Anda di halaman 1dari 11

KONTRIBUSI ALIRAN DALAM FILSAFAT TERHADAP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu :

Bapak. Taufiq Satria Mukti M.Pd

Oleh :

Dinda Anggraini

200108110049

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmad,
taufiq, serta hidayah-Nya. Tak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi
Muhammas SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak.serta keluarga dan semua teman-teman
saya sehingga saya daapat menyelesaikan makalh ini secara tepat waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu yang
diampu oleh Bpk. Taufiq Satria Mukti M.Pd. Adapun selain itu, penulisan makalah ini
bertujuan untuk memahami “Filsafat Konstruktivesme dalam Pembelajaran Matematika”.

Tiada gading yang tak retak, Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Sehingga, kritik dan aran pembaca diperlukan dalam penyempurnaan makalah ini.

Sekian kata pengantar ini saya buat. Saya mohon maaf atas kekurangan yang ada.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat.

Malang, 01 November 2010

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………….I

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….III

A. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1-2
B. PERMASALAHAN………………………………………………………………..3
C. TUJUAN……………………………………………………………………………3
D. TINJAUAN TEORI………………………………………………………………..3-4
E. PEMBAHASAN……………………………………………………………………4-6
F. KESIMPULAN…………………………………………………………………….6-7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..8

III
A. PENDAHULUAN

Filasafat adalah upaya manusia untuk berfikit spekulatif, reflektif, sistematis


tentang alam semesta di mana dia hidup dan dengan alam semesta. Filsafat
bukanlah menambahkan fakta baru terhadap sebuah pengetahuan tapi, filsafat
cenderung mengkaji ulang dari fakta fakta yang sudah ditemukan oleh para
ilmuan. Jika pendidikan bertujuan untuk berbagi perubahan yang lebih baik, maka
filosofi menentukan apa yang “baik” bagi sebagian masyarakat atau masyarakat
secara total. Oleh karena hal nya fisafat pendidikat merupakan penerapan dari
aplikasi ilmu filsafat. Karena pada filsafat pendidikan menpelajari semua faktor
dan tujuan, metode, sasaran pendidikan dan isi dalam hal nilai-nilai yangbisa
mempengaruhi tujuan dan sifat seseorang atau masyarakat luas.1
Pada kenyataan ranah ilmu filasafat adalah sebuah hakikat dan eksistensi. Ilmu
– ilmu sosial dan alam adalah tempat yang baik untuk mengajarkan realitas
terhadap peserta didik. Epistemologi terkait hakikat pengetahuan.pada penerapan
epistimologi adalah metode dimana guru merangsang siswa dengan mengajukan
pertanyaan sehingga menimbulakan ide ide yang tersembunyi dari siswa. Aksiolgi
sendiri adalah tentang pmbelajran nilai-nilai moran yang dibagi menjadi dua yaitu
etika dan ekstetika. Guru menempati pembagian ekstetik karena guru sebagai
penghalang perilaku yang menyimpang dan menumbuhkan perilaku yang baik.
filsafat pendidikan sendiri dalam artian luas adalah pemikiran-pemikiran
filsafat tentang pendidikan. Filsafat tentang proses pendidikan bersangkut paut
dengan cita-cita, bentuk, metode, dan hasil dari proses pendidikan. Sedangkan
filsafat tentang disiplin ilmu pendidikan bersifat metadisiplin, dalam arti
bersangkut paut dengan konsep-konsep, ide-ide, dan metode-metode ilmu
pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat yang begitu mempengaruhi filsafat
pendidikan, yaitu : idealisme, progressivisme, eksistensialisme, realisme,
pragmetis, perenialisme, rekonstruktivisme, esensialisme. Dalam makalah ini saya
cenderung mengarah ke 3 aliran tersebut yaitu idealisme, progresivisme, realisme.
Tetapi, keadaan saat ini menunjukkan bahwa sistem pembelajaran matematika
sedang megalami perubahan paradigma ini . Baik dari segi sistem mengajar,
pengukuran tingkat pemahaman, materi yang disampaikan dan hal-hal yang
berkaitan dengan pengembangan kompetensi. Tujuannya adalah agar
1
Hinchey, DEMOCRACY AND EDUCATION BY JOHN DEWEY. 1
pembelajaran matematika lebih memiliki makna bagi peserta didik dan
memberikan bekal kompetensi yang memadai baik studi lanjut maupun memasuki
dunia kerja (Sutarto Hadi, 2005)2. Paradigma seperti ini tetap menekankan potensi
manusia untuk belajar dan berkembang. Peran guru disini hanyalah fasilisator
yang mengarahkan siswa dalam hal pembentukan pengetahuan oleh diri sendiri.
Siswa harus dapat berperan aktif dalam pencarian dan pengembangan ilmu.
Disini para pendidik matematika harus bisa mereduksi pemikiran siswa
bahwasannya pelajaran matematuika itu sulit, kering, abstrak, penuh rumus dan
lambang. Untuk menghilangkan presepsi ini harus di mulai dari gurunya. Pertama,
dalam segi mengajar seyogyanya guru merubah pembelajaran tradisonal dalam
bentuk pembelajaran progresif yaitu siswa dapat bereksplorasi utuk menemukan
pengetahuan yang bermakna atas dirinya. Kedua, guru harus bisa merubah
paradigm matematika yaitu siwa tidak hanya menjadi penerima pasif tetapi siwa
bisa menemukan kembali matematika dibawah bimbingan orang dewasa.
Dalam hal ini, penerapan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa (SCL)
akan berdampak efektif. SCL (Student Centred Leanring) ini berasal dari teori
kontruktivis dimana siswa mengostruksi pengetahuan, ia tidak menjadi penerima
pasif. Didalam kelas mereka dituntut utuk memikirkan apa yang dipresentasikan,
mengeksplore lebih lanjut konsep-kpnsep, serta bejerja sama baik degan guru
ataupun siswa lain.
Reformasi pendidikan matematika dengan teori belajar kontruktivisme
merupakan cara untuk merubah cara pandang matematika sebagai ilmu yang sulit.
Copes menyatakan bahwa para matematikawan menemukan masalh,
menyelesaikannya, dan menganalisis permasalahannya3. Dalam penerapan di
lingkunang kelas siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, mampu
menyelesaikan proyek yang dinerikan, dan bekerja sama dalam membangun
pengetahuan tentang matematika. Dalam hal ini matematika bukan hanya sebatas
hafalan tetapi pemahaman pada diri siswa sehingga ia dapat mengaplikasikan teori
matematika dalam kehidupannya.

2
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si, “Pendidikan Matematika Realistik Dan Implementasinya.”
3
R.H, Bruning, G.J, Scraw, M.M, Norby, . “. Cognitive Psychologi and Instruction (Fith Eds).”

2
B. PERMASALAHAN

Mata pelajaran matematika menurut kebanyakan orang adalah pelajaranyang


rumit terutama bagi kalangan pelajar. Di era seperti ini penyampaian materi
pembeljaran akan lebih sulit. Kurangnya waktu untuk menanyakan sesuatu kepada
guru pun berkurang. Tidak hanya dalam pelajaran matematika tetapi untuk semua
mata pelajaran. Saya lebih mengkhususkan dalam hal ini pada tingkat sekolah dasar,
di lembaga bimbingan saya menemukan banyak anak anak ditingkat dasar merasa
kesulitan dengan matematika. Seakan akan matematika itu momok pelajaran, mereka
menceritakan bahwa di sekolah pelajaran matematika hanya sebatas teori dan kurang
ada latihan, jadi ketika mereka diberikan suatu proyek soal, banyak soal yang belum
diketahui cara pengerjaan nya. Mereka hanya tahu cara mengerjakan yang sudah
diterangkan disekolah tanpa ada pengetahuan dalam aplikasinya. padahal sistem
pengajaran seperti ini tidak efektif untuk menambah pengetahuan siswa. Seperti yang
dikatakan copes bahwa matematikawan menemukan masalah, menyelesaikan, dan
menganalisis. Ini merupakan hal harus guru dapatkan dari murid. Sehingga guru
mengetahui capaian murid dalam belajarnya, Teori mengajar yang guru terapkan
merupakan salah satu masalah dalam ketidaksampainya materi pada murid secara
mengakar.

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang filsafat ilmu pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami penerapan aliran filsafat yang sesuai dengan
pembelajaran matematika.
3. Mengetahui pentingnya fisafat ilmu terhadap pembelajaran matematika disaat ini.
D. TINJAUAN TEORI
a. Filsafat ilmu pendidikan
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental baik yang menyangkut daya pikir intelektual
maupun daya perasaan emosional menuju tabiat manusia.4
Fungsi filsafat ilmu pendidikan adalah untuk memberikan prinsip dan pijakan
bagaimana mengaktualisasi tujuan pendidikan. Dengan berupa kurikulum sebagai
payung proses pedidikan.
b. Aliran Idealisme
4
Hinchey, DEMOCRACY AND EDUCATION BY JOHN DEWEY. 3
George R. Knight menguraikan bahwa idealisme pada mulanya, adalah suatu
penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu
penekanan pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal
pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan
menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah
akibat yang ditimbulkan oleh akal pikir. Menurutnya, ini sangat berlawanan
dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan
akal pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.5
c. Aliran Progresivisme
Menurut Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan pada konsep
‘progress’; yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan
kecerdasan yang dimilikinya dan metode ilmiah untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan personal manusia itu sendiri
maupun kehidupan sosial. Dalam konteks ini, pendidikan akan dapat berhasil
manakala mampu melibatkan secara aktif peserta didik dalam pembelajaran,
sehingga mereka mendapatkan banyak pengalaman untuk bekal kehidupannya.6
d. Aliran Realisme
Pendidikan sebenarnya dimaksudkan sebagai kajian atau pembelajaran
disiplin-disiplin keilmuan yang melaluinya kemudian kita mendapatkan definsi-
definisi dan juga pengklasifikasiannya. Sejarah, sains dan matematika adalah tubuh
dari pengetahuan. Jika kita mengetahuinya maka kita akan mengetahui hal-hal
yang lebih luas tentang dunia dimana kita tinggal. Pengetahuan adalah jalan terbaik
untuk menuntun kita mengenal lingkungan, alam dan kehidupan keseharian kita .
Kaitannya dengan sekolah, murid dan guru. Ornstein ( 1985: 193 )

E. PEMBAHASAN
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu filsafat. Filsafat pendidikan
ini dalam menerapkan imu filsafat terletak pada adanya kurikulum pendidikan .
kurikulum merupakan isi pendidikan. Kurikulum ini berfungsi untuk mentransmisikan

5
RUSDI, “FILSAFAT IDEALISME (IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN).”
6
M. Fadlillah, “ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA.” 4
nilai-nilai masyarat dan media kepada generasi berikutnya. Atau dalam artian
kurikulum sebagai mengordinir siswa sehingga tetap dalam pengawasan dan
terbimbing atau lebih singkat kurikulum sebagai payung bagi proses belajar mengajar
di sekolah. Filsafat pendidikan muncul untuk menekan proses pembelajaran.
Kurikulum Kurikulum yang mengikuti ide ini memanfaatkan kegiatan dan proyek,
pola eksperimental dan pemecahan masalah yang ditentukan berdasarkan kepentingan
dan kebutuhan peserta didik.7
Filsafat pendidikan muncul karena pendidikan merupakan hal yang sangat
luas. Pada penerapannya juga tidaknya hanya dari cabang ilmu filsafat melainkan
filsafat pendidikan memiliki beberapa aliran yang dikembangkan dari aliran filsafat
ilmu. Tapi dalam hal ini saya mengambil tiga aliran yang sangat cocok dalam ssistem
pembelajaran yang harus diterapkan terutama pada bidang studi matematika. Berikut
aliran-aliran yang saya anggap cocok untuk pembelajaran matematika :
Pertama, yaitu aliran idealis adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan,
pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya
materi. Dalam kontribusinya dibidang pendidikan aliran idealis cendurung mengarah
ke pengembangan dan potensi diri. Metodologi yang akan digunakan dalam proses
belajar harus mendorong akumulasi pengetahuan dan pemikiran dan harus
menetapkan untuk evauasi moral. Dengan contoh (mengajukan) pertanyaaan dan
diskusi, kuliah dan tentu saja, proyek, baik yang dilakukan secara individu atau
kelompok.
Kedua, yaitu aliran progresivisme menekankan pandangan bahwa semua
proses belajar-mengajar harus berpusat pada kepentingan dan kebutuhan anak.
Pendidikan progresif meninggalkan warisan yang ditandai dengan:
1. Penekanan pada anak sebagai peserta didik, bukan pada materi pelajaran;
2. Penekanan pada anak sebagai pesrta didik, bukan pada ketergantungan
buku teks dan hafalan;
3. Pembelajaran kooperatif, bukan pembelajaran kompetitif;
4. Tidak adanya rasa takut dan hukuman untuk tujuan disiplin.

Metode. Kaum progresif percaya bahwa pendidikan harus fokus pada seluruh anak,
bukan pada konten lain atau guru. Filsafat pendidikan ini menekankan bahwa siswa
harus menguji ide dengan percobaan aktif

7
Hargreaves, Changing Teachers, Changing Times. 5
Ketiga, yaitu aliran realistis Kurikulum Kaum realis percaya bahwa cara yang
paling efisien dan efektif untuk mencari tahu tentang realitas adalah mempelajarinya
melalui mata pelajaran yang terorganisir, terpisah, dan tersusun secara sistematis. Ini
disebut pendekatan materi pelajaran pada kurikulum yang terdiri dari dua komponen
dasar, tubuh pengetahuan dan pedagogi yang tepat yang sesuai dengan kesiapan
peserta didik. Kurikulum seni liberal dan disiplin ilmu matematika terdiri dari
sejumlah konsep terkait yang merupakan struktur dari disiplin tersebut.8

Guru diharapkan menjadi terampil baik dalam materi pelajaran yang ia ajarkan
dan metode mengajarnya untuk peserta didik. Siswa akan diminta untuk mengingat,
menjelaskan, membandingkan, menafsirkan dan membuat kesimpulan Guru
mengoptimalkan minat siswa dengan mengkaitkan materi pelajaran dengan
pengalaman mereka. Guru menjalankan disiplin dengan memberikan imbalan
(reward), dan mengontrol siswa dengan pelbagai aktivitas.

F. KESIMPULAN

Jadi, Filsafat pendidikan merupakan cabang dari filsafai ilmu. Filsafat


pendidikan membahas tentang kurikulum pedidikan yang menjadi sebuah payung
dalam proses pembelajaran. Filsafat pendidikan sangat berpengaruh penting dalam
terlaksananya pembelajaran yang bermutu. Tentunya filsafat pendidikan memiliki
beberapa aliran yang berakar dari aliran ilsafat ilmu.

Dalam menyelesaikan permasalahan diatas saya menyimpulkan bahwasannya


tiga aliran ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran matematika :

1. Aliran idealisme, pada aliran ini ide-ide dari siswa sangat diutamakan serta
potensi diri, dengan contoh : didlam kelas ia memiliki sara ingin tahu yang
besar baik individua atau kelompok. Ini sagat baik bagi pemahaman
pembelajara matematika.
2. Aliran progresivisme, pada aliran ini siswa harus menjadi siswa yang aktif
bukan penerima pasif. Dan mereka tidak menggantungkan hafalan atau
teksbook. Tapi dibutuhkan peran yang baik dari guru. Pada matematika
diperlukan pemahaman bukan hafalan.

8
Locke and Woolhouse, An Essay Concerning Human Understanding. 6
3. Aliran realisme, guru harus dapat membuat media pembelajaran yang
terampil. Dan feedback siswa adalah mereka mampu berdiskusi,
mengingat, menjelaskan, membandingkan, menafsirkan dan membuat
kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Hargreaves, Andy. Changing Teachers, Changing Times: Teachers’ Work and Culture in the
Postmodern Age. Teacher Development. London: Cassell, 1994.
Hinchey, Patricia H. DEMOCRACY AND EDUCATION BY JOHN DEWEY: With a Critical
Introduction by Patricia h. Hinchey. S.l.: MYERS EDUCATION PR, 2018.
Locke, John, and R. S. Woolhouse. An Essay Concerning Human Understanding. London:
New York : Penguin Books, 1997.
M. Fadlillah. “ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA.” 1
Januari 2011, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 5 (n.d.).
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si. “Pendidikan Matematika Realistik Dan
Implementasinya.,” 2005th ed. banyuwangi: tulip, n.d.
R.H, Bruning, G.J, Scraw, M.M, Norby. . “. Cognitive Psychologi and Instruction (Fith
Eds),” 2011th ed. Boston: Pearson Education, n.d.
RUSDI. “FILSAFAT IDEALISME (IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN)” 13
(Desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai