Anda di halaman 1dari 18

PELAKSANAAN SUPERVISI PERSIAPAN AKREDITASI

DI MADRASAH ALIYAH

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampu :

Bpk. Taufik Satria Mukti, M.Pd

Oleh:
Dinda Anggraini_200108110049
Icha Aprillia Risdayati_200108110001
Nuris Afifudin_200108110026
Umi Lailatus Sa’adah_200108110039

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG
2020
Jl. Gajayana No.50 Dinoyo Kec. Lowokwaru Kota Malang Jawa Timur 65144
Email:@uin-malang.ac.id Telepon: 0341 551354

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan “Pelaksanaan Supervisi Persiapan
Akreditasi Di Madrasah Aliyah” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benderang yakni addinul islam, dan semoga kita mendapat syafa’at beliau diakhirat
kelak, amin yarabbal’alamin.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Taufiq Satria Mukti M,Pd pada  mata kuliah pengelolaan pendidikan. Selain itu,laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufiq, selaku dosen mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.

Malang, 24 Februari 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….........2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...…4


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi dalam Akreditasi..........................................................................6


2.2 Tujuan Akreditasi……………………………………………………………………...7
2.3 Komponen Yang Dinilai Dalam Akreditasi…………………………………………...7
2.4 Proses Persiapan Akreditasi…………………………………………………………...8
2.5 Hubungan Supervisi Dengan Akreditasi……………………………………....….....9
2.6 Koordinasi dalam kegiatan akredtasi..........................................................................11
2.7 Komunikasi dalam akreditasi...................................................................12
2.8 Peran pemimpin dalam kegatan akreditasi..................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..14
3.2 Saran…………………………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat mendengar kata akreditasi mungkin kita langsung membayangkan sebuah huruf, entah
itu A, B, atau yang lainnya. Hal ini sangat wajar karena memang akreditasi itu berwujud sebuah
penilaian. Penilaiannya berupa huruf alfabet, bukan angka atau huruf Romawi. Masyarakat
menilai sebuah akreditasi sebagai patokan bagus tidaknya suatu lembaga atau institusi.

Misalnya saja ada dua sekolah yang mana salah satunya memiliki akreditasi A dan yang
lainnya adalah B. Hampir semua orang langsung menilai atau mengatakan sekolah dengan
akreditasi A lebih baik dibanding yang B.

Memang wajar namun bukan berarti 100% sekolah yang berakreditasi A ini lebih baik
dibanding yang B. Sebab dalam pemberian akreditasi ini ada beberapa indikator yang dipakai.
Lembaga yang mendapat akreditasi A lebih baik dibanding yang berakreditasi B dari beberapa
indikator untuk menilainya.

Bisa saja lembaga yang berakreditasi B lebih baik dari yang berakreditasi A, karena ada
indikator yang tidak digunakan dalam pemberian akreditasi ini. Agar akreditasi yang dilakukan
mendapat nilai yang bagus, maka diperlukan sebuah persiapan dengan cara pembentukan panitia
dan lain sebagainya yang didalamnya terdapat kegiatan supervisi.

Indikator yang paling dibutuhkan sendiri adalah indikator yang berasal dari dalam
sekolah,terutama kinerja guru yang memperoleh peran tertinggi. Supervisi dilakukan untuk
meningkatkan kwalitas kinerja guru bukan semata-mata menghakimi guru melainkan
mengarahkan guru untuk menuju mutu kinerja yang menjadi visi sekolah. Dalam kata lain
supervisi dilaksankan agar membantu suatu sekolah dapat mempertahankan tingkat akreditas

4
sekolah atau cenderung meningkatkan nilai akreditasi sekolah tersebut. Karena suatu akreditas
adalah yang menjadi penilaian dari masyarakat tentang kuwalitas sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan supervisi dalam akreditasi ?

2. Apa tujuan akreditasi ?

3. Apa saja komponen yang dinilai dalam akreditasi ?

4. Bagaimanakah proses pelaksanaan supervisi dalam akreditasi ?

5. Apa hubungan supervisi dengan pelaksanaan akreditasi ?

6. Bagaimana koordinasi yang dperlukan dalam pelaksanaan kegiatan akreditasi sekolah ?

7. Bagaimana komunikasi yang baik dalam kesuksesan akredtasi sekolah ?

7. Bagaimana peran pemimpin dalam kegiatan akreditasi sekolah ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan supervisi dalam akreditasi.

2. Mengetahui tujuan dilakukannya akreditasi.

3. Mengetahui komponene yang dinilai dalam akreditasi.

4. Mengetahui proses persiapan supervisi dalam akreditasi.

5. Mengetahui hubungan supervisi dan akreditasi.

6. Mengetahui koordinasi dalam kegiatan akreditasi sekolah.

7. Mengetahu komunikasi yang baik dalam kegitan akreditasi sekolah.

8. Mengetahui peran pemimpin dalam akreditasi sekolah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi dalam Akreditasi


Akreditasi adalah proses penilaian dengan indikator tertentu berbasis fakta. Asesor
melakukan pengamatan dan penilaian sesuai realitas, tanpa ada manipulasi. Menurut
Prof.Dr.M.Mastuhu,M.Ed, akreditasi merupakan kebalikan arah evaluasi diri.Yang dimaksud
dengan evaluasi diri disini adalah penilaian dari pihak luar dalam rangka memberikan pengakuan
terhadap mutu pendidikan yang diselenggarakan.Jadi dengan singkat dapat dikatakan bahwa
akreditasi adalah penilaian jenjang kualifikasi mutu sekolah swasta oleh pemerintah. Seiring
dengan perkembangan dunia pendidikan yang menuntut kualitas pendidikan yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan tercermin melalui keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No.087/U/2012 pada tanggal 4 Juni 2002 telah diterbitkan ketetapan mengenai akreditasi sekolah
yang baru.Kalau dulu hanya sekolah swasta saja yang harus diakreditasi atau yang terkena
peraturan tersebut, sedangkan sekarang sekolah negeri pun harus terakreditasi pula.
Dalam buku pedoman akreditasi madrasah, akreditasi ditafsirkan sebagai suatu proses
penilaian kualifikasi dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat
terbuka.Jika proses penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negeri maupun madrasah swasta
dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga
akreditasi, hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan lembaga yang bersangkutan.
Hasil penilitian akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak
terakreditasi.Sedangkan sekolah terakreditasi dapat diperingkatkan menjadi 3 klasifikasi yaitu
sangat baik (A), baik (B), dan cukup (C).
Pencapaan akredtasi yang maksimal tentu membutuhkan tahap yang panjang. Pemenuhan
delapan standart harus dipersiapkan secara matang. Mungkn tidak asing bagi kita dengan kata
supervisi terutama diduna pendidikan.
Pengertian Supervisi menurut Suherti (2000) adalah upaya memberikan bantuan atau layanan
terhadap guru-guru baik secara invidu atau kelompok dalam usaha memperbaki pengajaran.
Menurut Herabudin (2009), supervisi memuat unsur pokok dan tujuan, stuasi belajar mengajar,

6
pegawasan, pembinaan dan pemberian arah, penilaina krtis dan tugas supervisor. Sehngga
menurut pengerian diatas kita mengetahui korelasi antara supervsi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dapat mempengeruhi meningkatnya kinerja guru sehingga secara tidak lagsung mutu
sekolah sebaga penyedia layanan pendidikan terus dapat meningkatkan serta peningkatan mutu
sekolah akan mempengaruhi peningkatan atau penetapan akreditasi sekolah.
2.2 Tujuan Akreditasi
Akreditasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran keadaan kinerja madrasah
dalam menyelenggarkan pendidikan, sebagai dasar yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan
dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
Untuk Indonesia akreditasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mendapatkan bahan-bahan bagi usaha-usaha perencanaan pemberian bantuan dalam rangka
pembinaan sekolah yang bersangkutan.
b. Mendorong dan menjaga agar mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang
berlaku.
c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga kependidikan.
d. Mendorong tersedianya prasarana atau sarana pendidikan yang baik.
e. Mendorong terciptanya dan menjaga terpeliharanya ketahanan sekolah dalam pengembangan
sekolah sebagai pusat kebudayaan.
f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang bertanggung jawab.
g. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu sekolah.
h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa dari sekolah ke satu ke sekulah yang lain

2.3 Komponen Yang Dinilai Dalam Akreditasi


Dalam akreditasi sendiri tentunya terdapat komponen-komponen yang harus dievaluasi (dinilai)
dalam akreditasi sekolah meliputi:
a. Standar Isi
b. Standar Proses
c. Standar Kompetensi Lulusan
d. Standar Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan
e. Standar Sarana Dan Prasarana
f. Standar Pengelolaan

7
g. Standar Pembiayaan
h. Standar Penilaian Pendidikan

2.4 Proses Persiapan Supervisi dalam Akreditasi


a. Proses pembentukan tim akreditasi dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,
1) Kepala sekolah menunjuk guru untuk dijadikan sebagai ketua tim akreditasi sekolah.
Penunjukan tersebut didasarkan pada kemampuan dan pengalaman,
2) Kepala sekolah membuat draft SK yang berisi struktur tim akreditasi. Kepala sekolah
membuat susunan nama sesuai struktur yang nantinya bertanggung jawab pada
posisinya. Posisi yang harus ditempati yaitu wakil ketua, sekertaris, bendahara,
koordinator dan anggota setiap 8 standar. Penempatan didasarkan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing personil.
3) Melakukan rapat menyampaikan struktur tim akreditasi untuk disepakati secara bersama.
4) Membuat SK tim berdasarkan hasil kesepakatan pada rapat.
b. Pelaksanaan Pengisian Instrumen Akreditasi dan Bukti Fisik
Pelaksanaan pengisian instrumen akreditasi dan bukti fisik di Madrasah Aliyah Darul Ulum
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
1) Mengikuti sosialisasi akreditasi sekolah yang diadakan oleh pengawas dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyuwangi. Pada saat sosialisasi tersebut sekolah diberikan
instrumen akreditasi serta diberikan penjelasan dari setiap poin yang ada di 8 standar,
2) Melakukan checklist pada instrumen akreditasi yang diberikan oleh pengawas. Pengisian
atau checklist instrumen dilakukan sesuai target tinggi yang dimiliki sekolah serta
disesuaikan melalui data Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
3) Melakukan persiapan data yang dijadikan sebagai bukti fisik. Data atau dokumen yang
digunakan untuk akreditasi ada yang disiapkan jauh-jauh hari sebelum akreditasi dan ada
juga yang disiapkan menjelang akreditasi.
4) Melaksanakan pemenuhan bukti fisik sesuai poin yang ada di instrumen akreditasi. Bukti
fisik yang digunakan untuk melengkapi setiap poin dalam instrumen bisa berupa
dokumen serta berupa foto.
c. Melakukan Gladi Bersih

8
Sebelumnya dilaksanakan akreditasi, untuk mengantisipasi adanya kesalahan dan agar
pelaksanaan akreditasi berjalan lancar maka dilakukan gladi bersih. Dalam pelaksanaan gladi
bersih panitia berkumpul dalam sebuah ruangan yang telah ditentukan kemudian ketua panitia
disitu bertindak sebagai asesor yang menanyai dan menilai dari setiap 8 standar.

2.5 Hubungan Supervisi dengan Akreditasi

Pelaksanaan akreditasi sekolah akan memberi warna tersendiri bagi suatu sekolah. Sekolah
yang terakreditasi amat baik idealnya lebih berkualitas jika dibandingkan dengan sekolah yang
berakreditasi cukup. Namun demikian akreditasi sekolah perlu dibarengi dengan langkah dan
tindakan nyata sekolah dalam rangka untuk menunjukkan kesesuaian peringkat akreditasi dengan
proses dilapangan. Untuk memperoleh akreditasi yang amat baik atau memuaskan seluruh
stakeholder pendidikan maka perlu adanya pembinaan yang intensif oleh kepala sekolah. Dalam
konteks pembinaan, kepala sekolah dapat melakukan fungsinya sebagai supervisor. Pelaksanaan
supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara terprogram dan sistematis dimungkinkan akan
berdampak pada pengembangan kualitas sekolah yang lebih baik. Supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru
dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi dipandang
perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran dan membawa dampak
meningkatnya kualitas sekolah. Karena sejatinya tujuan supervisi pendidikan yaitu membantu
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan program satuan pembelajaran.
Oleh karena itu, supervisi sangat lekat hubungannya dengan adanya akreditasi yang kinerjanya
sama sama untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dampak supervisi pendidikan di sekolah menurut Makawimbang (2011) adalah sebagai berikut:
1.) Meningkatkan mutu kinerja guru;

2.) Meningkatkan keefektifan kurikulum;

3.) Meningkatkan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana;

4.) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah; dan

5.) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah.

9
Selain itu fungsi supervisi menurut Hanief (2016) antara lain yaitu: fungsi penelitian,
fungsi penilaian, fungsi perbaikan, dan fungsi peningkatan. Merujuk pendapat tersebut dapat
dijelaskan bahwa supervisi mempunyai peran penting dalam rangka untuk menilai, memperbaiki,
dan meningkatkan kualitas sekolah.

Dalam kegiatan supervisi pelaksanaan persiapan akreditasi menggunakan prinsip POAC,


yaitu:

1. Planning, bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses
penyelesaian setiap rencana. Meliputi pengaturan tujuan dan mempertimbangkan
rencana untuk mencapai tujuan akreditasi agar mutu pendidikan sesuai dengan
ketentuan kurikulum yang berlaku.

Dalam penerapannya dalam akreditasi : kepala sekolah membuat sebuah panitia


yag akan ikut andil dalam mempersiapkan akreditasi.

2. Organizing, yaitu proses dalam memastikan kebutuhan dan fisik setiap sumber
daya untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan akreditasi. Organizing
dalam kegiatan akreditasi ini meliputi penugasan setiap kegiatan dan membagi
pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik. Supaya tujuan tercapai maka
dibutuhkan bentuk bagan organisasi untuk melancarkan kegiatan yang specifik.

Dalam penerapannya : kepala sekolah memiliki andil utama dalam mengelolah


struktur paniia meskipun kepala sekolah membagi degan beberapa sub
penanggung jawab.

3. Actuating, yaitu pelaksanaan kerja yang optimal untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang dilaksanakan oleh tim atau bagan organisasi yang
sudah dibentuk.

Dalam penerapannya : proses pelaksanaaan supervisi oleh kepala sekolah dalam


rangka menyapkan akreditasi.

4. Controlling, yaitu sebuah pengawasan supaya kegiatan akreditasi bisa berjalan


dengan lancar sesuai visi, misi, aturan dan program kerja.

10
Dalam penerapannya : kepala sekolah mengawasi semua pelaksanaan panta yang telah disusun
untuk proses akreditasi baik sebelum, saat, samapai setelah akreditasi berlangsung.

2.6. Koordinasi dalam Akreditasi

Koordinasi dalam akreditasi sangatlah diperlukan, pengertian dari sebuah koordinasi


sendiri adalah proses penyatupaduan tujuan-tujuan dan kegiatan dari unit kerja yang terpisahkan
dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang efisien untuk dikoordinir bersama. Koordinasi
sendiri dibagi menjadi 3 macam, kaitan dengan kegitan in kita dapat membuat sebuah strukur
dimana dengan macam-macamnya sebuah akreditai dapat mencapai tujuan.

1. Koordinasi Hierarkis (vertikal)

Koordinasi ini berlangsung antara atasan dengan bawahannya yang digariskan antar garis
koordinasi. Koordinasi ini menyatukan pimpinan yang memiliki jabatan lebih tinggi daripada
bawahannya sehingga garis koordinasi ini disebut dengan koordinasi vertikal.

dalam akreditasi seorang kepala sekolah memiliki kedudukan sebagai pemimpin koordiasi
tersebut para guru sebagai staff untuk membantu mempersiapkan jalannya akreditasi.

2.    Koordinasi Mendatar (horizontal)


Koordinasi ini berlangsung antar sesama anggota atau pihak – pihak dalam sebuah instansi yang
memiliki jabatan dan kedudukan yang sama. Garis koordinasi digambarkan lurus dan mendatar..
Dalam kegiatan akreditasi hubungan ini sangatlah penting dimana diperlukan kerjasama antara
beberapa pihak kedudukan yang sama seperti seprang guru dalam pelasanaan kegiatan ini pasti
akan membutuhkan guru lain baik kelengkapan berkas ataupun penyelesian lannya.

3. Koordinasi Fungsional

Koordinasi fungsional adalah koordinasi yang menyatukan beberapa pihak dalam suatu
organisasi yang memiliki kesamaan fungsi dan tujuan.

Dalam kegiatan akreditasi adalah koordinasi yang terjadi antara panitia bidang pembiayaan
dengan bendahara sekolah

11
2.7 Komunikasi dalam Akreditasi Sekolah

Komunikasi yang baik dapat dilakukan dengan cara :

1.Memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara.Jika pendengar kita merupakan salah satu
skala prioritas, maka ada baiknya kita berusaha untuk meluangkan waktu untuk berbicara. Kita
beri perhatian penuh terhadap lawan bicara. Sedapat mungkin kita menghindari perhatian kita
terpecah karena kita memikirkan hal yang lain.

2.Berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain.

Ketika kita berhadapan dengan orang lain, maka kita harus bisa berbicara dengan menggunakan
kata-kata, nada suara, dan infleksi yang tepat. Meskipun begitu, potensi tidak diterimanya pesan
dengan baik oleh orang yang kita tuju juga sangat besar. Jika kita melihat reaksi yang tidak
sesuai, maka kita bisa dengan segera mengidentifikasi sumber kesalahpahaman dan menyatakan
kembali pesan yang ingin kita sampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh orang yang
bersangkutan.

3. Melakukan konfirmasi atas apa yang kita pahami.

Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan komunikasi
sangat besar. Jika kita tidak yakin tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, memberikan
pertanyaan adalah jalan terbaik. Jika kita merasa yakin dengan apa yang kita pikirkan, maka
tidak ada salahnya kita menyatakan kembali apa yang kita pikirkan untuk mengkonfirmasi
pemahaman bersama. Terkait dengan hal ini, dalam teori pengurangan ketidakpastian telah
dijelaskan bahwa kita cenderung menggunakan komunikasi untuk meminimalisir perasaan ragu-
ragu ketika berinteraksi dengan orang lain. Pun dalam teori disonansi kognitif yang menjelaskan
kecenderungan kita untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam situasi tertentu.
4.Menanyakan umpan balik.

Komunikasi adalah tentang keterhubungan dengan orang lain hingga sangat dimungkinkan kita
dapat melakukan kesalahan. Memikirkan tentang berapa banyak orang berbicara tentang diri
mereka sendiri dan bukan tentang orang yang mereka ajak bicara.

12
5.Tetap fokus pada pokok permasalahan.

Terkadang, suatu diskusi berkembang menjadi debat atau perang opini. Untuk menghadapi
situasi seperti ini, maka ada baiknya masing-masing orang yang terlibat dalam diskusi atau debat
tetap memberikan rasa hormat satu sama lain dan tetap fokus pada pokok permasalahan. Jika
salah satu pihak tidak berusaha untuk mencoba mengendalikan eskalasi debat, maka debat akan
menjadi semakin besar. Untuk itu, masing-masing pihak perlu mengendalikannya salah satunya
dengan keluar dari situasi debat.

Namun, ketika meninggalkan situasi debat, kita harus melakukannya dengan cara-cara yang
terhormat. Misalnya dengan berkata, “Kita telah menjalani hari yang sangat melelahkan dan apa
yang kita diskusikan saat ini tidak menemukan hasil yang positif. Ada baiknya kita pulang ke
rumah masing-masing untuk istirahat dan membicarakannya kembali besok pagi.”

2.8. Peran Pemimpin dalam Akreditasi Sekolah

Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, dalam bahasa inggris,
leadership yang berarti kepemimpinan. Dalam definisi lain juga disebutkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat yang melekat pada seorang pemimpin yaitu kemampuan
mengarahkan, memotivasi, memberi kenyamanan, pelayanan, loyalitas, rasa hormat,
membimbing, mengarahkan, kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, membangun relasi, father
figure, dan berpengetahuan luas, dalam islam sifat shiddiq, amanah, tabligh, fathanah yang dapat
mempengaruhi dan berkemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya
tujuan tertentu yang sudah disepakati.
Dalam proses akreditasi, peran pemimpin sangat erat kaitannya. Untuk mendapatkan
kepercayaan dari jajarannya, maka ia harus dapat memberikan solusi atas setiap permasalahan penerapan
akreditasi.  Untuk itu pimpinan harus mempunyai semangat belajar melebihi semua.  Pimpinan harus
menterjemahkan konsep akreditasi yang abstrak menjadi kebijakan kongkrit.  Sekaligus memetakan dan
menjadwalkan kegiatan-kegiatan menuju penerapan atau pelaksanakan akreditasi. Pemahaman tentang
administrasi peradilan sangat diperlukan.  Memang tugas administrasi sehari-hari dilaksanakan
oleh panitera dan sekretaris, tetapi sesungguhnya pimpinan adalah administrator tertinggi. 
Pemahaman tentang administrasi diperlukan dengan kemampuan manajerial. 

Dua hal itu akan berguna dalam proses menuju penerapan akreditasi. Kepemimpinan
adalah penggerak utama terwujudnya sistem penjaminan mutu. Standar mutu tidak sekedar suatu
konsep, namun suatu budaya yang membutuhkan leader yang dapat menggerakkan sesuai dengan

13
misi kepemimpinan. Keberhasilan kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan standar mutu
kelembagaan. Institusi pendidikan melahirkan perdebatan manakala pengguna menilai mutu
dengan membandingkan persepsi terima dengan apa yang diharapkan di antara pengguna
pendidikan.

Peran Pemimpin dalam Pelaksanaan Akreditasi:

1. Pemimpin sebagai educator (membimbing)


2. Pemimpin sebagai manajer
3. Pemimpin sebagai administrator
4. Pemimpin sebagai supervisor
5. Pemimpin sebagai leader (kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan)
6. Pemimpin sebagai innovator
7. Pemimpin sebagai motivator

14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Akreditasi adalah suatu proses penlaian dengan indikator tertentu yang berbasis fakta
dalam rangka memberikan pengakuan mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu
lembaga pendidikan.
2. Supervisi adalah upaya memberikan bantuan atau layanan terhadap guru-guru baik secara
invidu atau kelompok dalam usaha memperbaki pengajaran
3. Tujuan akreditasi yang dilaksanakan di Indonesia adalah :
a. Mendapatkan bahan bagi usaha perencanaan pemberian bantuan dalam rangka
pembinaan sekolah.
b. Mendorong dan menjaga mutu pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga pendidik.
d. Mendorong tersedianya sarana dan prasarana sekolah.
e. Mendorong dan menjadi ketahan sekolah.
f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan ang kurang bertanggung jawab.
g. Memberikan nformasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu sekolah.
h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa.
4. 8 Komponen yang dinilai dalam akreditasi, berupa : standart isi, standart proses, standart
kompetensi lulusan, standart pendidikan dan tenaga pendidik, standart sarana dan
prasarana, standart pengelolaan, standart pembiyaan, dan standart penilaian pendidkan.
5. Tahapan proses supervisi dalam akrediasi :
1. Proses pembentukan tim akredtasi.
2. Pelaksanaan pengisian instrumen akreditasi dan bukt fisik.
3. Melakukan gladi bersih.
6. Hubungan antara supervisi dan akreditasi sangatlah memberi pengaruh besar pada
kualitas sebuah sekolah. Supervisi menjadi khtiyar suatu sekolah untuk mencapai dan
memperoleh tingkat akreditasi yang tinggi. Supervisi dilaksanakan untuk memperbaki

15
kinerja guru dalam proses pembelajaran dan membawa dampak meningkatnya sebuah
sekolah. Sehingga dalam hal ini antara supervisi dan akreditasi keduanya memiliki satu
hal yang menjadi tujuan yaitu meningkatkan mutu pendidikan
7. Peran Pemimpin dalam Pelaksanaan Akreditasi:
a.Pemimpin sebagai educator (membimbing)
b. Pemimpin sebagai manajer
c. Pemimpin sebagai administrator
d. Pemimpin sebagai supervisor
e. Pemimpin sebagai leader (kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan)
f. Pemimpin sebagai innovator
g. Pemimpin sebagai motivator
8. Komunikasi yg baik dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara
b. Berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh semua orang.
c. Melakukan konfirmasi atas apa yang kita pahami
d. menanyakan umpan balik.
e.tetap fokus pada pokok permasalahan

3.2 Saran
Korelasi antara supervisi dan akreditasi sangatlah erat, keduanya memiliki fungs yang
sama yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Supervisi merupakan faktor dar dalam
sekolah dimana kepala sekolah sebagai supervisor utama untuk melaksanakan pendampigan baik
individe atau kelompok kepada para pengajar. Sedangkan akreditasi yang identik degan nilai A,
B, dan C merupakan hal yang tampak dan dilihat oleh masyarat. Oleh karea itu, antara kepala
sekolah, staff pengajar atau non dharapkan dapat bekerja sama untuk mencapai itu semua. Dan
mereka melaksankan tugas mereka dengan baik. Kepala sekolah selalu member masukkan
membangun ke para pengejara dan para pengajar selalu berusaha meningkatkan mutu
pengajarannya. Ketika semua mmelaksankan fungsi dengan sungguh-sungguh maka tujuan-
tujuan sebuah madrasah atau sekolah dapat segera tercapai.

16
adanya suatu akreditasi di sekolah, seorang pemimpin memiliki peran yang besar dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan agar terlaksana dengan baik dan sesuai rencana yang
diharapkan. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi.

Tanpa adanya jalinan komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi maka besar kemungkinan
semua kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi tersebut tidak akan terlaksana sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kemampuan dalam

berkomunikasi yang baik akan sangat membantu segala kegiatan yang ada. Agar dapat
menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin

harus mampu mendiagnosis situasi yang dikerjakan saat itu dan apa yang diharapkan pada masa
yang akan datang, mampu berkoordinasi menyesuaikan perilakunyaa dengan lingkungan, serta
dapat menyampaikan pesan-pesan agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.Terkait
dengan kepemimpnan, maka komunikasi yang baik sangat penting dimiliki oleh seorang
pimpinan karena berkaitan dengan tugasnya untuk membimbing, mempengaruhi, mengarahkan,
serta mendorong anggota untuk melakukan tugas dan aktifitas mereka guna mencapai nilai
akreditasi yang diharapkan bersama oleh sekolah.

17
DAFTAR PUSTAKA
Eka Prihatin,Teori Administrasi Pendidikan,Bandung:Alfabeta,2011),cet ke-1 h.42
Depag RI,Pedoman Akreditasi Madrasah,Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam,2008,H.7
Suharsimi Arikunto,Penilaian Program Pendidikan,(Jakarta,Bina Aksara,1988)h.260
http://journal.uny.ac.id/index.php/jamp (Hubungan akreditasi sekolah dan supervisi oleh kepala
sekolah dengan kualitas sekolah)
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan Implementasi. Cet. 1, Remaja
Rosdakarya, 2002.

Mardalena , Sarinah. PENGANTAR MANAJEMEN . 1st ed., 2007

Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber -Sumber Benih


Kecerdasan, 1981).
Oten Stuisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung :
Angkasa, 1983) h. 192.

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 314-
315.

Al-Mawardi, Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bashri al-Baghdadi. 2006. Al-
Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah. Beirut: Dar al-Kutub al Ilmiyah. Hal 5
Alabi, Ahmad. 1984. al-Siyasah wa al-Iqtisad fi Tafkir al-Islami.Kairo: Maktabah al-Nahdah
alMishriyah. Hal 30-31

18

Anda mungkin juga menyukai