PDGK4500
TUGAS AKHIR PROGRAM
Model pembelajaran ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPA tentang
perpindahan panas atau kalor. Langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut
Kegiatan Awal :
● Guru mengucapkan salam dan berdoa. Setelah itu guru mengecek kehadiran
siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
● Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan , “mengapa wajah kita panas”
Kegiatan Inti
Mengamati
Menanya
Mencoba
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
● Perwakilan masing-masing kelompok menyampaikan hasil hitungan dan
kesimpulan kelompok
● Kelompok mendiskusikan pemecahan masalah jika ada perbedaan jawaban
● Guru menilai kemampuan siswa berkomunikasi lisan
● Guru menuntun siswa mengerjakan soal-soal yang ada di buku
● Siswa mencoba menyelesaikan soal mandiri dari soal yang ada dibuku
Penutup
Kelebihan :
Kelemahan
a. Peserta didik akan merasa enggan untuk mencoba manakala mereka tidak
memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dihadapi
bisa diselesaikan;
b. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan
tingkat berpikir para peserta didik;
c. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan
metode konvensional;
d. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula
belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan
guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun
kesimpulan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000). NHT
merupakan bentuk variasi dari diskusi kelompok, di mana setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomor.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
● Pada langkah ini siswa memikirkan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru.
● Menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan memastikan bahwa
tiap anggota kelompoknya sudah mengetahui jawabannya.
● Pada langkah ini guru memanggil salah satu nomor kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Jika jawaban dari hasil
diskusi kelas sudah dianggap betul, siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan
apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
● Guru memberikan pujian kepada siswa/kelompok yang menjawab betul.
Kelebihan
Kelemahan
a. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan
waktu yang terbatas.
Metode pembelajaran ini cocok pada mata pelajaran PKN materi sikap
persatuan dan kesatuan. langkah -langkah pembelajaran sebagai berikut
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Konstruktivisme
Inquiry
Questioning
Modelling
● siswa diminta oleh guru untuk memainkan peran sesuai dengan teks yang
ada pada buku.
● Siswa dibagi kedalam kelompok belajar. Siswa mulai berlatih memainkan
peran seperti yang terdapat pada buku.
● Guru membimbing siswa dalam melaksanakan bermain peran selama
pembelajaran.
● Siswa mempresentasikan hasil latihan bermain peran di depan kelas.
● Guru melakukan penilaian terhadap pemodelan yang diperankan siswa.
● Guru dan siswa saling bertukar pikiran terkait dengan manfaat menjaga
persatuan dan kesatuan terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan
sekolah.
● Guru dan siswa memberikan apresiasi terhadap pemodelan yang telah
dilakukan siswa.
Learning community
Reflection
Authentic assessment
● Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal formatif yang ada di
buku. Kemudian siswa mengumpulkan hasil pekerjaan untuk dinilai oleh
guru
Penutup
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah awal untuk membangun suasana pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini, guru akan mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap orientasi
adalah:
a. Menjelaskan topik yang akan dipelajari beserta tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
hasil belajar yang baik. Disini, guru dapat menjelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan dari setiap langkahnya, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik pembelajaran dan kegiatan belajar. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan motivasi belajar pada siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah untuk membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan tentunya yang menantang siswa
untuk berpikir dalam memecahkan teka-teki sesuai rumusan masalah yang ingin dikaji.
Sebab, masalah tersebut ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat.
3. Merumuskan hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap siswa adalah dengan mengadakan berbagai
pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara, atau
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang
dibahas.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, pengumpulan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pemicu, agar siswa berfikir untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima, sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tapi harus
didukung oleh data yang dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Model pembelajaran ini cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
membuat dan menjelaskan makna pantun. Langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
Pendahuluan
Kegiatan Inti
● Peserta didik mencermati contoh berbagai jenis pantun yang ditayangkan guru
● Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai jenis pantun yang
ditayangkan serta makna yang terkandung di dalamnya.
● Peserta didik secara mandiri berkreasi membuat pantun nasihat, jenaka dan teka-
teki serta menjelaskan makna masing-masing pantun
● Guru memberikan umpan balik atas hasil pekerjaan peserta didik
Penutup
● Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari hari ini
● Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik karena sudah mengikuti
pembelajaran dengan baik
● Guru dan siswa berdoa
a. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa
dalam menyelesaikannya.
b. Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan
diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk
memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri
c. Proses Pembelajaran
d. Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa
diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa
harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal (Zulkardi dalam
Hartono 2008: 20)
Kelebihan
Menurut Suwarsono dalam Nalole (2008 : 140), kelebihan pendekatan realistik adalah :
Kelemahan
2. Buat satu kasus dan penyelesaian sesuai dengan metode pelajaran yang dipilih
Jawaban :
kasus pada mata pelajaran IPA materi perpindahan panas atau kalor pada kelas V
Ibu linda adalah seorang guru kelas V. ibu Linda akan mengajarkan IPA dengan topik
“perpindahan panas atau kalor”, di kelas V SD. ia mempersiapkan media berupa gambar
yang berhubungan dengan konduksi, konveksi dan radiasi dari pelajaran buku tema yang
dimiliki siswa masing-masing. Ia juga mempersiapkan LKPD tentang perpindahan panas
berupa konduksi, konveksi dan radiasi.
Sebelum mengajar ibu Linda memberikan apersepsi tentang kalor/panas dengan bertanya
“ada yang tau nama lain dari panas?”, ibu Linda lalu menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai yaitu tentang jenis-jenis perpindahan panas. Setelah menyampaikan
tujuan Ibu Linda menyuruh siswa untuk membuka buku tema 8 tentang perpindahan panas.
Ibu Linda lalu menunjuk satu siswa untuk membaca cerita dengan judul “ perpindahan
panas atau kalor”. Selanjutnya Ibu Linda lalu menerangkan materi tentang jenis-jenis
perpindahan panas atau kalor beserta jenis-jenisnya.
Ibu Linda lalu menunjukkan gambar yang berhubungan dengan perpindahan panas berupa
konduksi, konveksi dan radiasi yang berada di buku anak tersebut. Lalu Ibu Linda
membagikan LKPD kepada siswa untuk melakukan diskusi kelompok tentang gambar dan
jenis perpindahan panas yang terjadi pada setiap gambar. Ibu Linda lalu menyuruh
mengumpulkan hasil diskusi kelompok siswa dan membahasnya.
Setelah itu, Ibu Linda mengadakan evaluasi dan setelah dikoreksi Ibu Linda tidak
menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Dari 34 siswa ditemukan 18 siswa memiliki
nilai dibawah KKM yaitu 65 (53%) sedangkan sebanyak 16 siswa mendapat nilai diatas
KKM (47%).
Penyelesaian kasus
Untuk menyelesaikan kasus yang dialami ibu Linda saya menggunakan metode berbasis
masalah (problem based learning), yang mana pada pendekatan ini melibatkan siswa secara
langsung dengan mengamati dan menggunakan sesuai hal yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Masalah yang dialami oleh ibu Linda adalah siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan
siswa kurang motivasi belajar sehingga merasa bosan. Hal inilah yang menyebabkan siswa
tidak memahami materi dengan baik dan benar.
Penyebab utama kasus yang dialami ibu Linda adalah ibu Linda hanya menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi serta hanya menggunakan media gambar
saja, tentunya banyak siswa yang merasa kurang tertarik dan merasa bosan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berikut langkah-langkah proses pembelajaran perbaikan yang akan dilakukan
dengan menggunakan problem based learning
Kegiatan awal
● Guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Setelah
itu dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa, sembari menanyakan kabar
siswa
● Melakukan kegiatan apersepsi dengan melakukan ice breaking, guna untuk
memusatkan perhatian siswa dan memberikan semangat belajar siswa Setelah itu
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dan benar
Kegiatan inti
Mengamati
Menanya
● Guru menanya kepada siswa apakah siswa pernah melihat perpindahan panas atau
kalor seperti yang terjadi pada video yang ditayangkan
Mencoba
Mengasosiasi
● siswa diminta untuk membuat kesimpulan terkait dengan hasil pengamatan untuk
didiskusikan bersama kelompok lain
Analisis dan evaluasi
Mengomunikasikan
Penutup
Dari kegiatan pembelajaran tersebut penyelesaian kasus yang dialami ibu Linda yaitu
dengan model PBL, yang mana siswa diajak untuk berpartisipasi langsung dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan situasi yang nyata. Hal ini bertujuan agar siswa
merasa termotivasi dalam belajar, dan dapat menambah wawasan ilmu siswa dalam
memahami materi yang diajarkan. Dengan melakukan kegiatan percobaan terkait materi
perpindahan kalor menggunakan alat dan bahan yang telah ditetapkan, siswa dilibatkan
secara langsung dalam proses pembelajaran dengan menggunakan situasi nyata dan
sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-harinya.