Anda di halaman 1dari 42

STANDAR DAN PELAPORAN

HASIL PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampu : Dr. H. Imam Sujarwo, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Weka Dwi Kartika (210108210004)
2. Siti Ummu Habibah (210108210010)
3. Sri Pujilestari (210108210012)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dimampukan menyelesaikan makalah yang berjudul Standar dan Pelaporan
Hasil Penilaian Pembelajaran Matematika pada mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Matematika ini dengan baik.
Makalah ini penulis susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Malang, 22 November 2022


Penulis
Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah...........................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran............................................................4
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)..........................................................4
2. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)..................................8
B. Standar Penilaian Pembelajaran.................................................................12
1. Penilaian Proses Pembelajaran...................................................................12
2. Standar Penilaian Pembelajaran Matematika.............................................13
C. Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran (Buku Rapor)............................19
1. Pengolahan Nilai Buku Rapor Biasa..........................................................21
2. Pengolahan Nilai Buku Rapor SKS...........................................................22
3. Bentuk Rapor Kurikulum 2013..................................................................24
4. Rapor Kurikulum Merdeka........................................................................37
BAB III PENUTUP..............................................................................................39
A. Kesimpulan................................................................................................39
B. Saran...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pembelajaran matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya sistem penilaian atau asesmen. Paradigma pembelajaran
matematika konstruktivisme menuntut penilaian yang dapat mengukur kinerja
peserta didik yang sesungguhnya melalui penilaian otentik yang diterapkan
pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2022. Hasil penilaian harus memberikan
gambaran utuh mengenai sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
terkait kehidupan nyata dalam proses dan hasil belajar matematika. Selain itu,
hasil penilaian juga dilaporkan sebagai bahan refleksi bagi peserta didik,
pendidik, satuan pendidikan, dan orangtua peserta didik mengenai
perkembangan belajar peserta didik untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Mengingat pentingnya penilaian, harus ada kriteria sebagai acuan
dalam melaksanakan penilaian yang disebut sebagai standar penilaian. Standar
penilaian dan pelaporan hasil penilaian dalam pembelajaran matematika
mengacu pada ketentuan yang berlaku, yaitu Standar Nasional Pendidikan
yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek). Adapun standar Nasional Pendidikan yang berlaku pada
saat ini masih terbagi dalam dua kurikulum yaitu kurikulum 2013 dan
kurikulum 2022. Oleh karena itu, dalam makalah ini dibahas mengenai standar
penilaian dan pelaporan hasil penilaian dalam kedua kurikulum tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara penentuan kriteria keberhasilan pembelajaran
matematika?
2. Bagaimana standar penilaian pembelajaran matematika?
3. Bagaimana ketentuan pelaporan hasil belajar matematika dalam buku
rapor?

2
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang muncul, didapatkan tujuan
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Menerapkan cara menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran
matematika.
2. Menerapkan standar penilaian pembelajaran matematika.
3. Menerapkan ketentuan pelaporan hasil belajar matematika dalam buku
rapor.

D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai tambahan wawasan
dan acuan mengenai standar dan pelaporan hasil penilaian pembelajaran
matematika. Dengan demikian, pembaca dapat melaksanakan penilaian dan
pelaporan hasilnya sesuai standar penilaian pembelajaran matematika yang
berlaku.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran


Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) keberhasilan
pembelajaran, mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan ketuntasan
dalam proses pembelajaran. Artinya belajar tuntas adalah tercapainya
kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, atau nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Fungsi ketuntasan
belajar adalah memastikan semua peserta didik menguasai kompetensi yang
diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah kemateri ajar selanjutnya.
Patokan ketuntasan belajar mengacu pada standard kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan
ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya
yang melibatkan komponen guru dan siswa. Dengan demikian pemahaman
terhadap kriteria keberhasilan belajar, standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum penting dipahami oleh
Pengawas.
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Selain itu acuan kriteria selain KKM adalah Kriteria Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran (KKTP).

1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


a. Pengertian
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas
ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam
menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak
diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan
norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan

4
belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan.
Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan
sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva.
Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan
yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi
yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satua
pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum
MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan
KKM.
b. Langkah-langkah Penetapan
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran
dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan
skema:

2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata


pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan
guru dalam melakukan penilaian.
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas
pendidikan.
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian
dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.
c. Penentuan KKM

5
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria
ketuntasan minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat
kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh
sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
a) Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik.
b) Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran
yang bervariasi.
c) Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai
bidang yang diajarkan.
d) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi.
e) Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep.
f) Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam
penyelesaian tugas/pekerjaan.
g) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut
karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi,
sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan
pengulangan/latihan.
h) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi
agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
a) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses
pembelajaran.
b) Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian
stakeholders sekolah.

6
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah
yang bersangkutan.
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil
seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian
Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes;
sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan
kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
d. Contoh Penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:

KKM ditentukan berdasarkan rata-rata skor dari ketiga indikator


tersebut. Selain itu dapat dengan menggunakan poin/skor pada setiap
kriteria yang ditetapkan.

jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung


tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:

nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Contoh penentuan KKM dalam pembelajaran matematika disajikan
dalam tabel berikut:

7
2. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai
tujuan pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik
merencanakan asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun
perencanaan pembelajaran, baik dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran ataupun modul ajar. Menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2022) setiap satuan pendidikan dan pendidik akan
menggunakan alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang berbeda, oleh
karena itu untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran
pendidikan akan menggunakan kriteria yang berbeda baik dalam angka
kuantitatif atau kualitatif sesuai dengan karakteristik:
a) Tujuan pembelajaran
b) Aktivitas pembelajaran
c) Asesmen yang dilakukan

8
Kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) berfungsi untuk
merefleksikan proses pembelajaran dan mendiagnosis tingkat penguasaan
kompetensi peserta didik agar pendidik dapat memperbaiki proses
pembelajaran dan memberi intervensi pembelajaran yang sesuai kepada
peserta didik. Kriteria ini merupakan penjelasan (deskripsi) tentang
kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/didemonstrasikan peserta didik
sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran dapat dikembangkan pendidik dengan menggunakan
beberapa pendekatan, di antaranya:
a. KKTP dengan Menggunakan Deskripsi Kriteria
Deskripsi Kriteria adalah kriteria yang terdiri dari beberapa
komponen/pertimbangan ketercapaian tujuan, kemudian menentukan
ketercapaian tujuan tersebut dengan melihat apakah komponen
tersebut sudah memadai atau belum memadai.
Guru menetapkan KKTP dengan cara menentukan banyaknya
kriteria yang sudah dicapai peserta didik. Misalnya ada 4 kriteria
maka siswa mencapai tujuan/tuntas jika minimal 75% atau 3 kriteria
memadai. Contoh salah satu tujuan pembelajaran matematika pada
fase D adalah: “Peserta didik dapat mengidentifikasi perbedaan rasio
dan proporsi pada berbagai permasalahan sehari-hari.” Pendidik
menetapkan kriteria ketuntasan misalnya sebagai berikut:
Tidak
Kriteria Memadai
Memadai
Mampu mendeskripsikan rasio dengan
V
bahasa yang jelas.
Mampu mendeskripsikan proporsi
V
dengan bahasa yang jelas.
Mampu memberikan contoh masalah
V
sehari-hari yang terkait dengan rasio
Mampu memberikan contoh masalah
V
sehari-hari yang terkait dengan proporsi
Kesimpulan: Peserta didik dianggap mencapai tujuan
pembelajaran jika minimal 3 kriteria memadai. Jika ada dua kriteria
masuk kategori tidak tuntas, maka perlu dilakukan intervensi agar
pencapaian peserta didik ini bisa diperbaiki.s

9
b. KKTP dengan Menggunakan Rubrik
Guru menyusun rubrik performa yang dapat memperlihatkan
bukti kinerja. Sebutan kualifikasi misal: Perlu Intervensi khusus,
Dasar, Cakap dan Mahir.
Dalam tugas memecahkan masalah, pendidik menetapkan
kriteria yang terdiri atas satu bagan: Memecahkan masalah
matematika. Dalam rubrik terdapat empat tahap pencapaian, dari Perlu
Intervensi khusus, Dasar, Cakap dan Mahir. Dalam setiap tahapan ada
deskripsi yang menjelaskan performa peserta didik.

Kesimpulan:
Peserta didik dianggap sudah mencapai tujuan pembelajaran jika
kedua kriteria/bukti kinerja di atas mencapai tahap Cakap atau Mahir.
KKTP: minimal cakap pada kedua kriteria
c. KKTP Menggunakan Interval Nilai
Untuk menggunakan interval, guru dan atau satuan pendidikan
dapat menggunakan rubrik maupun nilai dari tes. Guru menentukan
terlebih dahulu intervalnya dan tindak lanjut yang akan dilakukan
untuk para peserta didik.
Contoh: Untuk nilai yang berasal dari nilai tes tertulis atau ujian
Interval Kriteria Intervensi
0 – 40% Belum mencapai tujuan Remedial di seluruh bagian
41 – 65% Belum mencapai tujuan Remedial di bagian
tertentu/dibutuhkan
66 – 85% Sudah mencapai tujuan Tidak perlu remedial

10
86– 100% Sudah mencapai tujuan Perlu pengayaan atau
tantangan yang lebih
kompleks
KKTP: 66-85%
d. KKTP Menggunakan Interval Nilai Diolah dari Rubrik
Pendidik dapat menggunakan interval nilai yang diolah dari
rubrik. Seperti dalam tugas menulis laporan, pendidik dapat
menetapkan empat kriteri ketuntasan untuk setiap kriteria terdapat 4
skala pencapaian (1-4).
Pendidik membandingkan hasil tulisan peserta didik dengan
rubrik untuk menentukan ketercapaian peserta didik. Ukuran yang
dipakai dengan menggunakan: Belum Muncul, Muncul sebagaian
Kecil, Sudah Muncul di Sebagian Besar, dan terlihat pada keseluruhan
teks atau bentuk lain.
Contoh: Interval Nilai yang Diolah dari Rubrik
Belum Muncul Sudah Terlihat
Muncul Sebagian Muncul di
No Kriteria /Komponen Kecil di Semua
Sebagian
Besar
1 2 3 4
1 Peserta didik dapat
mengidentifikasi
perbedaan rasio dan
proporsi pada V
berbagai
permasalahan sehari-
hari.

2 Peserta didik dapat


menggunakan rasio
dua besaran terkait
proporsi untuk V
menyelesaikan
masalah sehari-hari.

3 Peserta didik dapat V


menerapkan proses
berpikir kritis untuk
menganalisis suatu

11
masalah kontekstual
(merumuskan,
melakukan,
menafsirkan, serta
mengevaluasi)
terkait proporsi.

4 Peserta didik dapat


menyelesaikan
masalah penalaran
proporsional yang V
berkaitan dengan
proporsi dengan
cermat.

Siswa memperoleh skor:


2+3+ 4+3=12
12
Nilai: ×100=75
16
Kriteria: 66-85 : Telah mencapai tujuan, tidak perlu remedial
KKTP Interval: 66-85

B. Standar Penilaian Pembelajaran


Setiap proses pembelajaran membutuhkan penilaian dengan kriteria
atau standar tertentu. Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria
minimal tentang penilaian proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
pemenuhan tujuan pembelajaran. Kriteria tersebut ditentukan oleh pendidik
dan pihak yang terkait dalam satuan pendidikan mengacu pada peraturan yang
berlaku dengan disesuaikan karakteristik peserta didik dan kondisi satuan
pendidikan.

1. Penilaian Proses Pembelajaran


Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013, penilaian
proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang
menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya,
dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional dan dampak pengiring dari pembelajaran. Hasil penilaian
otentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencakan program

12
perbaikan (remedial), pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Sementara itu, dalam Permendikbudristek Nomor 16 tahun 2022
disebutkan bahwa penilaian proses pembelajaran merupakan asesmen
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan dilakukan oleh
pendidik yang bersangkutan. Asesmen ini dilakukan setelah pelaksanaan
pembelajaran setidaknya satu kali dalam satu semester dengan cara:
a. refleksi diri terhadap pelaksanaan perencanaan dan proses
pembelajaran; dan
b. refleksi diri terhadap hasil asesmen yang dilakukan oleh sesama
pendidik, kepala Satuan Pendidikan, dan/atau peserta didik.
Penilaian yang dilakukan sesama pendidik memiliki tujuan untuk
membangun budaya saling belajar, kerjasama, dan saling mendukung
melalui diskusi, observasi, dan/atau refleksi terhadap perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran. Penilaian oleh kepala Satuan Pendidikan
bertujuan membangun budaya reflektif dan memberi umpan balik yang
konstruktif melalui dorongan merefleksikan apa yang dilaksanakan serta
melalui pemberian masukan, saran, dan keteladanan kepada pendidik.
Penilaian melalui peserta didik yang diajar langsung oleh pendidik paling
sedikit melalui refleksi dengan tujuan:
a. membangun kemandirian dan tanggung jawab dalam proses
pembelajaran dan kehidupan sehari-hari;
b. membangun budaya transparansi, objektivitas, saling menghargai, dan
mengapresiasi keragaman pendapat dalam menilai proses
pembelajaran;
c. membangun suasana pembelajaran yang partisipatif dan untuk
memberi umpan balik kepada pendidik dan peserta didik; dan
d. melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis.

2. Standar Penilaian Pembelajaran Matematika


Standar penilaian pembelajaran matematika mengacu pada Standar
Penilaian Pendidikan sesuai peraturan yang berlaku. Berdasarkan

13
Permendikbud Nomor 23 tahun 2016, standar penilaian pendidikan adalah
kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai
dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
Permendikbudristek Nomor 21 tahun 2022, standar penilaian pendidikan
adalah kriteria minimal mengenai mekanisme penilaian hasil belajar.
Dalam hal ini, ada perbedaan penilaian dalam kurikulum 2013 dan
kurikulum 2022, yaitu pada tujuannya.
Standar penilaian pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013
mengacu pada Permendikbud Nomor 23 tahun 2016. Proses pengumpulan
dan pengolahan informasi dalam penilaian bertujuan untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar matematika
dilaksanakan oleh pendidik dengan tujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar matematika, dan perbaikan hasil
belajar matematika peserta didik secara berkesinambungan. Instrumen
penilaian hasil belajar matematika dilakukan dalam bentuk ulangan (tes),
pengamatan, penugasan perorangan atau kelompok, dan/atau bentuk lain
yang diperlukan sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik. Penilaian hasil belajar ini digunakan
pendidik untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester,
akhir semester, akhir tahun. dan/atau kenaikan kelas.
Adapun pelaksanaannya harus mematuhi prinsip penilaian hasil
belajar sebagai barikut:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

14
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan
peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar matematika mengacu pada kurikulum 2013
melalui mekanisme sebagai berikut:
a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan
teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi
tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,
dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus
mengikuti pembelajaran remedi; dan

15
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik
disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
Tahapan dalam penilaian hasil belajar matematika oleh pendidik
juga harus dilaksanakan pada masing-masing aspek. Setiap aspek penilaian
memiliki tahapannya masing-masing, sebagai berikut.
a. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
1) mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran
matematika;
2) mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan;
3) menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
4) mendeskripsikan perilaku peserta didik.
b. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
1) menyusun perencanaan penilaian;
2) mengembangkan instrumen penilaian;
3) melaksanakan penilaian;
4) memanfaatkan hasil penilaian; dan
5) melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-
100 dan deskripsi.
c. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
1) menyusun perencanaan penilaian;
2) mengembangkan instrumen penilaian;
3) melaksanakan penilaian;
4) memanfaatkan hasil penilaian; dan
5) melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-
100 dan deskripsi.
Di samping tahapan di atas, prosedur penilaian proses belajar dan
hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah
disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;

16
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Penilaian dalam kurikulum 2013 juga dilakukan oleh satuan
pendidikan dan pemerintah. Oleh satuan pendidikan, penilaian diberikan
dalam bentuk Ujian Sekolah/Madrasah. Oleh pemerintah, penilaian
dilakukan dengan Ujian Nasional (UN).
Sementara itu, dalam kurikulum 2022 yang mengacu pada
Permendikbudristek Nomor 21 tahun 2022, penilaian bertujuan
mengetahui kebutuhan peserta didik dan capaian perkembangan atau hasil
belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan sesuai
dengan tujuan penilaian secara berkeadilan, objektif, dan edukatif.
Berkeadilan artinya penilaian tersebut tidak bias oleh latar belakang,
identitas, atau kebutuhan khusus peserta didik. Objektif artinya didasarkan
pada informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau hasil belajar
peserta didik. Edukatif artinya hasil penilaian digunakan sebagai umpan
balik bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua untuk meningkatkan
proses pembelajaran dan hasil belajar.
Prosedur penilaian hasil belajar peserta didik disesuaikan dengan
karakteristik jalur, jenjang, dan jenis Satuan Pendidikan, meliputi:
a. Perumusan tujuan penilaian dangan memperhatikan keselarasan
dengan tujuan pembelajaran yang merujuk pada kurikulum yang
digunakan Satuan Pendidikan. Hasil perumusan tujuan penilaian
dimuat dalam perencanaan pembelajaran.
b. Pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian dilaksanakan
oleh pendidik dengan:
1) mempertimbangkan karakteristik kebutuhan peserta didik; dan
2) berdasarkan rencana penilaian yang termuat dalam perencanaan
pembelajaran.

17
c. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan/atau
setelah pembelajaran.
d. Pengolahan hasil penilaian dilakukan dengan menganalisis secara
kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data hasil pelaksanaan Penilaian
yang berupa angka dan/atau deskripsi.
e. Pelaporan hasil penilaian dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan
belajar. Laporan kemajuan belajar memuat paling sedikit informasi
mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik yang tertuang dalam
rapor atau bentuk laporan hasil penilaian lainnya.
Penilaian hasil belajar matematika pada jenjang pendidikan
menengah peserta didik dalam kurikulum 2022 berbentuk penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif bertujuan untuk
memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi
pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan dengan
mengumpulkan informasi mengenai peserta didik yang mengalami
hambatan atau kesulitan belajar dan perkembangan belajar peserta didik.
Informasi yang diperoleh digunakan bagi peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan dalam memonitor proses dan kemajuan
belajar sebagai bagian dari keterampilan belajar sepanjang hayat.
Informasi tersebut juga digunakan pendidik untuk merefleksikan dan
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan menengah bertujuan
untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari Satuan Pendidikan. Penilaian
ini dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar Peserta
Didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP).
Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan mempertimbangkan laporan
kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada
semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1
(satu) tahun ajaran. Penentuan kelulusan peserta didik dari Satuan
Pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan
belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata

18
pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain pada setiap tingkatan
kelas.
Satuan Pendidikan memiliki unit utama utama yang membidangi
kurikulum dan asesmen. Kepala unit ini menetapkan pedoman penyusunan
prosedur dan bentuk penilaian hasil belajar peserta didik. Selain itu
mekanisme penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari Satuan
Pendidikan juga berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh kepala unit
ini.

C. Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran (Buku Rapor)


Rapor merupakan ringkasan hasil penilaian terhadap seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Rapor
dipergunakan selama peserta didik yang bersangkutan mengikuti seluruh
program pembelajaran di Sekolah tersebut.
Dalam kurikulum 2013 ada beberapa macam model rapor yang dapat
digunakan antara lain:
1. Model Rapor Satu KKM
2. Model Rapor Multi KKM
3. Model Rapor SKS Satu KKM
4. Model Rapor SKS Multi KKM
Pengerjaan buku rapor pada umumnya memiliki kesamaan hanya ada
sedikit perbedaan dalam penulisan model rapor SKS yaitu pada proses
penghitungan penghitungan Indeks Prestasi (IP) yang tidak sama cara
menghitungnya dengan model rapor biasa. Selain itu, juga ada rentang yang
dapat menentukan beban belajar yang dapat diambil pada semester berikutnya.
Adapun unsur-unsur yang harus diisi dalam buku rapor menurut Kurikulum
2013 sebagai beikut:
a. Identitas sekolah diisi dengan data yang sesuai dengan keberadaan Sekolah
masing-masing.
b. Keterangan tentang diri peserta didik diisi lengkap.
c. Rapor dilengkapi dengan pas foto peserta didik ukuran (3 x 4) cm
berwarna.

19
d. Deskripsi sikap spiritual dan sikap sosial diambil dari catatan ( jurnal)
perkembangan sikap peserta didik yang ditulis oleh guru mata pelajaran,
guru BK, dan wali kelas.
e. Capaian peserta didik dalam pengetahuan dan keterampilan ditulis dalam
bentuk angka, predikat, dan deskripsi untuk masing-masing mata
pelajaran.
f. Laporan ekstrakurikuler diisi dengan nama dan nilai kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik.
g. Saran-saran diisi dengan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian peserta
didik.
h. Prestasi diisi dengan jenis prestasi peserta didik yang diraih dalam bidang
akademik dan non-akademik.
i. Ketidakhadiran ditulis dengan data akumulasi ketidakhadiran peserta didik
karena sakit, izin, atau tanpa keterangan selama satu semester.
j. Tanggapan orangtua/wali adalah tanggapan atas pencapaian hasil belajar
peserta didik.
k. Keterangan pindah keluar sekolah diisi dengan alasan kepindahan.
Sedangkan pindah masuk diisi dengan sekolah asal.
l. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) diisi dengan nilai minimal
pencapaian ketuntasan kompetensi belajar peserta didik yang ditetapkan
oleh satuan pendidikan
m. Nilai diisi dengan nilai pencapaian kompetensi belajar peserta didik.
Predikat untuk aspek pengetahuan dan keterampilan diisi dengan huruf A,
B, C, atau D sesuai panjang interval dan KKM yang sudah ditetapkan oleh
satuan pendidikan.
n. Predikat untuk aspek sikap diisi dengan Sangat Baik, Baik, Cukup, atau
Kurang.
o. Deskripsi diisi uraian tentang pencapaian kompetensi peserta didik.
Nilai yang ditulis pada buku rapor merupakan nilai yang telah diolah
sebelumnya. Karena dalam kurikulum 2013 ada empat model rapor dengan
dua jenis yang berbeda yaitu rapor biasa dan rapor SKS. Oleh karena itu

20
dalam pengolahan nilai yang akan ditulis dalam rapor juga berbeda. Untuk
lebih jelasnya perhatikan pengolahan nilai pada buku rapor sebagai berikut.

1. Pengolahan Nilai Buku Rapor Biasa


a. Aspek Pengetahuan
Nilai yang ada pada rapor merupakan Hasil Penilaian Akhir
(HPA) yang merupakan hasil pengolahan dari Hasil Penilaian Hariah
(HPH), Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS), dan Hasil Penilaian
Akhir Semester (HPAS) dengan menggunakan formulasi dengan atau
tanpa pembobotan yang ditetapkan oleh satuan pendididkan. Adapun
contoh pengolahan HPA sebagai berikut:

Disajikan data nilai aspek pengetahuan untuk mata pelajaran


Matematika pada semester 1.

HPA
Nama HPH HPTS HPAS HPA
Pembulatan
Ani 73,19 90 80 79,09 79
Budi 76,13 75 80 76,82 77
Berdasarkan data nilai HPH, HPTS, dan HPAS, satuan
pendidikan dapat melakukan pengolahan nilai ntuk mendapatkan HPA
seperti pada tabel di atas, sebagai contoh pada nilai Ani pengolahan
dapat menggunakan formulasi sebagai berikut:
2 HPH + HPTS+ HPAS
HPA=
4
2 (73,19 )+ 90+80
HPA=
4
HPA=79,09( Jika dibulatkan menjadi79)
Berdasarkan penghitungan tersebut, nilai rapor Ani untuk mata
pelajaran Matematika pada aspek pengetahuan adalah 79.
Dari contoh yang sama kita juga dapat melakukan pembobotan
dalam menentukan nilai rapor. Misalnya, pengolahan nilai rapor
disepakati oleh satuan pendidikan bahwa bobot untuk HPH = 50%,
HPTS = 25%, dan HPAS = 25%, maka penghitungan nilai rapor Ani
sebagai berikut:
N ilai rapor =( 50 % ×73,19 ) + ( 25 % × 90 ) + ( 25 % × 80 )
Nilai rapor=36,59+ 22,5+20

21
Nilai rapor=79,09( jika dibulatkan menjadi 79)

Berdasarkan penghitungan tersebut, nilai rapor Ani untuk mata


pelajaran Matematika pada aspek pengetahuan adalah 79.

b. Aspek Keterampilan
Adapun contoh gambaran pengolahan nilai rapor pada aspek
keterampilan adalah sebagai berikut.
Disajikan data nilai aspek keterampilan Ani pada mata pelajaran
Matematika Semester 1

No KD Praktik Produk Proyek Nilai KD


1 4.1 90 80 - - - 90
2 4.2 - 86 - - - 86
3 4.3 75 - - - - 75
4 4.4 - - 80 90 86 88
5 4.5 85 - - - - 85
Nilai rata-rata KD 84,8
Nilai rapor 85

a. Untuk KD 4.1 penilaian menggunakan nilai optimum karena


teknik penilaian yang dilakukan sama, yaitu praktik dan materi
sama, serta dilakukan lebih dari satu kali penilaian
b. Untuk KD 4.4 penilaian menggunakan nilai optimum pada
produk (90) kemudian dirata-rata dengan nilai proyek (86),
sehingga diperoleh nilai 88.
c. Nilai akhir semester diperoleh berdasarkan rata-rata nilai
akhirkeseluruhan KD keterampilan yang dibulatkan, yaitu:(90 +
86 + 75 + 88 + 85) : 5 = 84,8 = 85 (dibulatkan)

Berdasarkan penghitungan tersebut, nilai aspek keterampilan Ani di


rapor adalah 85.

2. Pengolahan Nilai Buku Rapor SKS


Pengolahan nilai pada rapor SKS memiliki kesamaan dengan rapor
biasa, hanya saja ada sedikit perbedaan. Rapor model SKS memiliki
Indeks Prestasi (IP) dalam suatu semester yang dihitung dengan membagi

22
jumlah rata-rata nilai pengetahuan dan keterampilan dikalikan beban
belajar dengan total beban belajar, secara matematis ditulis:

IP=
∑ ( N i × Bi )
∑ Bi
IP = Indeks Prestasi
Ni = Rata-rata nilai pengetahuan dan keterampilan tiap mata
pelajaran
Bi = Beban belajar tiap mata pelajaran (JP)
Indeks Prestasi bertujuan atau berfungsi untuk menentukan beban
belajar yang dapat diambil pada semester berikutnya, dengan ketentuan:

Rentang IP Beban Belajar Semester Berikutnya


<60 40 JP
60 – 72 48 JP
73 - 85 56 JP
>85 64 JP

a. Pengolahan Nilai Rapor Untuk Penentuan Kenaikan Kelas.


Pengolahan nilai rapor untuk penentuan kenaikan kelas dilihat
dari ketuntasan siswa tersebut dalam proses pembelajaran. Ketuntasan
belajar pada kenaikan kelas adalah ketuntasan dalam kurun waktu satu
tahun pelajaran (2 semester). Pengolahan nilai akan mudah jika nilai
siswa tidak ada yang kurang dari KKM, dalam artian dapat dipastikan
siswa tersebut tuntas dalam pembelajaran dan dapat dinyatakan NAIK
KELAS. Namun akan sedikit berbeda jika terdapat nilai yang kurang
dari KKM atau tidak tuntas, maka kita dapat melakukan beberapa
langkah berikut:
1. Dihitung rata-rata nilai mata pelajaran semester gasal dan genap.
2. Dihitung rata-rata KKM mata pelajaran tersebut pada semester
gasal dan genap, selanjutnya dibandingkan dengan KKM rata-rata
pada mata pelajaran tersebut. Jika hasil pada nilai rata-rata sama
atau lebih dari nilai rata-rata KKM, maka mata pelajaran tersebut
dinyatakan TUNTAS, dan sebaliknya jika nilai rata-rata kurang
dari nilai rata-rata KKM, maka mata pelajaran tersebut dinyatakan
BELUM TUNTAS.

23
Perhatikan data nilai suatu peserta didik dalam aspek
pengetahuan pada Mata Pelajaran Matematika.

Semester Hasil
Semester gasal
Genap Pengolahan
Mata Rata- Rata-
Keterangan
Pelajaran Nilai Nilai Nilai Nilai rata rata
KKM Akhir KKM Akhir Nilai Nilai
KKM Akhir
Matematik 60 70 62 56 61 63 TUNTAS
a Karena
hasil
penglahan
nilai peserta
didik > nilai
KKM
Pengolahan nilai rapor untuk penentuan kenaikan kelas
mengikuti beberapa kriteria yang dapat menyatakan seorang siswa bisa
NAIK/TIDAK NAIK kelas, sebagai berikut:

1. Jika nilai seorang siswa semester 1 dan nilai semester 2 dirata-rata


dan terdapat tiga mata pelajaran kurang dari KKM (tidak tuntas)
meskipun nilai aspek sikap BAIK, maka siswa tersebut TIDAK
NAIK KELAS.
2. Jika nilai seorang siswa semester 1 dan nilai semester 2 dirata-rata
dan terdapat dua mata pelajaran kurang dari KKM (tidak tuntas)
dan mendapatkan nilai aspek sikap BAIK, maka siswa tersebut
NAIK KELAS.
3. Jika nilai seorang siswa pada semua mata pelajaran pada aspek
pengetahuan dan aspek keterampilan pada semester 1 dan semester
2 lebih dari KKM, artinya semua mata pelajaran tuntas, namun
pada pengolahan nilai aspek sikap mendapatkan nilai CUKUP (C)
maka siswa tersebut TIDAK NAIK KELAS. Karena syarat
kenaikan kelas nilai pada aspek sikap minimal adalah BAIK (B).

3. Bentuk Rapor Kurikulum 2013


Bentuk rapor pada kurikulum 2013 memiliki 4 model, yaitu model
rapor satu KKM, model rapor multi KKM, model rapor SKS satu KKM,
dan model rapor SKS multi KKM. Berikut ini diberikan beberapa bentuk
rapor pada Kurikulum 2013 sebagai berikut.

24
1. Model Rapor Satu KKM

25
26
27
2. Model Rapor Multi KKM

28
29
30
31
3. Model Rapor SKS Satu KKM

32
33
34
4. Model Rapor SKS Multi KKM

35
36
4. Rapor Kurikulum Merdeka
Komponen rapor peserta didik SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK atau sederajat minimal memuat informasi mengenai:
1. Identitas peserta didik,
2. Nama satuan pendidikan,
3. Kelas,
4. Semester,
5. Mata pelajaran,
6. Nilai,
7. Deskripsi,
8. Catatan guru,
9. Presensi, dan
10. Kegiatan ekstrakurikuler.

Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK atau sederajat,


satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan
deskripsi dalam menjelaskan makna nilai yang diperoleh peserta didik.
Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan mekanisme
dan format pelaporan hasil belajar kepada orang tua/wali. Pelaporan hasil
belajar disampaikan sekurang-kurangnya pada setiap akhir semester. Di

37
samping itu, satuan pendidikan menyampaikan rapor peserta didik secara
berkala melalui e-rapor/dapodik.
Ada tiga pilihan dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi
pada rapor. Pendidik boleh menggunakan salah satu diantaranya, yaitu:
a. Penyusunan deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP),
b. Penyusunan deskripsi berdasarkan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP),
dan
c. Penyusunan deskripsi mengambil dari poin-poin penting dari materi
yang sudah diberikan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun deskripsi capaian
kompetensi, pendidik harus mengidentifikasi capaian kompetensi tertinggi
dan terendah. Pada capaian kompetensi yang tinggi, artinya peserta didik
sudah menunjukkan kemampuan yang memadai pada capaian
pembelajaran, tujuan pembelajaran, atau materi yang diberikan. Pada
capaian kompetensi yang rendah, artinya peserta didik masih memerlukan
bimbingan pada capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, atau materi
tersebut. Sebagai contoh, dapat diperhatikan salah satu penulisan deskripsi
capaian kompetensi pada pembelajaran matematika Fase D dalam cuplikan
rapor berikut.
No. Mata Pelajaran Nilai Deskripsi
Akhir
- - - -
4. Matematika Menunjukkan penguasaan yang
baik dalam menginterpretasikan
nilai dari suatu bentuk aljabar yang
diperoleh dari substitusi suatu nilai
80
ke variabel..
Perlu bantuan dalam menyatakan
bilangan rasional dalam bentuk
pecahan desimal.
Pada cuplikan rapor ini, dideskripsikan bagian mana peserta didik
memiliki penguasaan yang baik dan bagian mana yang perlu bimbingan.
Dengan demikian, pendidik, peserta didik, dan orangtua dapat
menindaklanjuti dengan memperbaiki kualitas belajar peserta didik.

38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa cara
menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran matematika dibagi menjadi
dua yaitu Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan Kriteria Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kriteria tersebut sesuai berdasarkan kurikulum
yang digunakan yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. Cara
penentuan menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga
aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik.
Sedangkan pada KKTP untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan
pembelajaran pendidikan akan menggunakan kriteria yang berbeda baik
dalam angka kuantitatif atau kualitatif sesuai dengan karakteristik tujuan
pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan asesmen yang dilakukan.
Standar penilaian pembelajaran matematika sesuai peraturan yang
berlaku, kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik dan pelaporannya.
Rapor merupakan ringkasan hasil penilaian terhadap seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Rapor dipergunakan selama peserta didik yang bersangkutan mengikuti
seluruh program pembelajaran di Sekolah tersebut untuk mengukur kinerja
peserta didik serta untuk mengetahui perkembangan hasil belajar diri peserta
didik.

B. Saran
Pelaksanaan penilaian memiliki peran penting dalam kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian harus berdasarkan standar yang
berlaku dengan kriteria sesuai karakteristik peserta didik dan satuan
pendidikan. Begitu pula dalam pelaporan, harus dapat memberikan informasi
yang jelas dan otentik sesuai keadaan peserta didik.

39
DAFTAR PUSTAKA

BSKAP Kemendikbudristek RI. 2022. Panduan Pembelajaran dan Asesmen


Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta:
Kemendikbudristek.
Depdiknas. 2008. Kriteria Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta: Ditjen
PMPTK
Kemendikbud. 2013. Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. 2016. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. 2016. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbudristek
Kemendikbud. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbudristek
Kemendikbudristek. 2022. Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 Tentang
Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbudristek.
Kemendikbudristek. 2022. Permendikbudristek RI Nomor 21 Tahun 2022 Tentang
Standr Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Jakarta:
Kemendikbudristek.
Susanto, D, dkk. 2021. Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Numerasi pada
Pelajaran Matematika untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Kemendikbudristek.
Susanto, D, dkk. 2021. Buku Panduan Guru Matematika untuk SMP/MTs Kelas
VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Kemendikbudristek.

40

Anda mungkin juga menyukai