Anda di halaman 1dari 19

PSIKOLOGI TINGKAH LAKU PESERTA DIDIK TENTANG PEMBELAJARAN

MATEMATIKA
Lailatul Qadriah, Ainun Nikmah, Lilis Sukmaliya
Dosen pengampu: Nadia Nurudini, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Nurul Jadid, Probolinggo

Abstrak: Dalam perkembangannya, psikologi terbagi menjadi beberapa cabang.


Salah satu cabang ilmu psikologi adalah psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan
menguraikan tahapan yang sistematis mengenai proses-proses yang harus dilakukan
dalam melakukan kegiatan pembelajaran beserta masalah-masalah yang mungkin
dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. Pada artikel kali ini difokuskan
pada pembahasan mengenai psikologi dalam pembelajaran matematika. Dalam
pembelajaran matematika tugas seorang guru yang paling penting adalah
meyakinkan peserta didiknya bahwa yang akan dipelajari merupakan konsep-konsep
matematika yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan menekankan
bahwa matematika dibangun berdasarkan keterkaitan konsep. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman mengenai
perilaku peserta didik dalam pembelajaran matematika. Salah satu usaha yang perlu
dilakukan untuk memahami hal tersebut adalah dengan mempelajari psikologi
pembelajaran matematika. Psikologi pembelajaran matematika menurut Resnick dan
Ford (1984) adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur atau susunan bangunan
matematika itu sendiri dan mengkaji juga tentang bagaimana seseorang itu berpikir
(think), bernalar (reason), dan bagimana ia menggunakan kemampuan intelektualnya
tersebut. Melalui pemahaman mengenai psikologi pendidikan matematika
diharapkan guru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, karena memiliki
pemahaman yang jelas mengenai psikologi dalam mengajarkan matematika kepada
peserta didik.

Kata-kata kunci: psikologi, tingkah laku, pembelajaran matematika

PENDAHULUAN
Psikologi memiliki tujuan langsung untuk memahami individu dan
kelompok dengan memperhatikan prinsip pribadi dan meneliti kasus spesifik.
Seseorang yang ahli di bidang psikologi atau menjadi peneliti psikologi disebut
psikolog dan dapat diklasifikasikan menjadi ilmuwan sosial, perilaku, atau
kognitif. matematika ialah ilmu yang berfungsi menyelesaikan permasalahan
mengenai bilangan. Dalam pembelajaran matematika tidak selamanya berhasil,
terkadang juga mengalami hambatan-hambatan yang mengakibatkan kegagalan
belajar, kegagalan belajar matematika dapat ditandai dengan adanya hasil dari
pembelajaran yang kurang memuaskan seperti Nilai Ujian Sekolah (UAN),
nilai Ujian Tengah Semester (UTS) ataupun nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS).
Pada masa perkembangan anak, masalah atau gangguan psikologis
mungkin dapat terjadi. Salah satu contohnya adalah adanya gangguan perilaku.
Gangguan perilaku itu sendiri secara umum dapat digambarkan sebagai kondisi
dimana individu menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar, serta diikuti
dengan keadaan emosional yang tidak stabil.
Faktor keberhasilan dalam pendidikan adalah guru, untuk itu maka
seorang guru oleh karena itu maka para guru perlu memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dan lengkap yang dapat dijadikan sebagai metode dan
sarana dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Guru yang baik adalah
guru yang dapat mengerti dan memahami permasalahan atau kendala dari
seorang peserta didik dan persoalan psikologi peserta didik. Guru yang dapat
memahami persoalan peserta didiknya adalah guru yang tidak memaksakan
keinginannya kepada peserta didik, yang mendengarkan.
Keluhan dan problematika belajar dari peserta didik, dan yang juga tidak
memaksakan tugas yang melampaui kemampuan peserta didik. Manfaat dan
kegunaan psikologi pendidikan juga membantu untuk memahamikarakteristik
peserta didik apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat
belajar, dengan mengetahui karakteristik ini guru dapat mendesain pendekatan
belajar untuk anak didik yang berbeda-beda tersebut, sehingga pembelajaran
dapat dilaksanakan secara optimal sesuai karakteristik peserta didik.

METODE
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik Secara umum (Tiara
Shandy: 23) langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, pendidik harus benar-
benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh peserta didik dalam menyelesaikannya.
b. Pembukaan
Pada bagian ini peserta didik diperkenalkan dengan strategi
pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia
nyata kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri.
c. Proses pembelajaran
Peserta didik mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan
masalah sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok. Setiap peserta didik atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan peserta didik atau kelompok
lain dan peserta didik atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap
hasil kerja peserta didik atau kelompok penyaji pendidik mengamati
jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan
peserta didik untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan
atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d. Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas, peserta didik diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu. Pada akhir pembelajaran peserta didik harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk matematika formal.
Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suyitno (2004:
38), implementasi pembelajaran RME di sekolah adalah sebagai berikut.
a. Guru menyiapkan beberapa soal realistik (ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari) yang akan dikerjakan siswa secara informal atau coba-coba
karena langkah penyelesaian formal untuk menyelesaikan soal tersebut
belum diberikan.
b. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada
penghargaan terhadap keberagaman jawaban dan kontribusi siswa.
c. Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan temuannya di depan kelas.
d. Dengan tanya jawab, guru mungkin perlu mengulang jawaban siswa
terutama jika ada pembiasan konsep.
e. Guru baru menunjukkan langkah formal yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan penjelasan tentang
materi pendukungnya.

BAGIAN INTI
Psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu dan terapan yang mempelajari
mental dan perilaku secara ilmiah. Psikologi memiliki tujuan langsung untuk
memahami individu dan kelompok dengan memperhatikan prinsip pribadi dan
meneliti kasus spesifik. pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar dan
mengajar yang mempelajari ilmu matematika dengan tujuan membangun
pengetahuan matematika agar bermanfaat dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, Psikologi pembelajaran matematika adalah
ilmu yang mengkaji tentang struktur atau susunan bangunan matematika itu
sendiri dan mengkaji juga tentang bagaimana seseorang itu berfikir (think),
bernalar (reason), dan bagaimana ia menggunakan kemampuan intelektualnya
tersebut. Sedangkan model pembelajaran matematika realistik adalah suatu
model pembelajaran yang berbasis pada masalah kontekstual sebagai titik
pangkal (starting point). Masalah matematika yang kontekstual adalah soal atau
masalah dalam kehidupan sehari-hari atau masalah yang dekat dengan pikiran
siswa.
Sebagai seorang guru tidak sekedar mendidik, tapi guru sebagai
pembimbing dan pendamping peserta didik untuk sampai kepada tujuan dari
pembelajaran. Guru bukan mendikte atau mengajari peserta didik tapi guru
mengajak peserta didik untuk belajar. Memahami dan ikut kedalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Seorang guru harus hati-hati dalam
menghadapi peserta didik, karena guru dihadapkan dengan bermacam keunikan
dari peserta didik. Guru harus mengenal karakteristik peserta didik yang
diajarkannya. Guru harus paham akan perbedaan karakteristik dari peserta
didik. Guru harus memahami psikologi dari peserta didik sehingga terwujud
pembelajaran yang efektis dan efisien. Dalam proses pembelajaran guru harus
mengenal prilaku dari individu, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dimana individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Berinteraksi dengan
guru dan peserta didik lainnya. Psikologi pembelajaran matematika merupakan
pembelajaran antara guru dan peserta didik. Bagaimana seorang anak
memahami materi matematika. Bagaimana seorang anak berpikir, mengolah
pikirannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Psikologi pembelajaran matematika memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Guru tidak sekedar menanamkan konsep
matematika dalam pikirannya tapi bagaimana peserta didik dapat
menggembangkan konsep tersebut dalam penyelesaian permasaalahan
matematika. Guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas, memberikan
ruang belajar bagi peserta didik. Memberikan motivasi dan semangat kepada
peserta didik. Memberikan keyakinan bahwa belajar matematika suatu pelajaran
yang tidak sulit. Matematika merupakan pelajaran yang melatih diri berpikir
kritis, bernalar dan kritis. Memahami psikologi peserta didik memberikan
manfaat bagi seorang guru dalam membimbing peserta didik dalam proses
pembelajaran matematika. Pentingnya pengetahuan tentang teori pembelajaran
matematika, maka semakin penting untuk mempelajari psikologi pembelajaran
matematika. Psikologi pembelajaran akan membantu guru dalam mengungkap
potensi yang dimiliki siswa dengan tidak melupakan hakikat siswa sebagai
manusia yang memiliki jati diri yang berhak diakui eksistensinya dan berbeda
satu dengan lainnya.
Pembelajaran sebagai proses yang dilalui siswa, tidak dapat dipisahkan
dengan perkembangannya. Pembelajaran yang tidak memperhatikan tahap
perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa
mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan
kemampuannya dalam menyerap materi yang diberikan (TIM MKPBM UPI.
2001). Seorang guru yang profesional, tidak akan memandang proses belajar
pada siswa tanpa memandang perkembangannya. Dengan memperhatikan
perkembangan siswa, maka proses belajar akan terjadi sesuai dengan
kesiapannya.
Tugas seorang guru matematika menurut Permendiknas 22 Tahun 2006
(Depdiknas. 2006) tentang Standar Isi adalah membantu siswanya untuk
mendapatkan (1) pengetahuan matematika yang meliputi konsep, keterkaitan
antar konsep, dan algoritma; (2) kemampuan bernalar: (3) kemampuan
memecahkan masalah; (4) kemampuan mengomunikasikan gagasan dan ide;
serta (5) sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Secara
umum, tugas utama seorang guru matematika adalah membimbing siswanya
tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya (learning how to learn) dan
bagaimana memecahkan setiap masalah yang menghadang dirinya (learning
how to solve problems) sehingga bimbingan tersebut dapat digunakan dan
dimanfaatkan di masa depan mereka (Fadjar Shadiq & Nur Amini Mustajab,
2011).
Berkenaan dengan hal tersebut, maka tujuan jangka panjang pembelajaran
adalah untuk meningkatkan kompetensi para siswa agar mereka mampu
mengembangkan diri mereka sendiri dan mampu memecahkan masalah yang
muncul.

A. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika


Dalam setiap kegiatan tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan tersebut dalam mencapai tujuannya. Demikian halnya
dengan pembelajran matematika. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain dan memiliki keterkaitan. Ada tiga faktor utama yang dapat
memepengaruhi psikologi pembelajaran antara lain.
1. Guru
Dalam sebuah proses pembelajaran guru merupakan salah satu
komponen penting karena dianggap mampu memahami, mendalami.
melaksananakan dan akhirnya mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka guru menjadi pihak yang sangat
mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Hal-hal yang akan
berpengaruh terhadap proses pembelajaran diantaranya:
a. Kondisi di dalam diri seorang guru
b. Kemampuan mengajar
c. Kemampuan mengatur kondisi kelas
Ada beberapa hal yang harus guru lakukan, diantaranya:
1. Memahami perbedaan karakteristik. Peserta didik memiliki
keunikan masing-masing. Memiliki potensi yang berbeda. Jadi guru
harus siap dengan peran seorang guru yaitu membimbing, sebagai
fasilitator dan penggerak.
2. Guru harus menciptakan suasana aman dan nyaman sebelum proses
pembelajaran dimulai.Menciptakan kenyaman, peserta didik merasa
bahwa dirinya bisa dan mampu untuk menyelesaikan matematika.
Guru dan peserta didik dapat menciptakan hubungan emosional
yang baik. Sehingga peserta didik nyaman untuk bertanya dan
berinteraksi dengan gurunya.
3. Guru harus tepat memilih strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Guru selaku motivator, memberikan keyakinan kepada peserta
didik, bahwa tidak ada sesuatu yang sulit. Keyakinan bahwa, jika belajar
dengan sungguh-sungguh yang sulit jadi mudah. Memahami psikologi
pembelajaran bagi seorang guru akan memudahkan proses pembelajaran
dalam kelas. Akan tercipta hubungan sosial yang baik antara guru dan
peserta didik.
2. Peserta didik
Peserta didik sebagai penerima berbagai transfer pengetahuan, sikap
dan keterampilan guna perubahan dalam dirinya sebagai proses
pembelajaran juga jadi penentu dan hal yang mempengaruhi proses
pembelajaran itu sendiri. Di antara pengaruh peserta didik dalam proses
pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu sendiri yang dipengaruhi
beragam aspek dari dalam diri dan lingkungan sekitar yang nanti akan
berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang disebut ekosistem. Lingkungan adalah suatu yang berada di luar dari
anak dan mempengaruhi terhadap perkembangannya. Dalam hal ini para
ahli pendidikan membagi lingkungan kepada tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan keluarga terdiri dari ayah,ibu dan anak-anak serta
family yang menjadi penghuni rumah. Tinggi rendahnya pendidikan
orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian
dan bimbingan orang tua, tenang tidaknya situasi dalam rumah,
semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Jadi
lingkungan keluarga yang hamonis akan mampu membangkitkan
semangat belajar anak, dan membantu terhadap keberhasilan belajar
anak tersebut.
b. Lingkungan sekolah/ pesantren
Dalam lingkungan sekolah atau pesantren bila semua pihak yang
terkait di dalamnya saling memahami dan mengerti terhadap hak dan
kewajiban masing- masing. Seperti kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuian kuriulum dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah
murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebaginya.
c. Lingkungan masyarakat
Dalam lingkungan masyarakat, masyarakat tersebut menjadi
pengawas terhadap yang dilakukan oleh setiap subjek pendidikan
dalam arti menilai, mendukung dan ikut mengantisipasi terhadap
segala yang tidak diinginkan. Dengan kata lain bila di sekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya tergolong orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan
moralnya baik, hal ini akan mendorong anak akan lebih giat belajar
(Mustaqim,2001:4-5).

A. Kesulitan Pembelajaran Matematika di Sekolah


Pengertian Kesulitan Pembelajaran Matematika di Sekolah Kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin tidak disadari oleh
orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis atau
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis kesulitan, yaitu kesulitan dalam menggunakan konsep,
kesulitan dalam menggunakan prinsip, dan kesulitan dalam menyelesaikan
masalah-masalah verbal. Lebih lanjut kesulitan dalam menyelesaikan masalah
verbal merupakan perluasan dari kesulitan dalam menggunakan konsep dan
prinsip. Kesulitan siswa dalam menggunakan konsep antara lain:
1. Ketidakmampuan untuk mengingat nama secara lisan.
2. Ketidakmampuan menyatakan arti dari istilah yang mewakili konsep
tertentu.
3. Ketidakmampuan untuk mengingat satu atau lebih kondisi yang
diperlukan bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang
mewakilinya.
4. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu kondisi yang cukup bagi
suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang mewakili konsep
tersebut.
5. Tidak dapat mengelompokkan objek sebagai contoh suatu konsep dari
objek yang bukan contohnya.
6. Ketidakmampuan untuk menyimpulkan informasi dari suatu konsep
yang diberikan.
7. Kesulitan dalam menggunakan konsep dasar menambah kesulitan siswa
mempelajari dan menggunakan prinsip.
Kesulitan siswa dalam menggunakan prinsip, antar lain:
1. Kesulitan melakukan kegiatan penemuan tentang sesuatu, teliti
melakukan perhitungan operasi aljabar.
2. Ketidakmampuan siswa menentukan faktor yang relevan. Akibatnya
tidak mampu mengabstraksikan pola-pola.
3. Siswa dapat menyatakan suatu prinsip tetapi kesulitan mengutarakan
artinya dan menerapkan prinsip tersebut.

Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa


Faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik antara lain yaitu:

1.Faktor Fisiologis
Kesulitan belajar siswa dapat ditimbulkan oleh faktor fisiologis. Hal ini antara
lain ditunjukkan oleh kenyataan bahwa persentase kesulitan belajar siswa yang
mempunyai gangguan penglihatan lebih dari pada yang tidak mengalaminya.
Demikian pula kesulitan siswa yang mempunyai gangguan pendengaran lebih
banyak dibandingkan dengan yang tidak mengalaminya. Dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di atas, umumnya guru matematika tidak memiliki
kemampuan atau kompetensi yang memadai untuk mengatasinya. Yang dapat
dilakukan guru hanyalah memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki
gangguan dalam penglihatan atau pendengaran tersebut untuk duduk lebih dekat
ke meja guru. Selebihnya, hambatan belajar tersebut hendaknya diatasi melalui
kerjasama dengan pihak yang memiliki kompetensi [bimbingan dan konseling
misalnya sehingga dapat menanganinya lebih baik.
2. Faktor Sosial
Jika sepulang dari sekolah seorang siswa senantiasa ditanya ibunya tentang
keadaan kegiatan belajarnya di sekolah, kemudian memberikan dorongan positif
atas kekurangberhasilan atau keberhasilan anaknya, maka perhatian ibu itu akan
dapat mendorong siswa untuk senantiasa berusaha belajar.Tetapi jika seorang
ayah sering mengatakan: “Saya dulu tidak pernah memperoleh nilai hitam dalam
ilmu pasti [matematika], tetapi toh berhasil juga menjadi ’orang’, kaya lagi!”
maka hal tersebut merupakan ungkapan yang dapat menurunkan motivasi siswa
belajar matematika. Hal itu dapat berlanjut kepada anaknya yang mengatakan
kepada orang tuanya: “Kalau begitu saya lebih baik melanjutkan sekolah yang
tidak ada matematikanya saja, ya Pak?” Sebaliknya jika bapak itu mengatakan
”Saya tidak pernah memperoleh nilai hitam dalam matematika, tetapi saya banyak
belajar cara berpikir matematika dan ternyata dapat menjadi orang”, maka
pernyataan Bapak yang tidak menguasai matematika dengan baik itu masih
merupakan dorongan bagus bagi siswa untuk mau belajar matematika. Hal senada
mestinya juga dilakukan oleh guru dalam memotivasi siswanya belajar
matematika.
Hubungan orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang
masalah belajarnya di sekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan
kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan penambah kesulitan
belajar siswa. Termasuk dapat memberikan kemudahan antara lain: kasih sayang,
pengertian, dan perhatian atau kepedulian [misalnya “menyertai” anaknya belajar,
dan tersedianya tempat belajar yang kondusif].
Di samping itu ekonomipun merupakan faktor, baik positif maupun negatif.
Siswa yang mengalami masalah sosial di rumahnya biasanya dari kalangan
keluarga yang kurang menaruh perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini
mungkin akibat dari kepedulian yang rendah terhadap belajar anak/siswa,
permasalahan tersebut dapat terjadi baik dari kalangan yang ekonominya sudah
mapan maupun ekonominya masih lemah. Keluarga yang mempunyai kemudahan
memberikan kesempatan lebih baik bagi anak-anaknya untuk berkembang dan
mengatasi kesulitan mereka di kelas. Usaha-usaha yang dilakukan melalui
permainan manipulatif bangun datar, bangun ruang dan permainan manipulatif
lainnya memberikan tantangan yang dapat mengembangkan alternatif dalam
mengatasi kesulitan belajar. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam
lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar
siswa. Siswa yang kurang dapat bergaul atau menyesuaikan dengan situasi kelas
oleh berbagai sebab yang menyebabkan ia merasa terpencil, terhina atau
senantiasa menjadi bahan ejekan atau olokan, merupakan faktor penghambat,
meskipun bagi sebagian siswa yang biasa mengatasi masalah hal itu dapat
digunakan sebagai pemacu untuk menunjukkan eksistensinya.
Interaksi antar siswa yang kurang dibiasakan dalam kegiatan di kelas dapat
menyebabkan masalah sosial. Anak yang merasa kurang semakin menyendiri,
sebaliknya dengan kebiasaan lainnya di rumah ia dapat mengalihkannya dengan
minta perhatian guru. Secara umum siswa yang terlalu tertutup atau terlalu
terbuka mungkin adalah siswa yang mengalami masalah sosial di rumah atau
tekanan dari teman atau mungkin orang tuanya. Jadi lingkungan belajar di sekolah
juga merupakan salah satu faktor sosial kesulitan belajar siswa. Masalahnya perlu
dikaji dan penyelesaiannya mungkin memerlukan bantuan wali kelas, guru
bimbingan atau pihak luar yang lebih memahami masalah siswa tersebut.
3. Faktor Emosional
Siswa yang sering gagal dalam matematika lebih mudah berpikir tidak rasional,
takut, cemas, benci pada matematika. Jika demikian maka hambatan itu dapat
“melekat” pada diri anak/siswa. Masalah siswa yang termasuk dalam faktor
emosional dapat disebabkan oleh:
1. Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, ekstasi, dan obat lain yang
sejenis,
2. Kurang tidur,
3. Diet yang tidak tepat,
4. Hubungan yang renggang dengan teman terdekat
5. Masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah
Mengutip Teaching About Drug Abuse [1972:22-26], Cooney dkk [1975]
dinyatakan bahwa siswa yang mengkonsumsi pil ekstasi kemalasannya naik luar
biasa, kadang-kadang menunjukkan perangai yang tidak rasional, depresi, tak
sadar, atau sebaliknya: tertawa-tawa. Tampilannya berubah tiba-tiba, kesehatan
menurun. Akibatnya siswa akan kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran,
atau mudah mengalami depresi mental, emosional, kurang ada minat membaca
buku maupun menyelesaikan pekerjaan rumah. Siswa yang terkena narkoba
biasanya daya ingatnya menurun. Penanganan kesulitan belajar yang disebabkan
oleh hal-hal di atas sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi,
baik psikologis, medis maupun agamis.
4. Faktor Intelektual
Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual,
umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma,
walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan
mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif dan mengingat konsep-konsep
maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit.
Siswa demikian biasanya juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
terapan atau soal cerita. Ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi
tertentu, tetapi merasa mudah dalam materi lain.
5. Faktor Pedagogis
Di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor
kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi.
Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki
siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa
dalam pemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan.
Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika
ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan
muncul kesulitan umum yaitu kebingungan karena tidak terstrukturnya bahan ajar
yang mendukung tercapainya suatu kompetensi.
Ketika menerangkan bagian-bagian bahan ajar yang menunjang tercapainya
suatu kompetensi bisa saja sudah jelas, namun jika secara keseluruhan tidak
dikemas dalam suatu struktur pembelajaran yang baik, maka kompetensi dasar
dalam penguasaan materi dan penerapannya tidak selalu dapat diharapkan
berhasil. Dengan kata lain, struktur pelajaran yang tertata secara baik akan
memudahkan siswa, paling tidak mengurangi kesulitan belajar siswa. Kejadian
yang dialami siswa dan sering muncul menurut guru adalah: “Ketika dijelaskan
mengerti, ketika mengerjakan sendiri tidak bisa”. Jika guru menanggapinya hanya
dengan menyatakan: memang hal itu yang sering dikemukakan siswa kepada saya,
berarti guru tersebut tidak merasa tertantang profesionalismenya untuk mencari
penyebab utama, menemukannya, dan mengatasi masalahnya. Kesulitan itu dapat
terjadi karena guru kurang memberikan latihan yang cukup di kelas dan
memberikan bantuan kepada yang memerlukan, meskipun ia sudah berusaha keras
menjelaskan materinya. Hal ini terjadi karena guru belum menerapkan hakekat
belajar matematika, yaitu bahwa belajar matematika hakekatnya berpikir dan
mengerjakan matematika. Berpikir ketika mendengarkan penjelasan guru,
mempunyai implikasi bahwa tanya jawab merupakan salah satu bagian penting
dalam belajar matematika. Dengan tanya jawab ini proses diagnosis telah diawali.
Ini berarti diagnostic teaching, pembelajaran dengan senantiasa sambil mengatasi
kesulitan siswa telah dilaksanakan dan hal ini yang dianjurkan.
Secara umum, cara guru memilih metode, pendekatan dan strategi dalam
pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam
belajar siswa. Perasaan lega atau bahkan sorak sorai pada saat bel berbunyi pada
akhir jam pelajaran matematika adalah salah satu indikasi adanya beban atau
kesulitan siswa yang tak tertahankan. Jika demikian maka guru perlu introspeksi
pada sistem pembelajaran yang dijalankannya. Seseorang mengatakan: “Saya dulu
tidak pernah memperoleh nilai hitam dalam ilmu pasti [matematika], tetapi toh
berhasil juga menjadi ’orang’, kaya lagi!” maka hal tersebut merupakan ungkapan
yang dapat menurunkan motivasi siswa belajar matematika. Hal itu dapat
berlanjut kepada anaknya yang mengatakan kepada orang tuanya: “Kalau begitu
saya lebih baik melanjutkan sekolah yang tidak ada matematikanya saja, ya Pak?”
Sebaliknya jika bapak itu mengatakan ”Saya tidak pernah memperoleh nilai hitam
dalam matematika, tetapi saya banyak belajar cara berpikir matematika dan
ternyata dapat menjadi orang”, maka pernyataan Bapak yang tidak menguasai
matematika dengan baik itu masih merupakan dorongan bagus bagi siswa untuk
mau belajar matematika. Hal senada mestinya juga dilakukan oleh guru
dalam memotivasi siswanya belajar matematika.
Hubungan orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang
masalah belajarnya di sekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan
kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan penambah kesulitan
belajar siswa. Termasuk dapat memberikan kemudahan antara lain: kasih sayang,
pengertian, dan perhatian atau kepedulian [misalnya “menyertai” anaknya belajar,
dan tersedianya tempat belajar yang kondusif]. Di samping itu ekonomipun
merupakan faktor, baik positif maupun negatif. Siswa yang mengalami masalah
sosial di rumahnya biasanya dari kalangan keluarga yang kurang menaruh
perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini mungkin akibat dari kepedulian
yang rendah terhadap belajar anak/siswa, permasalahan tersebut dapat terjadi baik
dari kalangan yang ekonominya sudah mapan maupun ekonominya masih lemah.
Keluarga yang mempunyai kemudahan dalam memberikan alat permainan dan
bacaan edukatif kepada anaknya yang masih belajar di tingkat pendidikan dasar,
memberikan kesempatan lebih baik bagi anak-anaknya untuk berkembang dan
mengatasi kesulitan mereka di kelas. Usaha-usaha yang dilakukan melalui
permainan manipulatif bangun datar, bangun ruang dan permainan manipulatif
lainnya memberikan tantangan yang dapat mengembangkan alternatif dalam
mengatasi kesulitan belajar. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam
lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar
siswa. Siswa yang kurang dapat bergaul atau menyesuaikan dengan situasi kelas
oleh berbagai sebab yang menyebabkan ia merasa terpencil, terhina atau
senantiasa menjadi bahan ejekan atau olokan, merupakan faktor penghambat,
meskipun bagi sebagian siswa yang biasa mengatasi masalah hal itu dapat
digunakan sebagai pemacu untuk menunjukkan eksistensinya. Interaksi antar
siswa yang kurang dibiasakan dalam kegiatan di kelas dapat menyebabkan
masalah sosial. Anak yang merasa kurang percaya diri semakin menyendiri,
sebaliknya dengan kebiasaan lainnya di rumah ia dapat mengalihkannya dengan
minta perhatian guru. Secara umum siswa yang terlalu tertutup atau terlalu
terbuka mungkin adalah siswa yang mengalami masalah sosial di rumah atau
tekanan dari teman atau mungkin orang tuanya. Jadi lingkungan belajar di sekolah
juga merupakan salah satu faktor sosial kesulitan belajar siswa. Masalahnya perlu
dikaji dan penyelesaiannya mungkin memerlukan bantuan wali kelas, guru
bimbingan atau pihak luar yang lebih memahami masalah siswa tersebut.

Menurut Subini faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa dibedakan


menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal (Fitriana, 2011).
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.
Faktor ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesulitan pada
anak. Faktor internal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan Dapat menyebabkan
munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang
sedang sakit, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya.
2. Faktor psikologi yang meliputi:
a). Kebiasaan Belajar
Cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh siswa dan cara
atau kebiasaan belajar dapat terbentuk dari aktifitas belajar, baik secara
sengaja ataupun tidak sengaja.
b). Intelegensi
suatu kemampuan mental atau pun rohani yang melibatkan proses
berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang
baru.
c). Motivasi Belajar
kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar
yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil
belajar sebaik mungkin.
d). Kecakapan Belajar
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi tiga hal antara lain:
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang paling berpengaruh pada
kehidupan anak sebelum kondisi di sekitar anak (masyarakat dan
sekolah). Pada lingkungan keluarga yang mempengaruhi tingkat
kecerdasan atau hasil belajar pada anak yaitu cara mendidik anak,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar anak setelah keluarga dan
masyarakat sekitar. Faktor lingkungan sekolah yang dapat
mempengaruhi kesulitan belajar pada anak yaitu, guru, metode
mengajar, instrumen atau fasilitas, kurikulum sekolah, relasi guru
dengan anak, relasi antar anak, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu,
standar pelajaran, kebijakan penilaian, keadaan gedung, tugas rumah..
3. Faktor masyarakat
Selain dalam keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat. Peran masyarakat sangat mempengaruhi
individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin
menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali
menyerap ke diri individu, karena ilmu yang didapat dari
pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap
oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran
masyarakat akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses
belajar.

B. Tips dan Cara Mengatasi Kesulitan Belajar


Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi kesulitan belajar: 
1. Mengajak Siswa Untuk Aktif Saat Proses Pembelajaran 
Cara pertama yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar
adalah dengan mengajak siswa untuk aktif saat proses pembelajaran.
Dimana guru bisa melibatkan siswa dalam berdiskusi saat sedang
menerangkan materi pelajaran. Selain itu, dorong siswa untuk mau
bertanya tentang materi apa yang belum dipahami. Metode ini bisa
dibilang cukup efektif akan tetapi dalam penerapannya membutuhkan
kesabaran dan juga keuletan.
2. Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan
Cara mengatasi kesulitan belajar selanjutnya yaitu dengan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kesulitan yang dialami
seseorang bisa terjadi karena suasana belajar yang tidak kondusif. Maka
dari itu, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
supaya lebih berkonsentrasi. Konsentrasi sangat dibutuhkan saat belajar
karena akan mempermudah dalam memahami materi pelajaran yang
sedang dipelajari. 
3. Jangan Belajar Sambil Bermain Handphone
Banyak siswa yang menganggap bahwa belajar merupakan
aktivitas yang sangat membosankan. Biasanya rasa bosan tersebut diatasi
dengan bermain handphone. Padahal belajar sambil
bermain handphone bisa membuyarkan konsentrasi sehingga materi
pelajaran yang dipelajari tidak bisa dipahami dengan baik. Maka dari itu,
supaya bisa lebih fokus dan konsentrasi sebaiknya jangan
bermain handphone saat sedang belajar. 
4. Menemani Anak Belajar 
Orang tua juga memiliki peran yang besar dalam mengatasi
masalah kesulitan belajar anaknya. Supaya anak lebih semangat belajar,
orang tua bisa menemaninya. Perlu diketahui anak-anak banyak yang
malas belajar apabila orang tua hanya memberikan perintah saja. Namun,
jika ditemani anak akan lebih semangat dan merasa diperhatikan.
5. Mengadakan Belajar Kelompok 
Belajar kelompok merupakan metode belajar yang hingga saat ini
masih digunakan. Hal ini bukan tanpa alasan karena belajar kelompok bisa
membuat siswa menjadi lebih aktif dibandingkan dengan belajar sendiri.
Dalam satu kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan karakteristik dan
kemampuan yang berbeda sehingga bisa saling melengkapi. 
6. Memberikan Pujian 
Ketika anak mengalami kesulitan belajar, guru ataupun orang tua
sebaiknya membantu siswa mengatasi masalah tersebut. Cara sederhana
dan sangat mudah untuk dilakukan yaitu dengan memberikan pujian
kepadanya. Contoh kalimat pujian yang bisa diberikan seperti “anak
pintar”, “bagus sekali” dan sebagainya. Dengan memberikan pujian maka
siswa menjadi lebih termotivasi dan meningkatkan rasa percaya dirinya. 
7. Berhenti Membandingkan Anak dengan Anak Lainnya 
Siapapun itu pasti tidak akan senang saat dibandingkan dengan
orang lain, tanpa kecuali anak-anak. Orang tua yang membandingkan
anaknya dengan anak lainnya akan membuatnya menjadi tertekan. Terlebih
anak yang dijadikan perbandingan merupakan anak yang berprestasi. 

Adapun Tips sederhana bagi guru dalam mengatasi kesulitan siswa dalam
mempelajari matematika SMK, antara lain (Iswanto, 2013):
1. Berikan model pembelajaran yang dapat memberikan motivasi belajar
kepada siswa, seperti bentuk kompetisi nilai, pemberian penghargaan
kepada siswa yang juara, bentuk kooperatif, dan sebagainya.
2. Buatlah metode yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh
dalam mengikuti pembelajaran, seperti metode diskusi kelompok,
pemberian tugas, drill, dan sebagainya.
3. Perlu adanya media pembelajaran yang dapat mendukung siswa dalam
memahami materi matematika, seperti multimedia pembelajaran
interaktif, media alat peraga,media LKS, dan sebagainya.
4. Terus memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat belajar
dalam bentuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang sedang disampaikan.
5. Menyuruh siswa agar selalu belajar di rumah dan mengerjakan soal-soal
yang ada di modul sehingga materi akan lebih dikuasi oleh siswa.

C. Manfaat dan tujuan Psikologi Pembelajaran Matematika


Manfaat psikologi pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada
pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran pada kondisiyang berbeda-beda seperti memahami
Perbedaan Individu/Peserta Didik. Seorang pendidik harus menghadapi
sekelompok siswa didalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik
masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran
yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik
dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik siswa
tersebut.
1. Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam
proses pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan
materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif
harus bias diciptakan oleh pendidik sehingga proses belajar mengajar
bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-
prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang
berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang
lebih baik.
2. Pemilihan strategi dan Metode pembelajaran
Sebagai sorang pendidik, dalam memilih strategi dan metode
pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan
karakteristik masing-masing peserta didiknya. Psikologi pendidikan
dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya
dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya
belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
3. Memberi bimbingan kepada peserta didik
Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah,
tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan
sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis
bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan
pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang
diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
4. Mengevaluasi hasil pembelajaran
Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas
seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu
dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat
membantu pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis
evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan
hasil hasil evaluasi.
5. Untuk mempelajari situasi dalam proses pembelajaran
Psikologi pembelajaran memberikan banyak kontribusi kepada
pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses
pembelajarn pada kondisi yang berbeda-beda seperti: memahami
perbedaan individu/ peserta didik (diversity of student), menciptakan
iklim belajar yang kondusif dalam kelas. pemilihan strategi dan
metode pembelajaran, memberikan bimbingan kepada peserta didik,
mengevaluasi hasil pembelajaran.
6. Untuk penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar
Yaitu dengan menetapkan tujuan dari pembelajaran yaitu mengacu
pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
dilaksananakannya proses pembelajaran., penggunaan media
pembelajaran dan penyusunan jadwal pembelajaran.
Tujuan Psikologi Pembelajaran Matematika
Beberpa tujuan utama dari studi tentang psikologi pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Agar seorang mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang individu,
baik dirinya sendiri maupun orang lain Dengan hasil pemahan tersebut
seorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang
lebih bijaksana, Adapun tujuan psikologi secara umum, pada dasarnya
sebagai berikut:
b. Memahami bentuk-bentuk gejala psikologi individu (siswa) secara umum
dalam bentuk sikap dan tingkah laku selama mengikuti proses
pembelajarsn.
c. Memahami kemampuan-kemampuan dan potensi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
d. Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis kemampuan dan potensi
yang dimiliki dalam bentuk proses pembelajaran yang berbasis
pengembangan siswa. Memahami bagaimana seharusnya proses belajar
dan pembelajarn agar tercapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif.
Memebantu siswa menyelesaikan program pembelajaran sehingga dengan
pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat memberikan bantuan
pada siswa dalam menyelesaikan program-program pembelajarn sampai
tuntas.
e. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
f. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
g. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
h. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
i. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dengan mempelajari psikologi, pendidik dapat mengetahui masa peka terhadap
anak- anak terjadi sekitar umur 3-4 tahun, sedang untuk belajar berhitung
terjadi sekitar umur 5-6 tahun. Dengan demikian, pada umur-umur tersebut
pendidik (orangtua) di rumah dapat memberikan latihan pendahuluan sebelum
si anak masuk sekolah. Di samping itu, si anak juga harus diberikan pendidikan
kehendak, agar tindakan si anak sesuai dengan norma- norma yang ada (Novan
Ardy, Irham Muhammad,2015:23)

PENUTUP

Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti


mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur
hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon
pendidik dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih
adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun
menentukan hasil hasil evaluasi. Psikologi pembelajaran matematika memiliki
peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru tidak sekedar
menanamkan konsep matematika dalam pikirannya tapi bagaimana peserta
didik dapat menggembangkan konsep tersebut dalam penyelesaian
permasaalahan matematika. Guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas,
memberikan ruang belajar bagi peserta didik. Memberikan motivasi dan
semangat kepada peserta didik. Memberikan keyakinan bahwa belajar
matematika suatu pelajaran yang tidak sulit.
Tugas seorang guru matematika adalah membantu siswanya untuk
mendapatkan pengetahuan matematika yang meliputi konsep, keterkaitan antar
konsep, dan algoritma; kemampuan bernalar: kemampuan memecahkan
masalah; kemampuan mengomunikasikan gagasan dan ide; serta sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/
323225907_Psikologi_Pembelajaran_Matematika_Melaksanakan_Pembel
ajaran_Matematika_Berdasarkan_Tinjauan_Psikologi
http://rizypratamarpl.blogspot.com/2016/02/assalamualaikum-wr.html?m=1
https://sg.docworkspace.com/l/sIBDo7pZbts6QngY?sa=00&st=0t
https://www.scribd.com/document/500538073/MAKALAH-PSIKOLOGI-
PEMBELAJARAN-MATEMATIKA
https://sg.docworkspace.com/l/sINbo7pZbndegngY?sa=00&st=0t
https://sg.docworkspace.com/l/sIMXo7pZbnNKgngY?sa=00&st=0t
https://www.researchgate.net/publication/
328635560_Kesulitan_Siswa_Smp_Belajar_Konsep_Dan_Prinsip_Dalam
_Matematika

Anda mungkin juga menyukai