Anda di halaman 1dari 6

Journal of Mathematics in Teaching and Learning

Volume 1, No. 1, Desember2022 pp. 22-27


E-ISSN: P-ISSN:

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA MELALUI MODEL THINKING ALOUD PAIR
PROBLEM SOLVING (TAPPS)
Maslaha1, Ellis Mardiana Pangabean 2
1Magister Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2 DosenTetap Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
maslaha86lala@gmail.com1, ellismardiana@umsu.ac.id2

Received: 28-11-2022 Accepted: 03-12-2022 Published:

ABSTRAK
Teori belajar adalah suatu rancangan metode pembelajaran yang diaplikasikan dalam kegiatan
belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik baik di kelas maupun luar kelas. Pembelajaran
matematika dikenal sebagai pembelajaran yang sulit sehingga pendidik dapat memahami teori
belajar untuk diterapkan pada pembelajaran. Pemahaman pendidik tentang teori belajar
merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran di Sekolah. Penggunaan teori
belajar juga disertai dengan pemilihan model pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik
semnagat dalam belajar. Model pembelajaran TAPPS sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan penulisan artikel ini
adalah untuk menambah referensi bagi pendidik dalam memahami teori-teori belajar yang
dikemukakan para ahli dalam pendidikan

Kata kunci: Teori Belajar, Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

Copyright: Maslaha
Corresponding author:
Email Address: maslaha86lala@gmail.com

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai
pengalaman yang berlangsung dan sepanjang hayat. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh pendidik maka pendidik harus memiliki kompetensi yang mumpuni agar
sekolah dapat melaksanakan fungsi pendidikannya dengan sebaik-baiknya, yaitu untuk
meningkatkan kualitas hidup dan martabat bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.
Pembelajaran adalah proses dimana peserta didik berinteraksi dengan pendidik dan sumber
belajar. Saat proses pembelajran berlangsung peserta didik menyerap ilmu pengetahuan sebanyak
banyaknya dari pendidik dengan cara memperhatikan penjelasan pendidik dan bertanya jika tidak
memahami suatu materi pembelajaran. Belajar dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan oleh
peserta didik dalam rangka mencapai dan memperoleh ilmu, pengetaghuan serta mencapai
pengalaman belajar itu seniri. Kemudian, dari proses tersebut, peserta didik juga menguasai sikap
cakap dalam suatu pengetahuan tertentu, menumnbuhkan keyakinan positif dan menciptakan
sebuah sikap dan perilaku serta kemmapuan intelektual peserta didik menjadi jauh lebih baik dan
lebih positif (Wardana dan Ahdar, 2020:13).
Pembelajaran di sekolah merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa.
Salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting adalah matematika. Matematika
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan kemampuan matematika, seseorang
dapat mengembangkan cara berpikir, penalaran, dugaan, dan pengambilan keputusan yang cermat,
bijaksana, kreatif, dan inovatif. Namun pada kenyaatnya matematika sampai saat ini banyak peserta
didik yang tidak suka belajar matematika dan mengatakan matematika adalah pelajaran yang sangat
sulit untuk dipahami dan membosankan. Terlebih lagi untuk memahami konsep matematika dan
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pendidik perlu menerapkan teori belajar dalam proses pembelajaran yang

Journal of Mathematics in Teaching and Learning


Implementasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Thinking Aloud Pair
23 Problem Solving (TAPPS): Maslaha, Ellis Mardiana Panggabean

dipadankan dengan model pembelajaran yang menarik. Sehingga peserta didik tertarik dan muncul
rasa ingin tahu untuk mempelajari matematika.
TEORI BELAJAR
Teori belajar merupakan gabungan dari prinsip-prinsip yang saling berkaitan yang dapat
menjelaskan banyak fakta dan temuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dengan
menggunakan teori pembelajaran dan pemilihan materi dengan langkah pengembangan yang tepat
serta menggunakan elemen desain informasi yang baik dapat memudahkan peserta didik dalam
memahami apa yang sedang dipelajari. Ditambah lagi, belajar terasa lebih santai dan
menyenangkan, sehingga peserta didik dapat lebih mudah untuk memahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh bapak ibu pendidik tanpa merasa bosan dan tertekan dengan situasi dan kondisi
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. (Nahar, 2016: 64) Teori belajar yang harus dikuasai
pendidik antara lain teori belajar behaviorisme, kognitivisme, humanisme, konstruktivisme dan
konektivisme.

Teori Belajar Behavioristik


Teori behaviorisme adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dan interaksi antara
interaksi stimulus dan respon. Belajar adalah kontrol instrumental dari lingkungan Apakah
seseorang belajar tergantung pada faktor-faktor yang disediakan oleh lingkungan (Yuberti,
2014:28).
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku yang mengukur, mengamati, dan
menghasilkan perilaku melalui tanggapan peserta didik terhadap rangsangan yang dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif tentang perilaku di bawah kondisi yang diinginkan
(Wardana dan ahdar, 2020:16).
Teori behaviorisme dalam pembelajaran matematika adalah teori pembelajaran yang
menekankan pada hasil tindakan manusia dan interaksi antara stimulus dan respon. Ketika pendidik
bertanya kepada peserta didik, peserta didik menjawab dalam bentuk jawaban. Menggunakan
tanggapan atau perilaku tertentu dari pelatihan atau sebagai hasil dari kebiasaan. Pendidik
memberikan hadiah untuk merangsang kreatifitas dan meningkatkan minat juga bakat peserta didik
dalam belajar matematika. Pada kesempatan yang berbeda pendidik juga memberikan hukuman
yang mendidik jika peserta didik tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik. Tentu
saja hukuman yang diberikan berupa teguran yang mendidik dan menyadarkan peserta didik untuk
bertanggung jawab menyelesaikan tugas tugas yang diberikan bapak ibu pendidik, bukan hukuman
fisik yang menembah rasa takut dan kebencian peserta didik terhadap pelajaran matematika.

Teori Belajar Kognitif


Saam (2010:89) menyatakan bahwa teori kognitif menekankan bahwa peristiwa belajar
adalah proses batin atau mental manusia. Teori kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia yang
terlihat tidak dapat diukur dan diterapkan tanpa melibatkan proses mental lainnya seperti motivasi,
sikap, minat, dan kemauan.
Menurut Nugroho (2015), pengertian “cognitive” berasal dari kata “cognitioni” yang mirip
dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti luas, kognitif adalah perolehan,
pengorganisasian, dan penggunaan pengetahuan. Teori belajar kognitif dalam matematika lebih
mengutamakan proses belajar daripada hasil yang dicapai. Teori ini juga banyak digunakan karena
yang terpenting dalam teori ini adalah “insting” atau pemahaman untuk membiarkan peserta didik
memecahkan masalah, dan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik berpikir.
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplore kemampuanya untuk mencari tahu
tentang suatu materi dengan memanfaatkan sumber lain yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang sedang dihadapinya.

Teori Belajar Humanistik


Dalam teori ini, lebih ditekankan pemahaman pada gagasan bahwa belajar uitu bentuk paling
relevan adalah dengan cara mengamati kehidupan manusia sehari-hari. Teori ini sedijkit banyak
dianggap abstrak dan cenderung dipahamis ebagai filsafat dengan tujuan utamanya adalah

Journal of Mathematics in Teaching and Learning


Implementasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Thinking Aloud Pair
24 Problem Solving (TAPPS): Maslaha, Ellis Mardiana Panggabean

bagaimana usaha memanusiakan manusia sehingga manusia bias seutuhnya tercapai (Yuberti,
2014:40).
Dalam teori humanistic ini, proses belajar mengajar dilaksanakan dengan mengutamakan
asas memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap sukses atau berhasil jika si pelajhar irtu
sendiri mampu memahami dirinya sendiri dan mampu memahami lingkungan sekitarnya. Dalam
konteks ini, proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik, didorong untuk mampu
mengaktualisasikan diri dengan cara terbaiknya masing-masing manusia. Singkatnya, teori ini
sebenarnya cenderung memahami perilaku manusia dari perspektif siapa yang melakukan, tidak
sebatas hanya melalui proses pengamatan (wardana dan ahdar, 2020:17).
Suatu kegiatan pembelajaran matematika yang mengaplikasikan teori humanistik dimana
pendidik memberikan kesempatan atau mengajak peserta didik untuk bertanya tentang materi yang
belum mereka pahami, membentuk kelompok selama pembelajaran, dan membiarkan peserta didik
mengungkapkan idenya di depan orang lain. Kesuksesan humanistik dikatakan telah terjadi, dengan
peserta didik merasa lebih tertarik dan antusias terhadap pembelajaran dan perubahan perilaku.

Teori Belajar konstruktivis


Sementara itu, teori konstruktivisme dimaknai sebagai bentuk aktifitas belajar mengajar yang
benar-benar dilaksanakan secara aktif, di mana dalam konteks ini dipahami bahwa peserta didik itu
benar-benar mandiri membangun kemampuan pengetahuan yang dimiliki, inisiatif mencari tahu
terjhadap suatu hal, kemudian sampai paad suatu titik kesimpulan atas sebuah konsep vbaru atau
ide baru yang memang sudah ada dalam dirinya. Teori ini sebenarnya disarikan dri serangkaian
pengalaman seseorang yang sudah dijalani sehingga lambat laun memicu sebuah pengetahuan
dalam diri seseorang (Wardana dan Ahdar, 2020:21).
Teori konstruktivisme memahami proses belajar pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh
peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seorang pendidik kepada peserta didik. Teori ini
berpendapat bahwa pengetahuan dipahami karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Yuberti,
2014:46).
Penerapan pembelajaran konstruktivis pada matematika merupakan proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam diri manusia dan dapat dibangun sendiri
melalui pengalaman dan pemahaman baru. Maksud dari perkataan di atas yang terpenting dalam
teori ini proses pembelajaran peserta didik yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka,
bukan pendidik atau orang lain. Teori ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkonstruk ide ide dan pemahamannya tentang suatu materi dari berbagai sumber yang
ditemukannya secara pribadi atau berkelompok. Kemudian pendidik yang sebagai fasilitator
mengarahkan pemahaman peserta didik untuk mengerucut kepada pengetahuan yang sebenarnya,
Sehingga tumbuhlah kreatifitas peserta didik dalam memunculkan ide ide dan cara cara dalam
menyelesaiakn berbagai permasalahan.

Teori Belajar Konektivisme


Konektivisme adalah integrasi prinsip-prinsip yang dieksplorasi melalui teori kekacauan,
jaringan, kompleksitas, dan pengaturan diri. Konektivisme menawarkan perspektif baru tentang
bagaimana pembelajaran terjadi di ruang virtual atau pembelajaran online. Dengan demikian,
perspektif connectivist dibangun di atas teori-teori behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan
konstruktivisme (Malika, et al, 2022).
Konektivisme dalam pembelajaran adalah menemukan informasi baru. Belajar dianggap
sebagai proses penciptaan pengetahuan. Prinsip-prinsip teori memandang keberagaman perspektif
sebagai sumber pembentukan dan pembelajaran pengetahuan. Pembelajaran menjadi proses
menghubungkan informasi dari berbagai sumber dan lingkungan dalam masyarakat yang didukung
oleh teknologi.
Teori konektivisme ini harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk
terkoneksi pada jaringan, yang akan memudahkan peserta didik untuk mencari informasi dan
menggali pengetahuan yang dibutuhkannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidik bukan stu

Journal of Mathematics in Teaching and Learning


Implementasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Thinking Aloud Pair
25
Problem Solving (TAPPS): Maslaha, Ellis Mardiana Panggabean

satunya sumber pengetahuan tempat peserta didik bertanya dan belajar. Oleh sebab itu untuk
terlakasananya teori konektivisme ini, pendidik di tuntut untuk selalu update pengetahuan dan tidak
gagap teknologi agar dapat membersamai peserta didik dalam proses pembelajaran mencari
informasi dan menggali pengetahuan yang dibutukan peserta didik. Sehingga pelaksanaan teori
konektivisme ini dapat terlaksana dengan baik.

PERBANDINGAN TEORI BELAJAR


Setelah menjelaskan teori belajar di atas, pembahansan berikutnya adalah perbandingannya.
Berikut ini perbandingan teori belajar:
Teori Belajar Peserta didik Pendidik
Behavioristik Perubahan tingkah laku, Objek yang pasif. Mendomisili dalam
yang merupakan hasil dari proses pembelajaran,
stimulus -respon. pendidik
Seseorang sudah dianggap memindahkan
belajar apabila peserta didik pengetahuan ke
sudah ada perubahan peserta didik dengan
tingkah laku karena cara memberikan
stimulus yang diberikan stimulus.
pendidik.
Kognitif Belajar tidak sekedar Dituntut aktif dalam Pembimbing untuk
tingkah laku saja yang pembelajaran. mengembangkan
diukur dan diamati agar potensi kognitif yang
menghasilkan perubahan ada pada peserta didik.
dan pengamatan. Teori ini
lebih mementingkan proses
dari pada hasil yang
dicapai.
Humanistik Belajar harus dimulai dan Diarahkan untuk Berperan sebagai
ditujukan untuk memiliki kemampuan fasilisator yang
memanusiakan manusia. berpikir induktif serta berupaya menciptakan
Teori ini lebih peserta didik aktif dalam bagaimana peserta
mementingkan isi dari pada pembelajaran. didik dapat belajar
proses belajar. dengan baik.
Konstruktivis Peserta didik membangun Subjek yang aktif yang Berperan sebagai
sendiri pengetahuannya, diarahkan untuk mencari fasilisator, motivator
mencari tau sendiri dari apa tau dari apa yang dan mediator dalam
yang mereka pelajari. mereka pelajari. pembelajaran.
Konektivisme Belajar dianggap sebagai Peserta didik diminta Pendidik bukan satu-
proses penciptaan untuk mencari dan satunya sumber
pengetahuan dengan memberi informasi ke belajar dan
mencari informasi melalui dalam komunitas pengetahuan.
teknologi. belajar.

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Pendidikan sendiri memiliki tujuan berupa menciptakan kondisi belajar dan kemudian
berproses pada belajar mengajar yang mendorong peserta didik untuk membangun kemmapuan
dirinya terhadap kemampuan keagamaan, kemampuan kecerdasan individu, akhlak mulia dan
perilaku budi pekerti yang baik, dan potensi kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya.
Akhirnya, proses belajar tersebut membuat manusia memiliki kemampuan yang kompeten. Untuk
mencapai hal tersebut, pengajar atau pendidik harus memiliki kriteria dan metode yang tepat dan
relevan untuk melaksanakan pembelajaran, menyesuaikan dengan teknik metiode yang ada, dan

Journal of Mathematics in Teaching and Learning


Implementasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Thinking Aloud Pair
26 Problem Solving (TAPPS): Maslaha, Ellis Mardiana Panggabean

menyesuaikankan dalam proses belajar mengajar. Seorang pendidik juga dituntut uyntujk memiliki
kecapan dan kemampuan ilmu pemngetahuan wawasan terkait teori belajar dan kemudian
seyogyanya menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
Teori belajar juga perlu adanya model dalam mengajar. Ada model yang sudah cocok dan
sesuai dan dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar matematika, dalam hal ini
model mengajar yang tepat adalah salah satunya model Thinking Aoud Pair Problem Solving
(TAPPS). Model TAPPS ini dapat difinisikan sebagai sebuah model pembelajaran yang menantang
para peserta didik untuk didorong terus belajar sehingga mampu mencari solusi dan memecahkan
masalah secara mandiri. Sementara di saat yang sama peserta didik lain turut menyimak,
mendengarkan dan memperhatikan cara mencari solusi dan memecahkan masalah tersebut. Lambat
laun, proses tersebut menuntun peserta didik untuk aktif an partisipatif dalam prses belajar
mengajar (Atika, 2021:13). Dalam model pembelajaran TAPPS ini diharapkan peserta didik dapat
memiliki kemampuan berpikir konstruktiv dan fokus dalam menyelesaikan masalah.

Teori Belajar dalam Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)


Pembelajaran matematika biasanya sering diberi permasalahan yang harus diselesaikan dan
sering pendidik masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga terkesan mononton dan
membosankan sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Dalam contoh ini menggunakan materi kelas VIII yaitu pengolahan
data. Adapun langkah-langkah pembelajaran dari model TAPPS adalah sebagai berikut:
Tahap pertama, Pendidik melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk mengukur
kemampuan awal peserta didik. Peserta didik ditanya apa contoh pengolahan data yang diterapkan
dalam kehidupan sehari hari. Pada tahap ini, pendidik telah menerapkan teori belajar behavioristik,
kognitif, humanistik, konstruktivis. Pada tahap pertama ini pendidik menjelaskan tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
dengan serius.
Tahap kedua, Pendidik membentuk kelompok dan membagikan LKPD. Pada tahap ini peserta
didik dibagi menjadi beberapa kelompok yg terdiri 2 orang tiap kelompok dan pendidik
memberikan LKPD. Tahap ini menerapkan teori kognitif dimana peserta didik dikelompoknya
dibagi berdasarkan perbedaan tingkat kognitif peserta didik.
Tahap ketiga, Peserta didik menyelesaikan permasalahan secara berpasangan. Tahap ini pendidik
yang telah dibentuk kelompok menentukan perannya sebagai listener dan problem solving. Dimana
listener sebagai pendengar bagaimana problem solving menyelesaikan permasalahan yang ada di
LKPD berupa soal cerita untuk menentukan mean, modus dan quartil. Kemudian setelah satu soal
selesai mereka bertukar peran. Pada tahap ini menerapkan teori behavioristik, konstruktivisme,
humanistik, dan konektivisme bersamaan. Pada saat pendidik meminta peserta didik menyelesaikan
LKPD peserta didik telah membangun pemahamannya sendiri dan mengembangkan sikap.
Tahap keempat, Peserta didik memprestasikan hasil diskusi. Pendidik meminta peserta didik
untuk perwakilan kelompok memprestasikan hasil kerja mereka. Dan memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk menanggapi terhadap kelompok yang presentasi. Tahap ini
menerapkan teori belajar kognitif dan konstruktivisme karena peserta didik mengembangkan ide
idenya dengan pendapat orang lain dalam presentasi kelompok.
Tahap kelima, Peserta didik memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung.
Tahap ini pendidik membimbing peserta didik untuk memberikan kesimpulan dari apa yang
dipelajari. Pada saat peserta didik memberikan kesimpulan disini pendidik sudah menerapkan teori
belajar behavioristik. Selanjutnya ketika peserta didik merasa sudah senang dan merasa tertarik
untuk mengetahui dan mengikuti pembelajaran maka secara tidak langsung pendidik telah
menerapkan teori belajar humanistik.

KESIMPULAN
Pendidikan adalah pengalaman berkelanjutan dan seumur hidup yang membentuk
pertumbuhan pribadi. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, baik itu
kehidupan individu, kehidupan kelompok maupun kehidupan sosial. Menurut teori belajar

Journal of Mathematics in Teaching and Learning


Implementasi Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Thinking Aloud Pair
27 Problem Solving (TAPPS): Maslaha, Ellis Mardiana Panggabean

konstruktivisme dalam pendidikan, salah satu hal yang penting adalah bahwa pendidik tidak
sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Teori humanistik menekankan apa yang
harus dipelajari agar dapat membentuk masalah manusia yang utuh.
Pembelajaran bukan hanya tentang apakah pendidik dapat berbicara di depan seluruh kelas.
Namun yang lebih penting, pendidik harus mampu memahami teori belajar dan model
pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Sebagai contoh, beberapa pendidik terkadang hanya
menggunakan satu teori karena lebih menyukai dan menggunakan cara belajar yang biasa, yaitu
ceramah. Hal ini dikarenakan pendidik yang bersangkutan kurang memahami teori belajar.
Meskipun ceramah juga tidak dapat serta merta ditinggalakan oleh pendidik. Karena pada dasarnya
untuk mencapai tuuan pembelajaran yang sudah direncanakan, pendidik harus mampu menerapkan
semua teori pembelajaran dan model pembelajaran dalam proses pembelajarannya. Misalnya,
model pembelajaran TAPPS tanpa disadari telah melakukan langkah-langkah pembelajaran model
TAPPS dengan benar dan menggunakan semua teori pembelajaran.
REFERENSI
Atika, Fira. (2021). Pengaruh model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
berbantuan Software Autograph terhadap Kemampuan Komunikasi matematis peserta didik
kelas VIII. (Skiripsi). Universitas Malikussaleh.
Malika, Siti, dkk. (2022). Perspektif connectivisme terhadap pembelajaran berbasis Google for
education. Jurnal. Ilmu pendidikan.
Nugroho, P. (2015). Pandangan kognitivisme dan aplikasinya dalam pembelajaran pendidikan
agama islam anak usia dini. Kudus:Jurnal Thufala, 3(2):281.
Nahar, Novi Irwan. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.
Jurnal. 1:64.
Saam, Zuldan. (2010). Psikologi pendidikan. Pekanbaru:UR Press.
Wardana dan Ahdar. (2020). Belajar dan pembelajaran. Jakarta:Kaffah learning center.
Yuberti. (2014). Teori pembelajaran dan pengembangan bahan ajar dalam pendidikan. Bandar
Lampung:Anugrah Utama Raharja (AURA).

Journal of Mathematics in Teaching and Learning

Anda mungkin juga menyukai