Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

“Teknik Penilaian”

Oleh:

Paris Naofel Ramadhan ( 22129200)


Dosen Pembimbing:

Masniladevi,M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat kesehatan dan memberikan kelancaran sehinnga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Materi dalam makalah ini adalah “Teknik
Penilaian”, yang merupakan salah satu materi dari mata kuliah Pembelajaran
Matematika SD. Atas terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan


dan kekurangan yang menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini,
semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Padang, 27 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................4
C. Tujuan....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Penilaian........................................................5


B. Bentuk – Bentuk Teknik Penilaian..............................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................15
B. Saran......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian merupakan bagian penting dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa seringkali menjadi fokus utama, namun penilaian terhadap proses belajar juga
sangat penting. Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan menilai efektivitas dan efesiensi
kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program serta
pelaksanaannya. Penilaian proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian
integral dari proses kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, penilaian tidak terpisahkan dalam
penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran.

Penilaian terhadap proses pembelajaran selama ini sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Padahal pendidikan tidak
berorientasi pada hasil semata, tetapi juga pada proses. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil
belajar dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang dan jika memungkinkan dapat
dilaksanakan secara simultan. Objek dan sasaran penilaian proses dan hasil pembelajaran adalah
komponen-komponen sistem pembelajaran itu sendiri.

Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks
dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang
memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam
pemecahan. Penilaian autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-
macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.
Penilaian autentik adalah proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang keberhasilan belajar peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus
memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus mengajukan pertanyaan
kepada dirinya sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan
apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian apa yang akan dilakukan, misalnya berkaitan dengan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, apakah

3
penalaran, memori, atau proses. Model dalam penilaian selalu berkembang dan disempurnakan
seiring dengan perkembangan dan perubahan kurikulum yang berlaku. Maka dari itu, penilaian
dilaksanakan secara akurat dan sesuai dengan standar kurikulum.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Teknik penilaian?
2. Apa saja bentuk- bentuk Teknik penilaian?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Teknik penilaian
2. Mengetahui bentuk – bentuk Teknik penilaian

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teknik Penilaian
Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assesment), yaitu pengukuran
(measurement) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik
tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada
kegiatan untuk menentukan nilai (misalkan:paham-tidak paham, baik-buruk, atau tuntas-tidak
tuntas), sehingga ada unsure judgement. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi adalah hirarki.
Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu
perilaku, baik perilaku individu maupun lembaga.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dijelaskan bahwa


penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar pengumpulan data siswa, tetapi juga pengolahannya
untuk memperoleh gambaran proses dan hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar memberi
soal siswa kemudian selesai, tetapi guru harus menindaklanjutinya untuk kepentingan
pembelajaran.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 juga disebutkan bahwa penilaian hasil belajar
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:

a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.

5
d) Terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan

Objek penilaian yang dimaksudkan disini merujuk pada apa yang menjadi sasaran dari
penilaian pembelajaran matematika. Sampai saat ini pembelajaran matematika banyak yang lebih
menekankan pada penguasaan materi matematika dan aplikasinya untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan materi matematika. Situasi ini menyebabkan penilaian pembelajaran
matematika hanya berorientasi pada pengukuran domain yang dangkal dan sempit, tidak
menyasar kompetensi matematis yang lebih tinggi. Praktek ini berdampak tidak optimalnya hasil
belajar matematika.

Untuk memahami objek penilaian pembelajaran matematika, guru perlu memperhatikan


beberapa ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006
tentang standar isi disebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan berikut:

a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.

6
2. Bentuk Teknik Penilaian
Penilaian proses dan hasil belajar matematika siswa dapat dilakukan dengan teknik tes
dan non tes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar aspek kognitif. Teknik non tes dapat berupa
observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, angket, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik observasi atau
pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran
untuk mengumpulkan data tentang pemahaman siswa, sikap terhadap pelajaran, kemampuan
memecahkan masalah, kerjasama, kebutuhan bantuan dalam belajar, motivasi belajar, dan lain-
lain. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah
dan/atau proyek yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang penguasaan kompetensi
serta kecakapan/keterampilan tertentu. Teknik angket digunakan untuk menjaring informasi
berdasarkan pengakuan dan pendapat siswa melalui respon mereka terhadap
pernyataan/pertanyaan yang diajukan dalam angket.

Beragam teknik di atas memberikan alternatif yang dapat digunakan dalam penilaian
matematika. Tes tidak lagi harus diandalkan menjadi satu-satunya teknik penilaian dalam
pembelajaran matematika. Dominasi penggunaan tes dalam penilaian selama ini telah
menghilangkan peluang pemerolehan infomasi belajar matematika yang holistik dan mendalam.
Namun tidak berarti tes tidak boleh digunakan lagi. Sesuai dengan karakteristik dasar
matematika, tes tetap menjadi salah satu cara pengumpulan data belajar matematika siswa. Jika
tes digunakan, tes juga harus diarahkan pada penggalian informasi yang bervariasi dan
berorientasi tingkat berpikir yang lebih tinggi. Objek belajar matematika yang luas
membutuhkan tes yang lebih terbuka dan memberi kesempatan lebih luas bagi siswa
menunjukkan bagian kompetensi matematis yang sudah dan belum dikuasai.

Penilaian pembelajaran matematika memerlukan beragam teknik, antara lain: tes,


observasi, angket, atau wawancara. Instrumen penilaian pembelajaran matematika dapat berupa
tes, angket, kuesioner, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pemilihan teknik penilaian
disesuaikan dengan teknik penilaian yang digunakan

7
a. Penilaian Wawancara
Wawancara adalah teknik untuk mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan
peserta didik (face to face relation). Wawancara juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe
recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan lebih lengkap.

Sebelum melaksankan wawancara perlu dirancang pedoman-pedoman


wawancara.Pedoman-pedoman tersebut disusun dengan mnempuh langkah-langkah sebagai
berikut:

Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Setelah mengetahui


tujuannya,tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.

Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah
bentuk terbuka. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara.

Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:

a) Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik
b) Batasi waktu dalam wawancara mencatat semua hasil wawancara

Secara garis besar jenis wawancara dibedakan atas (1) wawancaraterencana dan (2)
wawancara insidental. Wawancara terencana dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan
informasi sesuai dengan tema yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk melakukan
wawancara terencana, pewawancara terlebih dahulu harus menyiapkan interview guide
(pedoman wawancara) dan menetukan narasumber atauinforman yang relevan. Narasumber yang
dimaksud adalah pihak yangdianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang terkait
dengan tema yang telah direncanakan. Sedangkan dalam wawancara incidental pewawancara
kurang memungkinkan untuk mempersiapkan ha-hal tersebut, mengingat obyek atau peristiwa
yang terjadi bersifat incidental atau tidak terencana. Kendati demikian, bukanlah berarti bahwa
pewawancara tidak memiliki pengetahuan mengenai cara atau aturan wawancara tertentu.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, wawancara sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :

1. Penentuan Informan

8
Sebelum melakukan wawancara, pastikan bahwa calon informan anda adalah orang yang
memiliki pengetahuan yang memadai tentang informasi-informasi yang anda butuhkan. Dengan
kata lain, informasi- informasi mengenai bidang tertentu tentu saja harus ditanyakan pada nara
sumber yang menguasai bidang tersebut. Misalnya, jika anda ingin mengetahui informasi tentang
harga obat-obatan yang beredar di pasaran, sebaiknya anda memilih petugas apotek sebagai
narasumber, bukan dokter. Kecerobohan dalam menentukan informan akan mempengaruhi
kualitas informasi yang akan anda sajikan.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara yang terencana sebaiknya dilengkapi dengan interview guide (pedoman


wawancara) dalam bentuk sejumlah daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Pedoman
wawancara sangat membantu pewawancara dalam menjaga arah atau topik wawancara (terutama
dalam wawancara yang mengandung pertanyaan-pertanyaan berstruktur). Di samping itu
pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya lebih menjamin kelengkapan
informasi. Sebaliknya, wawancara yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara
dapat menyebabkan wawancara menjadi tidak terarah bahkan menyimpang dari tema yang
semestinya. Akibatnya, substansi informasi yang disajikan menjadi kurang jelas dan lebih
banyak menyajikan informasi yang tidak relevan.

3. Lima ‘W’ dan Satu ‘H’

Informasi yang baik setidak-tidaknya harus memenuhi unsur- unsur 5W dan 1H, yaitu :

1. What (apa)

2. Who (siapa)

3. Where (di mana)

4. Why (mengapa),

5. When (kapan), dan

6. How (bagaimana)

Informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan (melalui media cetak) atau tuturan (radio)
menuntut penjabaran masing-masing unsur di atas secara lebih rinci ke dalam sejumlah variabel

9
yang lebih spesifik (berbicara banyak tentang hal yang kecil). Misalnya, unsur “who” dapat
dijabarkan ke dalam sejumlah variabel : nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, jumlah anak, pendidikan, profesi, tinggi badan, berat badan, hobi, obsesi, makanan
pavorit, dan sejumlah ciri-ciri lain yang melekat pada sesorang.

Sementara pada media elektronik yang bersifat audio visual (misalnya televisi) informasi dapat
disajikan dalam bentuk narasi yang menuturkan garis besar suatu obyek atau peristiwa,
selebihnya dilengkapi dengan penayangan secara visual (berbicara sediki tentanghal yang besar)
(bedakan penyampaian informasi dalam bentuk siaranlangsung pertandingan sepakbola melalui
media radio dan televisi).

4. Alat Bantu

Untuk keperluan wawancara, pewawancara hendaknyamelengkapi dirinya dengan alat bantu


berupa catatan wawancara dan atau alat perekam suara (tape recorder). Selanjutnya bahan-baha
informasi baik berupa catatan maupun rekaman diolah dan dikemassedemikian rupa dalam
bentuk sajian informasi yang siap dipublikasi.

b. Penilaian Observasi
Observasi adalah proses sitematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek dan
kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek. proses
tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut.

Observasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan proses penyelidikan untuk
mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakkan diagnosis psikologis,
yang didalamnya terdapat proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu
memahami dan mendiagnosis variabel psikologis. Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi
klinis, walaupun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.

Menurut Webb dkk (1966) dan Dezin (1970) hal-hal yang perlu diobservasi meliputi:
exterior physical signs (pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, perhiasan, dll), expressive movement
(gerak-gerakan tubuh seperti gerakan mata, awajah, postur, lengan, senyum, kerutan dahi, dll),

10
physical location (personal space dan lingkungan fisik), language behavior (menyilangkan kaki,
dll), dan time duration.

Observasi memungkinkan mengukur perilaku yang tidak dapat diukur dengan alat ukur
psikologis lain (biasanya pada anak-anak). Prosedur formal ditanggapi tidak serius, sifatnya lebih
tidak mengancam (pada anak lebih akurat), berbeda jika pada orang dewasa. Observasii juga
memungkinkan peneliti/pewawancara memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan
secara terbuka dengan wawancara.

Observasi merupakan salah satu metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena
dalam setiap aktivitas psikologi ada kegiatan observasi. Semua bentuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif mengandung aspek observasi. Observasi dapat berlangung dalam konteks
laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah.

Jenis-Jenis Observasi
1) Observasi sistematik

Disebut juga observasi terstruktur, ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus
dari setiap faktor yang diamati. Sistematik disini maksudnya lebih menekankan pada segi
frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya sertiap 10 menit)

Hal yang perlu diperhatikan:

a) Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus.

b) Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin
dikuantifikasikan.

c) Dapat menggunakan one way screen.

2) Observasi eksperimental

Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian


rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan
untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi situasi.

Ciri penting:

11
a) Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda.

b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku.

c) Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud

observasi.

3) Observasi partisipan

Observer turut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi,


umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi
sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik, penjara, dll.

Perlu diperhatikan:

a) Materi observasi disesuaikan dgn tujuan observasi.

b) Waktu dan bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dgn kata kunci. Kronologis –
sistematis.

c) Hubungan : mencegah kecurigaan, pendekataan yg baik dan menjaga situasi tetap


wajar.

d) Kedalaman partisipasi tergantung pd tujuan dan situasi.

4) Observasi formal

Jenis observasi ini mempunyai sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk
penelitian. perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati, menyusun data, melatih observer dan
menjaga reliabilitas antar rater, pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang
sohisticated.

5) Observasi informal

Observasi jenis ini mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat
terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih
mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan. Observasi informal sering
disebut juga dengan naturalistic observation.

12
Etika dalam Observasi
1) Privasi subjek

2) Keamanan subjek

3) Persetujuan subjek

4) Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan.

5) Proses diseminasi informasi kepada para professional dan komunitas ilmuwan.

6) Pencegahan kecurangan dan penipuan terhadap subjek kelompok atau masyarakat.

7) Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negative.

Pertimbangan diatas diterapkan pada subjek dalam tahap penelitian yaitu rancangan

penelitian, proses di lapangan, dan penulisan publikasi.

Tahapan-tahapan dalam Observasi


1) Menentukan tujuan

2) Menemukan sasaran

3) Menemukan ruang lingkup

4) Menemukan tempat dan waktu

5) Mempersiapkan perlengkapan yag dibutuhkan

6) Mulai mengadakan observasi

7) Mengadakan pencatatan data

8) Menyusun laporan

c. Penilaian Portofolio

Portofolio adalah kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu
penilaian. portofolio berasal dari Bahasa Inggris " portfolio" yang berarti dokumen atau surat-
surat. Penilaian portofolio (portfolio assessment) adalah salah satu bentuk ,,performance
ossessment". Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya peserta didik

13
yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model
penilaian yang bertuiuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan
merefleksi suatu pekerjaan/tugas, melalui pengumpulan (collection) hasil karya peserta didik
yang sistematis dalam satu periode. Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assessmenr)
adalah dokumen atau data hasil pekerjaan peserta didik, baik berupa pekerjaan rumah, tugas, atau
tes tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan
kemampuan peserta didik. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam mening-

katkan kualitas proses pembelaiaran.

d. Penilaian tes secara sederhana


Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan- pernyataan yang harus ditanggapi/dipilih, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh peserta tes, dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu peserta tes. Istilah tes
berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu “testum” yaitu piring untuk menyisihkan logam mulia
dari material lain seperti pasir, tanah, batu dan sebagainya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik penilaian adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai kemampuan
siswa dalam memahami dan menerapkan materi pelajaran. Teknik penilaian dapat berupa
tes, ujian, tugas, proyek, dan sebagainya. Tujuan dari teknik penilaian adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan untuk
mengetahui apakah siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pencarian saya, teknik penilaian dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk, seperti tes, uji coba perilaku, dan pemantauan sikap. Tes adalah suatu bentuk
teknik penilaian yang memerlukan respon atau tanggapan dari siswa terhadap
sekumpulan pertanyaan atau pernyataan. Uji coba perilaku adalah suatu bentuk teknik
penilaian yang menguji perilaku atau aktivitas siswa. Pemantauan sikap adalah suatu
bentuk teknik penilaian yang mengamati sikap siswa terhadap materi pelajaran.
Dalam teknik penilaian, penting untuk memperhatikan kualitas tes yang
digunakan. Tes yang baik harus memiliki kualitas kebenaran dan jaminan lewat
sekumpulan tes, maupun kualitas kerumitan dan variasi level atas. Selain itu, teknik
penilaian juga harus memperhatikan kepentingan siswa, seperti memberikan kesempatan
bagi siswa untuk membenahi hasil belajarnya dan merespon serta menyelesaikan
permasalahan.
B. Saran
Saya mengakui bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dalam cakupan materi, maupun dalam segi penulisan. Oleh karena itu, mohon saran dan
kritik dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fadhallah, R. A. (2021). Wawancara. Unj Press.

Hafidhoh, N., & Rifa’i, M. R. (2021). Karakteristik penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013
di MI. Awwaliyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), 10-16.

Hasanah, Hasyim. 2016. TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI. Jurnal at-Taqaddum, Volume 8,


Nomor 1, Juli 2016.

Pujaastawa, I. B. G. (2016). Teknik wawancara dan observasi untuk pengumpulan bahan


informasi. Universitas Udayana, 4.

Sudijono Anas, 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana nana, 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

16

Anda mungkin juga menyukai