DI MADRASAH ALIYAH
Dosen Pengampu :
Oleh:
Dinda Anggraini_200108110049
Icha Aprillia Risdayati_200108110001
Nuris Afifudin_200108110026
Umi Lailatus Sa’adah_200108110039
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan “Pelaksanaan Supervisi Persiapan
Akreditasi Di Madrasah Aliyah” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benderang yakni addinul islam, dan semoga kita mendapat syafa’at beliau diakhirat
kelak, amin yarabbal’alamin.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Taufiq Satria Mukti M,Pd pada mata kuliah pengelolaan pendidikan. Selain itu,laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufiq, selaku dosen mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….........2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..14
3.2 Saran…………………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Saat mendengar kata akreditasi mungkin kita langsung membayangkan sebuah huruf, entah
itu A, B, atau yang lainnya. Hal ini sangat wajar karena memang akreditasi itu berwujud sebuah
penilaian. Penilaiannya berupa huruf alfabet, bukan angka atau huruf Romawi. Masyarakat
menilai sebuah akreditasi sebagai patokan bagus tidaknya suatu lembaga atau institusi.
Misalnya saja ada dua sekolah yang mana salah satunya memiliki akreditasi A dan yang
lainnya adalah B. Hampir semua orang langsung menilai atau mengatakan sekolah dengan
akreditasi A lebih baik dibanding yang B.
Memang wajar namun bukan berarti 100% sekolah yang berakreditasi A ini lebih baik
dibanding yang B. Sebab dalam pemberian akreditasi ini ada beberapa indikator yang dipakai.
Lembaga yang mendapat akreditasi A lebih baik dibanding yang berakreditasi B dari beberapa
indikator untuk menilainya.
Bisa saja lembaga yang berakreditasi B lebih baik dari yang berakreditasi A, karena ada
indikator yang tidak digunakan dalam pemberian akreditasi ini. Agar akreditasi yang dilakukan
mendapat nilai yang bagus, maka diperlukan sebuah persiapan dengan cara pembentukan panitia
dan lain sebagainya yang didalamnya terdapat kegiatan supervisi.
Indikator yang paling dibutuhkan sendiri adalah indikator yang berasal dari dalam
sekolah,terutama kinerja guru yang memperoleh peran tertinggi. Supervisi dilakukan untuk
meningkatkan kwalitas kinerja guru bukan semata-mata menghakimi guru melainkan
mengarahkan guru untuk menuju mutu kinerja yang menjadi visi sekolah. Dalam kata lain
supervisi dilaksankan agar membantu suatu sekolah dapat mempertahankan tingkat akreditas
4
sekolah atau cenderung meningkatkan nilai akreditasi sekolah tersebut. Karena suatu akreditas
adalah yang menjadi penilaian dari masyarakat tentang kuwalitas sekolah tersebut.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pegawasan, pembinaan dan pemberian arah, penilaina krtis dan tugas supervisor. Sehngga
menurut pengerian diatas kita mengetahui korelasi antara supervsi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dapat mempengeruhi meningkatnya kinerja guru sehingga secara tidak lagsung mutu
sekolah sebaga penyedia layanan pendidikan terus dapat meningkatkan serta peningkatan mutu
sekolah akan mempengaruhi peningkatan atau penetapan akreditasi sekolah.
2.2 Tujuan Akreditasi
Akreditasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran keadaan kinerja madrasah
dalam menyelenggarkan pendidikan, sebagai dasar yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan
dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
Untuk Indonesia akreditasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mendapatkan bahan-bahan bagi usaha-usaha perencanaan pemberian bantuan dalam rangka
pembinaan sekolah yang bersangkutan.
b. Mendorong dan menjaga agar mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang
berlaku.
c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga kependidikan.
d. Mendorong tersedianya prasarana atau sarana pendidikan yang baik.
e. Mendorong terciptanya dan menjaga terpeliharanya ketahanan sekolah dalam pengembangan
sekolah sebagai pusat kebudayaan.
f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang bertanggung jawab.
g. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu sekolah.
h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa dari sekolah ke satu ke sekulah yang lain
7
g. Standar Pembiayaan
h. Standar Penilaian Pendidikan
8
Sebelumnya dilaksanakan akreditasi, untuk mengantisipasi adanya kesalahan dan agar
pelaksanaan akreditasi berjalan lancar maka dilakukan gladi bersih. Dalam pelaksanaan gladi
bersih panitia berkumpul dalam sebuah ruangan yang telah ditentukan kemudian ketua panitia
disitu bertindak sebagai asesor yang menanyai dan menilai dari setiap 8 standar.
Pelaksanaan akreditasi sekolah akan memberi warna tersendiri bagi suatu sekolah. Sekolah
yang terakreditasi amat baik idealnya lebih berkualitas jika dibandingkan dengan sekolah yang
berakreditasi cukup. Namun demikian akreditasi sekolah perlu dibarengi dengan langkah dan
tindakan nyata sekolah dalam rangka untuk menunjukkan kesesuaian peringkat akreditasi dengan
proses dilapangan. Untuk memperoleh akreditasi yang amat baik atau memuaskan seluruh
stakeholder pendidikan maka perlu adanya pembinaan yang intensif oleh kepala sekolah. Dalam
konteks pembinaan, kepala sekolah dapat melakukan fungsinya sebagai supervisor. Pelaksanaan
supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara terprogram dan sistematis dimungkinkan akan
berdampak pada pengembangan kualitas sekolah yang lebih baik. Supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru
dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi dipandang
perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran dan membawa dampak
meningkatnya kualitas sekolah. Karena sejatinya tujuan supervisi pendidikan yaitu membantu
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan program satuan pembelajaran.
Oleh karena itu, supervisi sangat lekat hubungannya dengan adanya akreditasi yang kinerjanya
sama sama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dampak supervisi pendidikan di sekolah menurut Makawimbang (2011) adalah sebagai berikut:
1.) Meningkatkan mutu kinerja guru;
9
Selain itu fungsi supervisi menurut Hanief (2016) antara lain yaitu: fungsi penelitian,
fungsi penilaian, fungsi perbaikan, dan fungsi peningkatan. Merujuk pendapat tersebut dapat
dijelaskan bahwa supervisi mempunyai peran penting dalam rangka untuk menilai, memperbaiki,
dan meningkatkan kualitas sekolah.
1. Planning, bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses
penyelesaian setiap rencana. Meliputi pengaturan tujuan dan mempertimbangkan
rencana untuk mencapai tujuan akreditasi agar mutu pendidikan sesuai dengan
ketentuan kurikulum yang berlaku.
2. Organizing, yaitu proses dalam memastikan kebutuhan dan fisik setiap sumber
daya untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan akreditasi. Organizing
dalam kegiatan akreditasi ini meliputi penugasan setiap kegiatan dan membagi
pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik. Supaya tujuan tercapai maka
dibutuhkan bentuk bagan organisasi untuk melancarkan kegiatan yang specifik.
3. Actuating, yaitu pelaksanaan kerja yang optimal untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang dilaksanakan oleh tim atau bagan organisasi yang
sudah dibentuk.
10
Dalam penerapannya : kepala sekolah mengawasi semua pelaksanaan panta yang telah disusun
untuk proses akreditasi baik sebelum, saat, samapai setelah akreditasi berlangsung.
Koordinasi ini berlangsung antara atasan dengan bawahannya yang digariskan antar garis
koordinasi. Koordinasi ini menyatukan pimpinan yang memiliki jabatan lebih tinggi daripada
bawahannya sehingga garis koordinasi ini disebut dengan koordinasi vertikal.
dalam akreditasi seorang kepala sekolah memiliki kedudukan sebagai pemimpin koordiasi
tersebut para guru sebagai staff untuk membantu mempersiapkan jalannya akreditasi.
3. Koordinasi Fungsional
Koordinasi fungsional adalah koordinasi yang menyatukan beberapa pihak dalam suatu
organisasi yang memiliki kesamaan fungsi dan tujuan.
Dalam kegiatan akreditasi adalah koordinasi yang terjadi antara panitia bidang pembiayaan
dengan bendahara sekolah
11
2.7 Komunikasi dalam Akreditasi Sekolah
1.Memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara.Jika pendengar kita merupakan salah satu
skala prioritas, maka ada baiknya kita berusaha untuk meluangkan waktu untuk berbicara. Kita
beri perhatian penuh terhadap lawan bicara. Sedapat mungkin kita menghindari perhatian kita
terpecah karena kita memikirkan hal yang lain.
Ketika kita berhadapan dengan orang lain, maka kita harus bisa berbicara dengan menggunakan
kata-kata, nada suara, dan infleksi yang tepat. Meskipun begitu, potensi tidak diterimanya pesan
dengan baik oleh orang yang kita tuju juga sangat besar. Jika kita melihat reaksi yang tidak
sesuai, maka kita bisa dengan segera mengidentifikasi sumber kesalahpahaman dan menyatakan
kembali pesan yang ingin kita sampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh orang yang
bersangkutan.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan komunikasi
sangat besar. Jika kita tidak yakin tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, memberikan
pertanyaan adalah jalan terbaik. Jika kita merasa yakin dengan apa yang kita pikirkan, maka
tidak ada salahnya kita menyatakan kembali apa yang kita pikirkan untuk mengkonfirmasi
pemahaman bersama. Terkait dengan hal ini, dalam teori pengurangan ketidakpastian telah
dijelaskan bahwa kita cenderung menggunakan komunikasi untuk meminimalisir perasaan ragu-
ragu ketika berinteraksi dengan orang lain. Pun dalam teori disonansi kognitif yang menjelaskan
kecenderungan kita untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam situasi tertentu.
4.Menanyakan umpan balik.
Komunikasi adalah tentang keterhubungan dengan orang lain hingga sangat dimungkinkan kita
dapat melakukan kesalahan. Memikirkan tentang berapa banyak orang berbicara tentang diri
mereka sendiri dan bukan tentang orang yang mereka ajak bicara.
12
5.Tetap fokus pada pokok permasalahan.
Terkadang, suatu diskusi berkembang menjadi debat atau perang opini. Untuk menghadapi
situasi seperti ini, maka ada baiknya masing-masing orang yang terlibat dalam diskusi atau debat
tetap memberikan rasa hormat satu sama lain dan tetap fokus pada pokok permasalahan. Jika
salah satu pihak tidak berusaha untuk mencoba mengendalikan eskalasi debat, maka debat akan
menjadi semakin besar. Untuk itu, masing-masing pihak perlu mengendalikannya salah satunya
dengan keluar dari situasi debat.
Namun, ketika meninggalkan situasi debat, kita harus melakukannya dengan cara-cara yang
terhormat. Misalnya dengan berkata, “Kita telah menjalani hari yang sangat melelahkan dan apa
yang kita diskusikan saat ini tidak menemukan hasil yang positif. Ada baiknya kita pulang ke
rumah masing-masing untuk istirahat dan membicarakannya kembali besok pagi.”
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, dalam bahasa inggris,
leadership yang berarti kepemimpinan. Dalam definisi lain juga disebutkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat yang melekat pada seorang pemimpin yaitu kemampuan
mengarahkan, memotivasi, memberi kenyamanan, pelayanan, loyalitas, rasa hormat,
membimbing, mengarahkan, kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, membangun relasi, father
figure, dan berpengetahuan luas, dalam islam sifat shiddiq, amanah, tabligh, fathanah yang dapat
mempengaruhi dan berkemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya
tujuan tertentu yang sudah disepakati.
Dalam proses akreditasi, peran pemimpin sangat erat kaitannya. Untuk mendapatkan
kepercayaan dari jajarannya, maka ia harus dapat memberikan solusi atas setiap permasalahan penerapan
akreditasi. Untuk itu pimpinan harus mempunyai semangat belajar melebihi semua. Pimpinan harus
menterjemahkan konsep akreditasi yang abstrak menjadi kebijakan kongkrit. Sekaligus memetakan dan
menjadwalkan kegiatan-kegiatan menuju penerapan atau pelaksanakan akreditasi. Pemahaman tentang
administrasi peradilan sangat diperlukan. Memang tugas administrasi sehari-hari dilaksanakan
oleh panitera dan sekretaris, tetapi sesungguhnya pimpinan adalah administrator tertinggi.
Pemahaman tentang administrasi diperlukan dengan kemampuan manajerial.
Dua hal itu akan berguna dalam proses menuju penerapan akreditasi. Kepemimpinan
adalah penggerak utama terwujudnya sistem penjaminan mutu. Standar mutu tidak sekedar suatu
konsep, namun suatu budaya yang membutuhkan leader yang dapat menggerakkan sesuai dengan
13
misi kepemimpinan. Keberhasilan kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan standar mutu
kelembagaan. Institusi pendidikan melahirkan perdebatan manakala pengguna menilai mutu
dengan membandingkan persepsi terima dengan apa yang diharapkan di antara pengguna
pendidikan.
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Akreditasi adalah suatu proses penlaian dengan indikator tertentu yang berbasis fakta
dalam rangka memberikan pengakuan mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu
lembaga pendidikan.
2. Supervisi adalah upaya memberikan bantuan atau layanan terhadap guru-guru baik secara
invidu atau kelompok dalam usaha memperbaki pengajaran
3. Tujuan akreditasi yang dilaksanakan di Indonesia adalah :
a. Mendapatkan bahan bagi usaha perencanaan pemberian bantuan dalam rangka
pembinaan sekolah.
b. Mendorong dan menjaga mutu pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga pendidik.
d. Mendorong tersedianya sarana dan prasarana sekolah.
e. Mendorong dan menjadi ketahan sekolah.
f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan ang kurang bertanggung jawab.
g. Memberikan nformasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu sekolah.
h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa.
4. 8 Komponen yang dinilai dalam akreditasi, berupa : standart isi, standart proses, standart
kompetensi lulusan, standart pendidikan dan tenaga pendidik, standart sarana dan
prasarana, standart pengelolaan, standart pembiyaan, dan standart penilaian pendidkan.
5. Tahapan proses supervisi dalam akrediasi :
1. Proses pembentukan tim akredtasi.
2. Pelaksanaan pengisian instrumen akreditasi dan bukt fisik.
3. Melakukan gladi bersih.
6. Hubungan antara supervisi dan akreditasi sangatlah memberi pengaruh besar pada
kualitas sebuah sekolah. Supervisi menjadi khtiyar suatu sekolah untuk mencapai dan
memperoleh tingkat akreditasi yang tinggi. Supervisi dilaksanakan untuk memperbaki
15
kinerja guru dalam proses pembelajaran dan membawa dampak meningkatnya sebuah
sekolah. Sehingga dalam hal ini antara supervisi dan akreditasi keduanya memiliki satu
hal yang menjadi tujuan yaitu meningkatkan mutu pendidikan
7. Peran Pemimpin dalam Pelaksanaan Akreditasi:
a.Pemimpin sebagai educator (membimbing)
b. Pemimpin sebagai manajer
c. Pemimpin sebagai administrator
d. Pemimpin sebagai supervisor
e. Pemimpin sebagai leader (kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan)
f. Pemimpin sebagai innovator
g. Pemimpin sebagai motivator
8. Komunikasi yg baik dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara
b. Berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh semua orang.
c. Melakukan konfirmasi atas apa yang kita pahami
d. menanyakan umpan balik.
e.tetap fokus pada pokok permasalahan
3.2 Saran
Korelasi antara supervisi dan akreditasi sangatlah erat, keduanya memiliki fungs yang
sama yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Supervisi merupakan faktor dar dalam
sekolah dimana kepala sekolah sebagai supervisor utama untuk melaksanakan pendampigan baik
individe atau kelompok kepada para pengajar. Sedangkan akreditasi yang identik degan nilai A,
B, dan C merupakan hal yang tampak dan dilihat oleh masyarat. Oleh karea itu, antara kepala
sekolah, staff pengajar atau non dharapkan dapat bekerja sama untuk mencapai itu semua. Dan
mereka melaksankan tugas mereka dengan baik. Kepala sekolah selalu member masukkan
membangun ke para pengejara dan para pengajar selalu berusaha meningkatkan mutu
pengajarannya. Ketika semua mmelaksankan fungsi dengan sungguh-sungguh maka tujuan-
tujuan sebuah madrasah atau sekolah dapat segera tercapai.
16
adanya suatu akreditasi di sekolah, seorang pemimpin memiliki peran yang besar dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan agar terlaksana dengan baik dan sesuai rencana yang
diharapkan. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi.
Tanpa adanya jalinan komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi maka besar kemungkinan
semua kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi tersebut tidak akan terlaksana sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kemampuan dalam
berkomunikasi yang baik akan sangat membantu segala kegiatan yang ada. Agar dapat
menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin
harus mampu mendiagnosis situasi yang dikerjakan saat itu dan apa yang diharapkan pada masa
yang akan datang, mampu berkoordinasi menyesuaikan perilakunyaa dengan lingkungan, serta
dapat menyampaikan pesan-pesan agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.Terkait
dengan kepemimpnan, maka komunikasi yang baik sangat penting dimiliki oleh seorang
pimpinan karena berkaitan dengan tugasnya untuk membimbing, mempengaruhi, mengarahkan,
serta mendorong anggota untuk melakukan tugas dan aktifitas mereka guna mencapai nilai
akreditasi yang diharapkan bersama oleh sekolah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Eka Prihatin,Teori Administrasi Pendidikan,Bandung:Alfabeta,2011),cet ke-1 h.42
Depag RI,Pedoman Akreditasi Madrasah,Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam,2008,H.7
Suharsimi Arikunto,Penilaian Program Pendidikan,(Jakarta,Bina Aksara,1988)h.260
http://journal.uny.ac.id/index.php/jamp (Hubungan akreditasi sekolah dan supervisi oleh kepala
sekolah dengan kualitas sekolah)
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan Implementasi. Cet. 1, Remaja
Rosdakarya, 2002.
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 314-
315.
Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bashri al-Baghdadi. 2006. Al-
Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah. Beirut: Dar al-Kutub al Ilmiyah. Hal 5
Alabi, Ahmad. 1984. al-Siyasah wa al-Iqtisad fi Tafkir al-Islami.Kairo: Maktabah al-Nahdah
alMishriyah. Hal 30-31
18