar atau diri siswa), pengolahan, penyimpanan,
dan memanggil kembali informasi itu dari ingatan siswa
(Ambarawati, 2014). Proses berpikir adalah aktifitas yang terjadi
dalam otak manusia. Informasi dan data yang masuk diolah,
sehingga data dan informasi yang sudah ada di dalam perlu
penyesuaian bahkan perubahan atau proses ini sering disebut
dengan adaptasi (Widodo, 2012). Menurut (Muhammad Yani, M.
Ikhsan, 2016) berpikir adalah suatu proses yang dimulai dengan
menerima data, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan yang
selanjutnya diambil kembali dari ingatan saat dibutuhkan untuk
pengolahan selanjutnya. Berpikir kritis merupakan proses berpikir
yang menghasilkan konsep, gagasan, untuk menyelesaikan suatu
masalah. Sisworo mengungkapkan berpikir kritis adalah suatu
proses intelektual yang tertib dimana secara aktif dan terampil
mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi informasi yang diperoleh dengan cara observasi,
pengalaman, refleksi, menalar, atau mengkomunikasikan sebagai
petunjuk untuk apa-apa yang dipercaya dan apa yang harus
dilakukan. Berpikir kritis juga diartikan berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Sisworo & Dkk,
2016). Menurut Firdaus berpikir kritis merupakan proses berpikir
yang masuk akal dan reflektif yang beralasan dan difokuskan pada
penetapan apa yang dipercayai atau yang dilakukan (Firdaus et al.,
2019).
Ismaimuza mendefinisikan berpikir kritis adalah sesuatu yang
masuk akal, berpikir reflektif yang difokuskan pada apa keputusan
yang diyakini, dikerjakan, dan diperbuat. Dan ia juga
mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah menjelaskan apa
yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis berarti belajar
bagaimana bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya,
bagaimana nalarnya, kapan menggunakan penalaran, dan metode
penalaran apa yang dipakai (Ismaimuza, 2011).
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan merefleksikan
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar
tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang
berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasiinformasi yang
datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta berpikir
secara reflektif ketimbang hanya menerima ide-ide dari luar tanpa
adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan. Kemampuan
berpikir kritis matematis adalah kemampuan memecahkan
masalah, menganalisis,mengevaluasi,membandingk an sesuatu
dengan alasan yang baik, agar dapat mengambil keputusan yang
terbaik dalam memecahkan masalah matematika (Ajargenjang,
2018).
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli, kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengembangkan ide atau
gagasan-gagasan dalam menghadapi dan mencari jalan keluar dari
segala masalah atau persoalan yang dihadapi.

b. Langkah-langkah
Menurut (Fitriya et al., 2009) langkah-langkah berpikir kritis
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan masalah
2) Menentukan hasil yang dicari atau mampu menentukan apa
yang salah dan hasil yang diinginkan.
3) Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa alasan yang
mendukungnya.
4) Menentukan kesimpulan dari permasalahan tersebut.

Langkah-langkah berpikir kritis menurut (Rositawati, 2019)


adalah sebagai berikut :
1) Mengenali masalah Identifikasi terhadap masalah adalah
langkah pertama yang sangat penting.
2) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.
Pengetahuan luas dan informasi penting terkait masalah sangat
dibutuhkan untuk menilai sesuatu secara tepat dan akurat.
3) Mengevaluasi data, fakta, serta pernyataan-pernyataan.
4) Mengenali asumsi-asumsi.
5) Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban.
6) Menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas.
7) Menemukan cara-cara untuk menangani masalah. Temukan
cara-cara kreatif untuk menangani masalah.
8) Menarik kesimpulan/pendapat dari isu atau persoalan yang
dibahas.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah


berpikir kritis menurut Fitriya, karena sesuai dengan analisis yang
sudah dilakukan maka dalam meneliti profil kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi
barisan dan deret menggunakan langkah-langkah yaitu dengan
menentukan masalah terlebih dahulu, lalu menentukan hasil yang
dicari. Setelah itu mencari solusi dari permasalahan tersebut, dan
menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.
c. Karakteristik
Karakteristik berpikir kritis (Fitriya et al., 2009) adalah sebagai
berikut :
1) Konseptualisasi
2) Rasional dan beralasan
3) Reflektif
4) Pemahaman suatu sikap dan
5) Kemandirian berpikir

Fitriya berpendapat lain karakteristik berpikir kritis adalah sebagai


berikut :
1) konseptualisasi yaitu membentuk suatu konsep atau pemikiran-
pemikiran dalam melihat suatu objek, kejadian atau
permasalahan.
2) Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisis informasi
atau aspek suatu permasalahan.
3) Mengidentifikasi materi yang diperlukan dalam merumuskan
langkah-langkah atau solusi.
4) Rasional yaitu memberi argumen berdasarkan analisis dan
fakta- fakta nyata.
5) Reflektif yaitu mengambil keputusan tidak berdasarkan asumsi,
tetapi menganalisis berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan
kejadian.
6) Pemahaman suatu sikap yaitu menguji apakah sesuatu itu lebih
baik atau lebih buruk, dengan menjawab pertanyaan mangapa
dan bagaimana bisa begitu.
7) Mampu membuat kesimpulan yang valid.

d. Indikator
Indikator berpikir kritis (Firdaus et al., 2019) yang diturunkan dari
aktivitas kritis ada lima yaitu :
1) Melakukan klarifikasi dasar meliputi memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, dan menanyakan dan menjawab
pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan,
2) memberikan dasar untuk suatu keputusan meliputi menilai
kredibilitas sumber informasi, dan melakukan observasi dan
menilai laporan hasil observasi,
3) menyimpulkan meliputi membuat deduksi dan menilai hasil
deduksi, membuat kesimpulan, membuat penilaian,
4) melakukan klarifikasi lebih lanjut meliputi mendefinisikan dan
menilai definisi, dan mengidentifikasi asumsi,
5) melakukan dugaan dan keterpaduan meliputi menduga dan
memadukan.

Menurut (Haryani, 2011) terdapat enam indikator kemampuan


berpikir kritis, yaitu :
1) Interpretasi, yaitu kemampuan memahami, menjelaskan, dan
memberi makna data atau informasi,
2) Analisis, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan
dari informasi-informasi yang dipergunakan untuk
mengekspresikan pemikiran atau pendapat,
3) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menguji kebenaran dari
informasi yang digunakan dalam mengekspresikan pemikiran
atau pendapat,
4) Inferensi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat
suatu kesimpulan yang masuk akal,
5) Eksplanasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan atau
menyatakan hasil pemikiran berdasarkan bukti, metodologi,
dan konteks,
6) Regulasi diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur
berpikirnya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator yang


dikemukakan oleh Firdaus yang diturunkan dari aktifitas kritis
karena sesuai dengan analisis yang sudah dilakukan maka dalam
mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika materi barisan dan deret
menggunakan indikator yang memiliki tujuan siswa dapat
memberikan argumen , merinci informasi, dan membenarkan
suatu argumen sehingga argumen tersebut dapat dipercaya.
e. Komponen
Komponen pemikiran kritis (Fitriya et al., 2009), meliputi :
1) Basic operation of reasoning, untuk berpikir secara kritis,
seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menggeneralisai, menarik kesimpulan deduktif, dan
merumuskan langkahlangkah yang logis.
2) Domain spesific knowledge, dalam menghadapi suatu masalah,
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau
kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi,
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan
dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
3) Metacognitive knowledge, pemikiran kritis yang efektif
mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba
untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia
memerlukan informasi baru, dan mereka reka bagaimana ia
dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari
informasi tersebut.
4) Values, beliefs and dispositions, berpikir secara kritis berarti
melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada
semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar
mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi
yang persisten dan reflektif ketika berpikir.

2. Pemecahan Masalah Matematika


a. Definisi
Pemecahan masalah menurut Haryani merupakan tahapan
pemikiran yang berada pada tingkat tertinggi diantara 8 (delapan) tipe
belajar. Kedelapan tipe belajar itu adalah belajar sinyal, belajar
stimulus respon, belajar rangkaian, belajar assosiasi verbal, belajar
diskriminasi, belajar konsep, belajar aturan, dan belajar pemecahan
masalah. Haryani mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan
inti dari matematika karena memerlukan kemampuan berpikir kritis
(Haryani, 2011)
Pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu respon terhadap
pertanyaan dimana pertanyaan tersebut belum diketahui metode
pemecahannya. Nirmalita mengartikan pemecahan masalah sebagai
suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai
(Sakti Nirmalitasari, 2012).
Pemecahan masalah merupakan fokus dari matematika sekolah,
oleh karena itu penting untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah siswa sejak dini (Vendiagrys & Junaedi, 2015).
Kemampuan pemecahan masalah merupakan seperangkat prosedur
atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkkan
kemandirian dalam berpikir (Fakhriyah, 2014). Pemecahan masalah
dalam matematika menurut Ambarawati adalah proses secara
kompleks untuk mengkoordinasi secara spesifik atau umum dari
pengetahuan yang dimiliki. Suatu pemecahan masalah dilihat sesuai
proses yang melibatkan visualisasi, asosiasi, abstraksi, pemahaman,
manipulasi, penalaran, analisis, sintesis, generalisasi, dan
mengkoordinasi hal-hal tersebut (Ambarawati, 2014).
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara
langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar untuk suatu
masalah yang spesifik. Mawaddah berpendapat bahwa pemecahan
masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau
mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode
jawaban belum tampak jelas. Dengan demikian pemecahan masalah
adalah proses berpikir individu secara terarah untuk menentukan apa
yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu masalah (Mawaddah &
Anisah, 2015).

Mawaddah (Mawaddah & Anisah, 2015) menyebutkan empat


aspek kemampuan memecahkan masalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah Pada aspek memahami masalah melibatkan
pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta,
menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat
formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang tertulis,
bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali
dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan
seksama.
2) Membuat rencana pemecahan masalah Rencana solusi dibangun
dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang
harus dijawab. Dalam proses pembelajaran pemecahan masalah,
siswa dikondisikan untuk memiliki pengalaman menerapkan
berbagai macam strategi pemecahan masalah.
3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah Untuk mencari solusi
yang tepat, rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan
hatihati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara seksama
sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. Jika muncul
ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus
ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
4) Melihat (mengecek) kembali Selama melakukan pengecekan,
solusi masalah harus dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok
terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah


merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

b. Langkah-langkah
Menurut (Haryani, 2011) langkah pemecahan masalah matematika,
adalah sebagai berikut :
1) Memahami masalah
Dalam tahap ini, masalah harus benar-benar dipahami, seperti
mengetahui apa yang tidak diketahui, apa yang sudah
diketahui, apakah kondisi yang ada cukup atau tidak cukup
untuk menentukan yang tidak diketahui, adakah yang berlebih-
lebihan atau adakah yang bertentangan, menentukan suatu
gambaran masalah, menggunakan notasi yang sesuai.
2) Membuat rencana pemecahan masalah dan mencari hubungan
antara informasi yang ada dengan yang tidak diketahui.
Dalam membuat rencana ini seseorang dapat dibantu dengan
memperhatikan masalah yang dapat membantu jika suatu
hubungan tidak segera dapat diketahui sehingga akhirnya
diperoleh suatu rencana dari pemecahan.
3) Melaksanakan rencana
Pada tahap ini rencana dilaksanakan, periksa setiap langkah
sehingga dapat diketahui bahwa setiap langkah itu benar dan
dapat membuktikan setiap langkah benar.
4) Memeriksa kembali pemecahan yang telah didapatkan
Pada tahap ini dapat diajukan pertanyaan seperti : dapatkah
memeriksa hasil, dapatkah memeriksa alasan yang
dikemukakan, apakah diperoleh hasil yang berbeda, dapatkah
melihat sekilas pemecahannya, dapatkah menggunakan
pemecahan yang telah diperoleh atau metode yang sudah
digunakan untuk masalah lain yang sama.
Langkah pemecahan masalah matematika menurut (Sakti
Nirmalitasari, 2012) adalah :
1) Memahami masalah
2) Perencanaan penyelesaian
3) Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
4) Melihat kembali penyelesaian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah


pemecahan masalah menurut Haryani karena sesuai dengan
penelitian saya dalam mengetahui profil kemampuan berpikir kritis
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika barisan dan deret
diperlukan langkah pemecahan masalah yaitu dengan memahami
suatu masalah, membuat rencana pemecahan masalah dan mencari
hubungan antara informasi yang ada dengan yang tidak diketahui,
melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali pemecahan yang
telah di dapatkan.

c. Indikator

Menurut (Ambarawati, 2014) terdapat beberapa indikator


kemampuan pemecahan masalah matematika :
1) Pengenalan
2) Analisis
3) Evaluasi
4) Alternatif Penyelesaian

Menurut (Mawaddah & Anisah, 2015) indikator kemampuan


pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:
1) Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan
kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi
kemampuan merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam
matematika.
3) Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah,
meliputi kemampuan memunculkan berbagai kemungkinan
atau alternatif cara penyelesaian rumus-rumus atau
pengetahuan mana yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah tersebut.
4) Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang
diperoleh, meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan perhitungan, kesalahan penggunaan rumus,
memeriksa kecocokan antara yang telah ditemukan dengan apa
yang ditanyakan, dan dapat menjelaskan kebenaran jawaban
tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator
pemecahan masalah matematis yang dikemukakan oleh
Mawaddah, karena indikator tersebut lebih lengkap dan
kompleks sehingga mudah untuk dipahami.

d. Strategi
Strategi yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah menurut
(Haryani, 2011) adalah :
1) Membuat Diagram
2) Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
3) Membuat table
4) Menemukan pola
5) Memecah tujuan
6) Memperhitungkan setiap kemungkinan
7) Berpikir logis
8) Bergerak dari belakang
9) Mengabaikan hal yang tidak mungkin
10) Mencoba-coba

Strategi lain dalam penyelesaian masalah matematika (Kelas et al.,


n.d.) adalah sebagai berikut :
1) membuat suatu tabel,
2) membuat gambar,
3) menduga, mengetes dan memperbaiki,
4) mencari pola,
5) menyatakan kembali permasalahan,
6) menggunakan penalaran,
7) menggunakan variabel,
8) menggunakan persamaan,
9) mencoba menyederhanakan permasalahan,
10) menghilangkan sesuatu yang tidak mungkin,
11) bekerja mundur,
12) menyusun kerangka ,
13) menggunakan algoritma,
14) menggunakan penalaran tidak langsung,
15) menggunakan sifat-sifat bilangan,
16) menggunakan kasus atau membagi menjadi bagian-bagian,
17) memvaliditasi semua kemungkinan,
18) menggunakan rumus,
19) menyelesaikan masalah yang ekuivalen,
20) menggunakan simetri dan
21) menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru.

e. Faktor yang Mempengaruhi


Faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam pemecahan
masalah menurut (Subaidi, 2016) :

1) Pengalaman awal, yaitu pengalaman terhadap tugas-tugas


menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman awal
seperti ketakutan (phobia) terhadap matematika dapat
menghambat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
2) Latar belakang matematika yaitu kemampuan siswa terhadap
konsepkonsep matematika yang berbedabeda tingkatnya dapat
memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah
3) Keinginan dan motivasi yaitu dorongan yang kuat dari dalam
diri(internal), seperti menumbuhkan keyakinan saya “bisa”
maupun eksternal, seperti diberikan soal-soal yang
menarik,menantang, kontekstual dapat mempengaruhi hasil
pemecahan masalah.

B. Kerangka Konseptual
Hasil penelitian awal diperoleh siswa masih kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Masih banyak siswa yang belum bisa dan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika materi
barisan dan deret. (Fitriya et al., 2009) mendefinisikan seseorang berpikir
untuk membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat
keputusan, berpikir secara kreatif, dan memecahkan masalah untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa
hal positif berpikir kritis berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan memecahkan masalah secara kreatif dan berpikir logis
sehingga menghasilkan pertimbangan dan keputusan yang tepat
(Fakhriyah, 2014). Seorang guru guru perlu mengetahui profil kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis matematis
adalah kemampuan memecahkan
masalah,menganalisis,mengevaluasi,membandingkan sesuatu dengan
alasan yang baik, agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam
memecahkan masalah matematika (Ajargenjang, 2018). Perlu diketahui
profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika agar tercapainya tujuan pembelajaran. Hasil penelitian awal
diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa belum diketahui dan masih
banyak yang belum bisa menyelesaikan masalah matematika barisan dan
deret. Maka dari itu perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui profil
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika materi barisan dan deret. Peneliti meneliti dengan judul
Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika materi barisan dan deret? Menurut (Fitriya et al.,
2009) langkah-langkah berpikir kritis adalah menentukan masalah,
menentukan hasil yang dicari atau mampu menentukan apa yang salah dan
hasil yang diinginkan, Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa
alasan yang mendukungnya, Menentukan kesimpulan dari permasalahan
tersebut, Menentukan solusi apa saja yang mungkin dan apa alasan yang
mendukungnya. Menurut (Ambarawati, 2014) terdapat beberapa indikator
kemampuan pemecahan masalah matematika adalah Pengenalan, analisis,
evaluasi dan alternatif Penyelesaian.
Hasil penelitian awal diperoleh (Fitriya et al., 2009) Dari hasil penelitian Seorang guru guru
siswa masih kurang aktif dalam mendefinisikan menyatakan bahwa hal positif perlu mengetahui
mengikuti kegiatan pembelajaran. seseorang berpikir untuk berpikir kritis berkaitan profil kemampuan
Masih banyak siswa yang belum membentuk konsep, dengan kemampuan berpikir kritis
menalar, berpikir secara mengidentifikasi, siswa dalam
bisa dan mengalami kesulitan dalam
kritis, membuat menganalisis, dan menyelesaikan
menyelesaikan masalah matematika
keputusan, berpikir memecahkan masalah secara masalah
materi barisan dan deret. kreatif dan berpikir logis matematika untuk
secara kreatif, dan
memecahkan masalah sehingga menghasilkan mencapai tujuan
untuk mencapai tujuan pertimbangan dan keputusan pembelajaran.
pembelajaran. yang tepat (Fakhriyah, 2014)

Kemampuan berpikir kritis matematis


Perlu diketahui profil Hasil penelitian awal Perlu diteliti lebih
adalah kemampuan memecahkan
kemampuan berpikir kritis diperoleh kemampuan lanjut untuk
masalah,menganalisis,mengevaluasi,
siswa dalam berpikir kritis siswa mengetahui profil
membandingkan sesuatu dengan
menyelesaikan masalah belum diketahui dan
alasan yang baik, agar dapat kemampuan berpikir
matematika agar masih banyak yang
mengambil keputusan yang terbaik kritis siswa dalam
tercapainya tujuan belum bisa
dalam memecahkan masalah menyelesaikan
pembelajaran. menyelesaikan masalah
matematika (Ajargenjang, 2018). masalah matematika
matematika barisan dan
deret materi barisan dan
deret

Bagaimana profil Menurut (Fitriya et al., 2009) langkah-langkah


kemampuan berpikir kritis adalah menentukan masalah, Menurut (Ambarawati, 2014) terdapat
berpikir kritis menentukan hasil yang dicari atau mampu beberapa indikator kemampuan pemecahan
siswa dalam menentukan apa yang salah dan hasil yang masalah matematika adalah Pengenalan,
menyelesaikan diinginkan, Menentukan solusi apa saja yang analisis, evaluasi dan alternatif Penyelesaian
masalah mungkin dan apa alasan yang mendukungnya,
matematika materi
Menentukan kesimpulan dari permasalahan
barisan dan deret?
tersebut, Menentukan solusi apa saja yang mungkin
dan apa alasan yang mendukungnya.
1) Menentukan kesimpulan dari
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas XI SMA Negeri 2 Purbalingga Jalan Raya Pucung


Rumbak, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga. Sasaran dari penelitian ini
adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Purbalingga, Kecamatan Purbalingga, Jawa
Tengah.
B. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Purbalingga. Berikut adalah jadwal penelitian


yang dilakukan di SMA Negeri 2 Purbalingga :
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
No Hari, tanggal Kegiatan Keterangan
1. Menemui guru validasi instrumen dan
matematika konsultasi pelaksanaan
penelitian
2. Tes tertulis
Wawancara
Analisis

C. Penentuan subjek penelitian


Mulai

Pengambilan data calon subjek dengan kelas random sesuai


pilihan guru mata pelajaran

Kelas A Kelas B Kelas C

Tes kemampuan Tes kemampuan Tes kemampuan


berpikir kritis berpikir kritis berpikir kritis
matematika matematika matematika

Observasi Observasi Observasi

Pilih minimal 1 subjek Pilih minimal 1 subjek Pilih minimal 1 subjek

Tidak
Apakah calon subjek penelitian
memenuhi kriteria?

Pilih subjek yang memenuhi kriteria :


1. Memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda
2. Bersedia memberikan informasi

Ya

Selesai
Gambar 3.1 Penentuan Subjek Penelitian
Keterangan :
= mulai / selesai

= aktivitas

= hasil

= keputusan
= arah

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sejumlah peralatan pengumpulan data yang
dikaitkan, baik langsung maupun tidak langsung pada kerangka konseptual dan
permasalahan dalam penelitian kualitatif (Miles & Huberman, 2014:59). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen utama
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, memilih kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2018:222).
2. Instrumen Pendukung
a. Tes tertulis kemampuan berpikir kritis
Instrumen tes tertulis berupa soal uraian materi barisan dan deret kelas XI.
Sebelum soal digunakan, terlebih dahulu di validasi oleh 3 orang tenaga ahli,
yaitu dua Dosen Pendidikan Matematika di Universitas PGRI Semarang dan satu
Guru Matematika di SMA Negeri 2 Purbalingga. Jenis tes yang digunakan yaitu
berupa uraian tentang materi barisan dan deret. Siswa mengungkapkan
gagasannya melalui tulisan. Soal yang digunakan yaitu berjumlah 2 soal dengan
jenis yang sama kepada subjek penelitian dan soal yang digunakan adalah soal
yang memacu berpikir kritis materi barisan dan deret. Lembar soal tes ini
merupakan instrumen bantu berupa soal yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis.
Draf instrumen soal

Validasi instrumen oleh validator

a.
Kriteria yang
digunakan:
Revisi
1. Materi valid Tidak berdasarkan
2. Ketetapan Ya saran validator
menjawab

Instrumen siap digunakan

Gambar 3.2 Alur Pengembangan Instrumen Tes

b. Pedoman Wawancara
Instrumen pedoman wawancara berisi butiran-butiran pertanyaan yang
dibuat peneliti guna membantu mengklarifikasi jawaban siswa pada tes
sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan dalam soal dikaitkan dengan tahapan berpikir
kritis dari Ennis. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur, yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Pedoman wawancara ini divalidasi oleh tiga
orang ahli pendidikan matematika yaitu dua dosen jurusan Pendidikan
Matematika Universitas PGRI Semarang dan satu guru Matematika SMA Negeri
2 Purbalingga.
Draf instrumen wawancara

Kriteria yang
digunakan: Validasi instrumen
oleh validator
1. Kejelasan
butir
pertanyaan
2. Pertanyaan Tidak
valid Revisi
mengarah berdasarkan
pada tujuan saran validator
penelitian. Ya
Instrumen siap
digunakan

Gambar 3.3 Alur Pengembangan Instrumen Wawancara

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tes Tertulis
Dalam penelitian ini tes tertulis digunakan untuk mengetahui profil
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah materi barisan dan
deret siswa kelas XI. Untuk memperoleh data tes tertulis, peneliti memberikan soal
uraian kepada subjek yang sudah dipilih peneliti secara acak.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan tes kemampuan berpikir kritis untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam. Dengan melakukan wawancara peneliti akan
lebih mudah memperoleh keterangan yang lebih mendalam tentang subjek mengenai
bagaimana siswa dalam berpikir kritis matematika. Siswa di wawancara mengenai
penyelesaian masalah matematika materi barisan dan deret, lalu peneliti menganalisis
jawaban dari wawancara tersebut. Materi wawancara dalam penelitian ini adalah
tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah materi
barisan dan deret.
3. Dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif . Dokumentasi digunakan agar hasil dari suatu
penelitian lebih kredibel atau dapat dipercaya . Agar tidak ada informasi yang
terlewatkan dan data yang diperoleh terjamin keabsahannya, maka dalam kegiatan
proses pelaksanaan penelitian harus di dokumentasikan. Dokumen dalam penelitian ini
yaitu mendokumentasikan proses dan hasil penelitian terhadap siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Purbalingga.
F. Teknik Analisis Data
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga
hipotesis dapat dikembangkan dan di evaluasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan selama proses pengambilan data, yaitu dapat dilakukan sejak pengumpulan
data pertama saat di lapangan dan berakhir pada waktu penyusunan laporan penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dari Miles dan
Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh (Mulyadi et al., 2015)
Langkah-langkah analisis data kualitatif Miles dan Huberman adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu mengumpulan data dari hasil tes tertulis kemampuan
berpikir kritis, wawancara dengan subjek penelitian, dan dokumentasi yang dilakukan
dengan cara merekam kegiatan penelitian tersebut. Pengumpulan data ini akan
dilakukan peneliti pada saat penelitian berlangsung dengan menggunakan strategi
pengumpulan data yang di pandang tepat serta untuk pendalaman data pada saat
proses pengumpulan data berikutnya.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Mursidik et al., 2014). Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus dalam hal-hal yang
penting, serta di cari tema dan polanya sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti.
Reduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti
untuk mencari dan mengumpulkan data selanjutnya. Kemudian peneliti akan
memusatkan perhatian, menggolongkan dan mengorganisasi data sehingga bisa ditarik
interprestasi.
Jika data tersebut sudah direduksi, maka akan memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang hasil pengamatan yang sudah diperoleh. Kegiatan ini akan
mempermudah peneliti dalam proses pengumpulan data berikutnya.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalah mendisplaykan data atau
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori (Mursidik et al., 2014). Penyajian data
digunakan untuk menyusun sekumpulan data atau informasi yang telah diperoleh di
lapangan dengan menyajikan data secara jelas, rinci, dan sistematis.
Penyajian data pada penelitian ini merupakan penyajian data hasil tes kemampuan
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Peneliti menyajikan
data dalam penelitian ini menggunakan uraian singkat yang di deskripsikan oleh
peneliti dalam bentuk naratif dan menyajikan data dalam bentuk tabel untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh. Pada tahapan ini
kegiatan yang dilakukan adalah menyajikan temuan penelitian dari hal-hal penting
dalam penelitian berupa kemampuan berpikir kritis siswa serta aspek-aspek pada
faktor yang mempengaruhi berpikir kritis.
4. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Mursidik adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. (Mursidik et al., 2014). Kesimpulan awal yang di
kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti diharapkan mampu menjawab rumusan
masalah penelitian ini dan menjadi temuan baru berupa deskripsi tentang Profil
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Materi Barisan dan Deret.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Agar tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis data, diperlukan teknik
pemeriksaan untuk keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah merujuk pada derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Paranita,
Dhita ; Fera, 2018) .
Teknik keabsahan data menurut (Paranita, Dhita ; Fera, 2018) dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kepercayaan (Credibility)
Kepercayaan merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kebenaran data
yang dikumpulkan yang menggambarkan kecocokan konsep penulis dengan hasil
penelitian kualitatif. Penulis selaku peneliti dituntut untuk mampu merancang fokus
penelitian, menetapkan dan memilih informan, melaksanakan metode pengumpulan
data, menganalisis dan menginterpretasi serta melaporkan hasil penelitian yang
semua itu perlu menunjukkan tingkat kepercayaan tertentu, sehingga dapat disajikan
data secara lengkap lagi apa adanya. Data hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh
informan dan pembaca.
a. Triangulasi
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis data, diperlukan teknik
pemeriksaan untuk keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi. Triangulasi
merupakan metode sintesa data terhadap kebenarannya dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang lain atau berbagai paradigm triangulasi
(Bachri, 2010). Menurut Mursidik, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Mursidik et al., 2014)
Terkait dengan pemeriksaan data, triangulasi berarti suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal-hal (data) lain
untuk pengecekan atau perbandingan data. Hal-hal lain yang dipakai untuk
pengecekan dan perbandingan data itu adalah sumber, metode, peneliti, dan
teori. Dalam penelitian kualitatif dikenal empat jenis teknik triangulasi yaitu
triangulasi sumber (data triangulation), triangulasi peneliti (investigator
triangulation), triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan
triangulasi teoretis (theoritical triangulation). (Hadi, 2016)
Triangulasi yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu
yang berarti membandingkan dan memeriksa derajat balik kepercayaan
sesuatu yang didapatkan melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Triangulasi waktu dapat peneliti capai dengan tes kemampuan
berpikir kritis siswa dengan hasil wawancara pertama dan kedua.
b. Perpanjangan pengamatan
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan subjek penelitian dengan cara
merekam dengan menggunakan alat perekam. Kemudian hasil rekaman
diputar ulang dan dicermati, sehingga memperoleh data yang lengkap.
c. Diskusi
Diskusi dengan teman sejawat dilakukan terkait dengan hasil tes kemampuan
berpikir kritis dan hasil wawancara . Diskusi dilakukan baik secara formal
maupun informal seperti pada seminar nasional atau internasional.
d. Memeriksa cakupan referensi dilakukan dengan cara membaca berbagai
literatur dan hasil penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai aplikabilitas
hasil penelitian kualitatif oleh pihak pemakai pada setting sosial yang berbeda
dengan karakteristik yang hampir sama. Dalam penelitian ini, kriteria keteralihan
dipenuhi dengan memberikan deskripsi secara lengkap dan detail masing-masing
subjek; menyusun laporan secarabrinci, jelas, dan sistematik; kesesuaian teori dan
indikator penelitian; pemilihan subjek yang sesuai dengan teori; menggunakan
instrumen yang valid; mengumpulkan data yang sesuai dengan teori; melakukan
pengujian keabsahan data yang sesuai dengan teori; melakukan analisis data; dan
menyusun laporan secara jelas dan rinci.
3. Ketergantungan (dependability)
Ketergantungan merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai konsistensi
data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif dengan mengecek kehati-
hatian penulis selaku peneliti dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitian,
melaksanakan pengumpulan data, beserta penginterpretasiannya. Dengan asumsi
ketergantungan bahwa suatu penelitian merupakan representasi dari rangkaian
kegiatan pencermatan data, pencarian data, pengumpulan data yang dapat ditelusuri
jejaknya, maka perlu dilakukan uji terhadap data dengan informan sebagai
sumbernya dan teknik yang diambilnya apakah menunjukkan rasionalitas yang tinggi
atau tidak. Jika mampu menunjukkan rasionalitas yang tinggi, maka
dependabilitasnya juga relatif tinggi. Kesalahan yang sering dialami peneliti yaitu
karena keterbatasan pengalaman pengalaman, waktu dan pengetahuan. Untuk
memastikan kegiatan penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui pemeriksaan
kebergantungan oleh pemeriksa tidak terikat, yaitu dosen pembimbing.
4. Kepastian (confirmability)
Kepastian merupakan kriteria untuk menilai netralitas hasil penelitian kualitatif, data
yang diperoleh dapat dilacak kenetralitasannya dengan sumber informasi yang jelas.
Hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki derajat kepastian yang tinggi apabila
keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti, dan penelitian kualitatif dikatakan
memiliki konfirmabilita yang tinggi apabila hasil penelitian telah disepakati oleh
peneliti dan informan juga pemangku kepentingan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Sebelum pengambilan data, peneliti melakukan beberapa persiapan agar hasil yang
didapatkan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa persiapan yang
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Validasi instrumen penelitian kepada validator ahli
1) Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis merupakan instrumen untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada materi barisan dan
deret. Sebelum digunakan sebagai instrumen, terlebih dahulu di validasi untuk
menentukan instrumen layak digunakan. Tes kemampuan berpikir kritis yang
akan di validasi meliputi tiga aspek yaitu materi, konstruksi dan bahasa.
Validator dalam instrumen tes kemampuan berpikir kritis ini berjumlah tiga
orang yaitu dua Dosen Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang dan
satu guru matematika SMA Negeri 2 Purbalingga. Daftar nama validator dalam
penelitian ini terdapat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Nama Validator Tes Kemampuan Berpikir Kritis


Matematis
No Nama Validator Instansi
1. Irkham Ulil Albab, S.Pd., Universitas PGRI Semarang
M.Pd.
2. Ali Shodiqin, S.Si., M.Si. Universitas PGRI Semarang
3. Nashirotun Khasanah, SMA Negeri 2 Purbalingga
S.Pd.
Berdasarkan validasi yang dilakukan oleh ketiga validator, Instrumen Tes
kemampuan berpikir kritis siswa dinyatakan layak digunakan.
2) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan setelah melakukan tes kemampuan
Berpikir Kritis. Pedoman wawancara di validasi dari segi kriteria tujuan
wawancara dan kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan kemampuan
berpikir kritis. Validator dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu dua
Dosen Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang dan satu guru
matematika SMA Negeri 2 Purbalingga. Daftar nama validator dalam penelitian
ini terdapat dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Daftar Nama Validator Pedoman Wawancara


No Nama Validator Instansi
1. Irkham Ulil Albab, S.Pd., Universitas PGRI Semarang
M.Pd.
2. Ali Shodiqin, S.Si., M.Si. Universitas PGRI Semarang
3. Nashirotun Khasanah, SMA Negeri 2 Purbalingga
S.Pd.

Berdasarkan hasil validasi dari ketiga validator, pedoman wawancara


kemampuan berpikir ktitis sudah mengarah ke wawancara yang mendalam,
sehingga pedoman wawancara layak digunakan.
b. Koordinasi dan perijinan penelitian
Mengenai masalah perijinan, sebelumnya peneliti mengajukan ijin kepada pihak
sekolah dengan menyerahkan beberapa berkas diantaranya:
1) Proposal skripsi kepada pihak sekolah yang sudah disetujui oleh dosen
pembimbing
2) Surat ijin penelitian dari Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan
Alam dan Teknologi Informasi Universitas PGRI Semarang
3) Surat ijin penelitian dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Kabupaten
Banjarnegara
Selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata
pelajaran Matematika Kelas XI SMA Negeri 2 Purbalingga terkait jadwal mengajar
dan rencana jadwal penelitian.

c. Menyusun rencana jadwal penelitian


Setelah mendapatkan izin melaksanakan penelitian dari kepala SMA Negeri 2
Purbalingga, selanjutnya peneliti melakukan diskusi bersama guru mata pelajaran
Matematika kelas XI SMA Negeri 2 Purbalingga yaitu Ibu Nashirotun Khasanah,
S.Pd. mengenai beberapa hal diantaranya:
1) Jadwal mengajar di kelas yang diampu Ibu Nashirotun Khasanah, S.Pd.
2) Menyusun rencana jadwal penelitian
d. Menentukan Subjek
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas kelas XI SMA Negeri 2
Purbalingga tahun pelajaran 2020/2021. Berdasarkan pemilihan kelas secara
random dan hasil diskusi dengan guru Matematika kelas XI SMA Negeri 2
Purbalingga, subjek untuk penelitian dipilih 3 kelas yaitu kelas XI MIPA 1, kelas
XI MIPA 2, dan kelas XI MIPA 4 dengan diambil 3 siswa secara acak pada tiap
kelas. Dikarenakan masih dalam situasi pandemic Covid-19, maka pembelajaran
dilakukan secara daring. Setelah menentukan subjek penelitian, kemudian siswa
kelas XI MIPA 1, kelas XI MIPA 2, dan kelas XI MIPA 4 secara bergantian diberi
tes tertulis kemampuan berpikir kritis sesuai jadwal pelajaran masing-masing kelas
dan kemudian dilanjutkan wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-13 November 2020 di SMA Negeri 2
Purbalingga. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan konsultasi ke guru matematika
pada tanggal 9 November 2020. Keesokan harinya yaitu pada tanggal 11 November
2020 dilanjutkan tes tertulis kemampuan berpikir kritis melalui media whatsapp di
kelas XI MIPA 1, kemudian dilanjutkan wawancara. Pada tanggal 12 November 2020
dilanjutkan tes kemampuan berpikir kritis melalui media whatsapp di kelas XI MIPA
4, kemudian dilanjutkan wawancara. Lalu pada tanggal 13 November 2020 dilanjutkan
tes kemampuan berpikir kritis melalui media whatsapp di kelas XI MIPA 2, kemudian
dilanjutkan wawancara.
Berikut merupakan penjelasan pelaksanaan penelitian yang telah dilaksanakan:
a. Tes Kemampuan Berpikir kritis
Peneliti melaksanakan tes tertulis kemampuan berpikir kritis pada 3 kelas secara
bergantian sesuai jadwal mata pelajaran matematika pada masing-masing kelas. Ter
tersebut dilakukan secara daring melalui media whatsapp. Tes pertama di kelas XI
MIPA 1 pada tanggal 11 November 2020 diikuti oleh tiga siswa yang menjadi
subjek penelitian yaitu EP, LR, dan ML. Lalu tes kedua di kelas XI MIPA 4 pada
tanggal 12 November 2020 diikuti oleh tiga siswa yang menjadi subjek penelitian
yaitu DA, FT, dan RD. Lalu tes yang terakhir di kelas XI MIPA 4 pada tanggal 13
November 2020 diikuti oleh tiga siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu AN,
MD, dan R. Tes dilakukan secara individu dengan sifat closed book. Instrumen soal
yang digunakan terdiri dari satu buah soal uraian.

Tabel 4.3 Daftar Nama Subjek Penelitian


N NAMA SISWA KODE KELAS
O SISWA
1. Elisa Prihandarini EP XI MIPA 1
2. Lusi Rahmawati LR XI MIPA 1
3. Mutiarani Larasati ML XI MIPA 1
4. Diva Ayuna DA XI MIPA 4
5. Febri Tri FT XI MIPA 4
6. Revalia Dewi RD XI MIPA 4
7. Anita Nurliana AN XI MIPA 2
8. Mutiara Dea MD XI MIPA 2
9. Rahman R XI MIPA 2
b. Wawancara
Setelah melaksanakan tes tertulis kemampuan berpikir kritis , dilanjutkan
kegiatan wawancara terhadap subjek penelitian secara daring dengan menggunakan
media video call WhatsApp yaitu secara bergantian pada tanggal 11-13 November
2020. Wawancara dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan
subjek penelitian dan guru matematika kelas XI SMA Negeri 2 Purbalingga.
Wawancara dilaksanakan di rumah masing-masing melalui video call WhatsApp
secara bergantian, hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan
pengetahuan masing-masing subjek.
3. Analisi Data Hasil Penelitian

a) Subjek EP
Subjek EP telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek EP.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil tes Tertulis Subjek EP indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek EP dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek EP menuliskan apa yang diketahui dan tetapi tidak
menyebutkan unsur ditanyakan pada soal dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek EP indikator focus.
P1 : “Tadi siang Elis sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
dst

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek EP pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek EP Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek EP dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian


dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga
dst

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek EP mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek EP dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek EP menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis
Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek EP Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek EP sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek EP


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek EP Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek EP mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek EP pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek EP


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek EP juga memberikan argumen yang
logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek EP Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek EP mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat .

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek EP


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6)Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek EP melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek EP pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek EP


merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
b) Subjek LR
Subjek LR telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek LR.
1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil ter Tertulis Subjek LR indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek LR dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek LR menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek LR indikator focus.
P1 : “Tadi siang Lusi sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang itu sebagai suku (n). Panjang kawat
terpendek adalah 1,5 meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5
meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek LR pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek LR Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek LR dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian


dengan tepat dan lengkap.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek LR pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “bisa dengan mengurutkan terlebih dahulu dari suku pertama hingga suku
terakhir sesuai barisan aritmatika”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek LR mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek LR dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek LR menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek LR Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek LR sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek LR pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan semua informasi sesuai dengan
permasalahan untuk mencari panjang kawat mula-mula atau sebelum
dipotong”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek LR


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek LR Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek LR mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek LR pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah dapat dicari dengan rumus
deret
aritmatika jika U1 (a) diketahui dan Un (suku akhir) diketahui.”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek LR


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek LR juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek LR Indikator Clarity


Pada indikator inference, subjek LR mampu menggunakan penjelasan lebih
lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek LR pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
P2 : “iya betul”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek LR


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek LR melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek LR pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek LR


merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
c) Subjek ML
Subjek ML telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek ML.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil tes Tertulis Subjek ML indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek ML dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek ML menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.

b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek ML indikator focus.
P1 : “Tadi siang Muti sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat mula-mula atau sebelum dipotong”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek ML pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek ML Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek ML dapat menuliskan langkah-langkah


penyelesaian dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek ML mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek ML dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek ML menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek ML Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek ML sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek ML


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis
Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek ML Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek ML mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek ML pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek ML


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek ML juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek ML Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek ML mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat .

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek ML


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek ML melakukan pengecekan dengan cara melihat
jawaban kembali.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek ML pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melihat jawaban kembali”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek ML


merasa yakin dengan jawabannya karena melihat jawabannya.
d) Subjek DA
Subjek DA telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek DA.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator Focus, subjek DA tidak dapat menuliskan unsur yang diketahui
dan
ditanyakan pada soal.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek DA indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “Panjang kawat terpendek adalah 1,5 meter. Panjang kawat terpanjang
adalah 3,5 meter.”
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek DA pada indikator focus tidak


dapat menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan kurang lengkap. Tetapi subjek tidak
lupa menyebutkan satuan yang digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek DA Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek DA dapat menuliskan langkah-langkah


penyelesaian dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “sesuai yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek DA mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek DA dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek EP menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek DA Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek DA sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek DA


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis
Hasil tes tertulis pada indikator inference, subjek DA tidak membuat
kesimpulan dari hasil pekerjaan.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek DA pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek DA


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek DA juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis
Hasil tes tertulis pada indikator inference, subjek DA tidak menulis
menggunakan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”
P2 : “coba berikan contoh kasus yang mirip dengan soal tersebut”
S2 : “tidak bisa kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek DA


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat. Subjek tidak dapat memberikan contoh kasus yang serupa dengan soal yang
telah dikerjakan dengan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek DA melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek DA pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dikumpulkan kak”
Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek DA
merasa yakin dengan jawabannya.
e) Subjek FT
Subjek FT telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek FT.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil ter Tertulis Subjek FT indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek FT dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek FT menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada
soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
c) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek FT indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek FT pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
Jadi, berdasarkan tes tertulis dan wawancara subjek FT pada indikator focus
adalah subjek mampu memahami permasalahan pada soal yang diberikan baik secara
tertulis maupun secara lisan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek FT Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek FT dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian


dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek FT mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek FT dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek FT menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek FT Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek FT sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek FT


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek FT Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek FT mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek FT pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek FT


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek FT juga memberikan argumen yang
logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis
Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek FT Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek FT mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek FT


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek FT melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek FT pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”
Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek FT
merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
f) Subjek RD
Subjek RD telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek RD.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil tes Tertulis Subjek RD indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek RD dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek RD menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.

b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek RD indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”
Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek RD pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek RD Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek RD dapat menuliskan langkah-langkah


penyelesaian dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek RD mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek RD dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek RD menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek RD Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek RD sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek RD


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek RD Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek RD mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek RD pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter
berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek RD
mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek RD juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis
Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek RD Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek RD mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat .

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek RD


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek RD melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek RD pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”
Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek RD
merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
g) Subjek AN
Subjek AN telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek AN.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil tes Tertulis Subjek AN indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek AN dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek AN menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.

b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek AN indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Keterangan :
P1 = Pertanyaan Pertama
S1 = Jawaban pertama
P2 = Pertanyaan kedua
S2 = Jawaban kedua
P3 = Pertanyaan ketiga
S3 = Jawaban ketiga

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek AN pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek AN Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek AN dapat menuliskan langkah-langkah


penyelesaian dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek AN mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek AN dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek AN menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek AN Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek AN sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek AN


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek AN Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek AN mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek AN pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek AN


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek AN juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek AN Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek AN mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek AN


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat. Subjek juga dapat memberikan contoh kasus yang serupa dengan soal yang
telah dikerjakan dengan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek AN melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek AN pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek AN


merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
h) Subjek MD
Subjek MD telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek MD.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil tes Tertulis Subjek MD indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek MD dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek MD menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.

b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek MD indikator focus.
P1 : “Tadi siang sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang. Panjang kawat terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek MD pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek MD Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek MD dapat menuliskan langkah-langkah


penyelesaian dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek MD pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P3 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S3 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek MD mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek MD dapat memberikan
argumen mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal
tersebut. subjek MD menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat
sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek MD Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek MD sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek MD pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek MD


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis
Gambar 4.7 hasil tes tertulis subjek MD Indikator Inference

Pada indikator inference, subjek MD mampu menarik kesimpulan dari hasil


pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat. Subjek juga dapat memberikan alasan yang
mendukung kesimpulan dibuat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek MD pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek MD


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek MD juga memberikan argumen
yang logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.8 hasil tes tertulis subjek MD Indikator Clarity

Pada indikator inference, subjek MD mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat .
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek MD pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek MD


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat..
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek MD melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek MD pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “melakukan pengecekan ulang dengan mensubstitusi angka ke dalam
rumus.”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek MD


merasa yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan mensubstitusi
angka ke dalam rumus.
i) Subjek R
Subjek R telah diberikan tes tertulis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara
akan dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis yang
nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut merupakan hasil
penelitian dari subjek R.

1) Indikator Focus
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.4 Hasil ter Tertulis Subjek R indikator Focus

Pada indikator Focus, subjek R dapat menuliskan unsur yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Subjek R menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada
soal dengan tepat, Subjek juga menuliskan semua satuan dengan lengkap.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek R indikator focus.
P1 : “Tadi siang Rahmat sudah mengikuti tes tertulis materi
Barisan dan deret ya ?”
S1 : “iya kak”
P2 : “setelah membaca soal tersebut, informasi apa saja yang
kamu dapatkan?”
S2 : “dari soal tersebut saya dapat informasi bahwa ada seutas kawat dipotong
menjadi 5 bagian sama panjang dalam barisan aritmatika. Panjang
kawat
terpendek adalah 1,5
meter. Panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter.
P3 : “Lalu apa yang ditanyakan?”
S3 : “panjang kawat sebelum dipotong”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek R pada indikator focus dapat


menyebutkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap.
Subjek juga menyajikan pernyataan secara lisan dengan baik dan jelas menggunakan
bahasa atau kalimat sendiri. Subjek juga tidak lupa menyebutkan satuan yang
digunakan.
2) Indikator Reason
a) Hasil tes tertulis

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek R Indikator Reason

Pada indikator reason, subjek R dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian


dengan tepat dan lengkap.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator reason.
P1 : “konsep atau rumus apakah yang kamu gunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut? Coba jelaskan!”
S1 : “saya menggunakan rumus jumlah barisan dan deret aritmatika kak, Rumus
1
nya adalah Sn= n (a+Un)
2
P2 : “mengapa kamu menggunakan konsep/rumus tersebut?”
S2 : “karena kalau mau mencari panjang kawat sebelum dipotong, maka
menggunakan rumus jumlah barisan aritmatika dengan mensubstitusi
panjang kawat terpendek dan terpanjang ke dalam rumus”
P3 : “Terus konsep/rumus apalagi? Apa cuma rumus jumlah?”
S3 : “tidak ada kak”
P4 : “mengapa kamu menggunakan satuan m untuk panjang kawat sebelum
dipotong ?”
S4 : “karena satuan yang diketahui dalam soal adalah meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, subjek R mampu memberikan alasan


berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiaplangkah dalam membuat keputusan
maupun kesimpulan. Pada petikan pernyataan subjek R dapat memberikan argumen
mengenai rumus/konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. subjek
R menggunakan rumus jumlah untuk mengetahui panjang kawat sebelum dipotong.
3) Indikator situation
a) Hasil Tes Tertulis

Gambar 4.6 hasil tes tertulis subjek R Indikator Situation

Pada Indikator situation, subjek R sudah menggunakan semua informasi yang


sesuai dengan permasalahan dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator situation.
P1 : “apakah kamu sudah menggunakan semua informasi yang
sesuai dengan permasalahan? Coba jelaskan!”
S1 : “sudah kak, saya menggunakan banyaknya bagian kawat yang dipotong,
panjang kawat terpendek, dan panjang kawat terpanjang untuk
menghitung
panjang kawat sebelum dipotong kak”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator situation, subjek R


menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan dengan benar.
Yaitu kawat terpendek, jumlah bagian kawat yang dipotong, dan kawat yang
terpanjang.
4) Indikator Inference
a) Hasil tes tertulis
Pada indikator inference, subjek R tidak mampu menarik kesimpulan dari hasil
pekerjaan yang telah dibuat dengan tepat.
b) Hasil wawancara
Berikut adalah hasil wawancara subjek R pada indikator inference.
P1 : “kesimpulan apa yang kamu buat dari hasil pekerjaanmu
tadi?”
S1 : “panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5 meter”

berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator inference, subjek R


mampu menarik kesimpulan secara logis. Subjek R juga memberikan argumen yang
logis untuk mendukung kesimpulan yang telah dibuat.
5) Indikator Clarity
a) Hasil Tes Tertulis

Pada indikator inference, subjek R tidak mampu menggunakan penjelasan lebih


lanjut mengenai kesimpulan yang sudah dibuat.

b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator clarity.
P1 : “bagaimana kamu menentukan panjang kawat sebelum dipotong adalah 12,5
meter?”
S1 : “ karena banyaknya potongan kawat ada 5, dan panjang kawat terpendek
adalah 1,5 meter, panjang kawat terpanjang adalah 3,5 meter”

Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator clarity, subjek R


memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kesimpulan yang dibuat dengan benar
dan tepat.
6) Indikator Overview
a) Hasil Tes Tertulis
Pada indikator overview, subjek R melakukan pengecekan dengan cara
mengecek kembali jawaban dengan cara substitusi angka ke dalam rumus.
b) Hasil Wawancara
Berikut adalah wawancara subjek R pada indikator overview.
P1 : “jika kamu telah selesai mengerjakan soal tersebut, apa
yang kamu lakukan?”
S1 : “Dicek kak”
P2 : “bagaimana cara kamu melakukan pengecekan terhadap
jawaban yang kamu anggap benar?”
S2 : “menghitung kembali dan mensubstitusi kembali ke dalam rumus”
Berdasarkan transkip wawancara diatas, pada indikator overview, subjek R merasa
yakin dengan jawabannya karena telah di cek kembali dengan menghitung kembali
dan mensubstitusi angka ke dalam rumus.

4. Triangulasi
a. Triangulasi Metode
Setelah diperoleh analisis tes dan wawancara subjek EP, LR, ML, DA, FT, RD, AN,
MD, dan R selanjutnya dilakukan perbandingan untuk mengetahui valid atau tidaknya
data yang diperoleh. Berikut adalah triangulasi Metode subjek EP, LR, ML, DA, FT,
RD, AN, MD, dan R.

Tabel 4.1 Triangulasi Metode


Subje Tes Tertulis Hasil Wawancara Kesimpulan
k
EP Subjek mampu Subjek mampu Subjek EP mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, inference, situation, inference, situation, inference,
clarity dan claritydan mampu clarity dan mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. overview. overview.
LR Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, inference, situation, inference, situation, inference,
clarity dan clarity dan clarity dan
overview. overview. overview.
ML Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, cukup focus, cukup focus, cukup mampu
mampu memenuhi mampu memenuhi memenuhi indicator
indicator reason, indicator reason, reason, mampu
mampu memenuhi mampu memenuhi memenuhi indicator
indicator situation, indicator situation, situation, inference,
inference, clarity, inference, clarity, clarity, dan tidak
dan tidak mampu dan tidak mampu mampu memenuhi
memenuhi indicator memenuhi indicator indicator overview.
overview. overview.
DA Subjek tidak Subjek mampu Subjek belum
mampu memenuhi memenuhi indicator mampu memenuhi
indicator focus, focus, cukup indicator focus,
clarity, dan mampu memenuhi clarity, dan
inference, cukup indicator reason, inference, cukup
mampu memenuhi mampu memenuhi mampu memenuhi
indicator reason, indicator situation, indicator reason,
mampu memenuhi inference, clarity, mampu memenuhi
indicator situation, dan mampu indicator situation,
dan mampu memenuhi indicator dan mampu
memenuhi indicator overview. memenuhi indicator
overview. overview.
FT Subjek cukup Subjek cukup Subjek cukup
mampu memenuhi mampu memenuhi mampu memenuhi
indicator focus, indicator focus, indicator focus,
cukup mampu mampu memenuhi mampu memenuhi
memenuhi indicator indicator reason, indicator reason,
reason, mampu mampu memenuhi mampu memenuhi
memenuhi indicator indicator situation, indicator situation,
situation, inference, inference, clarity, inference, clarity,
clarity, dan mampu dan mampu dan mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. overview. overview.
RD Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, inference, situation, inference, situation, inference,
clarity dan clarity dan clarity dan
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. overview.. overview.
AN Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, inference, situation, inference, situation, inference,
clarity dan clarity dan clarity dan
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. overview. overview.
MD Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, inference, situation, inference, situation, inference,
clarity dan clarity dan clarity dan
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. overview. overview.
R Subjek mampu Subjek mampu Subjek mampu
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
focus, reason, focus, reason, focus, reason,
situation, dan situation, dan situation, dan
memenuhi indicator memenuhi indicator memenuhi indicator
overview. Tetapi overview. overview. Tetapi
subjek belum subjek belum
ammpu memenuhi ammpu memenuhi
indikator clarity dan indikator clarity dan
inference. inference.
5. Interpretasi

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, berikut pembahasan mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Subjek ED, LR, ML, FT, RD, AN, MD dan R pada indikator focus dapat memahami
permasalahan pada soal yang diberikan, subjek mampu menyebutkan unsur dari soal
yang diketahui dan ditanyakan secara lisan dan tertulis dengan lengkap dan jelas, hal
kecil seperti menulis satuan tidak dilupakan oleh subjek. Subjek mampu menjelaskan
informasi yang didapat dengan bahasanya sendiri. Dan subjek mampu mengidentifikasi
masalah dengan menuliskan informasi yang diperoleh dari soal dengan jelas dan lengkap.
Subjek DA belum memenuhi indikator focus karena belum bisa menyebutkan semua
informasi yang terdapat pada soal. Tetapi pada saat wawancara, subjek DA mampu
menyebutkan informasi dengan benar. Pada tahap reason, subjek ED, LR, MT, DA,
FT,RD, AN, MD, dan R mampu memberikan alasan-alasan yang relevan untuk
mendukung keputusan yang diambil. Subjek dapat menjelaskan langkah-langkah
penyelesaian dari soal yang diberikan. Pada tahap situation, subjek ED, LR, MT, DA,
FT,RD, AN, MD, dan R menggunakan semua informasi sesuai dengan permasalahan
yang diberikan. Pada indikator inference dan clarity, subjek ED, LR, MT, FT,RD, AN,
dan MD mampu menarik kesimpulan dengan tepat serta memberikan penjelasan dari
kesimpulan yang diambil. Tetapi subjek R dan DA belum memenuhi indikator inference
dan clarity. Kemudian pada indicator overview, meneliti atau mengecek kembali jawaban
dengan cara yang berbeda. Subjek ED, LR, FT, RD, AN, MD, DA dan R melakukan
pengecekan dengan cara mensubstitusikan kembali angka ke dalam rumus lalu meneliti
kembali jawaban dari awal, apabila ada yang salah/kurang segera subjek diperbaiki.
Tetapi subjek ML tidak melakukan pengecekan secara menyeluruh mulai dari awal
sampai akhir .
Temuan dalam penelitian ini memperkaya ciri kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika. Subjek EP mampu memenuhi indikator
focus, inference, situation, clarity,overview dan reason dengan baik. subjek LR mampu
memenuhi indikator focus, inference, situation, clarity,overview dan reason dengan baik,
Subjek ML mampu memenuhi indikator focus, reason, inference, situation, clarity
dengan baik , tetapi belum memenuhi indikator overview dengan cukup baik, Subjek DA
tidak mampu memenuhi indikator focus, clarity dan inference , tetapi mampu memenuhi
indikator reason, situation dengan baik. Subjek FT mampu memenuhi indikator focus,
reason, inference, situation, clarity dengan baik serta indikator overview dengan cukup
baik, Subjek RD mampu memenuhi indikator focus, reason, inference, situation, clarity
dengan baik serta indikator overview dengan cukup baik, Subjek AN mampu memenuhi
indikator focus, reason, inference, situation, clarity dengan baik serta indikator overview
dengan cukup baik, Subjek MD mampu memenuhi indikator focus, reason, inference,
situation, clarity dengan baik serta indikator overview dengan cukup baik, dan Subjek R
mampu memenuhi indikator focus, reason, situation dengan baik serta indikator overview
dengan cukup baik, tetapi belum memenuhi indikator inference dan clarity dengan baik.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
matematika materi barisan dan deret adalah sebagai berikut:
Ada 7 subjek pada tiap kelas mampu memenuhi semua indikator dengan baik. Hanya saja
dalam hal menyampaikan di tes wawancara, ada siswa yang belum bisa mengungkapkan
pendapatnya secara kritis. Setelah di analisis, ada siswa yang belum memenuhi indicator
Focus dengan baik, akan tetapi mereka tidak mengalami kesulitan dalam memahami
permasalahan pada soal yang diberikan. Pada indicator Reason, siswa mampu memberikan
alasan-alasan yang mendukung atau menindak keputusan yang diambil dengan benar. Siswa
mampu memenuhi indicator Situation dengan baik, siswa sudah menggunakan semua
informasi yang sesuai dengan permasalahan. Pada indicator Inference, siswa mampu
membuat kesimpulan dan memilih reason (R) yang tepat untuk mendukung kesimpulan
yang dibuat dengan benar. Siswa mampu memenuhi indicator Clarity dengan baik, siswa
dapat memberikan penjelasan lebih lanjut dari kesimpulan yang diambil. Pada indicator
Overview, siswa cukup mampu dalam mengecek kembali secara menyeluruh mulai dari awal
sampai akhir.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti berkaitan dengan hasil penelitian adalah:
1. Kepada civitas akademika perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain hendaknya meneliti dengan ditinjau dari gaya kognitif,
kemampuan matematika, jenis kelamin, motivasi belajar, dan lain-lain.
3. Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta dapat
diterapkan dalam dunia pendidikan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Ajargenjang, J. (2018). Peningkatan K Emampuan P Emecahan M Asalah M Atematis S Iswa K


Elas Vi M Elalui M Odel P Embelajaran K Ontekstual P Ada M Ateri. 7, 32–34.

Alhaddad, I. (2013). Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 2,
Oktober 2013 ISSN 2089-855X. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 57–
65.

Ambarawati, M. (2014). Profil Proses Berpikir Kritis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Surakarta
Dalam Memecahkan Masalah Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
( Spldv ) Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk dan Gender. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika, 2(9), 984–994.

Anggo, M. (2011a). Pelibatan Metakognisi dalam Pemecahan Masalah Matematika. Edumatica,


01(April), 25–32.

Anggo, M. (2011b). Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan


Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2), 35–42.
https://online-journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/182

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif.
Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem based learning dalam upaya mengembangkan


kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 95–101.
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2906
Firdaus, A., Nisa, L. C., & Nadhifah, N. (2019). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi
Barisan dan Deret Berdasarkan Gaya Berpikir. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif,
10(1), 68–77. https://doi.org/10.15294/kreano.v10i1.17822

Fitriya, A., Fajari, N., Kusmayadi, T. A., Iswahyudi, G., Magister, P., Matematika, P., Magister,
P., Matematika, P., Magister, P., & Matematika, P. (2009). PROFIL POSES BERPIKIR
KRITIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT-INDEPENDENT DAN
GENDER Setiap individu adalah seorang pemikir kritis . Langkah-langkah proses berpikir
kritis untuk membantu sisw. 1, 639–648.

Ganesha, U. P. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan.

Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi. Jurnal Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang, 22(1), 109874.

Haryani, D. (2011). Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk


Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA, 1980, 121–126.

Ismaimuza, D. (2011). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal
Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(kelas VIII), 11–20.

Kelas, D. I., Mi, V. I., & Bangkalan, A. G. (n.d.). Surabaya ,.

Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakag) di SMPn Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) di SMP. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166–175.
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i2.644
Muhammad Yani, M. Ikhsan, dan M. (2016). PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
BERDASARKANLANGKAH-LANGKAH POLYA Muhammad Yani , M . Ikhsan , dan
Marwan Program Studi Pendidikan Matematika , Universitas Syiah Kuala. Jurnal
Pendidikan Matematika, 10(1), 43–58.

Mulyadi, Riyadi, & Subanti, S. (2015). Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman’S Error Analysis (Nea)
Ditinjau Dari Kemampuan Spasial. Jurnal Elektronik Pembeljaran Matematika, 3(4), 370–
382. http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Mursidik, E. M., Samsiah, N., & Rudyanto, H. E. (2014). Analisis kemampuan berpikir kreatif
siswa sd dalam memecahkan masalah matematika. LPPM Vol. 2 No.1, 8–9.

Paranita, Dhita ; Fera, D. (2018). Jurnal Caksana-Pendidikan Anak Usia Dini Volume 1 No 2
Desember 2018. Jurnal Caksana-Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 172–187.
http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/PAUD/article/view/190/156

Ramalisa, Y. (2013). Proses Berpikir Kritis Siswa Sma Tipe Kepribadian Thinking Dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Edumatica, 03(01), 42–47.

Rositawati, D. N. (2019). Kajian Berpikir Kritis Pada Metode Inkuiri. Prosiding SNFA (Seminar
Nasional Fisika Dan Aplikasinya), 3, 74. https://doi.org/10.20961/prosidingsnfa.v3i0.28514

SAKTI NIRMALITASARI, O. (2012). Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah


Matematika Berbentuk Open-Start Pada Materi Bangun Datar. MATHEdunesa, 1(1), 1–8.

Siagian, M. D. (2016). Kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran matematika. MES:


Journal of Matematics Education and Science2, 2(1), 58–67.
Sisworo, & Dkk. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis. Prosiding Konferensi Nasional
Penelitian Matematika Dan Pembelajarannya, 3(Knpmp I), 580–590.
https://doi.org/10.23971/eds.v5i2.732

Subaidi, A. (2016). Self-Efficacy Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal ∑igma.
Universitas Madura, 1(2), 64–68. https://doi.org/10.0324/SIGMA.V1I2.68

Vendiagrys, L., & Junaedi, I. (2015). Unnes Journal of Mathematics Education Research
SETIPE TIMSS BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING Abstrak. Unnes Journal of Mathematics
Education Research, 4(1), 34–41.

Widodo, S. A. (2012). Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika


Berdasarkan Dimensi Healer. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika, November, 978–979.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai