MATEMATIKA
Dosen Pengampu :
Oleh :
Dinda Anggraini
200108110049
2020
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmad,
taufiq, serta hidayah-Nya. Tak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi
Muhammas SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak.serta keluarga dan semua teman-teman
saya sehingga saya daapat menyelesaikan makalh ini secara tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu yang
diampu oleh Bpk. Taufiq Satria Mukti M.Pd. Adapun selain itu, penulisan makalh ini
bertujuan untuk memahami “Filsafat Konstruktivesme dalam Pembelajaran Matematika”.
Tiada gading yang tak retak, Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Sehingga, kritik dan aran pembaca diperlukan dalam penyempurnaan makalah ini.
Sekian kata pengantar ini saya buat. Saya mohon maaf atas kekurangan yang ada.
Sekian dari say, semoga bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..II
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….III
A. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1-2
B. PERMASALAHAN………………………………………………………………..2-3
C. TUJUAN……………………………………………………………………………3
D. TINJAUAN TEORI………………………………………………………………..3-4
E. PEMBAHASAN……………………………………………………………………4-5
F. KESIMPULAN…………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..7
A. PENDAHULUAN
1
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si, “Pendidikan Matematika Realistik Dan Implementasinya.” 1
Dalam hal ini, penerapan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa (SCL)
akan berdampak efektif. SCL (Student Centred Leanring) ini berasal dari teori
kontruktivis dimana siswa mengostruksi pengetahuan, ia tidak menjadi penerima
pasif. Didalam kelas mereka dituntut utuk memikirkan apa yang dipresentasikan,
mengeksplore lebih lanjut konsep-kpnsep, serta bejerja sama baik degan guru
ataupun siswa lain.
Reformasi pendidikan matematika dengan teori belajar kontruktivisme
merupakan cara untuk merubah cara pandang matematika sebagai ilmu yang sulit.
Copes menyatakan bahwa para matematikawan menemukan masalh,
menyelesaikannya, dan menganalisis permasalahannya2 . Dalam penerapan di
lingkunang kelas siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, mampu
menyelesaikan proyek yang dinerikan, dan bekerja sama dalam membangun
pengetahuan tentang matematika. Dalam hal ini matematika bukan hanya sebatas
hafalan tetapi pemahaman pada diri siswa sehingga ia dapat mengaplikasikan teori
matematika dalam kehidupannya.
B. PERMASALAHAN
2
R.H, Bruning, G.J, Scraw, M.M, Norby, . “. Cognitive Psychologi and Instruction (Fith Eds).”
2
dari murid. Sehingga guru mengetahui capaian murid dalam belajarnya, Teori
mengajar yang guru terapkan merupakan salah masalah dalam ketidak sampainya
materi pada murid.
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang filsafat ilmu pendidikan terkhusus
matematika.
2. Mengetahui dan memahami pentingnya mengubah teori pembelaran.
3. Dapat menentukan teori pembelajaran yang sesuai.
4. Dapat mengaplikasikan teori pembelajaran yang sesuai dengan filsafat pendidikan
matematika.
D. TINJAUAN TEORI
a. Filsafat Kostrutuvisme
Konstruktivisme merupakan filsafat atau aliran dalam pendidikan yang
perpandangan bahwa siswa mengkreasi pengetahuannya melaui interaksi
dengan lingkungannya termasuk interaksi dengan siswa lain. Konstruktivis
berpandangan bahwa pengalaman dan lingkungan berperan bagi siswa dalam
belajar, dan bahwa bahasa merupakan kunci akusisi pengetahuan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Zain menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika konstruktif membantu siswa menerima kenyataan bahwa
matematika merupakan bagian dari kehidupannya baik di sekolah maupun di
luar sekolah, lebih cepat memahami konten, membangun keterampilan belajar,
membangun kreatifitas, kerjasama, berfikir kritis, kemandirian dan percaya
diri.3
b. Filsafat Matematika
Matematika adalah ilmu yang kebenarannya mutlak, tidak dapat
direvisi karena didasarkan pada deduksi murni yang merupakan kesatuan
sistem dalam pembuktian matematika. Sistem deduksi itu menjelaskan bahwa
dalam pembuktikan mateamtika, suatu proposisi dinyatakan bernilai benar
apabila aksioma atau postulat yang mendasarinya juga benar. Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah.
3
S. F. H. S, Zain , F. E. M, Rasidi, I.I.Z, Abidin, “Student-Centred Learning In Mathematics – Constructivism In
The Classroom.” 3
Pelajaran matematika tidak melulu tetang angka, tetapi jauh lebih dalam dari
itu (Puspaningtyas, 2019).4
Van Den Heuvel dalam Maskar (2018) berpendapat bahwa
pembelajaran matematika harus terhubung dengan realitas, terdapat pada
kehidupan sehari-hari dan dekat anak-anak serta relevan dengan nilai yang
terdapat pada masyarakat. Pemodelan matematika tidak dapat menangani
masalah yang berubah secara tiba-tiba, oleh karena itu pendekatan matematika
pada dunia nyata cenderung bersifat kasar
c. PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran
adalah kegiatan terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
E. PEMBAHASAN
4
Puspaningtyas, N.D, “Puspaningtyas, N. D. (2019). Berpikir Lateral Siswa SD Dalam Pembelajaran Matematika.
Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1), 25-30.” 4
kontruktivisme ini memposisikan siswa kontak dengan lingkungan, interaksi antara
siswa satu dengan yang lain dengan guru memberi pertanyaan-pertanyaan, siswa
mencari sumber dan merancang penyelesaian masalah. Belajar paling baik terjadi
ketika siswa dapat menghubungkan apa yang dia pelajari di kelas dengan lingkungan
dan mengkreasi makna dari pengalaman yang berbeda. Berfikir kreatif (creative
thinking) terjadi saat siswa harus mengakomodasi
pemikiran orang lain dan menerima cara berfikir lain. Sehingga, selama proses
pembelajaran siswa tidak cenderung menerima semua apa yang dikasih oleh pendidik
tapi mereka lebih berpikir kritis terhadap materi itu. Seperti : menculnya pertanyaan
pada dirinya.
Matematika adalah ilmu kebenaran mtlah. Dan kebenaran itu di dapat dengan
pembuktian. Dalam hal ini, ketika kita mempelajari matematika, antar matematika
dengan filsafat memiliki kketerkaitan satu sama lain. Tentunya kita tidak asing pada
epistimologi, ontology. Ada hubugan antara filsafat dan matematika :5
4. Logical Structure Struktur logika yang melingkupi kesatuan struktur logis. Dalam
hal ini haru disajikan sebuah kesimpulan yang logis dalam penulisan pengetahuan
matematika.
5
Lily Parnabhhakti1 and , Marchamah Ulfa2, “PERKEMBANGAN MATEMATIKA DALAM FILSAFAT DAN ALIRAN
FORMALISME YANG TERKANDUNG DALAM FILSAFAT MATEMATIKA.” 5
teknik teknik dalam statistik. Semakin hari ini akan semakin rumit menimbang
banyaknya faktor penyebab lain yang berkembang juga. Bagaimana perkembangan
manusia secara etis dan penerapan matematika di dalamnya, ini yang menjadi
permasalahan filsafat matematika secara estetis
F. KESIMPULAN
Matematika dan filsafat sama-sama mempunyai daya tarik yang kuat. Ilmu
matematika banyak menginspirasi filusuf Yunani untuk mendeskripsikan pemikiran
filsafat. Hubungan yang erat antara matematika dan filsafat menurunkan ilmu
pengetahuan baru. Dengan menggabungkan dengan pembelajaran kontruktivisme
matematika akan menarik bagi siswa. Karena kontruktivisme merupakan gaya
pembelajaran para ilmuan. Dari pembahasan tersebu matematika dapat dipahami
dengan mudah dengan 5 hal ini:
1. Epistimologi matematika
2. Ontology matematika
3. Metodologi matematika
4. logical structure
5. implikasi etis
6
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si. “Pendidikan Matematika Realistik Dan
Implementasinya.,” 2005th ed. banyuwangi: tulip, n.d.
R.H, Bruning, G.J, Scraw, M.M, Norby. . “. Cognitive Psychologi and Instruction (Fith
Eds),” 2011th ed. Boston: Pearson Education, n.d.