Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TUTORIAL 2

PDGK4500
TUGAS AKHIR PROGRAM

Nama Mahasiswa : Patima Manik


NIM : 856446599
Semester :9
Pokjar : Bagan batu
1. Sebutkan 5 model-model pembelajaran mengenai pengertian, langkah-langkah,
kelebihan dan kelemahan dan cocokkan kedalam 5 mata pelajaran, narasikan
kedalam langkah-langkah
Jawaban :

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning).


Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang
lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (Arends dalam abbas, 2000 : 13). Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk
melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah
serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep penting, di mana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri.

Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah yaitu :

a. Orientasi siswa pada masalah

Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh pengajar adalah menjelaskan


tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, serta
memotivasi siswa pada aktivitas pemecahan masalah.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa


mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar terkait dengan
masalah yang harus dipecahkan.

c. Membimbing pengalaman individu/kelompok

Peran guru selanjutnya adalah mendorong siswa untuk mengumpulkan


informasi yang sesuai, serta melakukan eksperimen hingga mendapatkan
pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Selanjutnya, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan


karya yang sesuai dengan laporan atau presentasi.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Langkah guru selanjutnya dalam problem based learning adalah


mengarahkan siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
penyelidikan mereka beserta proses yang mereka gunakan dalam
menyelesaikan masalah.

Model pembelajaran ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPA tentang
perpindahan panas atau kalor. Langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut
Kegiatan Awal :

● Guru mengucapkan salam dan berdoa. Setelah itu guru mengecek kehadiran
siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
● Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan , “mengapa wajah kita panas”

Kegiatan Inti

Mengorientasikan siswa pada masalah

Mengamati

● Siswa menyimak permasalah yang diberikan

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

Menanya

● Siswa mendiskusikan permasalahan yang diberikan

Membimbing penyelidikan mandiri

Mencoba

● Siswa mencari informasi terkait perpindahan kalor


● Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyebutkan macam-macam
perpindahan kalor
● Siswa berdiskusi untuk menyebutkan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-
hari
● Siswa berdiskusi menganalisis perpindahan kalor
● Merancang percobaan perpindahan kalor sesuai dengan LKPD
● Guru membimbing penyelidikan kepada siswa tentang pemuaian perpindahan
kalor
● Guru menilai sikap siswa dalam kerja kelompok dan membimbing/menilai
keterampilan mencoba, menggunakan alat dan mengolah data serta menilai
kemampuan siswa menerapkan konsep dalam pemecahan masalah

Mengembangkan dan menyajikan karya

Mengasosiasi

● Siswa menyimpulkan terkait perpindahan kalor


● Siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk menyelesaikan masalah tentang
perpindahan kalor
● Guru membimbing/menilai kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan,
diskusi dan merumuskan kesimpulan

Analisis dan evaluasi

Mengomunikasikan
● Perwakilan masing-masing kelompok menyampaikan hasil hitungan dan
kesimpulan kelompok
● Kelompok mendiskusikan pemecahan masalah jika ada perbedaan jawaban
● Guru menilai kemampuan siswa berkomunikasi lisan
● Guru menuntun siswa mengerjakan soal-soal yang ada di buku
● Siswa mencoba menyelesaikan soal mandiri dari soal yang ada dibuku

Penutup

● Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran tentang perpindahan kalor


● Kelas ditutup dengan salam dan doa

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran problem based learning.

Kelebihan :

a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan


pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah
dunia nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata(Sanjaya, 2007).

Kelemahan

a. Peserta didik akan merasa enggan untuk mencoba manakala mereka tidak
memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dihadapi
bisa diselesaikan;
b. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan
tingkat berpikir para peserta didik;
c. Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan
metode konvensional;
d. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula
belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan
guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun
kesimpulan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000). NHT
merupakan bentuk variasi dari diskusi kelompok, di mana setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomor.

Menurut Ibrahim (2000),pada metode ini guru menggunakan struktur 4 langkah


yaitu:

Langkah 1 : Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang


beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor
urut.
Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa,pertanyaan dapat bervariasi, amat spesifik dan dalam bentuk
kalimat tanya. Langkah 3 : Berfikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam
kelompoknya mengetahui jawaban tersebut
Langkah 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu
nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan
dan mencoba menjawab pertanyaan itu untuk seluruh kelas

Metode pembelajaran ini cocok digunakan pada mata pelajaran ilmu


pengetahuan sosial (IPS). langkah-langkah pembelajaran

Pendahuluan

● Menginformasikan materi yang akan dibahas atau mengaitkan materi yang


akan
● dibahas dengan materi yang lalu. Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai secara rinci dan
● menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memotivasi
siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep yang akan
dipelajari.

Kegiatan Inti

Langkah ke-1 : Penomoran

● Kegiatan ini diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok yang


beranggotakan 5 orang siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1
sampai dengan 5.

Langkah ke-2 (Mengajukan Pertanyaan)

● Menjelaskan materi secara sederhana


● Mengajukan pertanyaan, misalnya “sebutkan 5 ibu kota provinsi yang terletak di
pulau sumatra?”

Langkah ke-3 (Berpikir Bersama)

● Pada langkah ini siswa memikirkan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru.
● Menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan memastikan bahwa
tiap anggota kelompoknya sudah mengetahui jawabannya.

Langkah ke-4 (Pemberian Jawaban)

● Pada langkah ini guru memanggil salah satu nomor kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Jika jawaban dari hasil
diskusi kelas sudah dianggap betul, siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan
apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
● Guru memberikan pujian kepada siswa/kelompok yang menjawab betul.

Kelebihan dan kelemahan kooperatif NHT

Kelebihan

a. Setiap peserta didik menjadi siap


b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. Siswa yang pandai dapat membantu teman yang kurang mampu
d. Terjadi interaksi yang inten antarsiswa dalam menjawab soal

Kelemahan

a. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan
waktu yang terbatas.

3. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching)


Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning / CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran
dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi
siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga
kerja. Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008), CTL juga merupakan sebuah
sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-
hari siswa. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa dapat belajar
dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan
kebutuhan real dan minatnya.[1] CTL didesain dengan melibatkan siswa
mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-
masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal ini
memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata
atau masalah-masalah yang stimulisasi. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memiliki hubungan
yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses
kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan
metodologi stimulus-response.

Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual


1. Langkah pertama adalah Modeling, di sini guru akan mengutarakan
kompetensi dan tujuan, bimbingan dan motivasi. Tanamkan pola pikir bahwa
para siswa akan lebih memahami pelajaran dengan belajar secara mandiri,
menemukan ilmu secara mandiri, mengkonstruksi gagasan secara mandiri.
2. Berikutnya adalah inquiry terdiri dari pengidentifikasian, analisis, observasi,
hipotesis. Lakukan aktivitas inquiry untuk berbagai teori dan konsep.
3. Questioning, langkah ini mencakup mengarahkan, eksplorasi, menuntun,
evaluasi, inquiry dan generalisasi. Tanamkan karakter ingin tahu pada
pembelajar dengan bertanya.
4. Learning community, cakupan pada bagian ini adalah belajar kelompok/grup,
siswa diminta untuk bekerja sama, melaksanakan berbagai aktivitas dan
penelitian.
5. Constructivisme terdiri dari membuat pengertian secara mandiri, tesis-sintesis,
konstruksi teori dan pemahaman.
6. Reflection, pada bagian ini siswa diminta untuk mengulas dan merangkum
materi pada sesi akhir pertemuan.
7. Authentic Assessment ini merupakan proses akhir pembelajaran di mana siswa
dinilai dan menilai secara objektif agar siswa bisa mewujudkan kompetensi
yang telah disampaikan pada awal sesi.

Metode pembelajaran ini cocok pada mata pelajaran PKN materi sikap
persatuan dan kesatuan. langkah -langkah pembelajaran sebagai berikut

Pendahuluan

● Guru mengkondisikan peserta didik untuk menjawab salam, berdoa


bersama yang dipimpin oleh peserta didik. Kemudian guru menanyakan
kabar dari peserta didik, mengecek kehadiran peserta didik,dan
memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.
● Guru juga melakukan apersepsi terkait materi pembelajaran yang
sebelumnya dan pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
● Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
didik

Kegiatan Inti

Konstruktivisme

● siswa mengamati gambar yang terdapat pada buku PPKn


● Siswa diminta untuk memberikan pendapatnya tentang gambar dan
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru
memberikan penguatan kepada siswa berkaitan dengan gambar.
● Siswa diminta untuk membaca materi pembelajaran yang berjudul
“persatuan dan kesatuan”

Inquiry

● guru meminta siswa untuk menemukan sikap-sikap yang menunjukkan


persatuan dan kesatuan pada gambar yang terdapat pada buku PPKn.
Siswa memberi tanda ceklis (V) pada gambar yang menunjukkan sikap
persatuan dan kesatuan pada buku
● Guru memberikan penguatan kepada siswa terkait dengan sikap-sikap
yang menunjukkan persatuan dan kesatuan.

Questioning

● guru mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait persatuan dan kesatuan


seperti yang tertera pada buku PPKn.
● Siswa memberikan jawaban kepada guru terkait persatuan dan kesatuan
● Guru meminta siswa untuk membaca materi dengan judul “persatuan dan
kesatuan di lingkungan keluarga, sekolah, cara menjaga, manfaat, dan
prinsip persatuan dan kesatuan.
● Guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai persatuan dan
kesatuan yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa baik di
lingkungan keluarga maupun sekolah.

Modelling

● siswa diminta oleh guru untuk memainkan peran sesuai dengan teks yang
ada pada buku.
● Siswa dibagi kedalam kelompok belajar. Siswa mulai berlatih memainkan
peran seperti yang terdapat pada buku.
● Guru membimbing siswa dalam melaksanakan bermain peran selama
pembelajaran.
● Siswa mempresentasikan hasil latihan bermain peran di depan kelas.
● Guru melakukan penilaian terhadap pemodelan yang diperankan siswa.
● Guru dan siswa saling bertukar pikiran terkait dengan manfaat menjaga
persatuan dan kesatuan terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan
sekolah.
● Guru dan siswa memberikan apresiasi terhadap pemodelan yang telah
dilakukan siswa.

Learning community

● guru meminta siswa menemukan informasi penting dari drama yang


diperankan.
● Guru meminta siswa untuk bergabung kembali dengan kelompok
belajarnya untuk berdiskusi.
● Siswa diminta melaksanakan diskusi sesuai dengan petunjuk yang
terdapat pada buku. Hasil diskusi kelompok belajar siswa, kemudian
ditampilkan di depan kelas sesuai dengan petunjuk guru.
● Siswa dan guru memberikan apresiasi terhadap hasil diskusi kelompok.

Reflection

● guru meminta siswa untuk merefleksi diri dengan melaksanakan kegiatan


cerminan diri seperti yang terdapat pada buku.
● Siswa memberikan jawabannya terkait cerminan diri yang terdapat pada
buku

Authentic assessment
● Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal formatif yang ada di
buku. Kemudian siswa mengumpulkan hasil pekerjaan untuk dinilai oleh
guru

Penutup

● guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran. Siswa


memberikan pendapat terkait kesimpulan pembelajaran sebagai bentuk
pemahaman materi.
● Guru juga merancang tugas yang harus dikerjakan oleh siswa untuk memberikan
penguatan materi.
● Guru juga menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
● Selanjutnya guru dan siswa menyanyikan lagu mars PPK. Dan diakhiri dengan
salam dan doa penutup.

Kelebihan model pembelajaran kontekstual


1. Membuat siswa bisa menemukan potensi terbaik yang dimilikinya.
2. Dalam kerjasama antar grup, siswa bisa bertindak lebih efektif.
3. Siswa memiliki daya untuk berpikir kreatif dan kritis dalam memperoleh
informasi, bisa bijaksana dalam memahami isu dan bisa memperoleh solusi
atas masalah-masalah yang ada.
4. Peserta didik bisa mengetahui manfaat tentang apa yang mereka pelajari.
5. Siswa tidak tergantung dengan guru dalam memperoleh berbagai informasi.
6. Anak didik akan merasa nyaman dan senang dalam setiap pembelajaran.
Kekurangan model pembelajaran kontekstual
1. Guru akan kewalahan dalam memutuskan materi pelajaran karena
pembelajaran CTL menekankan pada kebutuhan setiap siswa, sedangkan
kemampuan siswa dalam satu kelas tidaklah sama.
2. Pembelajaran CTL ini lebih cenderung untuk mengembangkan soft skill siswa
sehingga siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi tetapi susah untuk
mengungkapkan suatu hal (introvert), maka akan kewalahan dalam
pembelajaran ini.
3. Ketika pembelajaran kontekstual diterapkan maka kemampuan siswa akan
terlihat jelas, mana yang memiliki kemampuan dan mana yang tidak. Sehingga
akan timbul kesenjangan.
4. Interpretasi siswa akan berbeda-beda pada setiap pembelajaran yang
disediakan.
5. Pada kenyataanya tidak semua siswa bisa beradaptasi dan menemukan potensi
yang ada pada diri mereka.
6. Pembelajaran kontekstual ini sangat tidak irit waktu.
7. Karena siswa dituntut untuk proaktif dalam mencari fakta dan ilmu
pengetahuan sendiri, peran guru akan semakin kurang dalam proses
pembelajaran CTL.

4. Model Pembelajaran Inkuiri


Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran inkuiri adalah
proses belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan
menafsirkan problem secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan
pembuktian (Nasution, 1992:128). Lebih lanjut dikatakan Model pembelajaran
inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Model atau pendekatan
pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri utama yang dimiliki oleh
pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar),
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197).

Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri yaitu :

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah awal untuk membangun suasana pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini, guru akan mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap orientasi
adalah:

a. Menjelaskan topik yang akan dipelajari beserta tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
hasil belajar yang baik. Disini, guru dapat menjelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan dari setiap langkahnya, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik pembelajaran dan kegiatan belajar. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan motivasi belajar pada siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah langkah untuk membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan tentunya yang menantang siswa
untuk berpikir dalam memecahkan teka-teki sesuai rumusan masalah yang ingin dikaji.
Sebab, masalah tersebut ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat.

3. Merumuskan hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap siswa adalah dengan mengadakan berbagai
pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara, atau
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang
dibahas.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, pengumpulan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikir. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pemicu, agar siswa berfikir untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima, sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tapi harus
didukung oleh data yang dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh


dari hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan goals-nya dalam
pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, maka sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana saja yang relevan.

Model pembelajaran ini cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
membuat dan menjelaskan makna pantun. Langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :

Pendahuluan

● Guru mengkondisikan peserta didik untuk menjawab salam, berdoa bersama


yang dipimpin oleh peserta didik. Kemudian guru menanyakan kabar dari
peserta didik, mengecek kehadiran peserta didik,dan memberikan motivasi
belajar kepada peserta didik.
● Guru juga melakukan apersepsi terkait materi pembelajaran yang sebelumnya
dan pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
● Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
didik

Kegiatan Inti
● Peserta didik mencermati contoh berbagai jenis pantun yang ditayangkan guru
● Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai jenis pantun yang
ditayangkan serta makna yang terkandung di dalamnya.
● Peserta didik secara mandiri berkreasi membuat pantun nasihat, jenaka dan teka-
teki serta menjelaskan makna masing-masing pantun
● Guru memberikan umpan balik atas hasil pekerjaan peserta didik

Penutup

● Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari hari ini
● Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik karena sudah mengikuti
pembelajaran dengan baik
● Guru dan siswa berdoa

Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri adalah :

1. Membantu menggunakan daya ingat siswa dan mentransfernya pada situasi-situasi


belajar.
2. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan atau inisiatifnya
sendiri.
3. Mendorong siswa untuk berpikir secara inisiatif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
4. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
5. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
6. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri setiap siswa.
7. Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar di luar sekolah, dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya
sumber belajar.
8. Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).
9. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-
rata. Siswa dengan kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh
siswa lain yang lemah dalam belajar.

Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri adalah :

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.


2. Sulit untuk merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
3. Terkadang dalam mengimplementasikannya, diperlukan waktu yang panjang,
sehingga guru kerap kesulitan dalam menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan.
5. Memerlukan adanya perubahan kebiasaan cara belajar peserta didik yang
menerima informasi dari guru apa adanya, menjadi belajar secara mandiri dan
kelompok, dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.
6. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang
telah dilakukan bertahun-tahun.
7. Guru dituntut mengubah cara mengajar yang umumnya sebagai penyaji informasi,
lalu menjadi fasilitator dan motivator. Hal tersebut tentunya tidak mudah
dilakukan.
8. Model pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan
sumber belajar dan fasilitas yang memadai, tapi tidak selalu tersedia.
9. Model pembelajaran inkuiri tidak efisien, khususnya untuk mengajar peserta didik
dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.

5. Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan pembelajaran


matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa
sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika. (Depdiknas, 2010: 7).
Anwar (2010) menyatakan bahwa PMRI adalah satu pendekatan pembelajaran
matematika yang coba menggunakan pengalaman dan lingkungan siswa sebagai alat
bantu mengajar primer. Supinah (2008: 15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah
“suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar”.

Langkah-langkah PMRI Langkah-


langkah Pembelajaran Matematika Realistik cocok untuk mata pelajaran Matematika
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa
dalam menyelesaikannya.
b. Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan
diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk
memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri

c. Proses Pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan


pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok.
Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap
hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan
memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa atau kelompok penyaji. Guru
mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan
siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang
bersifat lebih umum

d. Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa
diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa
harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal (Zulkardi dalam
Hartono 2008: 20)

Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realistik

Kelebihan

Menurut Suwarsono dalam Nalole (2008 : 140), kelebihan pendekatan realistik adalah :

a. Pembelajaran Matematika Realistik memberikan pengertian yang jelas dan


operasional kepada siswa tentang keterkaitan antar matematika dengan kehidupan
sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada
umumnya bagi manusia.
b. Pembelajaran Matematika Realistik memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika suatu bidang kajian yang dikonstruksi
dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar
dalam bidang tersebut.
c. Pembelajaran Matematika Realistik memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak
harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain.
d. Pembelajaran Matematika Realistik memberikan pengerian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses
pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika
orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-
konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu (misalnya guru).

Kelemahan

Beberapa kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) menurut pendapat


Suwarsono dalam Nalole (2008:140-141) antara lain sebagai berikut :

a. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan yang


sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah dipraktikan, misalnya
mengenai siswa, guru, dan peranan soal kontekstual
b. Mengkonstruksi soal-soal kontekstual yang memnuhi syaratsyarat yang dituntut
PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa,
apalagi jika soal-soal tersebut harus dapat diselesaikan dengan bermacam-macam
cara.
c. Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan
soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan guru
d. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui soal-soal kontekstual,
proses matematisasi horizontal, dan proses matematisasi vertikal juga bukan
merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa
dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.

2. Buat satu kasus dan penyelesaian sesuai dengan metode pelajaran yang dipilih

Jawaban :

kasus pada mata pelajaran IPA materi perpindahan panas atau kalor pada kelas V

Ibu linda adalah seorang guru kelas V. ibu Linda akan mengajarkan IPA dengan topik
“perpindahan panas atau kalor”, di kelas V SD. ia mempersiapkan media berupa gambar
yang berhubungan dengan konduksi, konveksi dan radiasi dari pelajaran buku tema yang
dimiliki siswa masing-masing. Ia juga mempersiapkan LKPD tentang perpindahan panas
berupa konduksi, konveksi dan radiasi.

Sebelum mengajar ibu Linda memberikan apersepsi tentang kalor/panas dengan bertanya
“ada yang tau nama lain dari panas?”, ibu Linda lalu menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai yaitu tentang jenis-jenis perpindahan panas. Setelah menyampaikan
tujuan Ibu Linda menyuruh siswa untuk membuka buku tema 8 tentang perpindahan panas.
Ibu Linda lalu menunjuk satu siswa untuk membaca cerita dengan judul “ perpindahan
panas atau kalor”. Selanjutnya Ibu Linda lalu menerangkan materi tentang jenis-jenis
perpindahan panas atau kalor beserta jenis-jenisnya.

Ibu Linda lalu menunjukkan gambar yang berhubungan dengan perpindahan panas berupa
konduksi, konveksi dan radiasi yang berada di buku anak tersebut. Lalu Ibu Linda
membagikan LKPD kepada siswa untuk melakukan diskusi kelompok tentang gambar dan
jenis perpindahan panas yang terjadi pada setiap gambar. Ibu Linda lalu menyuruh
mengumpulkan hasil diskusi kelompok siswa dan membahasnya.

Setelah itu, Ibu Linda mengadakan evaluasi dan setelah dikoreksi Ibu Linda tidak
menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Dari 34 siswa ditemukan 18 siswa memiliki
nilai dibawah KKM yaitu 65 (53%) sedangkan sebanyak 16 siswa mendapat nilai diatas
KKM (47%).

Penyelesaian kasus

Untuk menyelesaikan kasus yang dialami ibu Linda saya menggunakan metode berbasis
masalah (problem based learning), yang mana pada pendekatan ini melibatkan siswa secara
langsung dengan mengamati dan menggunakan sesuai hal yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.

Masalah yang dialami oleh ibu Linda adalah siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan
siswa kurang motivasi belajar sehingga merasa bosan. Hal inilah yang menyebabkan siswa
tidak memahami materi dengan baik dan benar.

Penyebab utama kasus yang dialami ibu Linda adalah ibu Linda hanya menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi serta hanya menggunakan media gambar
saja, tentunya banyak siswa yang merasa kurang tertarik dan merasa bosan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berikut langkah-langkah proses pembelajaran perbaikan yang akan dilakukan
dengan menggunakan problem based learning

Kegiatan awal

● Guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Setelah
itu dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa, sembari menanyakan kabar
siswa
● Melakukan kegiatan apersepsi dengan melakukan ice breaking, guna untuk
memusatkan perhatian siswa dan memberikan semangat belajar siswa Setelah itu
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dan benar

Kegiatan inti

Mengorientasikan siswa pada masalah

Mengamati

● Pada kegiatan inti guru menayangkan sebuah video pembelajaran terkait


perpindahan panas. Dari video yang ditayangkan guru memberikan penjelasan
tentang materi tersebut dan memberikan contoh-contoh lain yang ada di sekitar
lingkungan siswa terutama di sekolah

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

Menanya

● Guru menanya kepada siswa apakah siswa pernah melihat perpindahan panas atau
kalor seperti yang terjadi pada video yang ditayangkan

Membimbing penyelidikan mandiri

Mencoba

● Guru membagi siswa ke dalam kelompok diskusi untuk melakukan pengamatan


terkait perpindahan panas atau kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi dengan
alat dan bahan yang disediakan seperti gelas bening, sendok makan, air panas, es
batu, lilin, dan korek
● Siswa melakukan pengamatan terhadap percobaan yang dilakukan seperti konduksi
(sendok makan dimasukkan kedalam gelas bening yang telah diisi oleh air panas),
konveksi (es batu dimasukkan kedalam gelas yang berisi air panas) dan radiasi
(dekatkan jari telunjuk didepan api lilin jarak 2 cm)
● Selama percobaan, guru mendampingi siswa dalam melakukan pengamatan

Mengembangkan dan menyajikan karya

Mengasosiasi

● siswa diminta untuk membuat kesimpulan terkait dengan hasil pengamatan untuk
didiskusikan bersama kelompok lain
Analisis dan evaluasi

Mengomunikasikan

● Perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan


kelas dan kelompok lain menanggapi.
● Guru merefleksi terkait dengan hasil percobaan yang dilakukan dan meluruskan hasil
diskusi siswa di kelas

Penutup

● Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran tentang perpindahan kalor


● Kelas ditutup dengan salam dan doa

Dari kegiatan pembelajaran tersebut penyelesaian kasus yang dialami ibu Linda yaitu
dengan model PBL, yang mana siswa diajak untuk berpartisipasi langsung dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan situasi yang nyata. Hal ini bertujuan agar siswa
merasa termotivasi dalam belajar, dan dapat menambah wawasan ilmu siswa dalam
memahami materi yang diajarkan. Dengan melakukan kegiatan percobaan terkait materi
perpindahan kalor menggunakan alat dan bahan yang telah ditetapkan, siswa dilibatkan
secara langsung dalam proses pembelajaran dengan menggunakan situasi nyata dan
sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

Anda mungkin juga menyukai