Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT PENDIDIKAN

RESUME 3

KELOMPOK 3
Jusfita, Azhila Amri dan Arimbi (Kelas A)

Risma, Reski Handayani dan M. Nasrul Azis (Kelas C)

(Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme)

18 Mei 2023

GUSTINA

NIM. 2269010389

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEMESTER 2

DOSEN PENGAMPU:

DR. A. M. IRFAN TAUFAN ASFAR, MT., M.PD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2023
1. Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat diterapkan oleh seorang guru
agar siswanya aktif dalam pembelajaran serta dapat memecahkan suatu
masalah? (FAISAL SEPTIAWAN)
Jawab:
Pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa dan kemampuannya
dalam memecahkan masalah merupakan tujuan utama bagi setiap guru. Ada
berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru. Model-
model ini dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, mendorong pemikiran kritis, dan mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah yang efektif.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Dalam model ini,
guru memperkenalkan siswa pada suatu masalah dunia nyata atau situasi yang
menantang yang membutuhkan pemecahan masalah. Siswa kemudian
diarahkan untuk mencari dan menganalisis informasi yang relevan,
mengidentifikasi solusi yang mungkin, dan mengembangkan strategi untuk
memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini mendorong siswa untuk aktif
berpikir, bekerja sama, dan belajar secara mandiri.
Selain itu, model pembelajaran kolaboratif juga dapat menjadi pilihan
yang baik untuk mendorong partisipasi aktif siswa. Siswa bekerja secara
kelompok untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang
kompleks. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan arahan, dan
mendukung siswa dalam proses pembelajaran. Model ini mendorong siswa
untuk berbagi pengetahuan, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar
dari satu sama lain.
Selanjutnya, model pembelajaran berbasis proyek (project-based
learning) juga sangat efektif dalam merangsang keterlibatan siswa dan
kemampuannya dalam memecahkan masalah. Dalam model ini, siswa terlibat
dalam proyek nyata yang menuntut pemecahan masalah. Guru merancang,
menyelidiki, dan membuat solusi yang kreatif terhadap masalah tersebut.
Model ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis,
kreatif, kolaboratif, dan komunikasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah dalam konteks dunia nyata.
Selain ketiga model di atas, masih banyak model pembelajaran lainnya
yang dapat digunakan oleh seorang guru, seperti flipped classroom,
cooperative learning, dan inquiry-based learning. Tujuan utamanya adalah
untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menantang, relevan, dan
mendukung siswa dalam menjadi pemecah masalah yang efektif.
Dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran tersebut, guru
perlu menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan mendorong
partisipasi aktif siswa. Guru juga harus memberikan arahan yang jelas,
memberi umpan balik yang konstruktif, dan mendorong refleksi untuk
meningkatkan keterlibatan dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan dan melibatkan
siswa secara aktif, seorang guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran
yang bermakna dan membantu siswa mengembangkan keterampilan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Model-model
pembelajaran tersebut tidak hanya meningkatkan keterampilan akademik
siswa, tetapi juga membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
interpersonal, pemikiran kritis, kreativitas, dan inisiatif.
Selain itu, model-model pembelajaran yang menekankan partisipasi aktif
siswa juga membantu mengatasi masalah kebosanan dan kurangnya motivasi
dalam pembelajaran. Ketika siswa merasa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, siswa cenderung lebih bersemangat dan termotivasi untuk
belajar. Ini berdampak positif pada pencapaian akademik siswa dan
meningkatkan retensi informasi yang dipelajari.
Selain itu, ketika siswa terlibat dalam memecahkan masalah, siswa
mengembangkan kemampuan analitis, kritis, dan kreatif. Siswa belajar untuk
melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menganalisis informasi yang
ada, mengidentifikasi solusi yang mungkin, dan mengambil keputusan yang
tepat. Kemampuan ini sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam konteks akademik maupun profesional.
Penerapan model-model pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif
siswa juga berdampak positif pada hubungan guru-siswa. Guru menjadi
fasilitator dan pembimbing yang mendukung siswa dalam proses pembelajaran.
Ini menciptakan lingkungan yang saling percaya, kolaboratif, dan mendukung
di dalam kelas. Hubungan yang baik antara guru dan siswa meningkatkan
motivasi siswa, rasa percaya diri, dan keterlibatan dalam pembelajaran.
Namun, penting bagi seorang guru untuk memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks
pembelajaran. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu, dan
keberhasilan implementasi tergantung pada pemahaman yang baik tentang
model tersebut serta adaptasinya dengan siswa dan materi pembelajaran.
2. Apa dampak aliran progresivisme dalam pendidikan dan bagaimana cara
mengimplementasikan aliran progresivisme dalam pendidikan? (ICA
ALFIANI)
Jawab:
Aliran progresivisme dalam pendidikan memiliki dampak yang
signifikan terhadap perubahan paradigma pembelajaran. Pendekatan ini
menekankan pentingnya pengalaman langsung, partisipasi aktif, dan
pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar. Aliran progresivisme
membawa pergeseran dari model pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pendekatan ini, siswa
dianggap sebagai individu yang aktif, memiliki keingintahuan alami, dan harus
terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif.
Dampak aliran progresivisme dalam pendidikan sangatlah penting.
Pertama, pendekatan ini mendorong pengembangan keterampilan berpikir
kritis dan analitis pada siswa. Dengan mendorong siswa untuk mencari
jawaban sendiri melalui eksplorasi dan penemuan, siswa diajak untuk berpikir
secara mandiri, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan yang
didasarkan pada pemahamannya sendiri.
Kedua, aliran progresivisme memperkuat keterkaitan antara
pembelajaran di kelas dengan dunia nyata. Siswa diajak untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang siswa pelajari dalam konteks kehidupan
sehari-hari. Ini membantu siswa melihat relevansi materi pembelajaran dengan
kehidupannya sendiri dan memahami bagaimana pengetahuan tersebut dapat
digunakan dalam situasi nyata.
Ketiga, aliran progresivisme juga mendorong perkembangan
keterampilan sosial dan kolaboratif siswa. Dalam pendekatan ini, siswa sering
kali bekerja dalam kelompok atau tim untuk menyelesaikan proyek atau
masalah yang kompleks. Siswa belajar bekerja sama, berbagi ide,
mendengarkan pandangan orang lain, dan mencapai tujuan bersama. Hal ini
membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi, kerja tim, dan
pemecahan masalah dalam konteks sosial.
Untuk mengimplementasikan aliran progresivisme dalam pendidikan, ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan. Pertama, guru dapat mendorong
pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat dalam proyek nyata yang
menuntut pemecahan masalah dan penerapan pengetahuan yang dipelajari.
Guru berperan sebagai fasilitator dan mendukung siswa dalam mengeksplorasi
topik, mengembangkan pertanyaan, dan mencari solusi.
Kedua, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan
diskusi dan kolaborasi antara siswa. Diskusi kelompok atau diskusi kelas dapat
menjadi sarana bagi siswa untuk berbagi ide, saling mendengarkan, dan
membangun pemahaman bersama. Guru dapat memfasilitasi diskusi dengan
mengajukan pertanyaan terbuka, mendorong pemikiran kritis, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif.
Ketiga, guru dapat memberikan tugas yang terbuka dan mendukung
eksplorasi. Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan jalannya
pembelajaran dan mengembangkan solusi siswa itu sendiri. Guru dapat
memberikan panduan umum dan sumber daya yang relevan, namun
membiarkan siswa memiliki kebebasan untuk menjelajahi topik dengan cara
yang ditemukan paling menarik dan efektif.
Keempat, teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam
mengimplementasikan aliran progresivisme dalam pendidikan. Guru dapat
menggunakan teknologi untuk memberikan akses terhadap informasi dan
sumber daya yang luas kepada siswa. Guru juga dapat menggunakan alat dan
aplikasi teknologi yang mendukung kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan
masalah, seperti platform pembelajaran daring, alat visualisasi data, atau
perangkat lunak desain.
Kelima, evaluasi dalam pendekatan progresivisme harus lebih berfokus
pada pemahaman dan penerapan pengetahuan daripada pada penilaian
tradisional berbasis tes. Guru dapat menggunakan berbagai bentuk evaluasi
seperti proyek, portofolio, presentasi, atau diskusi terbuka yang memungkinkan
siswa menunjukkan pemahamannya secara menyeluruh dan kemampuan dalam
memecahkan masalah.
Kemudian dalam mengimplementasikan aliran progresivisme, penting
bagi guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman, inklusif,
dan mendukung eksplorasi siswa. Guru harus menggali minat dan
keingintahuan siswa, mendorong pertanyaan, dan memberikan umpan balik
yang konstruktif. Peran guru sebagai fasilitator, pembimbing, dan model peran
menjadi sangat penting dalam menginspirasi dan memotivasi siswa untuk
belajar secara aktif dan menjadi pemecah masalah yang efektif.
3. Bagaimana kontribusi progresivisme terhadap kurikulum yang dijalankan
pemerintah saat ini?(ADJI SYAIFULLAH)
Jawab:
Kontribusi progresivisme terhadap kurikulum yang dijalankan
pemerintah saat ini memiliki implikasi penting dalam memperkaya dan
memperbaiki pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah. Aliran
progresivisme dalam pendidikan menawarkan perspektif yang inovatif dan
berfokus pada pengalaman langsung siswa, partisipasi aktif, dan pemecahan
masalah. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah
memperhatikan kontribusi aliran progresivisme dan menerapkannya dalam
kurikulum yang dijalankan.
Salah satu kontribusi utama progresivisme terhadap kurikulum saat ini
adalah pergeseran paradigma dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
guru menjadi pendekatan yang berpusat pada siswa. Kurikulum yang
mendasarkan diri pada aliran progresivisme lebih memperhatikan kebutuhan,
minat, dan potensi setiap siswa. Hal ini memungkinkan pengembangan
pendidikan yang inklusif, memperhatikan keberagaman siswa, dan mengakui
bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang unik.
Selain itu, progresivisme juga membawa pengaruh yang kuat terhadap
kurikulum dalam hal penekanan pada pemecahan masalah dan keterampilan
berpikir kritis. Aliran progresivisme mendorong siswa untuk aktif berpikir,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah dalam konteks kehidupan nyata.
Kurikulum saat ini cenderung memasukkan elemen pemecahan masalah dalam
materi pembelajaran, memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif yang penting dalam
menghadapi tantangan masa depan.
Selain itu, kontribusi progresivisme terhadap kurikulum saat ini juga
dapat dilihat dalam penerapan metode pembelajaran yang kolaboratif dan
interaktif. Pendekatan ini mendorong siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok, berbagi pengetahuan, dan belajar dari pengalaman kolektif.
Kurikulum saat ini sering kali mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek-
proyek tim, diskusi kelompok, dan presentasi yang melibatkan interaksi aktif
antara siswa. Hal ini membantu mengembangkan keterampilan sosial,
kemampuan komunikasi, dan kerja tim yang penting dalam dunia kerja yang
modern.
Selain itu, progresivisme juga membawa kontribusi terhadap penekanan
pada pengembangan sikap, nilai, dan etika siswa. Kurikulum yang berbasis
progresivisme sering kali mencakup pengembangan karakter, keberlanjutan,
tanggung jawab sosial, dan pemahaman tentang keberagaman budaya. Hal ini
bertujuan untuk menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki
pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki kesadaran sosial yang kuat
dan sikap yang positif dalam masyarakat.
Pemerintah telah mengakui pentingnya aliran progresivisme dalam
meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan siswa dengan keterampilan
yang relevan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, pemerintah telah
mengintegrasikan prinsip-prinsip progresivisme dalam kurikulum yang
dijalankan di sekolah-sekolah. Penerapan progresivisme dalam kurikulum
pemerintah dapat terlihat melalui berbagai kebijakan dan pedoman yang
menekankan pendekatan yang berpusat pada siswa, penggunaan metode
pembelajaran yang aktif dan kolaboratif, serta pengembangan sikap dan nilai
yang positif.
Tentunya dalam mengimplementasikan progresivisme dalam kurikulum,
pemerintah juga melibatkan peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa. Guru didorong untuk mengadopsi pendekatan yang memungkinkan
siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mendorong
pemikiran kritis, dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Guru
juga diberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan untuk menerapkan
pendekatan progresivisme dengan efektif.
Namun, perlu diingat bahwa penerapan progresivisme dalam kurikulum
pemerintah juga menghadapi tantangan. Ada keterbatasan sumber daya, waktu,
dan pengelolaan yang dapat mempengaruhi implementasi yang efektif. Oleh
karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk terus
melakukan evaluasi, pembaruan, dan pengembangan kurikulum yang berbasis
progresivisme agar dapat menghadirkan pengalaman pembelajaran yang
optimal bagi siswa.
4. Apakah ada perbedaan antara progresivisme di negara maju dan negara
berkembang? Jika ada tolong dijelaskan! (INDRI PUTRIANSYAH)
Jawab:
Aliran progresivisme dalam pendidikan memiliki pengaruh yang
signifikan di berbagai negara di seluruh dunia. Namun, perbedaan dalam
implementasi dan penekanan terhadap progresivisme dapat terjadi antara
negara maju dan negara berkembang. Faktor-faktor seperti budaya, konteks
sosial, sistem pendidikan, dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing
negara dapat memengaruhi cara progresivisme diterapkan dan ditekankan
dalam konteks pendidikan.
Perbedaan pertama yang mungkin terlihat antara progresivisme di negara
maju dan negara berkembang adalah aksesibilitas dan ketersediaan sumber
daya pendidikan. Negara maju cenderung memiliki sumber daya yang lebih
memadai, termasuk infrastruktur pendidikan, teknologi, dan perpustakaan yang
lengkap. Ini memungkinkan penerapan progresivisme yang lebih luas dan
beragam. Di sisi lain, negara berkembang sering menghadapi keterbatasan
sumber daya yang dapat mempengaruhi implementasi progresivisme dengan
cara yang lebih terbatas.
Selanjutnya, perbedaan dalam konteks sosial dan budaya juga dapat
mempengaruhi progresivisme dalam pendidikan. Negara maju yang lebih maju
secara ekonomi dan memiliki masyarakat yang maju secara teknologi mungkin
lebih terbuka terhadap inovasi dan penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Negara maju juga dapat menekankan pada pengembangan keterampilan yang
lebih berorientasi pada teknologi dan pasar kerja global. Di negara
berkembang, aspek budaya dan kontekstual lokal sering kali lebih ditekankan,
dengan penekanan pada pengembangan keterampilan tradisional, nilai-nilai
lokal, dan pemahaman tentang konteks sosial lokal.
Selain itu, perbedaan dalam sistem pendidikan dan kurikulum juga dapat
mempengaruhi implementasi progresivisme. Negara maju yang memiliki
sistem pendidikan yang lebih terstruktur dan terorganisir dapat lebih mudah
mengintegrasikan pendekatan progresivisme dalam kurikulum resminya.
Negara maju dapat mengadopsi metode pembelajaran yang aktif dan
kolaboratif dengan lebih fleksibel. Di negara berkembang, ada tantangan dalam
merumuskan dan mengimplementasikan pendekatan progresivisme yang
sejalan dengan struktur pendidikan yang sudah ada.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada pemisahan yang tegas antara
progresivisme di negara maju dan negara berkembang. Ada negara-negara
berkembang yang telah berhasil menerapkan progresivisme dengan sukses dan
inovasi dalam konteks pendidikannya. Begitu pula, negara maju tidak selalu
mengadopsi progresivisme secara menyeluruh dan dapat menghadapi
tantangan dalam mengimplementasikannya dengan baik.
5. Bagaimana aliran progresivisme mengatasi tantangan dan perubahan dalam
pendidikan masa kini, seperti globalisasi dan teknologi yang berkembang
pesat? (SUNARTI)
Jawab:
Aliran progresivisme dalam pendidikan telah menjadi landasan yang
relevan dan responsif dalam mengatasi tantangan dan perubahan dalam
pendidikan masa kini, seperti globalisasi dan perkembangan teknologi yang
pesat. Progresivisme menawarkan pendekatan yang adaptif, inovatif, dan
berpusat pada siswa, yang memungkinkan pendidikan untuk mengikuti
perkembangan zaman dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang
terus berubah.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pendidikan masa kini adalah
globalisasi. Dalam era globalisasi, dunia semakin terhubung, dan hubungan
antara negara dan budaya semakin erat. Aliran progresivisme menyadari
pentingnya mempersiapkan siswa untuk menjadi warga dunia yang kompeten
dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang keragaman budaya dan
perspektif global. Progresivisme mendorong pengajaran yang inklusif,
kolaboratif, dan berbasis masalah yang mengintegrasikan isu-isu global dalam
kurikulum. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman
yang lebih luas tentang dunia, menghargai perbedaan budaya, dan
mempersiapkan untuk berperan aktif dalam masyarakat global.
Selain itu, perkembangan teknologi yang pesat juga merupakan tantangan
yang signifikan dalam pendidikan masa kini. Teknologi telah mengubah cara
manusia bekerja, berkomunikasi, dan belajar. Aliran progresivisme mampu
mengatasi tantangan ini dengan mengadopsi pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan teknologi secara efektif. Progresivisme mendorong
penggunaan teknologi sebagai alat yang memungkinkan siswa untuk
mengakses informasi, berkomunikasi, berkolaborasi, dan membuat karya-karya
yang kreatif. Dalam pendekatan progresivisme, teknologi dianggap sebagai
sarana untuk meningkatkan pembelajaran dan memfasilitasi eksplorasi,
pemecahan masalah, dan pemahaman konsep yang lebih dalam.
Selain itu, progresivisme juga menghadapi tantangan dalam
mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang cepat dalam dunia
kerja. Di era di mana pekerjaan terus berubah dan berkembang, progresivisme
menekankan pada pengembangan keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan masa depan. Pendekatan ini memberikan penekanan pada
keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, pemecahan
masalah, dan literasi digital. Melalui progresivisme, siswa dilatih untuk
menjadi pembelajar seumur hidup yang adaptif dan mampu beradaptasi dengan
perubahan dalam dunia kerja yang terus berkembang.
6. Bagaimana progresivisme sebagai aliran filsafat menunjukkan sifat negatifnya
dalam menganalisis dan mengkritik kondisi sosial-politik saat ini? (GUSTINA)
Jawab:
Progresivisme sebagai aliran filsafat memiliki peran penting dalam
menganalisis dan mengkritik kondisi sosial-politik saat ini. Namun, seperti
aliran filsafat lainnya, progresivisme juga memiliki sifat negatif yang perlu
dipertimbangkan. Dalam konteks analisis dan kritik terhadap kondisi sosial-
politik, progresivisme dapat menunjukkan sifat negatifnya dalam beberapa
aspek.
Salah satu sifat negatif progresivisme adalah adanya kecenderungan
terlalu optimistik terhadap perubahan sosial. Progresivisme cenderung melihat
perubahan sebagai sesuatu yang positif dan mengharapkan kemajuan yang
terus-menerus dalam masyarakat. Namun, dalam menganalisis dan mengkritik
kondisi sosial-politik saat ini, penting untuk mengakui bahwa perubahan tidak
selalu mengarah pada kemajuan. Ada kemungkinan adanya perubahan yang
membawa dampak negatif, konsekuensi yang tidak diinginkan, atau bahkan
kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu,
progresivisme perlu mengakui keterbatasan dan resiko yang terkait dengan
perubahan sosial.
Selain itu, progresivisme juga dapat menunjukkan sifat negatifnya dalam
aspek keterlambatan dalam mengakui dan mengatasi masalah yang muncul.
Keterlambatan ini dapat terjadi karena progresivisme cenderung fokus pada
visi masa depan yang ideal, sehingga mengabaikan atau mengurangi urgensi
untuk menangani masalah yang ada saat ini. Dalam konteks analisis dan kritik
kondisi sosial-politik saat ini, penting untuk memberikan perhatian yang cukup
pada masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh masyarakat. Progresivisme
perlu melihat secara kritis kondisi sosial-politik saat ini dan mengidentifikasi
serta mengatasi masalah yang mungkin terlewatkan dalam visi idealnya.
Selanjutnya, progresivisme juga dapat menunjukkan sifat negatifnya
dalam mengabaikan keragaman sudut pandang dan pendekatan yang berbeda.
Aliran ini mungkin cenderung memiliki pandangan yang terlalu tunggal atau
terfokus pada satu visi perubahan yang dianggap ideal. Dalam menganalisis
dan mengkritik kondisi sosial-politik saat ini, progresivisme perlu
mempertimbangkan keragaman perspektif, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat
yang beragam. Penting untuk mengakui bahwa tidak ada solusi yang sempurna
atau pendekatan tunggal yang dapat diterapkan untuk semua masalah sosial-
politik. Dalam hal ini, progresivisme harus mampu menerima dan
mempertimbangkan pendekatan yang berbeda dan menghargai keberagaman
sudut pandang dalam rangka mencapai pemahaman yang lebih komprehensif.
7. Menurut pandangan progresivisme, bagaimana cara untuk meningkatkan
tingkat partisipasi siswa yang introvert dalam pembelajaran tanpa adanya
penekanan, tetapi mampu untuk meningkatkan keaktifan siswa tersebut?
(SELVI)
Jawab:
Partisipasi siswa yang aktif dan terlibat merupakan faktor penting dalam
meningkatkan pembelajaran yang efektif. Namun, setiap individu memiliki
kepribadian dan preferensi belajar yang berbeda. Menurut pandangan
progresivisme, penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif dan mendukung partisipasi siswa introvert tanpa menekannya.
Pendekatan ini memungkinkan siswa introvert untuk tetap aktif dalam
pembelajaran dan mengembangkan potensinya secara optimal.
Progresivisme menawarkan strategi dan pendekatan yang dapat
meningkatkan tingkat partisipasi siswa introvert tanpa adanya penekanan yang
berlebihan. Salah satu cara yang dianjurkan oleh progresivisme adalah
melibatkan siswa secara kolaboratif dalam pembelajaran. Dalam kerangka ini,
siswa introvert dapat diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman
sebaya dan berpartisipasi dalam proyek kelompok yang mendorong kerjasama
dan pembagian tugas. Melalui kolaborasi ini, siswa introvert dapat merasa
lebih nyaman dan memiliki ruang untuk berkontribusi sesuai dengan preferensi
dan kemampuannya.
Selain itu, progresivisme juga mendorong penerapan pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa introvert untuk berpikir secara
mendalam dan mengembangkan ide-ide kreatif. Pendekatan ini mengakui
kekuatan siswa introvert dalam refleksi dan pemikiran yang dalam. Misalnya,
melalui pendekatan proyek berbasis penemuan atau pendekatan masalah, siswa
introvert dapat memiliki kesempatan untuk memecahkan masalah kompleks,
melakukan penelitian mendalam, dan menyajikan hasil temuannya dengan cara
yang sesuai dengan kepribadian introvert siswa.
Selain itu, pendekatan progresivisme juga menekankan pentingnya
menghargai keberagaman dalam gaya belajar dan memberikan pilihan bagi
siswa untuk mengekspresikan dirinya dengan cara yang sesuai dengan
kepribadiannya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan beragam pilihan tugas
atau kegiatan yang memungkinkan siswa introvert untuk menunjukkan
pemahamannya melalui tulisan, presentasi individual, atau proyek kreatif
lainnya yang memungkinkan siswa tersebut bekerja secara mandiri.
8. Bagaimana pandangan Gutek terhadap progresivisme terkait dengan sejarah
serta pandangan dari buku Kilpatrick yang berjudul “philosophy of education”,
bisakah anda jelaskan dan paparkan mengenai pandangan tersebut? (ADHAR)
Jawab:
Terdapat berbagai pandangan dan aliran filsafat yang mempengaruhi cara
siswa memahami dan melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu
pandangan yang penting untuk dipertimbangkan adalah pandangan John
Dewey, seorang tokoh penting dalam aliran progresivisme, dan buku William
Kilpatrick yang berjudul "Philosophy of Education".
Pandangan Gutek terhadap progresivisme terkait dengan sejarah
menyoroti pentingnya peran Dewey dalam pengembangan aliran ini. Gutek
menyajikan Dewey sebagai sosok yang membawa perubahan signifikan dalam
pendidikan melalui ide-ide progresivisme. Menurut Gutek, Dewey melihat
pendidikan sebagai suatu proses yang berpusat pada siswa, di mana
pengalaman nyata dan pembelajaran aktif menjadi fokus utama. Dewey
mengusulkan bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan siswa,
membantunya mengembangkan keterampilan praktis, dan mendorong
pemikiran kritis.
Buku "Philosophy of Education" karya Kilpatrick adalah salah satu karya
yang mencoba mengartikulasikan pandangan progresivisme secara mendalam.
Kilpatrick memperluas dan mengklarifikasi pandangan Dewey melalui
eksposisi yang sistematis dan rinci. Dalam bukunya, Kilpatrick menekankan
pentingnya pengalaman sebagai dasar pembelajaran yang efektif. Kilpatrick
berpendapat bahwa siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
melalui pengalaman langsung, eksplorasi, dan pemecahan masalah. Kilpatrick
juga menyoroti pentingnya relevansi dalam pembelajaran, di mana siswa harus
dapat melihat kaitan antara apa yang siswa pelajari dengan kehidupan nyata.
Selain itu, Kilpatrick menyajikan gagasan "projek" dalam pembelajaran,
di mana siswa terlibat dalam tugas-tugas konkret yang memiliki tujuan nyata.
Projek-projek ini dirancang untuk memicu minat siswa, meningkatkan
keterampilan kolaborasi, dan mengembangkan keterampilan praktis. Kilpatrick
juga menekankan pentingnya refleksi dan evaluasi dalam pembelajaran
progresivisme. Menurutnya, siswa harus memiliki kesempatan untuk
merefleksikan pengalaman belajarnya, mengidentifikasi kesalahan, dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah yang lebih baik di masa depan.
Kemudian dalam buku "Philosophy of Education" ini, Kilpatrick secara
rinci menguraikan pandangan progresivisme dan memberikan pedoman praktis
bagi para guru dalam mengimplementasikan pendekatan ini dalam
pembelajarannya.
KESIMPULAN

Model-model pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa dan


memecahkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk menciptakan
pengalaman pembelajaran yang bermakna. Dengan menerapkan model-model ini,
seorang guru dapat membantu siswa menjadi pembelajar yang aktif, kritis, kreatif,
dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Aliran progresivisme dalam pendidikan memiliki dampak yang signifikan
dalam mengubah cara seseorang memandang proses pembelajaran. Dengan
mengimplementasikan pendekatan ini, siswa menjadi lebih aktif, kritis, dan
terlibat dalam pembelajarannya. Guru berperan sebagai fasilitator yang
mendukung siswa dalam menjalani proses eksplorasi, pemecahan masalah, dan
penerapan pengetahuan dalam konteks dunia nyata. Melalui pendekatan ini, siswa
dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam
kehidupannya serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa
depan dengan percaya diri.
Kontribusi progresivisme terhadap kurikulum yang dijalankan pemerintah
saat ini adalah perubahan paradigma menuju pendekatan yang berpusat pada
siswa, penekanan pada pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis, kerja
tim, serta pengembangan sikap dan nilai yang positif. Melalui implementasi
progresivisme dalam kurikulum, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa
depan dengan kesiapan yang lebih baik.
Terdapat perbedaan dalam implementasi dan penekanan progresivisme
antara negara maju dan negara berkembang. Faktor-faktor seperti aksesibilitas
sumber daya, konteks sosial dan budaya, sistem pendidikan, dan tantangan yang
dihadapi oleh masing-masing negara dapat memengaruhi perbedaan antara
progresivisme di negara maju dan negara berkembang dalam pendidikan.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa perbedaan ini bersifat relatif
dan tidak ada pemisahan yang tegas antara keduanya.
Aliran progresivisme dalam pendidikan mampu mengatasi tantangan dan
perubahan dalam pendidikan masa kini, seperti globalisasi dan perkembangan
teknologi yang berkembang pesat. Progresivisme menawarkan pendekatan yang
adaptif, inovatif, dan berpusat pada siswa, yang memungkinkan pendidikan untuk
mengikuti perkembangan dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan
zaman yang terus berubah. Dengan mengadopsi pendekatan progresivisme,
pendidikan dapat menjawab panggilan globalisasi dengan mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga dunia yang berpengetahuan luas, toleran, dan mampu
berinteraksi dalam konteks multikultural.
Progresivisme sebagai aliran filsafat dapat menunjukkan sifat negatifnya
dalam menganalisis dan mengkritik kondisi sosial-politik saat ini. Terlalu
optimistik terhadap perubahan sosial, keterlambatan dalam mengakui dan
mengatasi masalah yang ada, serta mengabaikan keragaman sudut pandang dan
pendekatan yang berbeda adalah beberapa sifat negatif yang mungkin terlihat
dalam progresivisme. Namun, penting untuk dicatat bahwa sifat negatif ini tidak
sepenuhnya merusak nilai dan kontribusi progresivisme dalam menganalisis dan
mengkritik kondisi sosial-politik.
Meskipun progresivisme memiliki sifat negatifnya, aliran ini juga
memberikan kontribusi yang berharga dalam menciptakan pemikiran kritis dan
reflektif terhadap kondisi sosial-politik saat ini. Progresivisme mendorong
seseorang untuk melihat secara kritis ketidakadilan dan ketimpangan yang ada
dalam masyarakat, serta menawarkan visi perubahan yang lebih inklusif, adil, dan
berkelanjutan. Dalam menganalisis kondisi sosial-politik saat ini, progresivisme
mengajak untuk menggali akar masalah, melihat implikasi sosial dan politik dari
kebijakan yang ada, dan mempertanyakan status quo.
Pandangan progresivisme tentang partisipasi siswa introvert dalam
pembelajaran menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pembelajaran
inklusif yang memungkinkan siswa introvert untuk tetap aktif tanpa adanya
penekanan yang berlebihan. Melalui pendekatan kolaboratif, penerapan
pendekatan pembelajaran yang mendalam, dan memberikan pilihan kepada siswa,
partisipasi siswa introvert dapat ditingkatkan, dan siswa tersebut dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dalam pembelajaran.
Pandangan Gutek terhadap progresivisme mengakui peran sentral Dewey
dalam pengembangan aliran ini, sementara buku "Philosophy of Education" karya
Kilpatrick menyajikan pandangan yang lebih rinci dan praktis tentang
progresivisme. Kedua pandangan ini menekankan pentingnya pembelajaran yang
aktif, relevan, melalui pengalaman, dan refleksi dalam pendidikan progresivisme.

Anda mungkin juga menyukai