Anda di halaman 1dari 33

PENERAPAN STRATEGI PEER TUTORING UNTUK MENINGKATKAN

RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MTS DARUL MUKHLASHIN

PROPOSAL

Oleh:

Nama Mahasiswa : Mai Della Adelia Rohman


NIM : 1803407026
Program Studi : Pendidika Matematika
DPU : Tri Novita Irawati S.Pd,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modern sekarang ini, matematika merupakan aspek penting yang menentukan
kesuksesan dan kemajuan suatu bangsa. Mempelajari matematika dapat memberikan sumbangan
bagi siswa dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Kompetensi tersebut
diperlukan agar siswa mampu memperoleh,mengolah dan memanfaatkan berbagai informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang dinamis dan kompetitif. Itulah sebabnya mengapa
matematika difasilitasi sebagai pelajaran di sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah
lanjutan, bahkan sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu pembelajaran matematika seharusnya
mendapat perhatian penting bagi pendidik untuk mencapai kesuksesan belajar bagi siswa
sehingga siswa mampu menghadapi persoalan hidupnya. Untuk mencapai kesuksesan belajar,
banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah hasil belajar.
Sekolah merupakan Lembaga Pendidikan dimana terdapat sekelompok siswa menerima
pelajaran pada waktu yang sama dari guru yang sama, dengan kata lain sekolah merupakan
tempat bagi guru dan siswa saling berintraksi dimana guru menyampaikan materi pelajaran dan
siswa menerima atau menyerap materi yang diberikan guru.
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang dimana pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan da kegemaran seseorang terbentuk, di modifikasi dan berkembang di sebabkan oleh
pengajar. Menurut Hamalik (2002:40) bahwa “Belajar adalah Proses perubahan tingkah laku
berkat intraksi dengan lingkungan”. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya terdiri dari buku
bacaan tetapi juga guru, sekolah, masyarakat, dan lain-lain. Dengan kata lain belajar adalah suatu
proses mental yang terjadi dalam bentuk seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) berfikir
dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman yang di dapat dan reaksi terhadap lingkungan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam diri individu yang belajar.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan disemua
tingkat sekolah, dan mempunyai jumlah jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan pelajaran
lain, sehingga siswa mau tidak mau harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Pelajaran
matematika dianggap sebagai mata pelajaran inti, dalam arti bahwa pelajaran tersebut harus di
ikuti semua pelajaran. Menurut Sujono (1998:137) mengungkapkan bahwa ”Matematika
merupakan tumpuan peradapan manusia dan factor pendukung dalam laju perkembangan serta
persaingan di berbagai bidang”. Selanjutnya Ida Karnasih (2001:1) mengemukakan bahwa
”Matematika adalah kunci untik mendapatkan kesempatan atau peluang (They Key Of
Opportunity) dan bukan hanya sebagai bahasa sains (Languange Of Science) tetapi matematika
memberikan sumbangan langsung serta cara yang fundamental terhadap bisnis, keuangan,
kesehatan, pertahanan, dan bidang lainnya.
Kurikulum 2013 menekankan pada peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Peran guru sangat dibutuhkan dalam menfasilatasi peserta didik dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan kecakapan peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam kurikulum
2013 banyak menggunakan pendekatan ilmiah atau lebih dikenal dengan pendekatan Saintifik.
Dimana pendekatan ini memiliki langkah-langkah pembelajaran yang mencakup kegiatan
mengamati (Obsevasing), menanya (Questioning), mencoba (Experimenting), menalar
(Associating), dan mengkomunikasikan (Communicating). Dari langkah-langkah pembelajaran
tersebut dapat membantu dan mempermudah guru dalam kegiatan proses pembelajaran, karena
dalam langkah-langkah pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 ini sudah melibatkan peserta
didik untuk aktif dalam proses pembelajaran dan juga sudah tersusun dengan jelas tahap
pertahapnya.
Pelaksanaan proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 guru juga perlu menguasai dan
menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, model, strategi dan teknik
pembelajaran secara spesifik. Penguasaan strategi pembelajaran akan mempengaruhi
keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru juga harus mengetahui bahwa setiap
peserta didik memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memahami materi pembelajaran.
Diantaranya terdapat peserta didik yang memiliki kemampuan yang cepat dalam memahami
pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu mengambil peluang untuk
mengfungsikan peserta didik tersebut untuk membantu peserta didik yang sulit memahami
pembelajaran. Salah satunya menggunakan strategi peer tutorimg.
Peer tutoring ialah strategi pembelajaran yang mengfungsikan siswa yang mempunyai
tingkat kognitif tinggi dari kelompok peserta didik itu sendiri dijadikan sebagai tutor atau guru
bagi teman sebayannya, dimana siswa yang ditunjuk menjadi tutor bertugas untuk membantu
teman-temannya yang belum memahami materi dan latihan yang diberikan oleh guru sesuai
aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut sehingga akan terbangun
pembelajara nyang bersifat kooperatif bukan kompetitif (Arjanggi, 2010: 91-97). Melalui strategi
peer tutoring diharapkan siswa mampu menggunakan kemampuan lebihnya untuk bersikap
peduli terhadap teman-temannya yang kurang mampu dan bertanggung jawab bersama dalam
belajar, serta menumbuhkan rasa percaya diri.
Strategi Peer tutoring juga mampu mengurangi dominan seorang guru dalam proses
pembelajaran, sebagaimana sebagai ciri khas dari pembelajaran konvensional. Paradigma
pembelajaran pada zaman modern ini guru bertugas sebagai fasilitator yang mampu
mengembangkan kreativitas peserta didiknya, misalnya memberikan kesempatan kepada siswa
bekerja dalam kelompok kecil dan bekerja sesuai dengan ide-idenya sendiri.
Strategi peer tutoring mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya yaitu (1) siswa yang
memiliki rasa takut atau malu untuk bertanya kepada guru akan lebih leluasa bertanya kepada
temannya sendiri, (2) sebagai tutor, tugas tutoring membuat ia lebih memahami konsep yang
sedang dipelajari, (3) bagi tutor, membiasakan diri untuk mengemban tanggung jawab, 4)
mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial (Djamarah
dan Zain , 2013: 26-27)
Dalam strategi peer tutoring, peserta didik yang akan dipilih menjadi tutor untuk
membimbing teman-temanya yang meiliki kesulitan dalam memahami pembelajaran. Syarat –
syarat yang dapat menjadi tutor ialah sebagai berikut: (1) memiliki prestasi yang baik; (2) tutor
dapat diterima dan disetujui oleh peserta didik yang menerima bantuan agar teman yang dibantu
leluasa untuk bertanya; (3) mampu menyampaikan dengan jelas bahan pengajaran yang butuhkan
oleh teman yang ia bantu; (4) memiliki kepribadian yang ramah; (5) luwes dalam bergaul; (6)
memiliki jiwa penolong dan tidak sombong (Indriani dan Mutmainnah, 2016: 4).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Strategi Peer Tutoring Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa
Kelas VIII Dalam Pembelajaran Matematika di MTS Darul Mukhlashin”.
1.2 Penegasan Judul
 Penerapan
Secara etimologi pengertian penerapan berasal dari kata dasar “terap” yang diberi
imbuhan awalan “pe” dan sufiks “an” yang berarti proses, cara, perbuatan menerapkan,
pemasangan, perihal mempraktikkan.
Secara istilah, Moh Uzer Usman mendefinisikan kata penerapan sebagai tingkat
kemampuan berpikir lebih tinggi dari pemahaman.5 Harjanto juga mengartikan
penerapan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahan-bahan yang telah dipelajari
dalam situasi baru dan nyata, termasuk di dalamnya kemampuan menerapkan aturan,
metode, konsep, prinsip dan teori.6 Selain itu, penerapan yang biasa diartikan sebagai
suatu program atau rencana yang telah disusun secara sistematis dalam bentuk nyata
dilapangan yang bersifat kongkrit
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah Tindakan
pelaksaanaan atau kemampuan menerapkan aturan, metode, prinsip dan teori yang
disusun dalam suatu program yang sistematis untuk suatu kegunaan ataupun tujuan
khusus. Sedangkan pengaruh penerapan adalah daya yang timbul yang dapat mengubah
tindakan pelaksanaan di bidang pendidikan untuk suatu tujuan yang khusus.
 Strategi Peer Tutoring
Strategi peer-tutoring merupakan suatu strategi pembelajaran dimana sekelompok
siswa yang telah mampu menguasai bahan pelajaran, mengajari atau memberikan
bantuan kepada siswa lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran yang dipelajarinya.
pembelajaran peer-tutoring ini pelaksanaannya yaitu dengan mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil atau dapat disebut secara kooperatif, dimana
sumber belajarnya bukan hanya bersumber dari guru melainkan juga dari teman sebaya
yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu.6
Strategi pembelajaran peer-tutoring yang dimaksudkan peneliti dalam penelitian
ini adalah penerapan strategi peer-tutoring untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa
kelas VIII dalam pembelajaran matematika di MTS Darul Mukhlashin.
 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa
Kata “Meningkatkan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: 1)
Menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat(produksi dsb); 2)
Mengangkat diri.
Pearce (dalam Rahayu, 2013: 63) mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal
dari tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak bukannya menghidari keadaan dan
bersifat pasif. Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh Hakim (dalam Rahayu, 2013:
63) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk mencapai
berbagai tujuan hidup.
Maksud peneliti dari “meningkatkan rasa percaya diri siswa” dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti berharap dengan diterapkannya
strategi pembelajaran peer-tutoring, rasa percaya diri siswa pada pembelajaran
matematika di kelas VIII MTS Darul Mukhlashin dapat mengalami peningkatan, dan
peningkatannya mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan baik oleh sekolah maupun
nasional untuk pelajaran matematika.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah akan dibatasi meliputi subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII MTS Darul Mukhlashin Tahun Ajaran 2021/2022. Topik bahasan dalam penelitian ini
adalah Bangun Ruang Sisi Datar dengan kompetensi dasarnya yaitu Membedakan dan
menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan
limas).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, peneliti merumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
 Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian
ini adalah apakah penerapan strategi peer tutoring dapat meningkatkan rasa
percaya diri siswa dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII MTS Darul
Mukhlashin?
1.5 Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk:
 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa pada mata pelajaran Matematika pada siswa
kelas VIII MTS Darul Mukhlashin
 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas VIII MTS Darul Mukhlashin
1.6 Kegunaan Penelitian
 Manfaat Teoritis
a. Menemukan pengetahuan baru untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
mata pelajaran Matematika pada siswa
b. Sebagai dasar untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mata
pelajaran Matematika pada siswa.
 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan para siswa untuk meningkatkan rasa percaya
diri pada proses belajar Matematika.
b. Manfaat Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan para guru untuk meningkatkan kualitas
mengajar khususnya dalam peningkatan rasa peraya diri pada siswa dalam mata
pelajaran matematika.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas
mengajar guru dan peningkatan profesionalisme guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas No. 22 Tahun 2003). Josh & Rising (1972) matematika
adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-
unsur yang kebenerannya didefinisikan atau tidak didefinisikan. Matematika merupakan bahasa
simbol tentang berbagai argumen denganmenggunakan istilah-istilah yang telah didefinisikan
dengan jelas, cermat, dan akurat. Matematika ialah seni, dimana keindahannya urut, runtut, dan
harmonis. Jadi pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi siswa dengan pendidik
yang mempelajari tentang pengetahuan terstruktur dimana sifat dan teori dibuat deduktif
berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan maupun tidak didefinisikan kebenarannya yang
menggunakan bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan cermat, jelas, dan akurat.
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, yakni
sekolah dasar, sekolah menengah, hingga jenjang perguruan tinggi. Pembelajaran matematika di
SMP (Sekolah Menengah Pertama) menjadikan bekal siswa untuk mengasah kemampuan yang
berkaitan dengan matematika sebagai upaya dalam menitih pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Adapun tujuan pembelajaran menurut Tim MKPBM (2001): (a) mengasah dan
mengembangkan kemampuan siswa melalui pembelajaran matematika, (b) mengembangkan
pengetahuan yang berkaitan dengan matematika sebagai bekal menitih pendidikan ke jenjang
selanjutnya, yakni pendidikan menengah atas. (c) meningkatkan keterampilan siswa sebagai
perluasan dari matematika sekolah dasar agar dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, (d)
memberi pandangan yang luas, melatih siswa memiki sikap disiplin, berfikir kritis, logis, cermat
dan serta menghargai matematika dalam penerapannya.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengenai tujuan pembelajaran
matematika yakni: (a) memahami konsep matematika, mendeskripsikan bagaimana keterkaitan
antar konsep matematika dan menerapkan konsep atau logaritma secara efisien, luwes, akurat,
dan tepat dalam memecahkan masalah, (b) menalar pola sifat dari matemematika,
mengembangkan atau memanipulasi matematika dalam menyusun argumen, merumuskan bukti,
atau mendeskripsikan argumen dan pernyataan matematika, (c) memecahkan masalah
matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, menyusun model penyelesaian
matematika, menyelesaikan model matematiaka, dan memberi solusi yang tepat, dan (d)
mengkomunikasikan argumen atau gagasan dengan diagram, tabel, simbol, atau media lainnya
agar dapat memperjelas permasalahan atau keadaan. Selain itu, NCTM (National
Council of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4 (empat) prinsip pembelajaran
matematika, yaitu (a) matematika untuk pemecahan masalah, (b) matematika untuk menalar, (c)
matematika untuk komunikasi, dan (d) matematika untuk menghubungkan. Jadi, tujuan yang
dimaksud dari pembelajaran matematika di SMP ini yaitu siswa dapat memecahkan masalah
yang berkaitan dengan matematika dengan berfikir kritis, logis dan cermat untuk dapat
menyelesaikan permasalahan matematika serta untuk menitih pendidikan ke jenjang selanjutnya.

2.2 Model Pembelajaran Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )


2.2.1 Pengertian Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
Tutor sebaya merupakan bagian dari cooperative learning atau belajar bersama.
Dalam model ini siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri
yang lebih mampu dalam suatu kelompok. Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu
teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok. Dari banyak
pengalaman model tutor sebaya lebih jalan daripada tutor oleh gurunya karena situasi
siswa dengan tutornya lebih dekat, sedangkan dengan guru agak jauh. Cara berfikir teman
dan cara penjelasan teman biasanyalebih mudah ditangkap dan tidak menakutkan.
Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana mengoptimalkan
kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan
kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi. Sehingga siswa yang kurang
berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan. Pembimbingan dalam pelajaran yang diberikan
oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang
dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan
siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman sebangkunya (tutor yang
ditunjuk) sehingga kondisi kelas pun bisa hidup karena siswa tidak malu bertanya ketika
mereka tidak paham.
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
Ada beberapa keunggulan dan kekurangan dengan menggunakan tutor sebaya,
seperti yang dikemukakan Arikunto (1995) berikut ini.
1) Keunggulan dari tutor sebaya:
a) Tutor sebaya menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh perbedaan
umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru.
b) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
c) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab
dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.
d) Tutor teman akan lebih sabar daripada guru terhadap siswa yang lamban dalam
belajar.
2) Kekurangan dari Peer Tutoring ( tutor sebaya ):
a) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan
dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan.
b) Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya karena
takut kelemahannya diketahui oleh temannya.
c) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena
perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi progam perbaikan.
d) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa
yang pandai dapat mengajarkannya Kembali kepada teman-temannya.
2.2.3 Kriteria Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
Untuk menjadi seorang tutor seorang siswa harus mempunyai beberapa kriteria di
antaranya yaitu:
1) Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas
2) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa
3) Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik
4) Memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan ramah dengan sesame
5) Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan
2.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
Seorang siswa yang menjadi seorang tutor, harus memiliki tanggung jawab,
berikut beberapa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seorang tutor, yaitu:
1) Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi yang dipelajari
2) Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif
3) Menyampaikan permasalahan kepada guru apabila ada materi yang
4) belum dikuasai.
2.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru menyiapkan langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pembelajaran tutor sebaya, yaitu sebagai berikut:
1) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara
mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak
sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam
setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya
3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap
kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas
yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan
urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman
siswa yang perlu diluruskan.
2.2.6 Rasa Percaya diri Siswa
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru Matematika di MTS Darul
Mukhlashin yaitu Ibu Fatdillah, S.Pd bahwa kemampuan untuk bertanya ataupun
meyampaikan ide yang ada dalam pikiran siswa masih rendah hal itu di sebabkan
kurangnya rasa ingin tahu siswa, dan rasa percaya diri siswa sehingga malu bertanya
bahkan ada siswa yang merasa takut dalam menyampaikan ide yang ada di pikirannya
langsung di salahkan oleh guru. Selain itu, kurangnya variatif dalam metode
pembelajaran juga mempengaruhi rendahnya rasa percaya diri siswa. Dikatakan rendah
karena siswa hanya pasif dalam belajar daripada aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran, jika guru menanyakan apa yang kurang di mengerti maka siswa akan lebih
banyak diam. Selain itu, dalam kelompok diskusi sering kali kita jumpai yang
menyelesaikan permasalahan dalam kelompok hanya perorangan dan hanya pendapat
satu orang saja kemudian siswa lain tinggal menerima hasil akhir tetapi nilai yang di
dapat siswa dalam kelompok itu sama. Masalah ini diteliti untuk mengetahui penyebab
kurangnya rasa percaya diri siswa dan kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran,
serta untuk meningkatkan hasil percaya diri siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan
akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat
bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab dan
prestasi belajar juga bergantung pada kepercayaan diri. Namun demikian kepercayaan
diri tidak tumbuh dengan sendirinya. Kepercayaan diri tumbuh dari proses interaksi yang
sehat di lingkungan sosial individu dan berlangsung secara berkesinambungan. Lauster
(Asrullah, 2017: 91),“Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas,
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung
jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan
prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri”. Terbentuknya
kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai
rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut Dariyo,
dkk (Asrullah, 2017: 92), mengatakan “Orang yang percaya diri biasanya memiliki ciri
mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari
kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif dan menganggap semua
permasalahan pasti ada jalan keluarnya”. Orang yang memiliki rasa percaya diri yang
tinggi memandang dunia sebagai hal yang dapat dikendalikan, dan memandang dirinya
sebagai orang yang mampu mengendalikannya. Lawan dari rasa percaya diri adalah
ketidak percayaan diri. Rasa tidak percaya diri akan sangat menggangu aktivitas sehari-
hari. Tidak percaya diri merupakan salah satu dari bentuk ketakutan yang sangat
dihindari banyak orang.Rasa percaya diri juga bisa berbentuk tekad yang kuat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Percaya diri akan menimbulkan rasa aman, dua hal ini
akan tampak pada sikap dan tingkah laku seseorang yang terlihat tenang, tidak mudah
bimbang atau ragu-ragu, tidak mudah gugup, dan tegas.
Strategi tutor sebaya (Peer Tutoring) adalah kegiatan dimana guru
memberdayakan siswa yang mempunyai daya serap tinggi terhadap materi yang
dijelaskan guru untuk membantu siswa lain yang daya serapnya rendah. Siswa yang
berperan sebagai tutor terlebih dahulu dibekali oleh materi yang akan dibahas dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu suhu. Pembekalan ini dapat dilakukan di dalam maupun
di luar jam pelajaran. Siswa yang berperan sebagai tutor bertugas membantu temannya
yang mengalami kesulitan melalui proses diskusi setelah mendapatkan pembekalan dari
guru pengajar. Peran guru pada proses ini adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan
metode dengan mengamati, mencatat perkembangan proses, memberikan pengarahan
serta evaluasi proses untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar perbaikan pada proses
selanjutnya.
2.2.7 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Peer-Tutor
Pembelajaran peer-tutor dilaksanakan secara berkelompok dengan teman
sebaya, namun di dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang menjadi leader
selama proses pembelajaran berlangsung
Adapun langkah-langkah pembelajaran peer-tutor yaitu: tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Menurut Hamalik (dalam Hermaliza), tahap-tahap kegiatan pembelajaran di
kelas dengan pembelajaran peer-tutor (tutor sebaya) adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Guru membuat program pembelajaran satu pokok bahasan mengenai materi
komposisi fungsi dengan sub pokok materi pengertian komposisi fungsi
b. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya,
dan jumlah tutor sebaya yang ditunjuk sesuai dengan jumlah kelompok yang
dibentuk
c. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 siswa
d. Kelompok dibentuk berdasarkan tingkat kecerdasan siswa dan tutor sebaya yang
telah ditunjuk dan disebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Untuk setiap pertemuan, guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
materi yang diajarkan yaitu mengenai materi komposisi fungsi dengan sub pokok
materi pengertian komposisi fungsi
b. Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri, tutor sebaya menanyai anggota
kelompoknya secara bergantian tentang hal-hal yang belum dimengerti. Demikian
pula halnya dalam menyelesaikan kerja kelompok, jika ada masalah yang tidak
bisa diselesaikan, barulah tutor meminta bantuan guru
c. Guru mengawasi jalannya proses belajar. Guru berpindah-pindah dari kelompok
satu ke kelompok lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan dalam kelompok
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok masing-masing.
3. Tahap evaluasi
a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
b. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal quis
c. Mengingatkan siswa agar mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
Peer-tutor bukanlah menggantikan kedudukan mengajar, akan tetapi peertutor
mempunyai identitas sendiri yang apabila diterapkan dengan baik pada
proses pembelajaran maka akan menghasilkan hasil yang positif dan signifikan
baik pada tutor maupun pada siswa yang diajarkan sehingga membawa tutor dan
siswa yang diajarkan kepada hasil yang progresif
2.2.8 Materi Pembelajaran
1) Kubus
a. Pengertian Kubus

Gambar diatas menunjukkan sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk
persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti itu dinamakan
kubus. Jadi, kubus adalah bangun ruang sisi datar yang semua sisinya berbentuk
persegi dan semua rusuknya sama panjang. Kubus di atas dinamai kubus
ABCD.EFGH.
b. Unsur-Unsur Kubus

1) Kubus terdiri dari 12 rusuk sama panjang. Untuk menentukan panjang rusuk s,
maka: Panjang rusuk kubus = 12s
2) Kubus terdiri dari 6 sisi beruuran sama.
3) Kubus mempunyai 8 titik sudut.
4) Kubus mempunyai 12 diagonal sisi atau diagonal bidang. Untuk kubus dengan
rusuk s, maka: Panjang diagonal bidang kubus = s
5) Kubus mempunyai 4 diagonal ruang. Untuk kubus dengan rusuk s, maka:
Panjang diagonal ruang kubus = s
6) Kubus empunyai 6 diagonal bidang.
c. Jaring-Jaring Kubus
Sebuah kubus terbentuk dari 6 persegi yang masing-masing berukuran sama.
Jadi, susunan 6 persegi yang dapat dibentuk menjadi sebuah kubus dinamakan
jaring-jaring kubus. Dengan demikian, jaring-jaring kubus dapat diperoleh
dengan mengiris rusuk tertentu dari kubus tersebut.

d. Luas Permukaan Kubus


Luas permukaan kubus adalah luas seluruh sisi kubus tersebut. Menghitung luas
permukaan kubus, sama artinya dengan menghitung luas jaring-jaring kubus. Jadi,
luas permukaan kubus diperoleh dari hasil penjumlahan luas seluruh sisi kubus.
Coba perhatikan gambar berikut.

Karena kubus terbentuk dari 6 buah persegi, maka luas permukaan kubus dengan
rusuk s dapat di nyatakan dengan rumus berikut.

Luas jaring-jaring kubus = 6 × Luas persegi = 6 × ( s×s )


=6×
Luas Permukaan kubus = 6 ×
Jadi, luas permukaan kubus dengan rusuk s dapat di nyatakan dengan rumus
berikut.

Contoh Soal:
1. Sebuah permukaan kubus panjang sisinya di ketahui sebesar 10 cm. Hitung luas
permukaan dari kubus tersebut.
Penyelesaian:
S = 10 cm
Lp = …?
Lp = 6 ×
=6×
= 6 × 100
= 600
Jadi, luas permukaan kubus adalah 600
2. Sebuah kubus di ketahui panjang diagram sisi cm. Hitunglah luas permukaan
kubus tersebut.
Penyelesaian:
d =s s=2
=s L=6×
= =6×
8 = ×2 =6×4
= = 24

=4 Jadi, luas permukaan kubus tersebut adalah


S =
2) Balok
a. Pengertian Balok

Gambar di atas menunjukkan bangun ruang yang mempunyai tiga pasang sisi
berhadapan yang bentuk dan ukuran yang sama. Setiap sisinya berbentuk persegi
panjang. Bangun ruang seperti itu di namakan balok. Jadi, balok merupakan bangun
ruang sisi datar yang memiliki tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang saling
berhadapan.
b. Unsur-Unsur Balok

1) Balok mempunyai 6 sisi atau tiga pasang sisi, dimana setiap pasang sisi tersebut
sama dan sebangun.
2) Balok mempunyai 12 rusuk. Jika balok mempunyai rusuk panjang = p, lebar = l,
dan tinggi = t maka: Panjang seluruh rusuk = ( p×l×t )
3) Balok mempunyai 8 titik sudut.
4) Balok mempunyai 12 diagonal sisi, 6 bidang diagonal, dan 4 diagonal ruang.
Panjang diagonal ruang balok dengan p, lebar l, dan tinggi t yaitu:
Panjang diagonal ruang balok =
c. Jaring-Jaring Balok
Jika sebuah balok diiris pada tiga rusuk alas dan atasnya, serta satu rusuk
tegaknya, kemudian di rebahkan maka akan terbentuk susunan bangun datar.
Bangun datar yang membentuk balok tersebut di namakan jaring-jaring balok.
Berikut ini beberapa model jaring-jaring balok.

d. Luas Permukaan Balok


Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas
permukaan kubus, yaitu dengan menghitung lua jaring-jaringnya. Jaring-jaring
balok terdiri atas tiga pasang sisi yang tiap pasangnya sebangun. Perhatikan gambar
berikut.
Pada jaring-jaring balok di atas, diperoleh luas masing-masing sisi sebagai berikut.

Sehingga luas permukaan balok


L=
=
=
Jadi, luas permukaan balok dengan panjang p, lebar l, dan tinggi t di rumuskan:

Contoh soal:
Sebuah balok dengan panjang 8cm, lebar 5cm dan tinggi 7cm. Hitunglah luas
permukaan pada balok tersebut
Penyelesaian:
P = 8cm, l = 5cm, dan t = 7cm
L =2 ( pl + lt + pt )
=2
=2
=2
=
Jadi, luas permukaan balok tersebut
3) volume Kubus
Bagaimana mencari volume kubus ? Coba perhatikan dengan cermat susunan
kubus pada gambar berikut ini.
Berdasarkan gambar di atas, dapat di ketahui:
a. Kubus pada gambar (a), tersusun atas : .
b. Kubus pada gambar (b), tersusun atas : .
c. Kubus pada gambar (c), tersusun atas :
Volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan panjang rusuk
kubus tiga kali. Jika panjang rusuk kubus s, maka volumenya sebagai berikut.

Contoh Soal:
1. Perhatikan gambar berikut!

Tentukan volume bangun tersebut.


Penyelesaian:
s = 23cm
V=
2. Suatu perusahaan minuman akan mengemas jus dalam kotak berbentuk kubus yang
volumenya . Berapa ukuran kotak tersebut?
Penyelesaian:
V
Panjang sisi (s) kotak dapat di tentukan dengan cara berikut.
V
1.000

s=
s

4) Volume Balok

Berdasarkan gambar di atas, dapat di ketahui:


a. Balok pada gambar (a), tersusun atas: 1
b. Balok Pada gambar (b), tersusun atas: 2
c. Balok pada gambar (c), tersusun atas: 3
Volume suatu balok di peroleh dengan cara mengalikan panjang, lebar, dan tinggi
balok tersebut. jika panjang, lebar, dan tinggi balik berturut-turut adalah p,l,dan t,
maka volume balok sebagai berikut.

Contoh soal:
1. Sebuah kotak berbentuk balok berukuran , berapa volume
kotak tersebut?
Penyelesaian:
. Ibu mempunyai kotak penyimpanan berbtuk balok yang mampu menampung
4.500 liter bahan makanan. Jika diketahui panjang kotak penyimpanan tersebut
adalah 25dm dan tingginya 12dm, berapa kotak penyimpanan tersebut?
Penyelesaian:

Lebar kotak dapat di tentukan dengan cara berikut.

Jadi, kotak penyimpanan tersebut


2.3 Kerangka Pemikiran
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang belajar, semua itu akan
mempengaruhi tindakan-tindakan yang berhubungan dengan belajar. Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana, 2010, h. 5). Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa
dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. (Abin Syamsudin, 2007, h. 156).
Dalam proses belajar mengajar diperlukan interaksi antara komponen pengajaran yaitu
guru, siswa dan materi pembelajaran. Proses interaksi tersebut bisa berjalan lancar apabila ketiga
komponen itu bisa selaras dalam satu maksud dan tujuan tanpa hambatan. Akan tetapi pada
kenyataanya selalu saja ada kendala yang dapat menghambat kemajuan belajar, kendala tersebut
bisa berasal dari guru, siswa ataupun materi pelajaran yang dianggap sulit.
Dengan adanya kenyataan dilapangan yang menyatakan bahwa masih terjadi
permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurangnya minat dan keaktifan siswa serta
rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini lebih disebabkan karena
guru monoton menggunakan metode ceramah selain itu banyak siswa yang menghindari
mengerjakan tugas dan tidak focus mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman mereka rendah
dan hasil prestasi belajar mereka kurang optimal.Permasalahan berikut berdampak pada
rendahnya motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar dan
pemahaman siswa rendah.Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya perbaikan
pembelajaran dengan meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika.
Untuk mengetahui realitas masing-masing variabel yang di teliti disini, ada dua variabel
yaitu metode pembelajaran peer tutoring dapat dijadikan variabel variabel X, prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika perusahaan dagang merupakan atau variabel Y.
Peer tutoring atau terkadang disebut juga peer teaching, student teamlearning, atau
istilah lainnya merupakan salah satu metode yang diaplikasikan dalam konteks cooperative
learning. Seluruh metode yang dipergunakan dalam cooperativelearning menekankan pada
kegiatan siswa untuk belajar bersama dan bertanggungjawab terhadap belajar rekannya maupun
dirinya (Zulfa, 2011, h. 2).
Disamping itu adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang
diberikan oleh teman sebayanya dibandingkan dengan gurunya, karena merasa ada jarak antara
guru dan siswa.
Peer tutoring bisa mengatasi kurangnya minat belajar, keaktifan belajar, siswa fokus
dalam belajar, motivasi belajar meningkat, partisipasi dan hasil belajar pun meningkat. Ini
dikarenakan penjelasan dari teman sebaya lebih di pahami oleh siswa dan siswa pun berani untuk
mengungkapkan pendapat atau pertanyaan dibandingkan dari penjelasan dari guru.
Isjoni (2014, h. 57) “motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk
meningkatkan, baik pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa”
Untuk meningkatkan ketuntasan kompetensi pada materi jurnal umum pada perusahaan
jasa, maka akan digunakan metode pembelajaran peer tutoring dalam proses pembelajaran
akuntansi. Dengan diterapkan metode pembelajaran peer tutoring diharapkan kompetensi siswa
dalam jurnal umum pada perusahaan jasa semakin meningkat. peer tutoring dilandasi oleh
perspektif kognitif konstruktivisme, karena siswa terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan
informasi dan menkonstruksi pengetahuannya sendiri selama pembelajaran berlangsung. (Arifah,
2014, h. 53)
Untuk mempermudah penelitian ini, disajikan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Proses Belajar Mengajar

Guru mengajar menggunakan


Metode Ceramah dalam
pelajaran Matematika
Siswa tidak mengerjakan tugas, tidak
fokus dalam belajar, kurangnya minat
belajar, kurang aktif dalam proses belajar
mengajar

Pemahaman siswa dan


prestasi belajar siswa rendah

Aplikasi Metode
Pembelajaran Peer Tutoring

Tutor Student

Rasa Percaya Diri Siswa Meningkat


2.4 Hipotesis

Menurut Sekaran dalam Noor (2005, h. 79) mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan
yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji.Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian.
Menurut Sugiyono (2015, h. 64) mendefinisikan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan
dikemukakan suatu hipotesis sebagai suatu respon awal dilakukan penelitian ini yaitu:
“Penerapan Strategi peer tutoring untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas VIII
Dalam Pelajaran Matematika MTS Darul Mukhlashin”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini
direncanakan akan dilakukan sebanyak tiga siklus dengan jumlah pertemuan seluruhnya
adalah lima pertemuan yang diawali dengan pemberian tes awal dan diakhiri dengan
pemberian post-test keseluruhan siklus. Pada pertemuan pertama akan dilaksanakan
pemberian tes awal kepada siswa yang menjadi subjek penelitian PTK. Pada pertemuan
kedua akan dilaksanakan siklus pertama yang terdiri dari satu pertemuan yaitu: proses
kegiatan belajar mengajar sebanyak satu kali pertemuan yang diakhiri dengan tes
kemampuan siswa di akhir siklus pertama (tes/post-test akhir siklus I). Pada pertemuan
ketiga akan dilaksanakan siklus kedua yang terdiri dari satu pertemuan yaitu: proses
kegiatan belajar mengajar sebanyak satu kali pertemuan yang diakhiri dengan tes
kemampuan siswa di akhir siklus kedua (tes/post-test akhir siklus II). Pada siklus berikutnya
akan dilaksanakan siklus ketiga yang terdiri dari satu pertemuan yaitu: proses kegiatan
belajar mengajar sebanyak satu kali pertemuan yang diakhiri dengan tes kemampuan siswa
di akhir siklus ketiga (tes/post-test akhir siklus III). Selanjutnya, setelah siklus selesai
dilakukan, maka dilakukan pemberian post-test keseluruhan dariseluruh siklus yang telah
dilaksanakan sebanyak sekali pertemuan pada kelas yang menjadi subjek penelitian PTK.
Tempat yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Darul Mukhlashin. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif, yang artinya data yang dikumpulkan berbentuk data
kualitatif.
3.2 Indikator Keberhasilan dan Siklus
Siswa dikatakan telah memperoleh peningkatan hasil belajar pada materi komposisi
fungsi dengan diterapkannya strategi pembelajaran peer-tutor apabila setiap individu siswa
telah memperoleh nilai minimal 75 dari skor 100, dan secara klasikal paling sedikit 80%
siswa tuntas.
a. Prosedur Pembelajaran Siklus I
1) Tahap Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang direncanakan adalah:
 Menetapkan KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar)
 Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu
pertemuan yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran peer-tutor.
 Menyiapkan soal tes awal beserta kunci jawabannya
 Menyiapkan dan menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa)
 Menyiapkan soal tes akhir siklus I (post-test siklus I) beserta kunci
jawabannya
 Menyiapkan lembar observasi berupa Lembar Observasi Aktivitas Guru
Mengelola Pembelajaran dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa
 Menyiapkan jurnal/catatan reflektif siswa
 Menyiapkan sumber dan bahan ajar yang dibutuhkan dalam penelitian.
2) Tahap Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
3) Tahap Pengamatan siklus I

Kegiatan yang dilakukan adalah:

 Peneliti mengamati siswa secara langsung selama proses pembelajaran


 Pengamatan (observer) melakukan pengamatan meliputi aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa
 Guru bidang studi bertindak sebagai pengamat yang mengamati peneliti (yang
bertindak sebagai pengajar dalam pelaksanaan PTK) dengan menggunakan
Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran.
4) Tahap refleksi siklus I

Kegiatan yang dilakukan adalah:

 Peneliti merefleksi pelaksanaan siklus I dengan melihat pada hasil belajar


siswa yang diperoleh, pada hasil analisis catatan reflektif siswa, dan pada data
observasi dengan melihat sejauh mana kegiatan yang telah dilaksanakan di
siklus I dapat meningkatkan penguasaan siswa dalam pembelajaran. Hasil
refleksi ini akan digunakan sebagai revisi untuk dilaksanakannya siklus
berikutnya.
Jika pada siklus berikutnya setelah siklus I dilaksanakan hasil belajar siswa secara
individu maupun secara klasikal sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang sudah
ditetapkan pihak sekolah, hasil observasi dari observer meningkat, begitu juga
dengan tanggapan positif siswa meningkat berdasarkan analisis catatan reflektif siswa,
maka penelitian tindakan kelas dinyatakan tergolong berhasil dan tidak diperlukan lagi
melangkah ke siklus berikutnya.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran peer-tutor di kelas siswa yang menjadi
subjek penelitian PTK.
Penelitian tindakan merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem
organisasi atau masyarakat agar kinerja tersebut dapat menjadi lebih efektif dan efisien,
termasuk untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan.
PTK memiliki tujuan yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di
sekolah.
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan
kelas, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta,
Bandung).
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X adalah variabel yang
dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya.
Sedangkan variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel (akibat)
yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas.
Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita ungkapkan dan jelaskan (Kerlinger, 1992:58-
59).

a. Variabel Bebas (Independent) : Positive Deviancen (X)

b. Variabel Tergantung (Dependent ) : Perkembangan Kognitif Anak


Berkebutuhan Khusus (Y)

3.5 Definisi OPerasional


Untuk menghindari agar persoalan yang dibicarakan dalam penelitian ini tidak
menyimpang dari tujuan semula dan juga tidak terjadi salah penafsiran istilah yang
digunakan perlu adanya penegasan istilah-istilah yang meliputi :
1. Strategi peer-tutoring merupakan suatu strategi pembelajaran dimana sekelompok siswa
yang telah mampu menguasai bahan pelajaran, mengajari atau memberikan bantuan
kepada siswa lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya. Strategi pembelajaran peer-tutoring yang dimaksudkan peneliti dalam
penelitian ini adalah penerapan strategi peer-tutoring untuk meningkatkan rasa percaya
diri siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika di MTS Darul Mukhlashin.

2. Pearce (dalam Rahayu, 2013: 63) mengemukakan bahwa kepercayaan diri berasal dari
tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak bukannya menghidari keadaan dan bersifat
pasif. Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh Hakim (dalam Rahayu, 2013: 63)
yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk mencapai berbagai
tujuan hidup.

3.6 Subyek Penelitian


Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas VIII A (18
orang) MTS Darul Mukhlashin Semester II (Genap) Tahun Pelajaran 2021-2022

3.7 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data
dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian: Data dikumpulkan peneliti
menggunakan observasi, wawancara, tes dan jurnal/catatan reflektif siswa.

a. Observasi.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan strategi
pembelajaran peer-tutor di kelas yang dijadikan tempat penelitian tindakan. Observasi
tertuju kepada guru (peneliti yang bertindak sebagai pengajar dalam penelitian ini), dan
siswa (sebagai subjek penelitian) yang terdiri dari observasi aktivitas guru mengelola
pembelajaran, dan observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, serta akan digunakan
ketika dilaksanakannya proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran peer-
tutor.
b. Wawancara (interview)
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan serentetan
pertanyaan kepada informan guna memperoleh data sesuai kebutuhan penelitian.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data terkait
dengan instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara.
c. Tes hasil belajar.
Tes merupakan instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
individu atau objek. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara
khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan,
rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus dirancang menurut kritera
yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan
serta pengadministrasian tes juga dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang
diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tes yang
digunakan disini berbentuk uraian, kekuatan utama pada tes uraian di antaranya penekanan
pada kebebasan mengekspresikan dan melakukan kreativitas, penekanan pada kedalaman
ruang lingkup pengetahuan. Instrumen yang digunakan pada metode tes adalah soal tes yang
berbentuk uraian dengan jumlah sebanyak 5 soal dengan 2 kali tes.
c. Jurnal berupa catatan reflektif.
Jurnal berupa catatan reflektif digunakan untuk memperoleh komentar siswa setelah
dilaksanakannya proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran peer-tutor
dari materi yang telah diajarkan yang nantinya akan dijadikan sebagai revisi pada
pembelajaran berikutnya. Jurnal berupa catatan reflektif akan diberikan kepada subjek
penelitian setiap kali setelah selesai dilaksanakannya proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran peer-tutor, yaitu sebagai refleksi dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dalam mengumpulkan data secara kualitatif terdiri dari empat kategori dasar yaitu:
pengamatan, wawancara dan kuesioner, dokumen/catatan termasuk jurnal, dan bahan
audiovisual.3 Jurnal berupa catatan reflektif ini termasuk ke dalam kategori pengumpulan
data secara kualitatif yang termasuk pada kategori pengumpulan data melalui
dokumen/catatan.
3.7 Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adala mengolah data.
Data yang diolah adalah data tes hasil belajar siswa yaitu dengan melihat ketuntasan siswa,
data aktivitas siswa, data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan jurnal
berupa catatan reflektif.
a. Ketuntasan belajar siswa
Setelah hasil belajar siswa dikumpulkan dan diperiksa, nilai yang diperoleh setiap siswa
akan dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 75. Seorang
siswa dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan
nilai KKM ≥ 75. Ketuntasan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dapat
diketahui dengan menggunakan rumus:

Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes setiap siklus yang dilakukan.
b. Aktivitas siswa
Data aktivitas siswa dianalisis dengan persentase. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi aktivitas siswa
N = Jumlah aktivitas keseluruhan siswa
c. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif. Skor rata-rata tingkat kemampuan guru (TKG) sebagai berikut:
1.00 ≤ TKG < 1.50 tidak baik
1.50 ≤ TKG < 2,50 kurang baik
2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup baik
3,50 ≤ TKG < 4.50 baik
4,50 ≤ TKG ≤ 5,00 sangat baik.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan baik jika skor dari setiap
aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik
d. Jurnal berupa catatan reklektif siswa
Jurnal berupa catatan reflektif siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Dalam
hal ini, peneliti merangkum komentar siswa dari catatan reflektif siswa yang telah
dibagikan kepada siswa di hari dilaksanakannya proses pembelajaran siklus dengan
diterapkannya strategi pembelajaran peer-tutor dari materi yang telah diajarkan dan
nantinya akan dijadikan sebagai revisi untuk dilaksanakannya siklus berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai