Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE

PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

PROPOSAL PENELITIAN

(Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Proposal pada Program
Studi Pendidikan Matematika)

Febrielya Darmadi

P220196141

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENGETAHUAN

STKIP YASIKA MAJALENGKA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM
SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS
B. Latar Belakang

Matematika dengan berbagai peranan menjadikannya sebagai ilmu yang


sangat penting, dan salah satu peranan matematika adalah sebagai alat berpikir
untuk menghantarkan siswa memahami konsep matematika yang sedang
dipelajarinya. Menurut Surya dan Sari (2017) matematika adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang paling penting. Siswa perlu belajar matematika
karena pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga
sangat penting bagi siswa untuk belajar dan memahami mata pelajaran lain,
namun nyatanya banyak siswa merasa kurang tertarik dengan mata pelajaran
matematika. Menurut Surya (2017) matematika adalah mata pelajaran yang
diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Selain mempunyai
sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting
karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman
konsep sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk
memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang
disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sampai saat ini masih banyak
ditemui kesulitan siswa untuk mempelajari dan masih rendahnya hasil belajar
matematika. Matematika sebagai media atau sarana dalam mendukung siswa
mencapai suatu kompetensi yang diharapkan ( Damayanti & Afriansyah, 2018).
Belajar materi matematika diharapkan siswa mampu mencapai suatu kompetensi
yang telah ditetapkan. Salah satu kompetensi matematis yang diharapkan
disekolah ialah siswa mampu berpikir matematis ( Afriansyah, dkk, 2019 ).
Kemampuan berpikir matematis yang sangat diperlukan siswa yang
terangkum dalam kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, koneksi
matematis, penalaran matematis, dan berpikir kreatif matematis perlu mendapat
perhatian lebih pada proses pembelajaran ( Fatwa, Septian, & inayah, 2019 ).
Permasalahan yang sering muncul bahwa cara berpikir kreatif siswa dalam
pembelajaran matematika masih sangat rendah dan mampu mempengaruhi hasil
belajar matematika. Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang berawal
dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa didalam
situasi itu terlihat atau terindetifikasi adanya masalah yang harus diselesaikan.
Cara berpikir ini diperlukan dalam mempelajari matematika, karena matematika
memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsep – konsepnya
sehingga memungkinkan siswa terbiasa untuk menggunakan keterampilan dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif matematis pada saat siswa dalam
pemecahan masalah. Guru dapat memilih metode pembelajaran yang baik untuk
mencapai tujuan pelajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar atu kelompok
siswa. Kemampuan berpikir kreatif adalah keyakinan dan intuisi seseorang
berkaitan dengan ide-ide matematis yang dipersiapkan untuk menyusun strategi
dalam menyelesaikan masalah matematis (Runco, 2018), penyelesaian masalah
matematis secara rasioanal adalah ciri dari berpikir logis. Jika ide yang digunakan
untuk menyusun strategi dan konsep matematis yang sudah pasti logis, maka
keterkaitan antara berpikir logis dan berpikir kreatif adalah pada kegiatan
memunculkan ide-ide, pada saat menyusun strategi pemecahan masalah.

Dari permasalahan di atas, maka perlu diupayakan solusinya. Salah satu


alternatif yang dilakukan adalah memilih dan menerapkan metode yang tepat.
Dalam menyampaikan materi , seorang guru harus mampu menggunakan
berbagai metode pembelajaran agar siswa lebih termotivasi, namun tidak
merugikan peserta didik. Hal serupa juga dikatakan oleh Siswono dan Novitasari
(2007) bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
pembelajaran matematika, perlu dilaksanakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.
Salah satu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya adalah model pembelajaran
berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah membiasakan siswa
untuk berpikir secara divergen. Sebagaimana yang dinyatakan bahwa dengan
adanya masalah menuntut siswa untuk mengembangkan pola pikirnya dalam
memecahkan masalah tersebut. Disamping itu, salah satu tujuan siswa dilatih
menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode Creative Problem Solving.
Creative Problem Solving adalah merupakan metode pemecahan masalah secara
kreatif, di mana metode ini menekankan kemampuan peserta didik untuk
menyelesaikan soal secara kreatif. Kemampuan siswa dalam membuat dan
menyelesaikan soal menunjukan pemahaman siswa tentang apa yang telah
dipelajari, sehingga dalam hal ini siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan dapat
meningkatan motivasi pada diri siswa. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa pada
materi pertidaksamaan menggunakan model Creative Problem Solving dengan
harapan, melalui tindakan pembelajaran menggunakan model ini, dapat
meningkatkan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika, khususnya pada
materi pertidaksamaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE
PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian adalah :

1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif


matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Creative
Problem Solving ?

2. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dari yang


menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving ?

D. Tujuan Peneliti

Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka tujuan penelitian ini bertujuan


adalah :

1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah.

2. Untuk mendeskripsikan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif


matematis siswa. Dalam model pembelajaran Creative Problem
Solving.
BAB II

LANDASAN TEORI

E. Kajian Teori

1. Model pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model


pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan menurut Pepkin (dalam
Cahyo, 2018). Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat
menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari
matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari
proses maupun hasil belajarnya. Model CPS merupakan suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Menurut Karen (dalam Hamzah dkk, 2018) Model “Creative Problem


Solving” (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan
pada pembelajaran dari keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan
penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat
melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa
dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.

Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan
keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda
dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara
menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan
yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Jika ada masalah dan siswa
tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang
untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih
strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari
suatu masalah (Hamzah dkk, 2018). Dengan Creative Problem Solving, siswa
dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Berbeda dengan
hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran. Creative Problem Solving
memperluas proses berpikir, menurut Osborn (dalam Imam, 2019) menyatakan
bahwa Creative Problem Solving mempunyai 3 prosedur, yaitu:

a) Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah mengumpulkan,


dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan.

b) Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi


gagasan tentang strategi pemecahan masalah.

c) Menemukan solusi, yaitu proses evaluasi sebagai puncak pemecahan


masalah.

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran Creative


Problem Solving. Osbron seorang ahli pendidikan yang pertama kali
memperkenalkan struktur Creative Problem Solving sebagai metode untuk
menyelesaikan masalah secara kreatif yang kemudian menjelaskan 6 langkah pada
proses model pembelajaran Creative Problem Solving, berdasarkan kriteria
OFPISA model Osborn – Parnes, yaitu :
a. Objektif Finding
Siswa dibagi ke dalam kelompok – kelompok. Siswa
mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan oleh guru dan
membrainstorming ( menyampaikan pendapat ) sejumlah tujuan atau
sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka. Sepanjang proses
ini, siswa diharapkan bisa membuat konsensus tentang sasaran yang
hendak dicapai kelompoknya.
b. Fact Finding
Siswa membrainstorming semua fakta yang mungkin berkaitan
dengan sasaran berikut. Guru mendaftarkan setiap perspektif ( pandangan )
yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan
dengan sasaran dan solusi permasalahan.
c. Problem Finding
Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan
kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan masalah
sehingga memungkinkan untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah
satu teknik yang bisa digunakan adalah membrainstorming beragam cara
yang mungkin dilakukan semakin memperjelas sebuah masalah.
d. Idea Finding
Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar bisa melihat
kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan
langkah membrainstorming yang sangat penting, setiap usaha siswa harus
diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli
seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan –
gagasan tersebut terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk
menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai
solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan – gagasan tersebut
menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa menjadi
pertimbangan solusi lebih lanjut.
e. Solution Finding
Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar
dievaluasi bersama. Salah satunya caranya adalah dengan
membrainstorming kriteria - kriteria yang dapat menentukan seperti apa
solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia
menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi
atas situasi permasalahan.
f. Acceptance Finding
Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata
dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah
memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif.
Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah – langkah yang kreatif
dalam memecahkan masalah diharapkan dapat membantu siswa untuk
mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif


a) Kemampuan Berpikir
Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan
yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir,
dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang
atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-
gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup
pemecahan masalah Menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip
Khodijah, 2017:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat
dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Sedangkan menurut
Slameto, 2018 : 12 berpikir adalah keadaan berpikir rasional, dapat diukur.
Dapat dikembangkan dengan latihan sadar dan sengaja. Tujuan berpikir
untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang dikehendaki”
(B. .Clark dalam Munandar, 2017 : 184).
b) Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu
suatu aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk
memperoleh pengetahuan. Sabandar (2018), bahwa berpikir kreatif
sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya
kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu terlihat
atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus diselesaikan. Berpikir
kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap
masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak
biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-
hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut La Moma (2017) Berpikir kreatif dalam matematika dapat
dipandang sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk
tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa
siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas
aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi kreativitas. Krutetskii
mengatakan bahwa kreativitas identik dengan keberbakatan matematika. Lebih
lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas dalam pemecahan masalah matematis
merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah matematika secara bebas,
bersifat penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas
dan kelancaran dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen
yang berkaitan dengan kreativitas secara umum. Kemampuan kreatif secara umum
dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah
pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai
hal yang tidak disadari orang–orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif
adalah sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif
Schank (dalam Sternberg, 2018).

Definisi kreativitas sebagai proses kreatif adalah tindakan yang


berlangsung secara kontinu, untuk membawa sesuatu yang baru menjadi ada (Best
& Thomas, 2018). Definisi yang mengacu pada produk kreatif meliputi aspek
kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas. Aspek-aspek ini merupakan karakteristik
umum yang menggambarkan hasil dari tindakan kreatif (Torrance, 2019).
Kreativitas merupakan sebuah kajian yang menarik karena masing-masing pakar
memberikan pengertian yang berbeda. Tidak ada pengertian umum yang diterima
dan digunakan untuk sebuah penelitian. Kreativitas secara umum mencakup
kemampuan kognitif, performa dan produk yang dihasilkan (Haylock,2018).
Dalam matematika, untuk mengenal berpikir kreatif adalah dengan melihat
respons siswa dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan proses dan
berpikir divergen yang meliputi fleksibilitas, keaslian dan kelayakan
(appropriateness/useful). Dibidang psikologi, biasanya dinyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan manghasilkan hal baru dan tepat. Sederhananya,
hal itu adalah proses mental yang melibatkan ide-ide baru atau konsep atau
asosiasi baru antara ide-ide atau konsep yang telah ada. Dari sudut pandang
ilmiah, produk pemikiran kreatif (kadang-kadang disebut sebagai pemikiran
divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kesesuaian.

Pada penelitian ini indikator berpikir kreatif menurut Al-Oweidi (2013)


yang digunakan adalah :

a. Berpikir Lancar (Fluency) yang artinya selalu memiliki lebih dari satu
jawaban.
b. Berpikir Luwes (Fleksibility) yaitu mampu mengubah cara pendekatan atau
pemikiran.
c. Berpikir Orisinil (Originality) mampu mengungkapkan ungkapan aneh dan
unik.
d. Berpikir Elaboratif (Elaboration) mampu memperkaya dan mengembangkan
suatu gagasan atau produk.

F. Definisi Operasional
Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru
adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain.
Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak
masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok.
Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru
bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah.
Dari uraian di atas, beberapa strategi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif antara lain: siswa diperlukan dengan membangkitkan ide-ide baru,
mendefinisikan kembali masalah, mengidentifikasi dan mengatasi masalah,
membangun kecakapan diri, minat belajar matematika dan membuat model
kreativitas. Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Creative Problem Solving. Model Creative Problem Solving mengutamakan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah sehingga daya berpikir kreatif
siswa lebih berkembang. Jadi jika siswa dihadapkan dengan suatu pertanyaan,
siswa dapat mengunakan keterampilan pemecahan masalahnya dengan
mengembangkan masalahnya.
G. Kerangka Berpikir

Langkah awal yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan


menentukan subjek penelitian, yang dipilih berdasarkan kemampuan belajar
siswa. Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama tiga minggu dengan jumlah
enam kali pertemuan. Untuk populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas X (
sepuluh ) dengan sampel kelas yang telah ditentukan sebelumnya dengan seluruh
siswa kelas X-A sebagai kelas eksperimen, kelas tersebut pertama diberikan
pretest dengan tujuan melihat kemampuan awal kelas tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti membuat perangkat pembelajaran berupa
RPP yang disesuaikan dengan jumlah pertemuan yang diberikan. Disertakan LKS
untuk menguji sejauh mana penerimaan pembelajaran yang didapat siswa. Dengan
menggunakan LKS pada kelas Creative Problem Solving siswa diarahkan untuk
dapat mencari solusi dari permasalahan seacara kreatif. Untuk memudahkan
peneliti dalam menyampaikan materi sebagai media pembelajaran yaitu dengan
menggunakan, lembar evaluasi dan buku paket. Pada awal pelaksanaan proses
pembelajaran Creative Problem Solving, umumnya siswa masih tampak belum
mengerti dan siswa yang tidak dapat mengikuti alur pembelajaran dengan baik.
Pada kegiatan inti, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen
yang terdiri dari tiga sampai empat orang dalam satu kelompok. Siswa duduk
berdasarkan urutan kelompoknya dan masing – masing kelompok diberi LKS.
Media pembelajaran berupa LKS tersebut dibuat agar siswa dapat menyelesaikan
permasalahan dengan harapan solusi yang diperoleh memiliki banyak cara
mengenai fungsi pertidaksamaan.
H. Hipotesis Penelitian
 Terdapat penggunan model pembelajaran Creative Problem
Solving
 Kemampuan berpikir kreatif terdapat peningkatan yang lebih baik
setelah menggunakan model pembelajaran Creative Problem
Solving
BAB III

METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA

I. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan (Sugiyono : 2015). Pada penelitian ini
peneliti menerapkan model pembelajaran Creative Problem
Solving untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Jadi dalam metode eksperimen ini terdapat perlakuan yang
mempengaruhi (treatment) dan dipengaruhi untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode eksperimen dengan experimental
design. Bentuk experimental design yang dipakai yaitu
pretest dan post-test. Dalam desain pretes dan post-test
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol (Sugiyono, 2015 : 76).
a) Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas disalah satu
kota Majalengka. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Semester
Genap T.A 2022/202.
b) Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Sekolah
Menengah Atas ( SMA). Kelas X terdiri dari dua kelas yaitu X-A dan
X-B. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa dari kelas X-A
sebagai kelas eksperimen dan X-B sebagai kelas kontrol.
c) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu RPP, lembar observasi, dan
soal tes.
d) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui pretest
dengan menggunakam instrument kemampuan berpikir kreatif
tujuannya, untuk mengetahui nilai awal siswa dengan pemberian
materi ajar. Kemudian data dari hasil pembelajaran yang kemampuan
berpikir kreatif matematis diambil dari post-test berupa soal
dilaksanakannya proses pembelajaran.
e) Teknik Analisis Data
Teknik analaisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji
validitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji banding (uji t ) dua
sampel.
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen.” Validitas suatu instrumen
berkaitan dengan untuk apa instrumen itu dibuat untuk
mengetahui tingkat validitas suatu instrumen, dapat
digunakan tabel sebagai berikut :

Tabel.1 Koefisien Validasi Butir Soal


Validitas Butir Soal Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2015, halm. 89)

b. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi sebuah instrumen.
Adapun nilai koefisien korelasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel.2 Koefisien Reliabilitas
Validitas Butir Soal Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2015, halm. 100)
c. Daya Pembeda
Daya pembeda ini digunakan untuk mengetahui selisih antara proporsi
kelompok dengan skor tinggi yang menjawab benar dengan kelompok dengan
skor rendah yang menjawab dengan benar. Untuk nilai koefisien korelasi daya
pembeda dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel.3 Koefisien Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria
0,71 – 1,00 Baik Sekali
0,41 – 0,70 Baik
0,21 – 0,40 Cukup
0,00 – 0,20 Jelek
(Sumber : Arikunto, 2015, hlm. 230)

e. Tingkat Kesukaran
Digunakan agar mengetahui tingkat kesukaran sebuah instrumen. Indeks
kesukaran ini menggambarkan derajat proporsi jumlah skor jawaban benar pada
butir tes yang berkaitan dengan skor idealnya. Adapun nilai koefisien korelasi
tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel. 4 Koefisien Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Sumber : Arikunto, 2015, hlm. 223)

e. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat untuk
melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan
untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model model penelitian
tersebut adalah data distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
shapiro-wilk.

f. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa
populasi sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Uji T.

g. Uji-T
Uji-T yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-t berpasangan. Uji-T
berpasangan adalah uji yang dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan
rata-rata yang signifikan antara dua sampel berpasangan. Dua sampel berpasangan
merupakan sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mendapat dua
perlakuan yang berbeda. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi dua
perlakuan tertentu dan pengukuran kedua dilakukan sesudahnya. Apabila suatu
perlakuan tidak memberikan pengaruh maka perbedaan rata-ratanya adalah nol,
dengan asumsi data berdistribusi normal.

h. Uji Normalitas Gain


Uji normalitas gain digunakan untuk mengetahui efektifitas perlakuan
yang diberikan. selain itu N-Gain ini digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan siswa antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan (treatment).
Rumus yang digunakan untuk menghitung normalitas gain menurut Meltzer
adalah sebagai berikut :
S post −S pre
N−Gain=
S maks−S pre
Keterangan :
S post : Skor Posttest
S pre : Skor Pretest
Smaks : Skor Maksimal

2. Jadwal Penelitian
Bulan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Kegiatan
1. Pengajuan judul proposal
2. Penyusunan Proposal
3. Penyusunan Instrumen
4. Seminar Proposal
5. Pengajuan surat ijin
penelitian
6. Uji Validitas dan Realibilitas
7. Pengumpulan Data
8. Pengolahan Data
9. Penyusunan Skripsi
10. Pengumpulan Skripsi
11. Sidang Skripsi
K. DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, E. A. (2018). Enhancing Mathematical Problem Posing via Realistic


Approach. International Seminar on Mathematics, Science, and Computer
Science Education MSCEIS.

Afriansyah, E. A. (2018). Qualitative Became Easier with ATLAS.ti. International Seminar


on Mathematics, Science, and Computer Science Education MSCEIS 2015 Universitas
Pendidikan Indonesia.

BSNP. (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Damayanti, R., & Afriansyah, E. A. (2018). Perbandingan Kemampuan Representasi


Matematis Siswa antara Contextual Teaching and Learning dan Problem Based Learning.
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 7(1), 30-39.

Dewi, S. S. S., & Afriansyah, E. A. (2018). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran ctl. JIPMat, 3(2).

Maryanti, A. (2018). Hasil Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen dan
NonEksperimen Berbasis Inquiri Terstruktur Pada Sub-pokok Materi Pergeseran
Kesetimbangan Kimia.

Anda mungkin juga menyukai