Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KRISIS PENILAIAN : HILANGNYA PENILAIAN UNTUK PEMBELAJARAN

Disusun Oleh:

Disusun Oleh :
 Muhammad Yudhi Ardinnata (NIM. 2220129310021)
 Lusiantri (NIM. 2220129320019)
 Ridha Wahdaniyaty (NIM. 2220129320058)

Mata Kuliah
Pengembangan Evaluasi Autentik Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga

Dosen Pengampu :
Dr. Rahmadi, S.Pd.,M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS PASCASARJANA

PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN JASMANI

BANJARMASIN

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Ucapan terima kasih yang sebesarnya-besarnya
disampaikan kepada Bapak Dr. Rahmadi, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu pada Mata
Kuliah ini dan tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Rekan-rekan Pasca
Sarjana Jurusan Pendidikan Jasmani angkatan 2022 serta berbagai pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan bantuan ataupun masukan baik berupa pikiran,ide maupun
lainnya.

Dalam hal penyusunan , penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari kualitas
sempurna karena masih adanya keterbatasan pengetahuan serta pengalaman . Untuk itu kritik
dan saran yang membangun masih diharapkan sebagai acuan perbaikan dan penyempurnaan
selanjutnya.

Penulis berharap disamping bertujuan untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah juga
dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Banjarmasin, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ·········································································· i


KATA PENGANTAR ········································································ ii
DAFTAR ISI ··················································································· iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ······································································· 1
B. Rumusan Masalah ··································································· 2
C. Tujuan ················································································ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Dari Pandangan Mutu Kualitas Kita Terhadap
Penilaian ················································································ 3
B. Kelemahan Dalam Visi ·························································· 4
C. Visi Yang Lebih Kuat ··························································· 5
D. Pernyataan Posisi Yang Relevan ·············································· 7
E. Menyeimbangkan Penilaian Dari Dan Untuk Pembelajaran··········· 8
F. Mengantisipasi Manfaat Keseimbangan ···································· 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ·········································································· 12

B. Saran ·················································································· 12

DAFTAR RUJUKAN ······································································· iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maksimalnya prestasi seorang siswa dapat dipengaruhi oleh cara penilaian yang
ditempuh oleh guru. Sementara ini, disekolah masih memfokuskan pada penilaian dari hasil
pembelajaran atau yang lebih kita kenal dengan istilah penilaian sumatif tanpa ada penilaian
untuk pembelajaran itu sendiri (yang dimaksudkan disini penilaian formatif).

Jika kita akhirnya menghubungkan penilaian dengan perbaikan sekolah dengan cara
yang bermakna, kita harus datang untuk melihat penilaian melalui sudut pandang yang baru.
Sistem penilaian saat ini merugikan sejumlah besar siswa karena alasan yang hanya sedikit
yang mengerti. Dan kerugian itu muncul langsung dari kegagalan guru untuk
menyeimbangkan penggunaan tes standar dan penilaian kelas dalam layanan perbaikan
sekolah. Selama beberapa dekade, prioritas guru telah mewujudkan keyakinan bahwa
pemberian ujian atau tugas adalah menemukan cara yang lebih canggih dan efisien untuk
menghasilkan nilai tes yang valid dan andal. Sekali lagi, untuk memastikan, skor yang akurat
sangat penting. Tetapi masih ada pertanyaan sebelumnya yang belum terjawab: Bagaimana
kita dapat memaksimalkan dampak positif dari skor kita pada siswa? Dengan kata lain,
Bagaimana kita dapat yakin bahwa instrumen penilaian, prosedur, dan skor kita berfungsi
untuk membantu siswa ingin belajar dan merasa mampu belajar?

Cara agar memperbaiki sistem sekolah adalah dengan pengujian standar yang lebih
baik, lebih sering, dan lebih intens. Akan tetapi masalahnya bahwa tes semacam itu, yang
seolah-olah dikembangkan untuk "tidak meninggalkan siswa," sebenarnya menyebabkan
faktor utama banyaknya siswa kita tertinggal, karena tes menyebabkan banyak orang
menyerah dalam keputusasaan. Yang ada malah prestasi siswa menurun karena tes dilakukan
hanya pada momen tertentu dan dengan tenggang waktu yang lama (penilaian akhir materi
atau penilaian akhir semester) yang mana penilaian ini tidak mampu memberikan guru
informasi dari waktu ke waktu dan sehari-hari tentang prestasi siswa yang mereka butuhkan
untuk membuat keputusan instruksional yang penting. Guru harus mengandalkan penilaian
dalam kelas untuk mewujudkannya. Permasalahan yang hadir kembali adalah bahwa guru
tidak dapat mengumpulkan atau secara efektif menggunakan informasi yang dapat diandalkan
tentang prestasi siswa setiap hari karena terkurasnya sumber daya untuk pengujian standar

1
yang berlebihan. Tidak ada narasumber yang relevan untuk melatih para guru dalam
membuat dan melakukan penilaian kelas yang sesuai.

Pada permasalahan di atas maka hendaknya guru memiliki sudut pandang baru
tentang penilaian yaitu melakukan penilaian yang sudah semestinya yang mana
memperlihatkan semua dari hasil kerja siswa baik dalam informasi yang didapatkan oleh guru
dari siswa ataupun dari hasil pengamatan guru itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis membatasi masalah pada pembahasan :

1. Bagaimana Konsep Peran Penilaian Untuk Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui konsep dari penilaian yang
ada serta untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pemangku mata kuliah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

HILANGNYA PENILAIAN UNTUK PEMBELAJARAN

A. Perubahan Dari Pandangan Mutu Kualitas Kita Terhadap Penilaian

Pada sistem penilaian selama ini perlu diberikan perbaikan sehingga mengarah ke
fungsi yang sebenarnya. Perbaikan itu meliputi :

 Artikulasi standar pencapaian yang lebih tinggi


 Transformasi harapan tersebut menjadi penilaian yang ketat, dan
 Harapan akuntabilitas dipihak pendidik atas prestasi siswa, sebagaimana tercermin
dalam nilai ujian.

Standarisasi pembelajaran yaitu diterima atau dihargainya materi yang telah


disampaikan guru oleh siswa. Hal inilah yang seharusnya menjadi dasar seorang guru untuk
merencakan serta menyampaikan materi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari apa
yang telah dilalui diperoleh dari suatu proses penilaian yang dilaksanakan dan akan terlihat
apakah sudah berhasil baik itu berkaitan dengan siswa, guru ataupun sistemnya.

Peningkatan standar perlu dilakukan dengan cara penetapan standar dengan


perbandingan kualitas yang baik bahkan paling baik (dalam standar dunia) sebagai usaha
untuk menghindari diperolehnya hasil kompetensi minimum oleh siswa. Untuk memotivasi
tercapaianya standar dalam penilaian perlu juga diberikan motivasi positif baik berupa
pemberian pengharagaan kepada siswa yang mendapatkan hasil tertinggi dan sanksi kepada
yang tidak mendapatkannya.

Dalam konteks ini, kami mengandalkan penilaian pembelajaran berisiko tinggi untuk
menginformasikan keputusan kami tentang akuntabilitas. Tes-tes ini memberi tahu kita
berapa banyak siswa telah belajar, apakah standar dipenuhi, dan apakah pendidik telah
melakukan pekerjaan yang harus mereka lakukan.

3
B. Kelemahan Dalam Visi

Penjelasan tentang sistem penilaian diatas merupakan pandangan atau pendapat dari
masyarakat tentang peran penilaian di sekolah dan selama beberapa waktu pihak sekolah
berhasil meyakinkan tentang penilaian ini walaupun hasilnya tidaklah baik.

Kita percaya bahwa penilaian harus melayani dua tujuan yakni menginformasikan
keputusan dan memotivasi pembelajaran. Sehubungan dengan yang pertama, guru telah
membangun sistem penilaian disekitarnya dengan meyakinkan bahwa keputusan paling
penting dibuat oleh perencanaan program dan pembuat kebijakan yang tindakannya
mempengaruhi ruang kelas dan siswa seluruhnya. Semakin luas jangkauan pengambil
keputusan,maka semakin banyak kompetensi yang telah diberikan untuk memenuhi
kebutuhan informasi mereka terlebih dahulu. Ini adalah dasar dari keyakinan kuat guru pada
kekuatan tes standar. Tes ini akan yang memberikan data sesuai dengan apa yang dapat
dikumpulkan di seluruh sekolah untuk menginformasikan pembuatan program yang baik.

Sehubungan dengan penggunaan sebagai motivasi, maka perlu ditingkatkan rasa


khawatir atau peduli terhadap pemahaman betapa pentingnya penilaian itu sendiri. Siswa
harus beranggapan bahwa semakin berat atau dalam materi yang disampaikan maka akan
semakin banyak juga upaya dalam usaha untuk pencapaiannya. Disini siswa dituntut untuk
berusaha lebih keras dan lebih cerdas. Jika upaya itu telah dilaksanakan maka pencapaian
hasil. dalam hal ini sekolah berperan untuk meningkatkan materi yang kan disampaikan
sehingga siswa akan lebih rajin dalam berusaha yang berimbas pada kenaikan hasil
belajarnya dan pembelajarannya akan lebih efektif. Peningkatan standarisasi yang
beroirientasi akuntabilitas terhadap hasil kinerja siswa ternyata juga salah satu yang berperan
dalam peningkatan kualitas dari sekolah itu sendiri.

Namun pada faktanya, hal tersebut masih memiliki kekurangan dimana masih ada
beberapa siswa yang pada saat meningkatakan usahanya untuk menghadapi tes akan tetapi
mendapatkan hasil yang tidak sesui dengan harapannya. Ini akan menyebabkan timbul rasa
trauma atau kemalasan bahkan menyerah untuk melanjutkannya. Apalagi mereka melihat
standar yang tinggi untuk proses-proses selanjutnya. Ini dikarenakan standar yang disusun
oleh pihak pemerintah, sekolah dan guru yang bersangkutan merasa belum merasakan hal
tersebut sesuai dengan pengalaman mereka. Parahnya mereka tidak mempunyai solusi atau
antisipasi jika itu terjadi. Sehigga keputusasaan adalah sesuatu hal akhir yang dirasakan oleh
siswa .

4
C. Visi Yang Lebih Kuat

Ada cara lain di mana penilaian dapat berkontribusi pada pengembangan sekolah
yang efektif yang sebagian besar telah diabaikan dalam evolusi gerakan standar, penilaian,
dan akuntabilitas yang dijelaskan di atas. Kita juga bisa menggunakan asesmen untuk
pembelajaran. Jika penilaian pembelajaran memberikan bukti prestasi untuk pelaporan pada
umumnya, maka penilaian untuk pembelajaran berfungsi untuk membantu siswa belajar lebih
banyak. Perbedaan penting adalah antara penilaian untuk menentukan status pembelajaran
dan penilaian untuk mempromosikan pembelajaran yang lebih besar.

Penilaian dan pembelajaran keduanya penting. Jika kita ingin menyeimbangkan


keduanya, kita harus membuat investasi yang jauh lebih kuat dalam penilaian untuk
pembelajaran. Kita dapat mewujudkan peningkatan prestasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya jika kita mengubah proses penilaian kelas sehari-hari saat ini menjadi alat yang
lebih kuat untuk belajar. Kita tahu bahwa sekolah akan dimintai pertanggungjawaban untuk
menaikkan nilai ujian. Sekarang kita harus memberikan guru alat penilaian yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan itu.

Gagasan penilaian yang diharapkan adalah penilaian untuk pembelajaran atau lebih
dikenal dengan istilah “penilaian formatif”. Berbeda dengan penilaian pada akhir
pembelajaran, penilaian ini lebih banyak dilakukan dari pada menguji hasil dari pekerjaan
siswa. Penilaian ini melibatkan siswa pada prosesnya sehingga hasil dari penilaian ini
biasanya digunakan untuk perbaikan atau revisi dari tugas yang dilaksanakan siswa baik itu
secara perbagian-bagian (perlangkah) ataupun secara keseluruhan.

Pada saat proses penilaian untuk pembelajaran, guru menggunakan proses penilaian kelas dan
aliran informasi yang berkelanjutan tentang prestasi siswa yang diberikannya untuk maju,
bukan hanya memeriksa, pembelajaran siswa. Mereka melakukan ini dengan :

 Memahami dan mengartikulasikan terlebih dahulu mengajarkan target pencapaian


yang harus dicapai siswanya;
 Menginformasikan kepada siswanya tentang tujuan pembelajaran tersebut, dalam
istilah yang dipahami siswa, sejak awal proses belajar mengajar;

5
 Menjadi literasi penilaian dan dengan demikian mampu mengubah harapan mereka
menjadi latihan penilaian dan prosedur penilaian yang secara akurat mencerminkan
prestasi siswa
 Menggunakan penilaian kelas untuk membangun kepercayaan diri siswa pada diri
mereka sendiri sebagai pelajar dan membantu mereka bertanggung jawab atas
pembelajaran mereka sendiri, sehingga dapat meletakkan dasar untuk pembelajaran
seumur hidup;
 Menerjemahkan hasil penilaian kelas menjadi umpan balik deskriptif yang sering
(versus umpan balik yang menghakimi) bagi siswa, memberi mereka wawasan khusus
tentang cara meningkatkan
terus menyesuaikan instruksi berdasarkan hasil penilaian kelas;
 Melibatkan siswa dalam penilaian diri secara teratur, dengan standar yang dipegang
konstan sehingga siswa dapat melihat diri mereka tumbuh dari waktu ke waktu dan
dengan demikian merasa bertanggung jawab atas kesuksesan mereka sendiri; dan
 Secara aktif melibatkan siswa dalam berkomunikasi dengan guru dan keluarga mereka
tentang status pencapaian dan peningkatan mereka.

Hasil atau efek penilaian untuk pembelajaran, seperti yang terjadi di kelas, adalah
bahwa siswa terus belajar dan tetap yakin bahwa mereka dapat terus belajar pada tingkat
produktif jika mereka terus mencoba untuk belajar. Dengan kata lain, siswa tidak menyerah
dalam frustrasi atau keputusasaan.

Apakah guru sudah siap ?

Hanya sedikit guru yang siap menghadapi tantangan penilaian di kelas karena mereka
belum diberi kesempatan untuk belajar melakukannya. Saat ini hanya ada beberapa guru yang
dapat memahami dan mempraktekkan. Ditambah lagi pemenuhan lisensi propesional seorang
guru masih sulit didapatkan karena sistem dan aturan yang dibuat oleh pemerintah.
Sedangkan guru sendiri sejatinya harus memiliki bekal untuk mempersiapkan dan
melakukannya. Disamping itu program pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dirasakan masih belum memenuhi literasi untuk guru .Program persiapan guru tidak banyak
memperhatikan kompetensi dalam penilaian, dan sebagian besar program gagal memberikan
literasi penilaian yang diperlukan untuk memungkinkan guru terlibat dalam penilaian untuk
pembelajaran. Dan ini telah terjadi selama beberapa waktu lamanya.

6
Program pelatihan penilaian yang dilaksanakan selama ini hanya berkaitan tentang
bagaimana menyusun soal atau ujian kinerja dari siswa tanpa memberikan pemahaman
tentang penilaian untuk pembelajaran khususnya terkait kemajuan siswa pada saat
prosessnya. Hasilnya adalah kesalahan diagnosis kebutuhan siswa, kesalahpahaman siswa
tentang kemampuan mereka sendiri untuk belajar, adanya salah komunikasi kepada orang tua
dan orang lain tentang kemajuan siswa, dan hampir tidak ada penilaian yang efektif untuk
pembelajaran di kelas. Konsekuensi yang sangat berbahaya bagi pembelajaran siswa pun
akhirnya sudah jelas terlihat.

D. Pernyataan Posisi Yang Relevan


Konsekuensi mengerikan dari krisis penilaian ini dan kebutuhan mendesak untuk
bertindak tidak luput dari perhatian. Misalnya, selama tahun 1990-an,di Negara Amerika
hampir pernah ada asosiasi profesional yang ada hubungannya dengan pengajaran
mengadopsi standar kompetensi profesional untuk guru yang mencakup komponen penilaian.
Kelompok ini termasuk Federasi Guru Amerika (AFT), Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA),
Dewan Kepala Petugas Sekolah Negeri, Dewan Nasional untuk Standar Pengajaran
Profesional, dan Dewan Nasional pengukuran dalam Pendidikan (NCME).

Dokumen-dokumen yang dikeluarkan termasuk pernyataan kolaboratif kompetensi


penilaian untuk guru yang dikembangkan oleh komite bersama yang mewakili AFT , NEA,
dan NCME. Selain standar lainnya, pernyataan bersama ini mengharapkan guru dilatih untuk
memilih dan mengembangkan metode penilaian yang tepat; untuk mengelola, menilai, dan
menafsirkan hasil penilaian; untuk menghubungkan hasil tersebut dengan keputusan tertentu;
untuk menetapkan nilai dengan tepat. ; dan untuk mengkomunikasikan secara efektif tentang
prestasi siswa. Sangat meresahkan untuk menyadari bahwa standar-standar ini berusia lebih
dari satu dekade dan masih memiliki sedikit dampak pada persiapan guru dan administrator .

Dalam laporannya tahun 2001, Komite Yayasan Penilaian Dewan Riset Nasional
memajukan rekomendasi untuk pengembangan penilaian di sekolah-sekolah Amerika yang
mencakup hal-hal berikut:

Rekomendasi : Instruksi dalam cara siswa belajar dan bagaimana pembelajaran


dapat dinilai harus menjadi komponen utama dari program pra-layanan dan
pengembangan profesional guru. Pelatihan ini harus dikaitkan dengan pengalaman
aktual di kelas dalam menilai dan menafsirkan pengembangan kompetensi siswa.
Untuk memastikan bahwa hal ini terjadi, standar negara bagian dan nasional untuk

7
lisensi guru dan akreditasi program harus mencakup persyaratan khusus yang
berfokus pada integrasi pembelajaran dan penilaian yang tepat dalam pengalaman
pendidikan guru.

Rekomendasi 11: Keseimbangan mandat dan sumber daya harus dialihkan dari
penekanan pada bentuk penilaian eksternal ke peningkatan penekanan pada
penilaian formatif kelas yang dirancang untuk membantu pembelajaran.

Demikian pula, Komisi Penilaian Dukungan Instruksional yang diselenggarakan oleh


American Association of School Administrators, National Association of Elementary School
Principals, National Association of Secondary School Principals, NEA, dan National Middle
School Association memasukkan yang berikut ini dalam daftar sembilan persyaratan untuk
tes akuntabilitas yang diamanatkan negara:

Persyaratan 8: Suatu negara harus memastikan bahwa pendidik menerima


pengembangan profesional yang berfokus pada bagaimana mengoptimalkan
pembelajaran anak-anak berdasarkan hasil penilaian yang mendukung secara
instruksional.

Kita dapat memahami apa yang perlu diketahui guru dan kemahiran yang perlu
mereka kembangkan agar dapat membangun dan memelihara lingkungan penilaian yang
produktif. Tantangan yang kita hadapi adalah memberikan kesempatan bagi guru untuk
menguasai kompetensi penilaian kelas yang penting tersebut. Kedalaman tantangan ini
menjadi jelas ketika kita menyadari bahwa kita harus memberikan kesempatan baik bagi guru
baru untuk mendapatkan kompetensi ini sebelum mereka memasuki kelas dan untuk guru
berpengalaman yang tidak memiliki kesempatan untuk menguasainya selama pelatihan
mereka untuk mendapatkannya juga.

E. Menyeimbangkan Penilaian Dari Dan Untuk Pembelajaran


Oleh karena itu, prioritas penilaian nasional kita adalah memastikan bahwa penilaian
baik dari pembelajaran maupun untuk pembelajaran lebih akurat dalam penggambaran
prestasi siswa dan digunakan untuk memberi manfaat bagi siswa. Sehingga selayaknya
standar pembelajaran hendaknya ditkembangkan oleh para profesional yang berkaitan dengan
mendeteksi peningkatan apapun yang telah dicapai oleh siswa.

8
Pada tahun 1984 Benjamin Bloom memberikan ringkasan penelitian yang
membandingkan instruksi seluruh kelas standar (kondisi kontrol) dengan dua intervensi
eksperimental, lingkungan belajar penguasaan dan bimbingan satu lawan satu dari masing-
masing siswa. Salah satu ciri khas dari kedua kondisi eksperimental adalah penggunaan
ekstensif penilaian kelas untuk pembelajaran sebagai bagian penting dari proses
instruksional. Analisis mengungkapkan perbedaan mulai dari satu hingga dua standar deviasi
dalam prestasi siswa yang disebabkan oleh perbedaan kondisi eksperimental dan kontrol .

Dalam tinjauan penelitian mereka tahun 1998, Paul Black dan Dylan Wiliam
memeriksa literatur penelitian tentang penilaian di seluruh dunia, menanyakan apakah
peningkatan penilaian formatif (yaitu, kelas) menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi
seperti yang tercermin dalam penilaian sumatif. Jika demikian, mereka bertanya, perbaikan
seperti apa dalam praktik penilaian kelas yang kemungkinan akan menghasilkan keuntungan
terbesar dalam pencapaian?

Black dan Wiliam mengungkap dan kemudian mensintesis lebih dari 250 artikel yang
membahas masalah ini. Dari jumlah tersebut, beberapa lusin secara langsung menjawab
pertanyaan tentang dampak pada pembelajaran siswa dengan ketelitian ilmiah yang cukup
dan kontrol eksperimental untuk memungkinkan kesimpulan yang tegas. Setelah
mengumpulkan informasi tentang perkiraan efek dari peningkatan penilaian formatif pada
nilai tes sumatif, mereka melaporkan efek positif yang belum pernah terjadi sebelumnya pada
prestasi siswa. Mereka melaporkan ukuran efek setengah ke standar deviasi penuh.
Selanjutnya, Black dan Wiliam melaporkan bahwa "peningkatan penilaian formatif
membantu siswa berprestasi rendah lebih dari siswa lain dan dengan demikian mengurangi
jangkauan pencapaian sambil meningkatkan prestasi di atas semua . Hasil ini memiliki
implikasi langsung bagi distrik yang berusaha mengurangi kesenjangan prestasi antara
minoritas dan siswa lain. Secara hipotetis , jika penilaian untuk pembelajaran, seperti
dijelaskan di atas, menjadi praktik standar hanya di kelas-kelas siswa berprestasi rendah,
berstatus sosial ekonomi rendah, kesenjangan prestasi yang sangat mengganggu kita hari ini
akan terhapus. Kita tahu tidak ada inovasi perbaikan sekolah lain yang dapat mengklaim efek
dari sifat atau ukuran ini. Untuk sepenuhnya menghargai besarnya ukuran efek yang dikutip
di atas, pembaca perlu memahami bahwa perolehan satu standar deviasi, yang diterapkan
pada tengah distribusi skor tes pada tes pencapaian standar yang umum digunakan, dapat
menghasilkan keuntungan rata-rata lebih dari 30 poin persentil, dua setara kelas, atau 100
poin pada skala SAT. Black dan Wiliam melaporkan bahwa keuntungan sebesar ini, jika

9
diterapkan pada hasil terbaru dari Studi Matematika dan Sains Internasional Ketiga, akan
mengangkat sebuah negara di tengah-tengah kelompok di antara 42 negara yang
berpartisipasi (di mana AS diperingkat) ke lima besar.

Pernyataan-pernyataan diatas mengungkapkan bahwa perolehan prestasi ini


dimaksimalkan dalam konteks di mana pendidik meningkatkan akurasi penilaian kelas,
memberi siswa umpan balik informatif yang sering (versus umpan balik penilaian yang
jarang), dan melibatkan siswa secara mendalam dalam penilaian kelas, pencatatan, dan proses
komunikasi. Singkatnya, perolehan ini dimaksimalkan di mana guru menerapkan prinsip-
prinsip penilaian untuk pembelajaran.

F. Mengantisipasi Manfaat Keseimbangan


Siswa mendapat manfaat dari penilaian untuk belajar dalam beberapa cara penting.
Pertama, mereka menjadi pembelajar yang lebih percaya diri karena mereka bisa melihat diri
mereka berhasil. Keberhasilan ini memungkinkan mereka untuk mengambil risiko untuk
terus mencoba belajar. Hasilnya adalah pencapaian yang lebih besar bagi semua siswa
terutama siswa berprestasi rendah, yang membantu mengurangi kesenjangan prestasi antara
siswa kelas menengah dan siswa kelas bawah. Selain itu, siswa mulai memahami apa artinya
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri untuk memantau kesuksesan mereka
sendiri dan membuat keputusan yang membawa kesuksesan yang lebih besar. Ini adalah
dasar dari pembelajaran seumur hidup.

Guru diuntungkan karena siswanya menjadi lebih termotivasi untuk belajar.


Selanjutnya, keputusan instruksional mereka diinformasikan oleh informasi yang lebih akurat
tentang prestasi siswa. Guru juga mendapat manfaat dari penghematan waktu yang dihasilkan
dari kemampuan mereka untuk mengembangkan dan menggunakan penilaian kelas dengan
lebih efisien.

Orang tua juga mendapat manfaat dalam melihat prestasi yang lebih tinggi dan
antusiasme yang lebih besar untuk belajar pada anak-anak mereka. Mereka juga memahami
bahwa anak-anak mereka belajar mengelola pembelajaran seumur hidup mereka sendiri.
Administrator sekolah dan pemimpin instruksional (Pihak yang berkaitan dengan pendidikan)
mendapat manfaat dari kenyataan memenuhi standar akuntabilitas dan dari pengakuan publik
untuk melakukannya.

10
Singkatnya, semua orang merasa terpenuhi dan tidak ada yang merasa dirugikan.
Tetapi harga yang harus kita bayar untuk mencapai manfaat tersebut adalah investasi pada
guru dan praktik penilaian kelas mereka. Kita harus memulai program pengembangan
profesional yang dirancang khusus untuk memberi guru keahlian yang mereka butuhkan
untuk menilai pembelajaran.

Rencana Aksi
Jika kita ingin memaksimalkan prestasi siswa, kita harus memberikan perhatian yang jauh
lebih besar pada peningkatan penilaian kelas. Baik dalam penilaian dari pembelajaran
ataupun penilaian untuk pembelajaran. Oleh karena itu, kita harus:

 Mencocokkan setiap dana yang diinvestasikan dalam instrumen dan prosedur yang
dimaksudkan untuk penilaian pembelajaran di tingkat nasional dan daerah dengan dana
lain yang dikhususkan untuk pengembangan penilaian untuk pembelajaran;
 Meluncurkan program pengembangan profesional jangka panjang yang komprehensif di
tingkat nasional, dan daerah untuk mendorong literasi dalam penilaian kelas bagi guru,
mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memberi mereka kesempatan untuk
belajar dan tumbuh secara profesional.
 Meluncurkan program pengembangan profesional serupa dalam penilaian skala besar dan
kelas yang efektif .
 Mengubah standar lisensi guru dan administrator dalam semua konteks sertifikasi
nasional untuk mencerminkan harapan kompetensi dalam penilaian baik dari maupun
untuk pembelajaran; dan
 Mewajibkan semua program persiapan guru dan administrator untuk memastikan bahwa
lulusannya melek penilaian baik dalam hal mempromosikan maupun mendokumentasikan
pembelajaran siswa.
 Pejabat pendidikan , pembuat kebijakan dan pemimpin sekolah lokal harus
mengalokasikan sumber daya dalam proporsi yang sama untuk memastikan keakuratan
dan penggunaan penilaian yang efektif baik dari maupun untuk pembelajaran. Hanya
dengan begitu kita dapat meyakinkan keluarga bahwa anak-anak mereka bebas dari
bahaya yang diakibatkan oleh kesalahan pengukuran prestasi mereka di sekolah. Hanya
dengan begitu kita dapat memaksimalkan kepercayaan diri siswa terhadap diri mereka

11
sendiri sebagai pembelajar. Hanya dengan begitu kita dapat meningkatkan tingkat prestasi
untuk semua siswa dan "tidak meninggalkan anak."

BAB III

A. Kesimpulan

Penilaian pada saat ini masih memfokuskan pada hasil akhir sehingga kemajuan siswa
selama proses pembelajaran belum dapat terdeteksi. Siswa hanya difokuskan untuk mencapai
target yang diinginkan. Sedangkan masih banyak siswa yang belum mampu untuk mencapai
titik tersebut padahal mereka sudah berusaha dengan maksimal. Hal ini akan mengakibatkan
rasa frustasi dan keputusasaan bagi siswa yang mengalami kegagalan.

Penilaian untuk pembelajaran memiliki peran penting dalam kemajuan dan pencapai
hasil pembelajaran. Pada prosesnya, siswa diberikan penialaian secara terus menerus dan
diberikan masukan sehingga siswa dapat memperbaiki atau merevisi kembali apa yang telah
dilaksanakannya. Sehingga pada akhirnya siswa dapat lebih mudah mencapai materi yang
disampaikan dengan melakukan perbaikan-perbaikan dari hasil penilaian sebelumnya.

B. Saran

1. Bagi Pembaca

Dengan membaca tulisan in diharapkan agar pembaca khususnya sebagai guru ,pada
saat proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya terbatas pada pengambilan hasil akhir
namun juga pada proses kemajuan siswa dengan berdasarkan pada tingkatan penilaian yang
telah disampaikan di atas.

2. Bagi Penulis

Sebagai bahan refleksi diri untuk perbaikan dan pengembangan untuk waktu yang
akan datang, mengingat penulis sendiri adalah seorang guru (pelaku pendidikan).

12
13
DAFTAR RUJUKAN

Stiggins, Richard J. "Assessment crisis: The absence of assessment for learning." Phi Delta
Kappan 83.10 (2002): 758-765.

iv

Anda mungkin juga menyukai