BAB I
PENDAHULUAN
1
pernyataan terebut maka pengertian berpikir reflektif merupakan berpikir aktif,
tekun, dan mempertimbangkan secara penuh segala sesuatu yang dipikirkan atau
diharapkan terbentuk dari pengetahuan lain yang menunjang dan berujung pada
suatu kesimpulan.
2
mendefinisikan kembali masalah, mencari ide penyelesaian masalah dan
mengevaluasi ide yang ada untuk mendapatkan solusi permasalahan. Proses
pembelajaran CPS dapat dilakukan dengan mengelompokan peserta didik dalam
kelompok belajar dan peserta didik diberikan masalah yang sesuai dengan
pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Dalam kelompok, peserta didik diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk berpendapat dan memunculkan ide-ide dalam
pemecahan masalah. Peserta didik dapat menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya dalam memberikan ide penyelesaian masalah. Pada saat proses
pemecahan masalah peserta didik menggunakan kemampuan untuk mendefinisikan
masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan
percobaan.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk:
3
D. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6) Peserta didik mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan dalam
berbagai bidang/situasi.
Selain itu juga, menurut Shoimin (2014) terdapat kelebihan dari model CPS yaitu
Ada beberapa karakteristik dari CPS, menurut Steiner (dalam Isrok’atun, 2012)
karakteristik dari CPS itu meliputi
1. Dalam menyelesaikan suatu problem, dimulai dari proses recursive (pengulangan),
revised (peninjauan kembali), dan redefined (pendefinisian ulang).
2. Memerlukan proses berpikir divergen dan konvergen
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model CPS
6
Langkah Tingkah Laku Peserta Didik
Langkah 2 Pada tahap ini peserta didik dibebaskan untuk
Pengungkapan Pendapat mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam
strategi penyelesaian masalah.
Langkah 3 Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok
Evaluasi dan Pemilihan mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-
strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
masalah.
Langkah 4 Pada tahap ini peserta didik menentukan strategi mana
Implementasi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah.
Kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Sumber: (Shoimin, 2014)
Menurut Huda (2016) menyatakan bahwa dalam program yang dikenal dengan
Creative Problem Solving, ada enam kriteria yang dijadikan landasan utama dan sering
disingkat dengan OFPISA: Objective Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution
Finding, dan Acceptence Finding. Adapun langkah - langkah enam kriteria OFPISA
model Osborn-Parens sebagai berikut.
Tabel 2.2
Langkah - langkah Proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA
7
Langkah Tingkah Laku Peserta Didik
mereka paling relevan dengan sasaran dan solusi
permasalahan.
Langkah 3 Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah
Problem Finding mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar peserta
didik bisa lebih dekat dengan masalah sehingga
memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih
jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah
membrainstorming beragam cara yang mungkin dilakukan
untuk semakin memperjelas sebuah masalah.
Langkah 4 Pada langkah ini, gagasan-gagasan peserta didik didaftar
Idea Finding agar bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi
permasalahan. Ini merupakan langkah brainstorming yang
sangat penting. Setiap usaha peserta didik harus
diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap
gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut
akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul,
cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana
gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai
solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-
gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan
yang sekiranya bisa menjadi pertimbangan solusi lebih
lanjut.
Langkah 5 Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi
Solution Finding terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah
dengan membrainstorming kriteria-kriteria yang dapat
menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya.
Kriteria ini dievaluasi hingga ia menghasilkan penilaian
yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas
situasi permasalahan.
Langkah 6 Pada tahap ini, peserta didik mulai mempertimbangkan
Acceptance Finding isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai
berubah. Peserta didik diharapkan sudah memiliki cara
baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif.
Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa
8
Langkah Tingkah Laku Peserta Didik
digunakan tidak hanya untuk menyelesaikan masalah,
tetapi juga untuk mencapai kesuksesan.
Sumber: (Miftahul Huda, 2016)
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan terhadap kreativitas untuk memecahkan suatu
permasalahan. Pada penelitian ini, langkah model CPS yang digunakan dalam
pembelajaran yaitu klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan
pemilihan, implementasi.
9
sebagai salah satu pemikiran menurut Dewey (1933) bahwa “active, persisten, and
careful consideration of any belief or supposed from of knowledge in the light of the
grounds that support it and the conclusion to which it tends”. Berdasarkan pernyataan
terebut maka pengertian berpikir reflektif merupakan pertimbangan informasi atau ide
terdahulu yang kemudian digunakan kembali untuk menentukan langkah berikutnya
serta aktif dalam menyadari kesalahan yang telah dilakukan dengan tujuan agar
mendapatkan sebuah kesimpulan.
Salah satu kemampuan berpikir yang mendukung keterampilan penyelesaian
masalah dalam pembelajaran matematika adalah berpikir reflektif. Proses yang
dilakukan bukan sekadar urutan dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses yang
berurutan sedemikian sehingga setiap ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan
langkah berikutnya, untuk menuju pada penarikan kesimpulan atau menemukan solusi
dari masalah yang dihadapi. Hal ini mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah
aktivitas mental untuk memberdayakan pengetahuan lama dengan mempertimbangkan
konsep, fakta dan prinsip yang dianggap relevan dan diyakini kebenarannya untuk
memecahkan masalah (Agustan, 2016).
10
yang telah dimiliki dan tersimpan dalam memorinya untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi dan mencapai tujuan-tujuannya.
Menurut Eby dan Kujawa (Lee, 2005) menyatakan bahwa kegiatan berpikir
reflektif meliputi: observing (kegiatan mengamati), reflecting (melakukan refleksi),
gathering data (mengumpulkan data), considering moral principles (mempertimbangkan
prinsip-prinsip), making a judgement (membuat perkiraan), Considering strategies
(mempertimbangkan strategi), dan action (tindakan). Selanjutnya menurut Lee (2005)
menyatakan bahwa proses berpikir reflektif meliputi problem context (permasalahan
konteks), problem definition (definisi permasalahan), seeking possible solution (mencari
solusi yang mungkin), experimentation (percobaan), evaluation (evaluasi) dan
acceptance or rejection (menerima atau menolak). Kriteria kemampuan berpikir reflektif
matematis Dewey yaitu: 1) refleksi adalah proses bermakna yang memindahkan
pembelajaran dari suatu pengalaman yang lebih mendalam tentang hubungannya dengan
pengalaman dan ide-ide yang lain. 2) refleksi merupakan cara berpikir yang
sistematik, tepat disiplin dengan akar-akarnya dalam penyelidikan ilmiah. 3) refleksi
memerlukan sikap yang menilai pribadi dan intelektual dari seseorang dan orang lain.
(Rodgers, 2002).
11
menguji solusi atau kesimpulan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya untuk menuju
pada simpulan yang lebih diyakini kebenarannya. Terdapat tiga indikator berpikir
refleksi, yaitu 1) reacting yaitu bereaksi dengan pemahaman pribadi terhadap peristiwa,
situasi, atau masalah. 2) comparing yaitu melakukan analisis dan klarifikasi pengalaman
individual, serta makna dan informasi-informasi untuk mengevaluasi apa yang diyakini
dengan cara membandingkan reaksi dengan pengalaman yang lain, seperti mengacu
pada suatu prinsip umum maupun teori. 3) contemplating yaitu mengutamakan
pengertian pribadi yang mendalam, dalam hal ini fokus terhadap suatu tingkatan pribadi
dalam proses-proses seperti menguraikan, menginformasikan, mempertimbangkan,
merekontruksi dan menyimpulkan (Surbeck, Han, & Moyer, 1991).
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
bahwa aktivitas atau proses berpikir yang dilakukan untuk memungkinkan
seseorang memecahkan masalah matematika berkaitan dengan hubungan antara
memori, pemahaman konsep matematika, dan mengenali adanya kausalitas,
serta saling terikat ataupun perbedaan, lalu memunculkan ide-ide original, dan
mudah dalam membuat kesimpulan secara cepat dan tepat. Yang dimaksudkan
yaitu proses berpikir reflektif, karena berpikir reflektif adalah berpikir yang
memiliki makna berdasarkan pada alasan dan tujuan.
Dalam belajar matematika peserta didik harus menemukan sendiri.
Menemukan di sini terutama adalah menemukan lagi (discovery), bukan
menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu materi yang
disajikan kepada peserta didik itu bentuk cara mencarinya tidak diberi tahukan” .
Dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk menemukan sendiri didukung oleh
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya serta langkah-langkah yang
mengarahkan mereka kepada penemuan. Hal tersebut sejalan dengan model CPS
dimana pada CPS terdapat langkah Problem Finding. Pada langkah tersebut
peserta didik dituntut untuk menemukan solusi dari permasalahan yang
diberikan pendidik. Solusi tersebut, pada akhirnya akan menemukan konsep
yang sedang dibahas pada pembelajaran tersebut. Mengenai penemuan konsep,
peserta didik diberikan arahan atau langkah-langkah supaya sampai kepada
penemuan konsep dan menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran menggunakan model CPS peserta didik diharuskan
mengkontruksikan pengetahuannya. Sehingga peserta didik akan belajar secara
aktif dan tidak hanya menerima informasi yang diberikan dari pendidik.
Kemudian peserta didik dapat menyesuaikan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Maka dari itu, peserta didik dapat
memperbaharui pengetahuan yang dimilikinya.
Model Creative Problem Solving (CPS) merupakan model pembelajaran
yang mengharuskan peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri
dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Model CPS merupakan model pembelajaran berbasis masalah sehingga
dalam pembelajarannya diawali dengan permasalahan yang dituangkan dalam
bahan ajar. Melalui pembelajaran dengan model CPS peserta didik
melaksanakan diskusi melalui pembelajaran kelompok untuk mendiskusikan
bahan ajar. Selain itu, dalam mendiskusikan bahan ajar peserta didik
melaksanakan proses pengamatan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
14
pada bahan ajar serta lembar kerja peserta didik yang diberikan oleh pendidik.
Proses diskusi dan pengamatan tersebut peserta didik menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya dan dikaitkan dengan permasalahan yang ada. Sehingga,
melalui model CPS peserta didik mampu menggali pengetahuannya sendiri.
15
sebagai solusi. Pada tahap ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan
kemampuan berpikir reflektif matematis, yaitu comparing saat peserta didik
mempertimbangkan setiap gagasan yang muncul untuk dicari mana yang tepat
untuk menjadi solusi potensial masalah.
Langkah ketiga dari CPS adalah evaluasi dan pemilihan. Pada tahap ini,
gagasan-gagasan peserta didik dalam kelompok yang mempunyai potensi
terbesar dievaluasi bersama. Pada tahap ini peserta didik dilatih untuk
mengembangkan kemampuan berpikir reflektif matematis, yaitu contemplating
saat peserta didik menguraikan, menginformasikan, mempertimbangkan setiap
solusi potensial untuk dijadikan solusi terbaik permasalahan.
Langkah keempat atau terakhir dari CPS adalah implementasi. Pada
tahap ini, peserta didik mulai menerapkan solusi permasalahan yang telah
diperolehnya dan membuat kesimpulan serta mengevaluasi apa yang telah
dilakukannya. Pada tahap ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan
kemampuan berpikir reflektif matematis yaitu pada indikator contemplating
yaitu aspek bertanggung jawab dalam membuat kesimpulan tentang
pengetahuan baru yang diperolehnya
Lewat langkah- langkah model pembelajaran CPS ini peserta didik yang
mengalami kesulitan berfikir reflektif matematis dilatih untuk mengembangkan
pengetahuannya, sehingga terbiasa dan mampu berfikir reflektif matematis.
Model Creative Problem Solving (CPS) digunakan pemusatan pada pengajaran
dan keterampilan untuk memahami, memecahkan dan menyimpulkan suatu
permasalahan, yang diikuti dengan penguatan keterampilan, ketika peserta didik
dihadapkan pada suatu permasalahan maka peserta didik dapat melakukan
keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan ide
serta, tidak hanya menggunakan keterampilan saja tetapi harus menggunakan
keterampilan dengan proses berpikir, dalam hal ini dengan menggunakan proses
berpikir reflektif matematis. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
reflektif peserta didik mampu berada pada kategori sangat baik saat
pembelajarannya menggunakan model CPS. Hal ini sejalan dengan Steiner
(dalam Isrok’atun, 2012) yang menyatakan bahwa karakteristik model CPS
mampu menggagas suatu pemikiran yang bersifat prediktif serta dapat
merangsang ke tahap berpikir reflektif selanjutnya.
Penggunaan CPS diawali dengan pengembangan silabus yang ada,
pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, lembar kerja
16
peserta didik (LKPD), tugas individu dan soal tes kemampuan berpikir reflektif
matematis. Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, peserta didik
diberikan bahan ajar untuk dipelajari dan didiskusikan bersama teman
sebangkunya ataupun bersama teman yang lainnya dalam satu kelas. Setelah
peserta didik mempelajari dan mendiskusikan bahan ajar, peserta didik
dipersilakan untuk membuat pertanyaan terkait bahan ajar yang telah dipelajari.
Setelah itu, peserta didik diberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) untuk
dikerjakan dengan cara berdiskusi baik bersama teman sebangkunya ataupun
dengan teman yang lainnya. Jika LKPD selesai dikerjakan, maka perwakilan
peserta didik mempresentasikan hasil dari pengerjaan LKPD, diakhir pertemuan,
peserta didik diberikan tugas individu, yang sebelumnya menyimpulkan terlebih
dahulu pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving dengan
langkah-langkah proses pembelajaran setiap harinya. Kegiatan pembelajaran
setiap pertemuan didalamnya termuat langkah-langkan dari model CPS.
Langkah pertama yaitu klarifikasi masalah, pada langkah tersebut peserta didik
dibagi ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Kegiatan tersebut hanya
dilaksanakan pada pertemuan pertama, karena kelompok tersebut berlaku selama
4 pertemuan pembelajaran. Setelah peserta didik mengetahui kelompoknya
kemudian mereka duduk secara berkelompok dan setiap kelompok diberikan
masalah oleh pendidik kemudian peserta didik bereaksi terhadap permasalahan
yang diberikan oleh pendidik untuk mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan serta hubungan dari apa yang diketahui dan ditanyakan tersebut.
Langkah yang kedua yaitu pengungkapan pendapat, dalam hal ini peserta
didik mengumpulkan informasi dari buku sumber yang dipakai dan berdiskusi
dengan teman sekelompoknya mengenai pendapat untuk menyelesaikan
permasalahan. Pada langkah ini peserta didik berbagi peran, beberapa peserta
didik mencari informasi dari buku sumber. Peserta didik membandingkan reaksi
yang muncul dari masalah yang diberikan dengan fakta – fakta dan informasi
yang berkaitan. Informasi yang sudah diperoleh kemudian peserta didik catat
sebagai solusi dari permasalahan.
Langkah ketiga evaluasi dan pemilihan, solusi yang diambil peserta didik
menghasilkan beberapa gagasan dari setiap kelompok. Beberapa gagasan
tersebut harus dipilih solusi yang tepat. Perwakilan dari beberapa kelompok
memaparkan gagasan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah dipaparkan hasil
17
diskusi, pemaparan tersebut disimpulkan dengan dibantu guru. Hasil dari
beberapa gagasan dari setiap kelompok hampir semuanya serupa, namun ada
beberapa istilah yang keliru dan harus diperbaiki, sehingga setelah beberapa
gagasan dipaparkan peserta didik dibantu guru untuk menentukan kesimpulan
yang tepat.
Langkah keempat yaitu implementasi, dalam hal ini peserta didik
mencatat kesimpulan dari permasalahan pada bahan ajar yang diperoleh dari
gagasan yang dipilih. Kesimpulan tersebut kemudian dibuktikan kebenarannya
dengan menerapkannya pada LKPD. Dalam hal ini peserta didik mampu
menerapkannya pada LKPD untuk menyelesaikan soal kemudian peserta didik
diarahkan kepada kesimpulan, dengan tanya jawab antara pendidik dengan
peserta didik mengenai materi yang sudah dipelajari. Respon peserta didik saat
tanya jawab sebagian aktif menjawab tetapi menjawab secara bersama-sama,
tidak diawali dengan tunjuk tangan atau menjawab secara individu karena
kepercayaan diri peserta didik menjawab kurang dan merasa takut salah
menjawab.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
Creative Problem Solving merangsang berkembangnya kemampuan berpikir
reflektif siswa sehingga siswa dapat memilih solusi yang tepat untuk
memecahkan permasalahan yang dialami.
B. SARAN
Problem Solving agar guru dapat memiliki kompetensi yang lebih mempuni
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muin, dkk. 2017. The Situations That Can Bring Reflective Thinking
Process In Mathematics Learning, Prosiding disampaikan pada International Seminar
and the Fourth National Conference on Mathematics Education. Unversitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika.
21
Rodgers, C. 2002. Defining Reflection: Another Look at John Dewey and
Reflective Thinking. Teachers College Record, 104 (4), 842–866.
22