Anda di halaman 1dari 10

Akademia Vol. 21 No.

3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN


INDUKTIF – DEDUKTIF

Oleh :
Sadiana Lase, S.Pd., M.Pd.
Dosen IKIP Gunung Sitoli

Abstract

This study aims to find out mathematics learning with more inductive-deductive
approach. The method used in this study is the experimental method, because in this
peneiitian is given a treatment to determine the relationship between the treatment with
aspects to be measured. In this case, the treatment is an inductive-deductive approach. The
aspect that is measured is the understanding of student concepts. In this research.
Researchers divide the study sample into two groups. One class as an experimental group
obtains learning with an inductive-deductive approach as a treatment, and a class as a
control group that obtains learning as usual as treatment. The results showed that there was a
significant improvement toward students' understanding of mathematics learning with
inductive-deductive approach. Improved understanding of students 'mathematical concepts
using inductive-deductive approaches is better and more significant than understanding
students' mathematical concepts using conventional learning.

Keywords: Mathematics Learning, Inductive - Deductive

1. PENDAHULUAN matematika sendiri memiliki kontribusi


1.1. Latar Belakang bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Menurut Santosa (2001: lainnya dan perkembangan teknologi.
29): Menyatakan bahwa kemajuan yang Adalah hal yang mengkhawatirkan apabila
dicapai oleh negara-negara besar, hingga matematika sebagai bekal kebutuhan
bisa mendominasi dalam berbagai bidang jangka panjang dan sebagai salah satu
seperti sekarang ini, ternyata 60%-80% faktor yang signifikan dalam membangun
menggantungkan kepada matematika. Hal suatu negara tidak dimiliki oleh
tersebut menunjukkan kontribusi besar individunya. Dengan demikian dasar
matematika terhadap kehidupan manusia, matematika sebagai bekal kebutuhan harus
setidaknya seperti yang dialami negara- dipersiapkan sejak dini.
negara besar tersebut. Tidak dapat dipungkiri, adanya
Sejalan dengan penuturan di atas, pendidikan matematika di sekolah-sekolah
Dreeben (2001): Mengungkapkan bahwa adalah untuk mempersiapkan para ahli,
matematika diajarkan di sekolah dalam pemikir, penemu. Dalam bukunya Hamzah
rangka memenuhi kebutuhan jangka (2001): Menegaskan untuk menjadi ahli
panjang (long-term functional needs)bagi setidaknya para siswa memahami benar
siswa dan masyarakat. Hal ini berarti, konsep-konsep yang ada. Sehingga tentu
bahwa seseorang harus mempunyai saja sistem pendidikan, dalam hal ini
kesempatan yang banyak untuk belajar pembelajaran matematika di lapangan
matematika, kapan dan di mana saja sesuai harus digarap secara serius dan tepat.
dengan kebutuhan akan matematikanya Di lain pihak, sejumiah perubahan
sendiri. yang tercakup di dalam kurikulum
Sebagaimana negara-negara maju, pembelajaran, terutama matematika
Indonesia sebagai negara berkembang pun menyentuh beberapa aspek mendasar yang
memerlukan matematika, karena tidak mudah dipahami serta

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 70


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

diimplementasikan di lapangan, sehinggga Catatan penting yang diperoleh di


menuntut upaya antisipasi dari berbagai lapangan menurut Wahyudin (1999: 222):
pihak (Suryadi, 2005). Hal tersebut tidak Adalah tentang beberapa kelemahan yang
jarang membuat pihak terkait, terutama terdapat pada siswa, khususnya yang
guru sebagai pihak yang langsung terdapat pada siswa SMP dan SMA antara
bersentuhan dengan pembelajaran dan lain: kurang memiliki penguasaan terhadap
siswa di lapangan tidak mudah untuk materi prasyarat, pemahaman terhadap
melakukan pengembangan pembelajaran konsep-konsep dasar matematika.
secara konsisten dari yang telah biasa rnenyimak dan memahami sebuah
dilakukan. Sehingga dominasi guru masih persoalan mengenai pokok bahasan
terjadi dalam proses aktivitas kelas, tertentu, dan kemampuan memberikan
latihan-latihan yang diberikan lebih banyak argumentasi dari setiap jawaban yang
bersifat rutin, situasi pasifnya siswa masih diberikan. Jika demikian, maka kelemahan
dominan daripada situasi aktif. yang dimiliki siswa merupakan kelemahan
Sementara menurut Dahlan (2004: yang mendasar.
6): Pengetahuan tidak diterima secara Matematika merupakan suatu ilmu
pasif. Pengetahuan diperoleh melalui yang berhubungan atau menelaah bentuk-
aktivitas aktif dalam menelaah hubungan, bentuk atau struktur-struktur yang abstrak
pola, dan membuat generalisasi yang dan hubungan di antara hal-hal itu. Untuk
terpadu dalam pengetahuan baru yang dapat memahami struktur-struktur serta
diperoleh siswa dan belajar adalah hubungan-hubungan itu tentu saja
aktivitas sosial yang terjadi dari interaksi diperlukan pemahaman tentang konsep-
siswa dengan guru dan siswa dengan konsep yang terdapat dalam matematika
teman-temannya. Hal ini dikuatkan oleh itu. Dengan demikian, belajar matematika
Hamzah (2001): Bahwa siswa harus aktif berarti belajar tentang konsep-konsep dan
secara mental membangun struktur struktur-struktur yang terdapat dalam
pengetahuannya berdasarkan kematangan bahasan yang dipelajari serta mencari
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata hubungan antara konsep-konsep dan
lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol- struktur-struktur tersebut (Hudoyo, 2001).
botol kecil yang siap diisi dengan berbagai Struktur-struktur yang abstrak bisa
ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak menjadi salah satu faktor penyebab
guru. konsep-konsep matematika sulit untuk
Bila pembelajaran matematika dipahami dan dikomunikasikan. Bagi
tidak mengalami banyak perubahan. sebagian besar siswa, terutama siswa
maksudnya pembelajaran matematika dengan minat dan bakat yang kurang
masih bersifat pasif dan tidak melibatkan terhadap matematika hal tersebut menjadi
siswa dalam suatu aktivitas sosial, maka daftar tambahan dari alasan mengapa
siswa hanya akan mampu menerima matematika itu kurang disenangi dan
pengetahuan sebatas apa yang guru dikatakan sulit. Hal tersebut dapat
sampaikan di muka kelas, sementara menghambat tujuan pembelajaran sendiri.
potensi kognisi siswa belum dapat terasah Jika siswa sudah merasa tidak senang dan
dengan baik. Hal itu dapat mengakibatkan sulit, bukan tidak mungkin kemauan untuk
siswa belum sampai pada pemahaman memahami matematika akan berkurang.
yang sebenarnya. Padahal kita tahu bahwa Namun demikian, seiring dengan
siswa sendiri mempunyai potensi dasar perkembangan teori belajar, struktur dan
untuk membangun struktur kognisinya. hal konsep matematika dapat disajikan
itu berarti siswa sesungguhnya mampu sedemikian rupa sehingga dapat diserap
membuat struktur konsep yang akan lebih sesuai dengan perkembangan kognitif
mudah dipahami menurut dirinya sendiri. siswa. Hal ini berarti terdapat faktor
penting lain yang dapat memperlancar atau

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 71


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

menghambat transformasi pengetahuan yang diberikan adalah pembelajaran


kepada siswa, dalam hal ini adalah proses dengan pendekatan induktif-deduktif.
belajar. Aspek yang diukur adalah pemahaman
Menurut Hudoyo (2001: 135): Agar konsep siswa.
supaya proses belajar matematika terjadi, Dalam penelitian ini. peneliti
bahasan matematika seyogyanya tidak membagi sampel penelitian ke dalam dua
disajikan dalam bentuk yang sudah kelompok. Satu kelas sebagai kelompok
tersusun secara final, melainkan siswa eksperimen yang memperoleh
dapat terlibat aktif di dalam menemukan pembelajaran dengan pendekatan induktif-
konsep-konsep, struktur-struktur, sampai deduktif sebagai perlakuan, dan satu kelas
kepada teorema atau rumus-rumus. sebagai kelompok kontrol yang
Keterlibatan siswa ini dapat terjadi bila memperoleh pembelajaran seperti biasa
bahan yang disusun itu bermakna bagi sebagai perlakuan. Kedua kelompok
siswa, sehingga terjadinya interaksi antara diberikan pretes dan postes.
guru dan siswa menjadi efektif. Populasi peneiitian ini adalah
Salah satu pendekatan yang seluruh siswa SMA Negeri 1 Gunung
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan di Sitoli. Sampel diambil dengan
atas adalah pendekatan induktif-deduktif. menggunakan teknik acak sederhana pada
Pendekatan induktif-deduktif didasari pada kelas. Dari beberapa kelas pada kelas VIII
teori belajar konstruktivisme dan teori diambil dua kelas secara acak, dari dua
Bruner. Pada pembelajaran yang kelas tersebut dipilih secara acak satu kelas
berlandaskan konstruktivisme ini menuru sebagai kelas eksperimen dan satu kelas
Mulyana (2005: 25): Terdapat perhatian sebagai kelas kontrol.
pada hal-hal berikut: 1) mengakui adanya Instrumen yang digunakan dalam
konsepsi awal yang telah dimiliki siswa penelitian ini berbentuk non-tes dan tes.
sebelumnya; 2) menekankan pada Instrumen non-tes adalah jumal harian
kemampuan minds on dan hands-on; 3) siswa. lembar observasi, sedangkan
mengakui bahwa dalam proses instrumen tes adalah tes pemahaman
pembelajaran terjadi perubahan konseptual konsep (pretes dan postes).
secara horizontal dan vertical; 4) mengakui
bahwa pengetahuan tidak didapat secara 2. URAIAN TEORITIS
pasif; 5) mengutamakan terjadinya 2.1. Hakikat Matematika
interaksi sosial. Sementara inti dari teori Ruseffendi (1988: 157):
Bruner, bahwa materi pelajaran tidak Menyatakan bahwa matematika adalah
disajikan secara final, tetapi siswa dituntut ilmu seni kreatif. Oleh karena itu,
aktif untuk memahami konsep yang ada matematika harus dipelajari dan diajarkan
sehingga melalui aktivitas mental dapat sebagai ilmu seni. Agak berbeda dengan
diperoleh konsep yang berikutnya. pendapat Dienes, Ernest (2001): Melihat
matematika sebagai suatu konstruktivisme
1.2. Tujuan Penelitian sosial yang memenuhi tiga premis sebagai
Penelitian ini bertujuan untuk berikut: (i) The basis of mathematical
mengetahui pembelajaran matematika knowledge is linguistic language,
dengan pendekatan induktif-deduktif conventions and rules, and language is a
lebih. social constructions; (ii) Interpersonal
social processes are required to turn an
1.3. Metode Penelitian
individual's subjective mathematical
Metode yang digunakan dalam
knowledge, after publication, into accepted
penelitian ini adalah metode eksperimen,
objective mathematical knowledge; and
sebab dalam peneiitian ini diberikan suatu
perlakuan untuk mengetahui hubungan (Hi) Objectivity itself will be understood to
antara perlakuan tersebut dengan aspek be social.
yang akan diukur. Dalam hal ini, perlakuan

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 72


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

Reys. dkk. (dalam Tim MKPBM Dalam Kamus Besar Bahasa


Jurusan Pendidikan Matematika, 2001: 9) Indonesia (KBBI), "pemahaman" berasal
menyatakan bahwa matematika adalah dari kata "paham" yang berarti mengerti
telaah tentang pola dan hubungan, suatu benar akan sesuatu, tahu benar.
jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu Pemahaman diartikan sebagai proses, cara,
bahasa, dan suatu alat. Berbagai pendapat perbuatan memahami atau memahamkan.
tentang matematika tidak terlepas dari sifat Sedangkan konsep mempunyai pengertian
matematika yang abstrak dan ilmu gambaran mental dari obyek, proses, atau
deduktif. apapun yang ada di luar bahasa yang
Dari pemaparan diatas, terdapat digunakan oleh akal budi, untuk
beragam pendapat dari para ahli tentang memahami hal-hal lain. Jadi pemahaman
definisi matematika. Pemaparan yang konsep adalah suatu tingkat kemampuan
berbeda dapat disebabkan karena sudut menangkap pengertian akan gambaran
pandang yang digunakan oleh setiap tokoh mental dari obyek, proses, atau apapun
berbeda pula. Namun, setidaknya untuk memahami suatu hal.
pemaparan tersebut dapat memberikan Bloom menuturkan (2003: 23)
gambaran kepada kita tentang hakikat bahwa pemahaman adalah kemampuan
matematika. menangkap pengertian seperti mampu
Berdasarkan uraian yang telah mengungkapkan suatu materi yang
dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa disajikan dalam bentuk yang dapat
matematika merupakan telaah pola dan dipahami, mampu memberikan interpretasi
hubungan, maksudnya pola dan hubungan dan mampu mengklasifikasikannya.
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Sementara Michener (1987: 22):
Matematika juga merupakan pola berpikir, Menuturkan bahwa untuk memahami suatu
dimana matematika tidak terlepas dari obyek secara mendalam, seseorang harus
aturan yang ajeg dan logis. Matematika mengetahui: 1) obyek itu sendiri, 2)
merupakan bahasa dan seni, dimana bahasa relasinya dengan obyek lain yang sejenis,
matematika diekspresikan dalam bentuk 3) relasinya dengan obyek lain yang tidak
simbol-simbol. Hakikat lain yang sangat sejenis, 4) relasi dual dengan obyek lain
terkait dengan matematika adalah yang sejenis, dan 5) relasi dengan obyek
matematika merupakan konstruksi sosial, dalam teori lainnya.
dimana dasar dari pengetahuan matematika Sementara itu Skemp (1987: 23):
adalah keterampilan bahasa. Matematika Membagi pemahaman ke dalam dua
sebagai konstruksi sosial mengarahkan kategori, yaitu: pemahaman instrumental,
individu untuk memahami lingkungan merupakan pemahaman atas konsep yang
sosialnya. saling terpisah dan hanya hafal rumus
dalam perhitungan sederhana; dan
2.2. Pemahaman Konsep pemahaman relasional, di mana termuat
Sebagaimana yang telah suatu skema atau struktur yang dapat
dikemukakan sebelumnya, belajar digunakan pada penyelesaian masalah
matematika itu memerlukan pemahaman yang lebih luas.
konsep-konsep, konsep-konsep ini akan Menurut Hudoyo (2001: 136):
melahirkan teorema atau rumus. Dengan Suatu konsep matematika adalah suatu ide
memahami konsep, maka siswa akan dapat abstrak yang memungkinkan kita
berfikir kritis, logis, bahkan kreatif, dan mengklasifikasikan obyek-obyek atau
dapat mengaplikasikannya pada berbagai peristiwa-peristiwa serta
situasi. Seperti yang dikatakan oleh mengklasifikasikan apakah obyek-obyek
Hidayat (2003: 22): Bahwa kunci atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau
kesuksesan siswa adalah mampu tidak termasuk ke dalam ide abstrak
memahami konsep, hukum, teori, dan tersebut. Hal ini berarti sebelum konsep
algoritma (prosedur). formal diperoleh siswa, siswa dapat

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 73


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

melihat konsep tersebut melalui fenomena Mengenai hal di atas, Chapman


kasar (fisik) yang dapat dilihat atau (dalam Utari, 1987: 35) menuturkan bahwa
diamati. pada dasarnya berfikir induktif tidak
Dari beberapa penuturan tentang mengurangi kemampuan deduksi
pemahaman dan konsep, dapat ditarik seseorang. Karena meskipun hampir
suatu pengertian tentang pemahaman sebagian besar semula orang berfikir
konsep. yaitu suatu tingkat kemampuan induktif, begitu data ditemukan, mereka
untuk menangkap pengertian atau ide cenderung segera mengungkapkannya
abstrak dari obyek-obyek atau peristiwa- dalam bentuk yang deduktif. Sejalan
peristiwa sehingga mampu melakukan dengan itu Utari (1987: 35): Menegaskan
penafsiran, menjelaskan, melakukan bahwa dalam pengembangan matematika,
pengklasifikasian dalam bentuk yang induksi dan deduksi merupakan kegiatan
paling dimengerti menurut pengetahuan yang saling melengkapi.
yang diperoleh siswa, mengaitkan dengan Salah satu teori atau pandangan
konsep lain, bahkan hingga menemukan yang sangat terkenal berkaitan dengan
konsep lainnya. teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental Piaget. Teori ini
2.3. Pendekatan Induktif-Deduktif biasa juga disebut teori perkembangan
dalam Pembelajaran Matematika intelektual atau teori perkembangan
Ketika orang akan mengerjakan kognitif. Teori yang dikembangkan oleh
sesuatu, maka orang tersebut mestinya Piaget berkenaan dengan kesiapan anak
menetapkan sasaran yang hendak dicapai. untuk belajar yang dikemas dalam tahap-
Untuk mencapai sasaran itu seseorang tahap perkembangan intelektual anak dari
memilih pendekatan yang tepat sehingga lahir hingga dewasa. Setiap tahapannya
diperoleh hasil yang optimal, berhasil guna memiliki karakteristik tertentu dalam
dan tepat guna. Sejalan dengan hal tersebut mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
makna pendekatan adalah cara yang Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai
ditempuh guru dalam pelaksanaan konstruktivis pertama (1989: 159):
pembelajaran agar konsep yang disajikan Menegaskan bahwa pengetahuan tersebut
bisa beradaptasi dengan siswa. dibangun dalam pikiran anak melalm
Pendekatan induktif-deduktif asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
adalah pendekatan yang memadukan proses mengabsorbsi pengalaman-
proses berfikir induktif dengan deduktif. pengalaman baru ke dalam skema yang
Suherman (2002: 5): Menyatakan bahwa sudah dimiliki. Sedangkan akomodasi
penyajian bahan pelajaran dari contoh- adalah proses mengabsobrsi pengalaman-
contoh yang bersifat khusus, kemudian pengalaman baru dengan jalan
siswa dituntun untuk membuat kesimpulan mengadakan modifikasi skema yang ada
disebut pendekatan induktif. Sebaliknya, atau bahkan membentuk pengalaman yang
dari suatu aturan (definisi, teorema) yang benar-benar baru (Hudoyo, 2001: 67).
bersifat umum dilanjutkan dengan contoh Pengertian lain tentang asimilasi seperti
disebut pendekatan deduktif. dikemukakan oleh Labinowicz (1980: 36):
Walaupun matematika itu In the process of assimilation-
menggunakan penalaran deduktif, proses incorporating our perceptions of new
kreatif penemuan konsep-konsep baru juga experiences into our existing framework-
terjadi kadang-kadang menggunakan we resist change even to the extent that our
penalaran induktif, intuisi, bahkan dengan perceptions may be "bent" to fit the
coba-coba (trial and error). Namun pada existing framework.
akhirnya penemuan dari proses tersebut Suparno (2001): Mengemukakan
harus diorganisasikan dengan pembuktian pengertian akomodasi, yaitu proses mental
secara deduktif (Hudoyo, 2001: 48). yang meliputi pembentukan skema baru

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 74


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

yang cocok dengan rangsangan baru, atau guru. Secara keseluruhan pada tahap
memodifikasi skema yang sudah ada ini akan terpenuhi rasa keingintahuan
sehingga cocok dengan rangsangan siswa tentang fenomena dalam
tersebut. Proses akomodasi ini secara tidak lingkungannya.
langsung mengasah kreativitas siswa. c. Tahap ketiga, siswa memikirkan
Hudoyo (2001: 71): penjelasan dan solusi yang didasarkan
Mendefinisikan belajar matematika pada hasil observasi siswa, ditambah
sebagai proses di mana siswa secara aktif dengan penguatan guru. Selanjutnya,
mengkonstruksi pengetahuan matematika. siswa membangun pemahaman baru
Belajar matematika bukanlah suatu proses tentang konsep yang sedang dipelajari.
'pengepakan' pengetahuan secara hati-hati, d. Tahap keempat, guru berusaha
melainkan hal mengorganisir aktivitas, di menciptakan iklim pembelajaran yang
mana kegiatan ini diinterpretasikan secara memungkinkan siswa dapat
luas termasuk aktivitas dan berfikir mengaplikasikan pemahaman
konseptual. konseptualnya, baik melalui kegiatan
Yager (2001): Mengajukan maupun melalui pemunculan masalah-
pentahapan yang lebih lengkap dalam masalah yang berkaitan dengan isu-isu
pembelajaran yang didasari teori belajar dalam lingkungan tersebut.
konstruktivisme antara lain: tahap Teori berikutnya yang menjadi
eksplorasi pengetahuan awal siswa, tahap dasar dari pendekatan induktif – deduktif
penemuan dan penyelidikan konsep, tahap adalah teori Bruner. Jerome Bruner dalam
penguatan, dan tahap aplikasi konsep. Hal teorinya menyatakan bahwa belajar
ini dapat menjadi pedoman dalam matematika akan lebih berhasil jika proses
pembelajaran secara umum, pembelajaran pengajaran diarahkan kepada konsep-
dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan konsep dan struktur-struktur yang termuat
pembelajaran Matematika. Cakupan dalam pokok bahasan yang diajarkan,
tersebut didasarkan pada tugas guru yang disamping hubungan yang terkait antara
tidak mengajarkan mata pelajaran konsep-konsep dan struktur-struktur yang
pendidikan agama dan olah raga termuat dalam pokok bahasan yang
merupakan guru kelas. Tahapan-tahapan diajarkan, di samping hubungan yang
tersebut dijelaskan secara ringkas sebagai terkait antara konsep-konsep dan struktur-
berikut. struktur.
a. Tahap pertama, siswa didorong agar Dengan mengenal konsep dan struktur
mengemukakan pengetahuan awalnya dalam bahan yang sedang dibicarakan,
tentang konsep yang akan dibahas. Bila anak akan memahami materi yang harus
perlu, guru memancing dengan dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa
pertanyaan problematis tentang materi yang memiliki pola tertentu akan
fenomena yang sering dijumpai sehari- lebih mudah dipahami dan diingat oleh
hari oleh siswa dan mengaitkannya anak.
dengan konsep yang akan dibahas. Dari hasil pengamatan-pengamatan
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan di lapangan, Bruner (dalam Tim MKPBM
untuk mengkomunikasikan dan Jurusan Pendidikan Matematika, 2001: 45)
mengillustrasikan pemahamannya mengemukakan empat dalil yang disebut
tentang konsep tersebut. dalil Bruner yang menjadi dasar dari
b. Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pendekatan induktif-deduktif, yaitu dalil
untuk menyelediki dan menemukan penyusunan, dalil notasi, dalil
konsep melalui pengumpulan, pengontrasan dan keanekaragaman, serta
pengorganisasian, dan dalil pengaitan. Keempat dalil tersebut
penginterprestasian data dalam suatu dijelaskan secara ringkas seperti berikut
kegiatan yang telah dirancang oleh ini.

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 75


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

a. Dalil penyusunan tersebut, Hudoyo dalam bukunya (2005:


Dalil ini menyatakan bahwa jika 3): Menyatakan bahwa dalam pendekatan
anak ingin mempunyai kemampuan dalam induktif-deduktif konsep yang
hal menguasai konsep, teorema, definisi didefinisikan tidak diberikan dalam bentuk
dan semacamnya. anak harus dilatih untuk final. Namun siswa harus mencoba
melakukan penyusunan representasinya. merumuskan sendiri dari hasil
Maksudnya, anak belajar menyusun pengalamannya dengan bahasanya sendiri.
masalah yang dikemukakan, data-data Sebelum teorema diberikan secara
yang diketahui, bagaimana menjawab deduktif, terlebih dahulu disajikan secara
permasalahan dengan konsep yang sudah induktif.
ada. Dari penuturan di atas jelaslah
b. Dalil notasi bahwa pembelajaran yang diharapkan
Dalil notasi mengungkapkan bahwa terjadi adalah pembelajaran yang berpusat
dalam penyajian konsep, notasi memegang pada siswa. Siswa adalah subyek utama.
peranan penting. Menurut dalil ini, pada Pengetahuan yang akan diperoleh siswa
waktu konsep disajikan hendaklah dikonstruksi sendiri oleh siswa. Dari
menggunakan notasi konsep yang sesuai pengetahuan-pengetahuan awal yang telah
dengan tingkat perkembangan mental siswa dapatkan sebelumnya, dari obyek-
anak. obyek, fenomena-fenomena sederhana
c. Dalil pengontrasan dan keanekaragaman diperoleh pengetahuan baru.
Untuk dipahami dengan mendalam Dengan demikian, pendekatan
diperlukan contoh-contoh yang banyak, induktif-deduktif adalah proses penyajian
sehingga anak mampu mengetahui konsep atau prinsip matematika yang
karakteristik konsep tersebut. Anak diawali dengan pemberian contoh-contoh
diberikan contoh-contoh yang memenuhi menemukan atau mengkonstruksi konsep,
rumusan, teorema atau sifat dan contoh- mengkonstruksi konjektur, menelaah
contoh yang tidak memenuhi konsep konsep, dan memberikan soal-soal sesuai
rumusan, teorema atau sifat yang dengan konsep dan prinsip yang telah
diberikan. Pemberian contoh-contoh yang diberikan.
demikian adalah upaya pengontrasan. Pada dasarnya pembelajaran
d. Dalil pengaitan dengan pendekatan induktif-deduktif
Menurut dalil ini siswa hendaknya melalui tiga tahapan. yaitu:
diberi kesempatan untuk melihat kaitan- 1. Fase eksplorasi
kaitan antara konsep dengan konsep lain, Dalam fase ini, siswa menyelidiki
antara topik dengan topik lain, antara suatu fenomena, peristiwa,
cabang matematika dengan cabang karakteristik-karakteristik, pola-pola
matematika lain. dengan bimbingan minimal dari guru.
Bruner terkenal dengan metode Tujuannya adalah untuk memberikan
penemuan (1988: 155): Yang dimaksud kesempatan kepada siswa dalam
dengan menemukan adalah menemukan menerapkan pengetahuan awalnya
lagi (discovery), bukan menemukan yang untuk membentuk minat dan
sama sekali baru(invention). Oleh karena prakarsanya serta tetap menjaga adanya
itu mata pelajaran tidak disajikan dalam keingintahuan terhadap topik yang
bentuk final dan siswa diwajibkan sedang dipelajari. Selama pengalaman
melakukan aktivitas mental dalam ini, siswa akan memantapkan
memahami mated tersebut. Di sini guru hubungan-hubungan, mengamati pola-
bertindak sebagai fasilitator. Dengan pola, mengidentifikasi variable-
partisipasi aktif siswa. maka konsep atau variabel, dan pertanyaan-pertanyaan
pun teorema yang dipelajari akan mudah yang tidak dapat dipecahkan dengan
untuk dipahami. Sejalan dengan teori-teori gagasan atau pola-pola penalaran yang
biasa digunakan oleh siswa.

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 76


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

Kemungkinan miskonsepsi dapat tejadi 3. PEMBAHASAN


pada tahap ini. Dengan demikian akan 3.1. Perbandingan Pemahaman Konsep
timbul pertentangan dan suatu analisis Berdasarkan hasil penelitian,
tentang gagasan yang dikemukakan analisis dan pengolahan data, dengan uji
sebagai hasil eksplorasi mereka. Siswa kesamaan dua rata-rata sekor pretes dan
diberi kesempatan untuk menjelajahi postes kelas eksperimen dimana data
ide-ide lama, mengembangkan ide-ide tersebut merupakan data berpasangan yaitu
baru, mendeskripsikan fenomena yang menggunakan paired sample t-test telah
mereka alami menurut bahasa yang dapat terjawab salah satu masalah yang
paling sederhana yang mereka pahami. diajukan dalam penelitian ini. Pemahaman
Analisis tersebut mengarahkan siswa konsep siswa yang pembelajarannya
pada identifikasi suatu pola keteraturan menggunakan pendekatan induktif-
dari setiap fenomena yang diselidiki. deduktif mengalami peningkatan yang
2. Fase pengenalan dan pembentukan signifikan.
konsep Pada dasarnya peningkatan yang
Dalam fase ini guru mengarahkan signifikan atas pemahaman konsep juga
perhatian siswa pada aspek-aspek terjadi pada siswa kelas kontrol. Penulis
tertentu dari pengalaman eksplorasi. berpendapat bahwa hal ini merupakan
Pada mulanya pelajaran tersebut harus suatu keniscayaan dari proses
dijelaskan berdasarkan hasil eksplorasi pembelajaran. Dasar pemikiran dari
siswa. Siswa didorong untuk pendapat tersebut adalah baik dari
menemukan pengertian konsep secara pembelajaran matematika dengan
tepat. Kunci fase ini adalah pendekatan induktif-deduktif ataupun
,menampilkan konsep-konsep secara pembelajaran matematika dengan
sederhana, jelas, dan langsung. pendekatan konvensional, keduanya
Penjelasan diberikan dari suatu melibatkan aktivitas belajar siswa. pada
tindakan atau proses. Setelah siswa kedua pembelajaran yang menggunakan
dibimbing guru menemukan konsep pendekatan berbeda ini, siswa secara telah
yang tepat, siswa diberi kesempatan mengalami proses belajar, dimana hasil
untuk menyelidiki konsep lebih lanjut. dari proses belajar ini adalah adanya
3. Fase aplikasi konsep perubahan tingkah laku (dalam hal ini
Pada fase ini, siswa berlatih peningkatan pada pemahaman konsep)
menyelesaikan soal-soal yang yang relatif permanen. Hal ini sejalan
berkaitan dengan konsep atau teorema dengan pendapat para ahli tentang belajar
yang telah disepakati oleh seluruh antara lain:
siswa pada fase sebelumnya. Dalam 1. Belajar merupakan suatu proses aktif
fase ini pula siswa dapat diberi dalam memperoleh pengalaman atau
kesempatan untuk mengidentifikasi pengetahuan baru sehingga
fenomena, pola-pola. problem-problem menyebabkan perubahan tingkah laku
baru yang dierikan melalui soal-soal. (Hudoyo,2001:92).
Selama diskusi dan pertanyaan- 2. Belajar merupakan proses perubahan
pertanyaan. kelompok dan individu tingkah laku individu yang relatif tetap
diyakinkan untuk menunjukkan sebagai hasil pengalaman (Fontana
konsep-konsep inti yang diterapkan dalam Tim MKPBM,2001:8).
dalam konteks yang berbeda. Tujuan 3. Belajar adalah suatu aktivitas yang
pengajaran ini adalah untuk mengasah berlangsung secara interaktif antara
kemampuan mentransfer ide-ide. Pada faktor intern pada diri pembelajar
contoh-contoh lain dengan dengan faktor ekstern atau
menggunakan konsep inti. lingkungan,sehingga melahirkan
perubahan tingkah laku (Hamzah,
2001).

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 77


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

4. Belajar adalah mengalami kontruktivisme. Pada pembelajaran ini


(Izzudin,2006:8). siswa dikondisikan untuk mengeksplorasi
5. Belajar adalah berupaya memperoleh potensinya dalam mengkonstruksi konsep-
kepandaian atau ilmu, berlatih dan konsep sehingga tebentuk pengetahuan dan
perubahan tingkah laku atau tanggapan pemahaman baru yang dilakukan secara
yang disebabkan oleh pengalaman dominan oleh siswa. Seperti apa yang
(KBBI). dikemukakan oleh Noraziah (2001)
Berdasarkan pengertian tentang mengenai aplikasi prinsip pembelajaran
belajar yang dikemukakan di atas, dapat kontrukstivisme secara teknis, dimana
dikatakan bahwa melalui aktivitas, usaha, terlihat dalam pembelajaran induktif-
atau pengalaman yang telah siswa alami deduktif yang telah dilakukan adalah
selama proses pembelajaran baik dengan sebagai berikut.
pendekatan induktif-deduktif ataupun a. Siswa diberi peluang saling bertukar
pendekatan konvensional, siswa telah pendapat antara satu sama lain
mengalami perubahan tingkah laku, yaitu b. Siswa diberi peluang mengemukakan
peningkatan pemahaman terhadap konsep pandangan tentang sesuatu konsep
pembelajaran. c. Siswa diajak untuk saling menghormati
Dengan uji kesamaan dua rata-rata pandangan alternatif dari teman mereka
skor indeks gain menggunakan independen d. Pembelajaran berpusat pada siswa
sampel T-Test telah dapat menjawab e. Siswa diajak untuk merenungkan
masalah kedua yang diajukan dalam kembali proses pembelajaran yang
pnelitian ini. Peningkatan pemahaman dilaluinya
konsep siswa yang menggunakan f. Siswa diminta menghubungkan
pembelajaran dengan pendekatan induktif- gagasan awal dengan gagasan yang
deduktif lebih baik dari pada siswa yang baru dikonstruksi
menggunakan pembelajaran konvensional. g. Siswa diajak untuk mengemukakan
Dari hasil analisis skor hipotesis
indeks gain dari kedua kelas, secara jelas h. Guru tidak menyampaikan maklumat
menunjukan bahwa pada keduanya terjadi kepada siswa secara terus menerus
perubahan tingkah laku khususnya dalam kepada siswa
peningkatan konsep pembelajaran i. Siswa banyak berinteraksi dengan
matematika, ternyata peningkatan yang siswa yang lainnya dan guru
terjadi pada kelas induktif-deduktif lebih j. Guru memberikan perhatian terhadap
baik secara signifikan dibandingkan pada keutuh, kebolehan dan minat siswa
kelas konvensional. Hal inilah yang k. Siswa dikondisikan untuk belajar
menjadi kajian utama dalam penelitian ini. secara kelompok
Secara umum hasil belajar siswa Pada pembelajaran konvensional
dipengaruhi oleh faktor internal dan aktivitas-aktivitas yang dikemukakan
eksternal. Faktor internal menyangkut diatas kurang terfasilitasi karena dalam
potensi dasar dan minat siswa terhadap pembelajaran biasanya siswa lebih
matematika. Faktor eksternalnya antara ditekankan untuk menjadi pendengar,
lain, faktor guru dan aktivitas siswa selama siswa tidal diberi kesempatan untuk
pembelajaran. Faktor eksternal ini mengemukakan konsep yang dipelajari.
memiliki peranan penting terhadap Pelajaran berjalan membosankan bagi
perbedaan peningkatan pemahaman siswa, sebab metode yang mekanik tidal
konsep matematika pada dua kelompok menimbulkan minat siswa, sementara
siswa. ingatan yang mekanik akan mudah
Pembelajaran matematika dengan dilupakan oleh siswa (Hudoyo,2001:109).
pendekatan induktif-deduktif memiliki Sementara itu seperti yang telah
perinsip dasar menurut teori dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 78


Akademia Vol. 21 No. 3 Edisi Juli 2017 Sadiana, Pembelajaran Matematika Dengan

siswa tidal diharapkan sebagai botol-botol DAFTAR PUSTAKA


kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Alwi, H., dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa
Menurut Wheatley, beliau mendukung Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka
pendapat tesebut dengan mengajukan dua
perinsip utama dalam pembelajaran dengan Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar .
teori pembelajaran kontruktivisme. Jakarta: Erlangga
Pertama, pengetahuan tidak dapat
diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif Dahlan, J. A. 2004. Meningkatkan
oleh struktuk kognitif siswa. Kedua, fungsi Kemampuan Penalaran dan
kognisi bersifat adaptif dan membantu Pemahaman Matematika Siswa
pengorganisasian melalui pengalaman SLTP Melalui Pendekatan Open-
nyata yang dimiliki anak. Ended. Disertai PPS. UPI Bandung.
Hal-hal diatas menjadi dasar pemikiran
bagi penulis sebagai penjelasan dari Ernawati. 2003. Meningkatkan
hipotesis yang telah diterima dalam Kemampuan Pemahaman Konsep
penelitian ini, yaitu bahwa peningkatan Matematika Siswa SMU melalui
pemahaman konsep matematika siswa Pembelajaran Berbasis Masalah.
yang pembelajarannya menggunakan FPMIPA UPI Bandung.
pendekatan induktif-deduktif lebih baik
dari pada siswa yang pembelajarannya Furqon. 2004. Statistika Terapan Untuk
dilakukan secara biasa. Dalam hal ini tidal Penelitian. Bandung
berarti bahwa pembelajaran konvensional CV.ALFABETA.
adalah pembelajaran yang buruk, akan
tetapi pembelajaran ini kurang dapat Hamzah. 2001. Pembelajaran Matematika
mengeksplorasi kemampuan siswa dalam Menurut Teori Belajar
mengkonstruksi pemahaman konsep secara Konstruktivisme [online]
optimal
Hudoyo, H. 2001. Pengembangan
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kurrikulum dan Pengembangan
4.1. Kesimpulan Matematika . Malang: UNM Malang.
1. Terdapat peningkatan yang signifikan
terhadap pemahaman konsep siswa Izzudin, S. A. 2006. Quantum Tarbiyah
dalam pembelajaran matematika dengan Mencetak Kader Serba Bisa. Solo:
pendekatan induktif-deduktif. Bina Insani Press.
2. Peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa yang menggunakan Riduan dan Sunarto. 2009. Pengantar
pendekatan induktif-deduktif lebih baik Statistika . CV ALVABETA.
dan signifikan dari pada pemahaman Bandung.
konsep matematika siswa yang
menggunakan pembelajaran Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar
konvensional. Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya
4.2. Saran dalam Pengajaran Matematika
Untuk meningkatkan keberhasilan untuk Meningkatkan CBSA.
pembelajaran maka guru diharapkan Bandung: Tarsito.
melakukan pembelajaran dengan
pendekatan induktif-deduktif.

Diterbitkan Kopertis Wilayah-1 79

Anda mungkin juga menyukai