ABSTRAK
Teori belajar adalah suatu rancangan metode pembelajaran yang diaplikasikan dalam kegiatan
belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik baik di kelas maupun luar kelas. Pembelajaran
matematika dikenal sebagai pembelajaran yang sulit sehingga pendidik dapat memahami teori
belajar untuk diterapkan pada pembelajaran. Pemahaman pendidik tentang teori belajar
merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran di Sekolah. Penggunaan teori
belajar juga disertai dengan pemilihan model pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik
semnagat dalam belajar. Model pembelajaran TAPPS sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan penulisan artikel ini
adalah untuk menambah referensi bagi pendidik dalam memahami teori-teori belajar yang
dikemukakan para ahli dalam pendidikan
Kata kunci: Teori Belajar, Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
Copyright: Maslaha
Corresponding author:
Email Address: maslaha86lala@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai
pengalaman yang berlangsung dan sepanjang hayat. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh pendidik maka pendidik harus memiliki kompetensi yang mumpuni agar
sekolah dapat melaksanakan fungsi pendidikannya dengan sebaik-baiknya, yaitu untuk
meningkatkan kualitas hidup dan martabat bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.
Pembelajaran adalah proses dimana peserta didik berinteraksi dengan pendidik dan sumber
belajar. Saat proses pembelajran berlangsung peserta didik menyerap ilmu pengetahuan sebanyak
banyaknya dari pendidik dengan cara memperhatikan penjelasan pendidik dan bertanya jika tidak
memahami suatu materi pembelajaran. Belajar dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan oleh
peserta didik dalam rangka mencapai dan memperoleh ilmu, pengetaghuan serta mencapai
pengalaman belajar itu seniri. Kemudian, dari proses tersebut, peserta didik juga menguasai sikap
cakap dalam suatu pengetahuan tertentu, menumnbuhkan keyakinan positif dan menciptakan
sebuah sikap dan perilaku serta kemmapuan intelektual peserta didik menjadi jauh lebih baik dan
lebih positif (Wardana dan Ahdar, 2020:13).
Pembelajaran di sekolah merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa.
Salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting adalah matematika. Matematika
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan kemampuan matematika, seseorang
dapat mengembangkan cara berpikir, penalaran, dugaan, dan pengambilan keputusan yang cermat,
bijaksana, kreatif, dan inovatif. Namun pada kenyaatnya matematika sampai saat ini banyak peserta
didik yang tidak suka belajar matematika dan mengatakan matematika adalah pelajaran yang sangat
sulit untuk dipahami dan membosankan. Terlebih lagi untuk memahami konsep matematika dan
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pendidik perlu menerapkan teori belajar dalam proses pembelajaran yang
dipadankan dengan model pembelajaran yang menarik. Sehingga peserta didik tertarik dan muncul
rasa ingin tahu untuk mempelajari matematika.
TEORI BELAJAR
Teori belajar merupakan gabungan dari prinsip-prinsip yang saling berkaitan yang dapat
menjelaskan banyak fakta dan temuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dengan
menggunakan teori pembelajaran dan pemilihan materi dengan langkah pengembangan yang tepat
serta menggunakan elemen desain informasi yang baik dapat memudahkan peserta didik dalam
memahami apa yang sedang dipelajari. Ditambah lagi, belajar terasa lebih santai dan
menyenangkan, sehingga peserta didik dapat lebih mudah untuk memahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh bapak ibu pendidik tanpa merasa bosan dan tertekan dengan situasi dan kondisi
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. (Nahar, 2016: 64) Teori belajar yang harus dikuasai
pendidik antara lain teori belajar behaviorisme, kognitivisme, humanisme, konstruktivisme dan
konektivisme.
bagaimana usaha memanusiakan manusia sehingga manusia bias seutuhnya tercapai (Yuberti,
2014:40).
Dalam teori humanistic ini, proses belajar mengajar dilaksanakan dengan mengutamakan
asas memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap sukses atau berhasil jika si pelajhar irtu
sendiri mampu memahami dirinya sendiri dan mampu memahami lingkungan sekitarnya. Dalam
konteks ini, proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik, didorong untuk mampu
mengaktualisasikan diri dengan cara terbaiknya masing-masing manusia. Singkatnya, teori ini
sebenarnya cenderung memahami perilaku manusia dari perspektif siapa yang melakukan, tidak
sebatas hanya melalui proses pengamatan (wardana dan ahdar, 2020:17).
Suatu kegiatan pembelajaran matematika yang mengaplikasikan teori humanistik dimana
pendidik memberikan kesempatan atau mengajak peserta didik untuk bertanya tentang materi yang
belum mereka pahami, membentuk kelompok selama pembelajaran, dan membiarkan peserta didik
mengungkapkan idenya di depan orang lain. Kesuksesan humanistik dikatakan telah terjadi, dengan
peserta didik merasa lebih tertarik dan antusias terhadap pembelajaran dan perubahan perilaku.
satunya sumber pengetahuan tempat peserta didik bertanya dan belajar. Oleh sebab itu untuk
terlakasananya teori konektivisme ini, pendidik di tuntut untuk selalu update pengetahuan dan tidak
gagap teknologi agar dapat membersamai peserta didik dalam proses pembelajaran mencari
informasi dan menggali pengetahuan yang dibutukan peserta didik. Sehingga pelaksanaan teori
konektivisme ini dapat terlaksana dengan baik.
menyesuaikankan dalam proses belajar mengajar. Seorang pendidik juga dituntut uyntujk memiliki
kecapan dan kemampuan ilmu pemngetahuan wawasan terkait teori belajar dan kemudian
seyogyanya menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
Teori belajar juga perlu adanya model dalam mengajar. Ada model yang sudah cocok dan
sesuai dan dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar matematika, dalam hal ini
model mengajar yang tepat adalah salah satunya model Thinking Aoud Pair Problem Solving
(TAPPS). Model TAPPS ini dapat difinisikan sebagai sebuah model pembelajaran yang menantang
para peserta didik untuk didorong terus belajar sehingga mampu mencari solusi dan memecahkan
masalah secara mandiri. Sementara di saat yang sama peserta didik lain turut menyimak,
mendengarkan dan memperhatikan cara mencari solusi dan memecahkan masalah tersebut. Lambat
laun, proses tersebut menuntun peserta didik untuk aktif an partisipatif dalam prses belajar
mengajar (Atika, 2021:13). Dalam model pembelajaran TAPPS ini diharapkan peserta didik dapat
memiliki kemampuan berpikir konstruktiv dan fokus dalam menyelesaikan masalah.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah pengalaman berkelanjutan dan seumur hidup yang membentuk
pertumbuhan pribadi. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, baik itu
kehidupan individu, kehidupan kelompok maupun kehidupan sosial. Menurut teori belajar
konstruktivisme dalam pendidikan, salah satu hal yang penting adalah bahwa pendidik tidak
sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Teori humanistik menekankan apa yang
harus dipelajari agar dapat membentuk masalah manusia yang utuh.
Pembelajaran bukan hanya tentang apakah pendidik dapat berbicara di depan seluruh kelas.
Namun yang lebih penting, pendidik harus mampu memahami teori belajar dan model
pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Sebagai contoh, beberapa pendidik terkadang hanya
menggunakan satu teori karena lebih menyukai dan menggunakan cara belajar yang biasa, yaitu
ceramah. Hal ini dikarenakan pendidik yang bersangkutan kurang memahami teori belajar.
Meskipun ceramah juga tidak dapat serta merta ditinggalakan oleh pendidik. Karena pada dasarnya
untuk mencapai tuuan pembelajaran yang sudah direncanakan, pendidik harus mampu menerapkan
semua teori pembelajaran dan model pembelajaran dalam proses pembelajarannya. Misalnya,
model pembelajaran TAPPS tanpa disadari telah melakukan langkah-langkah pembelajaran model
TAPPS dengan benar dan menggunakan semua teori pembelajaran.
REFERENSI
Atika, Fira. (2021). Pengaruh model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
berbantuan Software Autograph terhadap Kemampuan Komunikasi matematis peserta didik
kelas VIII. (Skiripsi). Universitas Malikussaleh.
Malika, Siti, dkk. (2022). Perspektif connectivisme terhadap pembelajaran berbasis Google for
education. Jurnal. Ilmu pendidikan.
Nugroho, P. (2015). Pandangan kognitivisme dan aplikasinya dalam pembelajaran pendidikan
agama islam anak usia dini. Kudus:Jurnal Thufala, 3(2):281.
Nahar, Novi Irwan. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.
Jurnal. 1:64.
Saam, Zuldan. (2010). Psikologi pendidikan. Pekanbaru:UR Press.
Wardana dan Ahdar. (2020). Belajar dan pembelajaran. Jakarta:Kaffah learning center.
Yuberti. (2014). Teori pembelajaran dan pengembangan bahan ajar dalam pendidikan. Bandar
Lampung:Anugrah Utama Raharja (AURA).