Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS

Disusun oleh :

AGUS MADE FEBBI WAHYUDI


NI PUTU DARISMAYANTI 859025925
KADEK DINA SARASWATI 859026396

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) DENPASAR
POKJAR KUTA UTARA
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat
Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, makalah berjudul “Kemampuan Berpikir Matematis”
dapat selesai tepat pada waktunya. Proses penyusunan laporan ini tidak luput dari berbagai
hambatan, dan tantangan, tetapi berkat petunjuk, bimbingan, saran, dan kritik yang bersifat
membangun berbagai pihak sangat membantu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dan hormat, melalui kesempatan ini kam
menyampaikan terima kasih yang kepada Ibu Komang Yuli Andayani, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah perkembangan peserta didik yang telah memberikan arahan,
bimbingan serta dukungan kepada kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun akan sangat kamu hargai. Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.

Denpasar, Oktober 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Masalah


Paradigma pembelajaran yang berkembang saat ini menunjukkan adanya pergeseran
dalam hal proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut juga berimplikasi secara
langsung terhadap konteks pembelajaran yang dilaksanakan di kelas sebagaimana
seharusnya. Hal tersebut sebagaimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013 yang
memberikan ruang gerak lebih luas dan perhatian lebih kepada siswa sebagai peserta belajar
dalam konteks subjek sekaligus objek pembelajaran yang dilaksanakan. Ranah pembelajaran
yang dijalankan saat ini, sebagaimana tuntutan kurikulum yang dikembangkan lebih
mengedepankan aspek kebutuhan siswa baik dilihat dari segi psikologis, tugas belajar,
maupun fisik dan kognitifnya.
Keterampilan berpikir merupakan salah satu keterampilan peserta didik yang
dikembangkan di sekolah. Santrock (2011) mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir
adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Berpikir
kreatif matematis merupakan salah satu kompetensi matematika yang harus dikuasai oleh
siswa. Berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berpikir matematis sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan soal-soal yang tidak biasa dan
jenis soal terbuka. Secara konseptual, ranah pengembangan kemampuan berpikir matematis
telah tersurat dalam rangkaian kompetensi pembelajaran yang dituangkan dalam
Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada pembelajaran matematika khususnya, dimensi
berpikir matematis tertuang dalam rangkaian kompetensi pembelajaran yang secara hierarkis
menjadi satu kecakapan khusus yang harus dikuasai seorang siswa dalam satuan pendidikan
dasar khususnya. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, kemampuan berpikir
matematis sebagai satu konsep mendasar bagi siswa di Sekolah Dasar (SD) untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya harus senantiasa diberikan treathment dalam
rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan berpikir matematisnya
Deddy (2015) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dibutuhkan
untuk menyelesaikan soal yang rumit atau permasalahan yang tidak rutin. Menurut Peter
(2012) siswa yang mampu berpikir kreatif akan mampu menyelesaikan masalah secara
efektif. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, jelas bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting dan dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah matematis dalam bidang apapun. Namun faktanya diindonesia
kemampuan berpikir kreatif matemtis siswa masih rendah. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Nurlaila (2014) di salah satu SMP di Ciamis rata-rata kemampuan berpikir kreatif
siswa masih tergolong rendah, dengan persentase sebesar 32,8%. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Plaufi (2012) di Blitar juga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa SMP masih rendah. Selanjutnya yaitu pada penelitian Asterina (2015) di
salah satu SMP di kabupaten Bandung, menunjukkan bahwa ke empat indikator berpikir
kreatif matematis yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi masih tergolong
rendah, dengan rincian 20% siswa berpikir lancar, 25% siswa berpikir luwes, 13% siswa
berpikir orisinil dan 25% siswa berpikir elaboratif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari berpikir matematis?
2. Bagaimanakah cara memahami konsep bilangan?
3. Bagaimanakah cara penalaran dan penyelesaian masalah secara matematis?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian berpikir matematis.
2. Untuk mengetahui cara memahami konsep bilangan.
3. Untuk mengetahui cara penalaran dan penyelesaian masalah secara matematis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Matematis


Menurut Dienes, berpikir matematis berkenaan dengan penyelesaian himpunan-
himpunan unsur matematika, dan himpunan-himpunan ini menjadi unsur-unsur dari
himpunan-himpunan baru membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit dan
seterusnya. Dengan kata lain, berpikir matematis berhubungan dengan struktur-struktur super
yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga berpikir
matematis dapat dikatakan sebagai kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu
menggunakan abstraksi dan atau generalisasi.
Dalam proses berpikir matematis, siswa mampu untuk menganalisis permasalahan
yang dihadapkan dengan baik dan tepat. Schoenfeld menyatakan bahwa berpikir matematis
merupakan proses mengembangkan sudut pandang matematis-menghargai proses
matematisasi serta memiliki keinginan kuat untuk menerapkannya, dan mengembangkan
kompetensi dan melengkapi diri dengan segenap perangkap, lalu pada saat yang sama
menggunakan perangkat tersebut untuk memahami struktur pemahaman matematika.
Berdasarkan asumsi tersebut, konsep matematis menjadi suatu hal yang bersifat praktis dalam
proses pembelajarannya melalui keinginan untuk menerapkannya. Konsep-konsep matematis
yang dipelajari divisualisasikan secara kontekstual untuk dapat menjembatani pengetahuan
siswa dalam memahami hal-hal abstrak secara konkrit dalam pembelajarannya.
Dalam hal proses berpikir matematis ini, Sumarno (2006) memiliki 4 konsep yang
berkaitan dengan berpikir matematis (mathematical thinking), yaitu: (1) kemampuan
matematik (mathematical abilities); (2) keterampilan matematik (mathematical skill); (3)
melaksanakan proses matematik (doings mathematics); (4) tugas matematika (mathematical
task). Dari keempatnya, dapat diidentifikasi masingmasing bahwa berpikir matematika dapat
diasumsikan sebagai implementasi dalam melaksanakan kegiatan atau proses matematika
(doing math) atau tugas matematik (mathematical task). Dalam proses pembelajaran
matematika di SD khususnya, keempat konsep yang dikembangkan tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang harus dikuasai siswa sebagai bentuk kompetensi matematis yang
dikorelasikan dengan materi pembelajaran matematika pada masing-masing level kelasnya.
Dengan demikian, konsep matematis secara teoretis perlu dipelajari juga oleh siswa sebagai
kecakapan matematis yang dipelajari dalam konteks pembelajaran praksis di kelas.
2.2 Memahami Konsep Bilangan
2.2.1 Memahami Konsep Bilangan Kardinal
Anak dapat dikatakan paham tentang pengetahuan tentang angka ketika mereka dapat:
1) menggunakan semua label nomor dengan urutan yang benar
2) menggunakan semua label nomor dalam dengan objek yang mereka hitung
3) mengatakan angka terakhir dalam urutan perhitungan untuk mengatakan berapa benda
dalam satu himpunan.
Selain itu, kita dapat mengecek pemahaman anak mengenai konsep bilangan dengan
mengetes kemampuan kesetaraan antar himpunan. Contoh: Angga memiliki lima buah apel
sedangkan Rino memiliki lima buah jeruk. Kemudian, Ibu memita Angga dan Rino untuk
saling bertukar buah yang mereka miliki. Pada akhirnya, kita mengekspetaskan Angga untuk
mengetahui bahwa jumlah apel dan jeruk adalah sama tanpa mengihtungnya.
2.2.2 Memahami Konsep Bilangan Ordinal (Asli)
Dalam memahami konsep bilangan ordinal, seorang anak harus mengenal sistem
numerik terlebih dahulu. Sisem numerik adalah kumpulan dari simbol yang
merepresentasikan sebuah bilangan. Contoh, simbol dari bilangan dua puluh adalah 20.
Namun, jika seorang anak telah memahami sistem numerik, bukan berarti mereka sudah
dikatakan bisa berpikir secara matematis. Ada hal yang tidak kalah penting untuk anak dapat
mencapai titik tersebut, yaitu anak perlu memahami konsep bilangan ordinal. Bilangan
ordinal adalah bilangan yang digunakan untuk mengindikasikan aturan dalam satu hubungan
dengan hubungan yang lain. Contoh: Dua belas lebih besar dari delapan, maka sebuah
himpunan dengan dua belas buah koin atau lebih di dalamnya akan selalu lebih besar dari
himpunan dengan delapan buah koin.
2.3 Penalaran Dan Penyelesaian Masalah Secara Matematis

Anda mungkin juga menyukai