PENDAHULUAN
2
aritmetika sosial. (Paramitha, 2017; Sunarya, Kusmayadi, & Iswahyudi, 2014). Hal
ini terjadi karena proses pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif
mendiskusikan masalah (Djumaliningsih, Riyadi, & Iswahyudi, 2012). Selain itu,
proses pembelajaran masih terfokus pada guru dan tidak dihubungkan dengan
konteks yang dapat dikenali siswa (Wanto, 2017; Arista, Lusiana, & Marhama,
2018).
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengatasi permasalahan siswa dalam
mempelajari aritmetika sosial, dengan menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian-penelitian berikut ini
menggunakan masalah-masalah di sekitar siswa sebagai konsep awal memahami
konsep aritmetika sosial. (Zylvy 2018) berhasil mengembangankan sebuah bahan
ajar berbentuk komik dengan menggunakan pendekatan pendekatan PMRI. Bahan
ajar tersebut berhasil meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmetika
sosial. (Maulana 2020) berhasil mengembangkan modul bilingual dengan
menggunakan pendekatan PMRI, modul tersebut dikembangkan dengan materi
aritmetika sosial. Penelitian lain dilakukan oleh Wati, Zulkardi, & Susanti (2015)
yang mengembangkan bahan ajar PMRI untuk pembelajaran finansial pada materi
aritmetika sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak masalah yang berkaitan dengan
aritmetika sosial. Seperti transaksi jual beli, untung dan rugi, bruto, tara, neto, pajak,
diskon, dan bunga tabungan. Semua hal yang disebutkan dipastika sudah pernah
dilakukan, dialami, maupun didengar siswa. Maka, masalah-masalah tersebut cocok
dijadikan konteks untuk aktivitas berpikir kreatif siswa dalam mempelajari
aritmetika sosial.
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika SMP Muhammadiyah 3
Mlati, siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi aritmetika sosial. Hal yang
dianggap sulit adalah memahami dan menganalisis masalah yang berhubungan
dengan aritmetika sosial. Hal ini ditandai dengan siswa sulit menyelesaikan masalah
yang diberikan secara lancar dan orisinil, dengan kata lain siswa masih sangat
terpaku pada contoh yang diberikan. Jika demikian dapat dikatakan bahwa
kemampuan berpikir kretif siswa masih rendah. Atas alasan itu, penulis tertarik
3
mengembangkan modul pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
PMRI untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
4
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat pengembangan modul pembelajaran berbasis pendidikan
matematika realistik adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa: menjadikan suasana belajar menjadi lebih kondusif, melatih
kemampuan berpikir kreatif siswa, serta menambah instrumen pembelajaran
matematika siswa di kelas.
2. Bagi Guru: dapat menambah kreasi guru dalam proses pembelajaran,
tepatnya pada materi aritmetika sosial dengan pendekatan PMRI.
3. Bagi Sekolah: dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk
pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi Peneliti Lain: menambah referensi peneliti lain tentang bagaimana
proses mengembangkan modul berbasis PMRI untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.