Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

Tentang
PROBLEM SOLVING LEARNING

Disusun Oleh
Nama : Anggia Melinda
Nim : 2084204001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HARAPAN BIMA
TAHUN 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan dari satu tahap
ke tahap berikutnya. Pembelajaran yang telah berlalu menjadi dasar untuk pembelajaran
selanjutnya, sehingga siswa harus memahami materi awal dengan baik. Belajar matematika
dapat melatih siswa untuk mengembangkan cara berpikirnya, baik berpikir kritis, berpikir
kreatif, maupun berpikir tingkat tinggi lainnya.Dalam mempelajari suatu materi, tentunya
siswa akan mendapat suatu kendala atau permasalahan yang sulit untuk
dipecahkan/diselesaikan. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan
banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi setiap individu atau
kelompok.Seperti yang di ungkapkan Wittgenstein, (Hasratuddin, 2013) Matematika adalah
suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang betuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.Menemukan suatu
jawaban atau penyelesaian diperlukan prosedur, tahap atau solusi dalam memecahkan suatu
permasalahan. Sejalan dengan hal tersebut (Bey & Asriani, 2013)) menyatakan bahwa
pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika,
berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga
keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan
dasar dalam belajar matematika. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa didalam pemecahan
masalah atau problem solving terdapat suatu proses/prosedural dan tahap/langkahdimana
siswa mendapat pengalaman dalam proses tersebut. Pengetahuan/pengalaman tersebut
kemudian dapat dikaitkan dengan permasalahan baru yang sedang dihadapi. Menggali
kembali pengetahuan yang pernah didapatkannya dan menemukan hubungan dengan
permasalahan yg sedang dihadapi dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang sulit, sehingga diharapkan siswa mendapatkan hasil yang berkualitas.
Problem solving memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, terutama
dalam menghadapi persaingan global seperti pada PISA (Programme for International
Student Assessment) yang menunjukan hasil yang masih rendah. Problem solving dapat
menjadi sebuah alternatif dalam menghadapi persaingan tersebut. Hal tersebut didukungSolso
dalam (Mawaddah & Anisah, 2015)), pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang
terarah secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang
spesifik.Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa problem solving merupakan alternatif
dalam pembelajaran matematika, salah satunya dapat mengembangkan pemikiran atau cara
berfikir siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Bagaimana langkah-langkah
problem solving dalam pembelajaran? Apa kelebihan dan kelemahan/kekurangan dari
problem solving? Dan hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pemecahan masalah?

B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian problem solving
2. Untuk mengetahui mengetahui ciri-ciri problem solving.
3. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving.
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem solving.
5. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model pembelajaran
problem solving.
6. Agar dapat menerapkan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Problem Solving
Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves. Makna
bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu hal yang
sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be
answered or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve
dapat diartikan “to find an answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan
suatu masalah.1 Sedangkan menurut istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan
pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran. 2 Metode problem
solving yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan
nyata, dan masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah, rasional dan sistematis.
Mengenai bagaimana langkah-langkah dalam menjawab suatu masalah secara ilmiah,
rasional dan sistematis ini akan penulis dalam sub bab di bawah.
Pembelajaran dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat menggunakan
pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya. Sehingga siswa
terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya.3 Pada umumnya
siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut
menggunakan logika untuk menentukan sebabakibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan
bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dari berbagai pendapat di atas metode problem solving atau sering juga disebut
dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang
seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di
mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat
melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat
menemukan kunci pembuka masalahnya.

B. Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Solving


Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya
dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran
problem solving menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah.
Problem solving bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks
daripada yang diduga. Problem solving memerlukan keterampilan berpikir yang banyak
ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis,
mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan, dan
membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk
memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu
memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

C. Tujuan Metode Pembelajaran Problem Solving


Metode pembelajaran problem solving mengembangkan kemampuan berfikir yang
dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data,
menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data
yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang
berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.
Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:
1. Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-akibat dan
tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid dalam cara-cara mendekati dan cara-
cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.
2. Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau
bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-dasar
pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan
kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya
didalam masyarakat.
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang
validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih siswa berfikir
kritis dan metode ini melatih siswa memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan
metode problem solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan
masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata atau di luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode problem
solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi
pelajaran
tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumbersumber
lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan
sekolah.4 Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang
penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nya.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Solving


Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain
(2002) adalah sebagai berikut:

Kelebihan model problem solving adalah :


d. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan.
e. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
f. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
Kekurangan model problem solving adalah :
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi
dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri
atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Langkah- langkah metode ini antara lain:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi,
dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus
berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak
sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah yang ada.5
Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah:
1. Pembentukan kelompok (4-5 peserta setiap kelompok)
2. Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan)
3. Pendidik menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi kreatif
kepada peserta didik (memberikan pertanyaan, pertanyaan problematis, dan tugas).
4. Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang dilihat dan dialami
5. Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan diperkenankan pada elemen
baru ke dalam situasi yang berbeda (diskusi dalam kelompok kecil)
6. Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif (dilakukan
dengan diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik). Dalam mencari informasi
dalam menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan, peserta didik diberi
kesempatan untuk urun pendapat (brain storming), baik berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan siswa, membaca referensi, maupun mencari data atau informasi dari
lapangan.

F. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Matematika


Penerapan Metode Problem Solving Pada Materi Persamaan Linear
1. Tahap Pendahuluan
Mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama dipimpin oleh
ketua kelas, setelah itu mengabsen kehadiran siswa dengan menyebutkan nama siswa
satu persatu. Guru memulai pembelajaran dengan memberi motivasi melalui tanya
jawab yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-sehari. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Guru menyampaikan masalah/soal yang ada pada buku siswa, siswa
membaca masalah/soal tersebut pada buku siswa.
2. Tahap Inti
a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa, kemudian
membagikan lembar kerja siswa yang berisikan masalah kepada siswa yang akan
diselesaikan secara berkelompok.
b. Guru memfasilitasi media pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Guru membantu siswa dalam berbagi tugas untuk menyelesaikan masalah, siswa
mendengarkan dan melaksanakan saran guru dan siswa dapat bertanya kepada guru
jika ada hal yang belum jelas.
c. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pemecahan masalah, mendorong
siswa dalam melakukan penyelidikan masalah, membimbing siswa dengan
pertanyaan- pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun agar siswa dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada pada tugas yang diberikan. Siswa diberi waktu
20 menit untuk berdiskusi kelompok menyelesaikan tugas.
d. Setelah pengerjaan tugas selesai, guru meminta kelompok siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelompok yang mendapat giliran sesuai
undian, maju untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Kelompok lain
diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok
penyaji, kemudian mengkonstruksi gagasan-gagasan dari siswa yang lainnya untuk
mendapatkan gagasan yang disepakati dan benar.
3. Tahap Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri.
Guru memberikan tugas individual untuk siswa kerjakan dirumah. Guru menutup
pembelajaran dengan berdoa dipimpin ketua kelas.
Pembelajaran melalui problem solving tentu dimulai dengan sebuah masalah. Peserta
didik belajar dan memahami aspek penting dari konsep atau ide dengan mengeksplorasi
situasi masalah. Masalah yang digunakan cenderung lebih terbuka dan memungkinkan
beberapa jawaban yang benar dan beberapa pendekatan solusi. Dalam mengajar melalui
pemecahan masalah, masalah tidak hanya berokus pada rangsangan untuk belajar siswa, tapi
juga berfungsi untuk eksplorasi matematika. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
dengan mengeksplorasi dan menemukan strategi solusi mereka sendiri, karena eksplorasi
masalah merupakan komponen penting dalam pengajaran melalui pemecahan masalah.
Dibawah ini contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran matematika; Satu karung
beras mempunyai berat 240 kg. Untuk menyamakan berat satu karung beras dengan beberapa orang,
berapa orangkah yang diperlukan?

Beberapa Solusi peserta didik:


1. 240 : 6 = 40
Kerena 6 x 40 = 240
Jadi ada 6 orang dengan berat badan masing-masing 40 kg
2. 240 : 8 = 30
Karena 8 x 30 = 240
Jadi, ada 8 orang dengan berat masing-masing 30 kg
3. 3 orang beratnya 20 kg dan 6 orang beratnya 30
kg. (3 x 20) + (6 x 30)
= 60 + 180
= 240.
4. (2 x 5) + (10 x 23) = 10 + 230 = 240
Jadi, ada 2 orang beratnya 5 kg dan 10 orang beratnya 23
kg. Misalkan:
x = berat badan orang I
y = berat badan orang II
x = 5 dan y = 10
berapa kali 5 ditambah dengan berapa kali 10 menghasilkan 240.
Jadi, dapat ditulis: 2x + 10y = 240
Deskripsi solusi peserta didik:
 Masalah ini adalah mempunyai banyak solusi (open ended). Sehingga solusi no. 1 dan
no.2 di atas adalah benar, apabila memisalkan semua orang yang dimaksud mempunyai
berat yang sama. Sehingga penyelesaiannya langsung menggunakan konsep pembagian
biasa (algoritma pembagian). Peserta didik memanfaatkan pengetahuan yang telah
tersimpan dalam struktur kognitif mereka terkait dengan operasi bilangan positif dan
menggunakannya dalam penyelesaian masalah. Masih ada realitas lain yang dapat
menjadi pemecahan. Bagaimana kalau berat yang dimaksud ada yang sama dan digabung
dengan berat yang tidak sama?. Solusi no.3 dan no 4 adalah contohnya penyelesaian yang
memenuhi. Penyelesaiannya memerlukan langkah-langkah, dan akan diperoleh banyak
solusi. Kemampuan peserta didik dalam mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki
menunjukkan kemampuan mereka dalam problem solving.
 Dalam hal ini peserta didik dengan solusi no.3 dan no.4 telah menggunakannya. Peserta
didik telah melakukan pemrosesan informasi dalam menyelsaikan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang tersimpan dalam struktur kognitif mareka. Sehingga
mereka mampu melakukan investigasi, membuat model matematika, lalu mendapatkan
keputusan.
Pemecahan masalah di atas menggunakan konsep-konsep pada bilangan dengan opeasi
penjumlahan, pembagian, perkalian, dan aljabar dalam bentuk model matematika dengan
persamaan matematika terbuka. Karena masalah di atas adalah masalah dengan solusi banyak
(open ended) maka penyelesaian yang mungkin tergantung pada kemampuan intelektual dan
pengalaman peserta didik. Kemapuan komunikasi matematis dan kreatif yang produktif
dalam mengambil keputusan tentu sangat diperlukan dalam problem solving.
Problem solving melalui pendekatan open ended sangat diperlukan sebagai upaya untuk
mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan open ended akan merangsang peserta didik untuk berlatih
mengembangkan kompetensi tanpa ikut-ikutan dengan jawaban temannya.
KESIMPULAN
Metode pembelajaran, dengan menghafal dan membaca fakta, peraturan, dan
prosedur, dengan penekanan pada penerapan prosedur yang dilatih untuk menyelesaikan
masalah rutin (biasa) adalah kurang memadai. Pembelajaran dengan pendekatan problem
solving terjadi ketika proses kegiatan pemecahan masalah dilakukan peserta didik
berlangsung. Artinya proses pembelajaran berlangsung selama proses pemecahan masalah
berjalan, dimana peserta didik bebas menggunakan pendekatan sesuai dengan pikirkan
masing-masing, dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah mereka pelajari, dan
membenarkan gagasan mereka sesuai apa yang diyakini. Lingkungan pembelajaran
melalui pendekatan problem solving memberikan kesempatan bagi peserta didik menyajikan
berbagai solusi, berbagi kepada kelompok atau kelas dan belajar matematika melalui interaksi
sosial, bernegosiasi, untuk mencapai pemahaman bersama. Kegiatan seperti itu membantu
peserta didik melakukan klarifikasi gagasan dan mendapatkan perspektif konsep belajar yang
berbeda.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dapat berkontribusi secara
signifikan terhadap pendidikan matematika tidak hanya sebagai sebuah metode atau jalan
untuk mengembangkan pemikiran logis, akan tetapi problem solving juga dapat : (1) memberi
konteks pengetahuan matematika bagi peserta didik, (2) meningkatkan proses transfer
keterampilan pada situasi yang tidak rutin, (3) merupakam bentuk estetika dalam diri peserta
didik. dan (4) memberi tempat (ruang) kepada peserta didik untuk membuat gagasan sendiri
tentang matematika dan untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers. Gulo, w. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2009). Dasar-daar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Zain, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai