Dosen pengampu:
Disusun Oleh :
Semester VII
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
kelompok IV dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isian.
Makalah ini berisikan tentang “Test dan evaluasi pembelajaran, perkembangan siswa dalam
memerapkan setiap aspek pengembangan dalam pembelajaran, dan desain pembelajaran
kurikulum merdeka”
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan untuk junjungan Nabi kita yaitu Nabi
besar Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi
upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini kami
akui masih banyak sekali kekurangan dalam pengerjaannya, di karenakan pengalaman kami
dalam pembuatan makalah yang masih kurang teliti. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan, saran, serta kritikan-kritikan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...5
C. TUJUAN………………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
B. SARAN………………………………………………………………………………15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang takkalah penting
dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses
perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat penting.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi
informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peseta didik.
Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran
sehingga pada gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi
pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan
motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Salah satu penekanan dalam kurikulum
2013 adalah evaluasi autentik.
Evaluasi autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen evaluasiyang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi(SK) atau
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam kurikulum 2013 mempertegas
adanya pergeseran dalam melakukan evaluasi, yakni dari evaluasi melalui tes (mengukur
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju evaluasi autentik (mengukur kompetensi
sikap,keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
Implementasi di sekolah, tak jarang evaluasi yang dilakukan tidak dipersiapkan dan
direncanakan dengan berpedoman pada kisi-kisi sehingga tidaksedikit guru seringkali
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi secaras pesifik kompetensi yang dimasukkan ke
dalam program remedial pembelajaran.Evaluasi yang tak direncanakan dengan baik tentunya
akan menghasilkan informasi yang kurang akurat terkait keberhasilan belajar siswa. Oleh
karena ituguru dalam melakukan evaluasi kurikulum 2013 perlu memperhatikan aspek-aspek
evaluasi kurikulum 2013 yang terdiri dari evaluasi sikap (efektif), evaluasi pengetahuan
(kognitif), dan evaluasi keterampilan (psikomotorik).
4
penyusunan RPP tidak terjadi kendala atau masalah. Sebab dalam evaluasi pembelajaran
kurikulum 2013 guru dituntut untuk menginterpretasikan nilai yang ditulis dari kegiatan
proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Tes sebagai alat evaluasi dalam pendidikan mempunyai peranan penting dalam
mengukur prestasi hasil belajar siswa. Tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) objektifitas, 4)
praktisibilitas dan 5) ekonomis. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Tes dikatakan reliabel apabila memberikan hasil yang
tepat apabila diteskan berkali-kali. Susunan tes dikatakan objektif apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan
memiliki praktisibilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis yaitu mudah dilaksanakan,
mudah pemeriksaannya dan dilengkapi petunjuk-petunjuk yang jelas. Sedangkan persyaratan
ekonomis artinya bahwa pelaksanaan testersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal,
tenaga yang banyak dan waktuyang lama.
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pentingnya hasil ini karena dapat menjadi salah satu tolok ukur bagi pendidik untuk
mengetahui sejauh mana proses pendidikan yang dilakukan dan untuk mengembangkan
potensi peserta didik. Artinya, apabila proses pendidikan yang dilakukan telah mencapai hasil
yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pendidikan dan demikian
pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai dalam sebuah proses pendidikan adalah melalui evaluasi.
Dengan evaluasi, maka berkembang atau tidaknya kualitas peserta didik dapat
diketahui, dan dengan evaluasi juga kita dapat mengetahui dimana titik kelemahan serta
untuk mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depannya. Evaluasi sangat
berguna untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil belajar peserta didik. Jika peserta
didik mengalami kesulitan tentu tugas sebagai seorang pendidik adalah member pemahaman
lebih lajut, membimbing dan memberikan jam tambahan atau remedial. Sehingga peserta
didik dapat mencapai hasil pemebelajaran dengan sesuai tujuan yang dirumuskan pada
rencana pembelajaran.
6
Ada empat istilah atau konsep dalam dunia pendidikan yang saling berkaitan yaitu
tes,pengukuran (measurement), penilaian (assessment),dan evaluasi (evaluation)1. Keempat
istilah ini penting dipahami oleh pendidik. Berikut penjelasanya menurut beberapa ahli:
1. Test
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum”yang berarti sebuah piring atau jambangan
dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi dan
selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki
seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada
seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sebagaimana dikemukakan (Sax.
1980;Arifin, 2011) bahwa “a test may be defined as a taskor series of task used to obtain
systematic observations presumed to be representative ofeducational or psychological traits
or attributes”.(tes dapat didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan
untuk memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau
atribut pendidikan atau psikologis).2 Istilah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan
lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif
daripelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik simpulan-simpulan tertentu terhadap
peserta didik. Sementara itu, (Hamid Hasan. 1988; Arifin,2011) menjelaskan “tes adalah alat
pengumpulan datayang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari
konstruksi butir (soal) yang dipergunakan”. Rumusan ini lebih terfokus kepad ates sebagai
alat pengumpul data. Memang pengumpulan data bukan hanya ada dalam prosedurpenelitian,
tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan data
evaluasi, guru memerlukan suatu alat, antara lain tes. Tes dapat berupa pertanyaan. Oleh
sebab itu, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan, dan pola jawaban yang disediakan harus
memenuhi suatu perangkat kriteria yang ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk
menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus pula.
Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpul data lainnya. Dengan demikian,
tes pada hakikatnya adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku
tertentu. Artinya, fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek
perilaku yang hendak diukur adalah tingkat kemampuan pesertadidik dalam menguasai
materi pelajaran yang telah disampaikan.
1
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip- Teknik-Prosedur. PT.Remaja Rosdakarya. (2011).
2
Ibid.
7
2. Pengukuran (measurement)
3. Penilaian (Assesment)
3
Suryana, Y &,Irwantoro, N.. Kompetensi pedagogik(2016)
4
Arikunto Suharsimi. Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, dalam Evaluasi Program
Pendidikan :Bumi Aksara(2007)
5
Op.Cit
6
Suryana, Y &,Irwantoro, N.. Kompetensi pedagogik(2016)
7
Ibid
8
Penilaian (Assesment) pada dasarnya adalah bagian dari evaluasi yang lebih luas dari
sekedar pengukuran yang meliputi kegitan interpretasi dan representasi data pengukuran 8.
Berdasarkan pengertian tersebut maka penilaian pembelajaran adalah langkah lanjutan
setelah dilakukan pengukuran. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan
hasil pengukuran proses menginterpretasikan data hasil pengukuran terhadap proses dan hasil
pembelajaran yang berupa skor dengan mengubahnya menjadi nilai berdasarkan prosedur
tertentu yang digunakan untuk mengambil keputusan
4. Evaluasi
Pengertian Evaluasi pendidikan menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari
bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Evaluasi adalah suatu
proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan
(evaluation). Sesuatu yang dipertimbangkan itu berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau
sesuatu kesatuan tertentu. Evaluasi juga ditujukan untuk suatu proses member pertimbangan
mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan9. Evaluasi adalah proses mengambil
keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.
8
Ibid
9
Suryana, Y &,Irwantoro, N.. Kompetensi pedagogik(2016)
10
Ibid
9
B. Perkembangan siswa dalam memerapkan setiap aspek pengembangan dalam
pembelajaran
Pada setiap perkembangan kehidupan manusia, individu itu ditutntut untuk menguasai
kemampuan beperilaku yang menjadiciri bahwa perkembangan nya berhasil dan normal. Dari
waktu ke waktu kehidupan manusia terus berubah. Berawal dari dua sel dasar yaitu sel telur
dan sperma, suatu organisme tumbuh dan berkembang. Dua sel tersebut kemudian membelah
diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan tulang-tulang, syaraf, otot, usus, otak, dan
bagian-bagian organ tubuh lainnya. Setelah kurang lebih sembilan bulan lamanya dalam
kandungan ibu, organisme yang baru tumbuh tersebut akhirnya menjadi bayi manusia yang
sempurna dan siap lahir ke dunia dengan perangkat keterampilan hidup minimal yaitu
bernafas, menggerak-gerakkan tubuh, menangis, dan menyusu.
Perkembangan manusia sebagai mahluk sosial tentu tidak dapat lepas dari kehidupan
lingkungannya. Hal inilah yang menjadi salah satu dorongan perkembangan psikologis,
jasmani, inteligensi pada diri manusia. Sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, yang
awalnya adalah bersih ( fitrah ) maka lambat laun ia terkontaminasi dengan lingkungannya
sesuai dengan peran dan kemampuan panca inderanya. Dalam perkembangannya secara
psikologis mulai dari bayi menjadi anak-anak kemudian menjadi remaja dan akhirnya
menjadi dewasa11. Pada usia remaja inilah banyak sekali muncul problem kehidupan yang
dirasakan oleh remaja. Maka tentunya, remaja harus tahu benar-benar peran dan fungsinya
sebagai seorang remaja. Disinilah peran orang tua untuk melakukan bimbingannya dengan
sebaik-baiknya pula.
11
Khotijah, “Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak Usia Dini,” Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
2, no. 2 (2016): 25.
10
berhasil. Tanpa guru tidak mungkin akan terwujud generasi berkualitas12. Pendidikan
berkualitas akan terwujud jika pelaku pendidikannya berkualitas. Guru yang berkualias
adalah kuncinya. Mesti nya guru menguasai dua konsep dasar, yaitu pengajaran (pedagogi)
dan kepemimpinan (leadership).
Guru harus kreatif dan selalu mengupdate mindsetnya setiap saat karena setiap saat ada
perubahan, demikian pula situasi dan kondisi yang berbeda tentunya menuntut seorang guru
untuk lebih kreatif dan inovatif.Guru harus mengembangkan dirinya secara mandiri
(fardiyah) bukan karena hanya tuntutan, desakan dari pihak-pihak luar semisal pemerintah,
sekolahnya dimana ia mengajar tetapi mengembangkan diri adalah kebutuhan mendasar
seorang guru. Belajar mandiri adalah perwujudan dari harkat dan martabat seorang guru yang
tinggi di tengah masyarakat. Guru harus menjadi dirinya sendiri untuk mengabdi pada
pendidikan negeri ini13.
Pola Teaching Centered Learning harus mulai digeser dengan pola Student Centered
Learning. Guru harus mampu mengelola bukan menguasai kelas dengan baik. Guru adalah
dirigent atau komponis yang mendesain panggung kelasnya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan tipe kecerdasan peserta didik. Dalam hal ini seorang guru harus selalu belajar dan
belajar untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Bisajadi siswa lebih cerdas dari guru karena
sumber pembelajaran mudah didapatkan dimana saja dan kapan saja. Selain itu peran stake
holder juga sangat menentukan kinerja guru. Yang pertama kali dijadikan orientasi
pembangunan di Jepang adalah memikirkan gurunya, maka guru harus menjadi prioritas
utama. Namun, seorang guru tentu juga tidak semata mengejar duniawi saja tetapi menjadi
guru adalah panggilan jiwa sehingga rasa ikhlas mendidik generasi masa depan itu menjadi
prioritas utama dan menjadi tabungan amal sholih/amal jariyah yang akan dipetik kelak di
akhirat.
Desain kurikulum meiliki pengertian berarti pola (pattern) atau kerangka (framework)
atau organisasi structural yang dipakai dalam menyeleksi, merencanakan, dan memajukan
pengalaman- pengalaman pendidikan di sekolah. Desain berarti suatu proses perencanaan dan
seleksi faktor, aturan atau format dan teknik dalam menjalankan tujuan yang
mencakup pelaksanaan konsep dan objek serta cara untuk meraih tujuan yang ingin capai
12
Munif Chatif, Sekolahnya Manusia, II (Jakarta: Kaifa, 2012), 16.
13
Doni Koesuma A, Pendidikan Karakter : Di Zaman Keblinger (Jakarta: Grasindo, 2010), 58.
11
tersebut. Tujuan suatu desain, menurut charles reigeluth ialah perencanaan tentang cara yang
optimal dan tepat untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dalam arti global, desain
kurikulum dapat dikatakan sebagai beberapa dari hasil pemikiran para ahli yang mendalam
tentang hakikat pendidikan dan pembelajaran14. Menurut Fred Percival dan Henry Ellington
desain kurikulum adalah pola pengembangan dari proses perencanaan kemudian divalidasi
lalu di implementasikan dan diakhiri dengan evaluasi kurikulum, namun tidak akan berhenti
sampai evaluasi saja, karena jika evaluasi terbukti harus melaksanakan tindakan lain maka
pola seperti yang dijelaskan di awal dapat dilakukan kembali15.
Sedangkan menurut Smith dan Ragan (2003) pengertian desain lebih rinci yaitu suatu
proses yang sistematik serta reflektif dalam mengartikan prinsip belajar mengajar ke dalam
sebuah rancangan pembelajaran yang dapat mencakup materi instruksional dalam
kegiatan belajar dengan sumber-sumber belajar yang relevan dan diakhiri dengan evaluasi.
Berdasarkan beberapa definisi desain tersebut, tepat jika desain kurikulum sebagai suatu
bagian penting pendidikan, sebab desain merupakan suatu proses perencanaan dan
pengembangan kurikulum yang memuat konsep, yang bukan saja berdasarkan teori, tetapi
juga prinsip operasional desain, sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Artinya kita tidak mungkin bisa mengembangkan kurikulum tanpa
suatu Format desain yang memuat konsep dan bentuk kurikulum yang akan dikonstruksi.
Konstruksi itu melibatkan analisis tujuan, konteks dan konsep desain, susunan (organiasi)
urutan pengembangan komponen serta susunan Proses implementasi dan evalusasi
kurikulum. Desain kurikulum menjadi sangat penting karena sebelum suatu kurikulum
diterapkan harus melalui tahap desain kurikulum yang mana merupakan aspek yang amat
penting juga dari kurikulum planning karena secara umum dalam mendesain kurikulum harus
mempertimbangkan factor faktor penting yang saling terkait serta bagaimana hubungan antar
factor faktor tersebut dalam proses pengembangan kurikulum nantinya, dan juga merupakan
suatu metode yang akan menyeleksi organisasi pengalaman belajar yang dilaksanakan di
satuan pendidikan, dan menentukan kedudukan Dan fungsi guru, peserta didik dan elemen-
elemen lain yang terlibat dalam Perencanaan kurikulum. Selanjutnya Saylor dalam bukunya
Oemar Hamalik (2013:1994) menyebutkan ada delapan prinsip yang dapat dijadikan acuan
dalam mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut16:
14
M. Ansyar. Kurikulum: hakikat, fondasi, desain & pengembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
(2015).
15
Oemar, Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara 2013.
16
Ibid
12
a. Kurikulum harus dirancang untuk memudahkan, mendorong dan
engembangkanpengalaman belajar yang vital dari segala jenis engalaman
untuk mencapai hasil yangdiharapkan serta pencapaian prestasi belajar.
b. Kurikulum dirancang untuk memuat segala bentuk pengalaman belajar yang
bermakna untuk mewujudkan tujuan pendidikan, terkhusus bagi kelompok-
kelompok siswa yang belajar dalam bimbingan guru.
c. Kurikulum harus didesain sedemikian rupa untuk memberikan peluang bagi
pendidik untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam menentukan,
membimbing dan mengembangkan berbagai kegiatan di sekolah
d. Desain harus bisa memberikan guru ruang untuk menyesuaikan
pengalamansebelumnya dengan kebutuhan siswa, kapasitas dan tingkat
kematangan siswa
Dengan komponen inti tersebut, guru sejatinya dalam membuat RPP hanya
membutuhkan satu halaman saja. Tujuan RPP untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus pendidikan. Rencana
pembelajaran ini dapat berupa: Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal
sebagai RPP atau dalam bentuk modul ajar. Modul Ajar merupakan satu perangkat ajar yang
digunakan untuk merencanakan pembelajaran. Modul ajar sama seperti RPP, namun modul
13
ajar memiliki komponen lebih lengkap. Apabila pendidik menggunakan modul ajar, maka
tidak perlu membuat RPP. Sebab, komponen-komponen dalam modul ajar meliputi
komponen-komponen dalam RPP atau lebih lengkap ketimbang RPP. Rancangan RPP
Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan dengan RPP Kurikulum 2013 (K13). Apabila
RPP K13 tidak menampilkan profil belajar, RPP Merdeka belajar menampilkan profil siswa
sebagai latar belakang dalam menentukan pembelajaran yang sesuai dengan bakat, minat,
gaya belajar bahkan keadaan sehari-hari siswa. Setelah merancang RPP dengan menyusun
profil peserta didik, selanjutnya membuat RPP terdiri dari rangkaian tujuan belajar.
Menentukan tujuan belajar di awal akan membantu mengidentifikasi bukti apa saja yang
menunjukan peserta didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan.
Tujuan belajar membuat guru lebih mudah menentukan teknik asesmen yang sesuai
dengan materi pembelajaran. Pada dasarnya, merancang strategi penyusunan RPP dilakukan
dengan prinsip backward thinking atau backward design atau cara berpikir mundur yang
digunakan dalam merancang suatu desain. Dalam hal ini, berpikir mundur dilakukan dengan
merumuskan rangkaian kegiatan belajar mulai kegiatan sebelum hasil akhir (tujuan, bukti dan
asesmen) hingga kegiatan awal pembelajaran. Tugas guru bukan hanya mampu menyusun
RPP, namun harus memahami bagaimana anak bisa mandiri belajar. Konsep mandiri
terhadap proses belajarnya sendiri dijelaskan dalam konsep self regulated learning.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desain kurikulum merdeka meiliki pengertian berarti pola (pattern) atau kerangka
(framework) atau organisasi structural yang dipakai dalam menyeleksi, merencanakan, dan
memajukan pengalaman- pengalaman pendidikan di sekolah. Desain berarti suatu proses
perencanaan dan seleksi faktor, aturan atau format dan teknik dalam menjalankan
tujuan yang mencakup pelaksanaan konsep dan objek serta cara untuk meraih tujuan yang
ingin capai tersebut.
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, M. (2015). Kurikulum: hakikat, fondasi, desain & pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Khotijah. “Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak Usia Dini.” Elementary: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar 2, no. 2 (2016).
Suharsimi Arikunto. (2007). Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara.
16