Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Model-model Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Epon Nura’eni, M.Pd.

Muhammad Rijal Wahid Muharram, M. Pd.

Nama : Sri Rahayu

Kelas : 3 E PGSD

NIM : 1608082

1. Ada 4 prinsip model pembelajran di abad 21 yang disampaikan oleh Jennifer


Nichols. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana relevansinya dengan model-model
pembelajaran berikut Model Pembelajaran Kooperatif? Jelaskan oleh Saudara!

Jawaban :

Nichols (dalam Zubaidah, 2016, hlm. 14) menyatakan bahwa terdapat 4 prinsip model
pembelajaran abad 21 sebagai berikut :

1. Instruction should be student-centered

Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.


Dalam hal ini siswa dijadikan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensinya. Siswa tidak dituntut menghafal materi
pelajaran yang diberikan guru, tetapi mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya,
serta diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi
di masyarakat. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu
mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan
informasi baru yang akan dipelajarinya, memberi kesempatan siswa untuk belajar
sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing, dan mendorong siswa
untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Guru juga
berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika
menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya.

2. Education should be collaborative

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain yang berbeda
latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya dalam menggali informasi dan
membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan
lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi
informasi dan pengalaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang telah
dikembangkannya, dan bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya
agar menjadi lebih baik.

3. Learning should have context

Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar pembelajaran


menjadi lebih bermakna dan memberi dampak terhadap kehidupan sehari-hari
siswa. Guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan
siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru juga perlu membantu siswa
agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

4. Schools should be integrated with society


Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan
sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula
mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian
sosialnya. Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat
lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah
atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di
berbagai belahan dunia.

Menurut Djahiri (dalam Nurokhman, 2012, hlm. 2) mengemukakan bahwa


model pembelajaran kooperatif menuntut diterapkannya pembelajaran yang siswa
sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan
lingkungan belajarnya. Dari kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa 4
prinsip pembelajaran abad 21 yang dikemukakan oleh Nichols terdapat relevansi
dengan model pembelajaran kooperatif (Kooperatif Learning) dimana 4 prinsip
pembelajaran abad 21 dapat diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil analisis saya, 2 dari 4 prinsip
pembelajaran abad 21 sudah ada yang diterapkan dalam model pembelajaran
kooperatif yakni berpusat pada siswa (student centered) dan belajar berkolaborasi.
Tersisa 2 prinsip yang belum atau bisa jadi sudah diterapkan dalam model
pembelajaran kooperatif tergantung dari guru yang mengajar. 2 prinsip tersebut yakni
materi pelajaran diangkat secara kontekstual dan adanya keterlibatan dari lingkungan
masyarakat. Perlu adanya sosialisasi atau pemberian informasi secara berkelanjutan
mengenai 4 prinsip pembelajaran abad 21 supaya guru dapat menerapkan 4 prinsip
tersebut dalam model pembelajaran kooperatif secara efektif atau model-model
pembelajaran lain secara umum.

Sumber Referensi :

Zubaidah, Siti. 2016. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan


Melalui Pembelajaran. Malang : Universitas Negeri Malang.
Rokhman, Nur. 2012. Pengembangan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Bernuansa Konstruktivisme. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakrta.

2. Berdasarkan Indeks Kreativitas Global (Global Creativity Index), Indonesia


menempati peringkat 81 dari 82 negara yang ada. Menurut Saudara, dari
pendekatan pembelajaran matematika yang sudah dipelajari bersama, manakah
pendekatan yang memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa? Jelaskan.

Jawaban :

Menurut saya, pendekatan pembelajaran matematika yang memiliki potensi


untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah pendekatan open
ended karena menurut Shimada (dalam Suhandri, 2013, hlm. 143) mengemukakan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended dimulai dengan memberikan
problem atau masalah terbuka kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran
membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan banyak
jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman
siswa dalam proses menemukan sesuatu.

Jadi, dengan memberikan masalah terbuka kemampuan berpikir kreatif siswa


akan terasah karena siswa dapat terlatih untuk melakukan penyelidikan dengan
berbagai strategi dalam menyelesaikan masalah sehingga siswa akan memahami
proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang
diperolehnya. Juga memberi kesempatan siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan
minat dan kemampuannya.

Sumber Referensi :

Suhandri. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa


Melalui Pendekatan Open-Ended. Riau : Gamatika, vol 3.

Lestari, Neny, dkk. 2016. Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Penalaran


Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Palembang : Jurnal
Pendidikan Matematika. Palembang : Universitas Sriwijaya, vol 10 No. 1.
3. Tulislah satu contoh skenario pembelajaran matematika di sekolah dasar
menggunakan pendekatan matematika realistik!

Jawaban :

Kelas/Semester : II/2

a. Standar Kompetensi (SK)

Bilangan

3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.

b. Kompetensi Dasar

3.1.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

c. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Pendekatan Matematika Realistik


2. Model : Model Kooperatif (Kooperatif Learning)
3. Metode : Diskusi, tanya-jawab, dan penugasan.
d. Langkah-langkah Pembelajaran

Rincian Kegiatan Alokasi


Tahap
Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan 10 menit
salam.
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin
doa. Siswa berdoa sebelum melakukan
pembelajaran.
3. Guru memeriksa kehadiran siswa.
4. Guru melakukan apersepsi dan memotivasi
siswa untuk belajar.
5. Guru mengajak siswa untuk melihat sebuah
gambar apel yang berderet. Siswa mengamati
gambar.
Kegiatan Inti Tahap 1 Memahami masalah kontekstual 35 menit
1. Guru bertanya kepada siswa :
a. Pernahkan kalian punya pensil?
b. Bagimana cara menghitung pensil teman
sekelas?
2. Siswa menjawab pertanyaan guru.

Tahap 2 Menjelaskan masalah kontekstul


3. Guru menjelaskan permasalahan yang harus
dipecahkan oleh siswa tentang “cara
menghitung pensil teman sekelas”. (contextual
question).
4. Guru membentuk siswa ke dalam kelompok
yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
siswa.
5. Guru memberikan soal kepada setiap kelompok
menggunakan media yang telah diberikan. (the
use of context)
6. Guru memberikan intruksi dalam penggunaan
media yang telah dibagikan kepada siswa.

Tahap 3 Menyelesaikan masalah kontekstual


7. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk
mencari penyelesaian soal yang diberikan. Bagi
kelompok yang belum paham bisa menanyakan
langsung kepada guru. (interactivity)
8. Setiap kelompok menuliskan hasil yang telah
dikerjakan dalam sebuah Lembar Kerja
Kelompok.

Tahap 4 Membandingkan dan mendiskusikan


jawaban
9. Perwakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
menuliskan di papan tulis dan menjelaskan
bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang
berulang. (intertwining)
Penutup Tahap 5 Menyimpulkan 25 menit
1. Guru melakukan evaluasi melalui tanya jawab
dengan siswa sambil mengkonfirmasi konsep 20
yang diperoleh siswa.
2. Siswa merangkum materi pelajaran melalui
tanya jawab dengan guru.

- Apa yang sudah kamu pelajari hari ini?

- Apakah ada yang ingin ditanyakan?

- Apakah kalian sudah mengerti?


3. Setelah selesai siswa melakukan refleksi
4. Bagaimana perasaanmu didalam kegiatan
belajar hari ini?
5. Guru memberikan pekerjaan rumah 5 butir soal
yang harus dikerjakan siswa.
6. Guru mengakhiri kegiatan dengan meminta
siswa untuk memimpin doa di depan.
7. Guru mengucapkan salam kepada siswa

Sumber Referensi :
Purnomosidi, dkk. 2007. Matematika 2 Untuk SD/MI Kelas 2. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utomo Dwi Priyo & Arijanny Ida. 2009. Matematika Untuk SD/MI Kelas II. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

4. Ada empat rumpun model mengajar yang patut Saudara ketahui. Menurut
Saudara, pendekatan kontruktivisme, pendekatan open ended, pendekatan
realistik, pendekatan PBL, dan pendekatan CTL masuk ke dalam rumpun yang
mana? Jelaskan

Jawaban :

Menurut Joyce dan Weil (dalam Pinayani, 2007, hlm. 3) menyatakan bahwa
terdapat empat kelompok besar model pengajaran, yaitu model pemrosesan informasi
(the information processing sources), model pribadi (the personal sources), model
interaksi sosial (the social interaction sources), dan model perilaku (behavior
modivication as a sources).

Menurut saya merujuk dari beberapa sumber yang dibaca bahwa pendekatan
kontruktivisme, pendekatan open ended, pendekatan realistik, pendekatan problem
based learning, dan pendekatan kontekstual termasuk kedalam model pemrosesan
informasi karena model-model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta
didik dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi dan
memecahkan masalah berdasarkan kemampuannya. Pemrosesan informasi yang
dimaksud merujuk pada cara peserta didik mengumpulkan/menerima stimulus dari
lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal maupun visual. Dalam pembelajaran menurut Duraisy
(2013, 2) terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar berupa penguasaan konsep.

Sumber Referensi :

Duraisy, Bahrur Rosyid. 2013. Model-Model Pembelajaran (Empat Model Joyce And
Weil. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Pinayani, Ani. 2007. Model Pembelajaran. Malang : Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai