net/publication/304239537
CITATIONS READS
14 5,459
7 authors, including:
S. Fatimah
Universitas Pendidikan Indonesia
35 PUBLICATIONS 128 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sulistiawati -- on 22 June 2016.
Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano
2
Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI Bandung
Email: sulistiawati@stkipsurya.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v6i2.4833
Received : October 2015; Accepted: November2015; Published: December 2015
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada materi geometri.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian desain didaktis (didactial design research). Penelitian diawali
dengan studi pendahuluan untuk mendapatkan data kesulitan belajar (learning obstacle) yang dilaksanakan di SMP
Negeri 29 Bandung kelas IXE sebanyak 35 orang, SMA Negeri 1 Lembang kelas XI IPA2 sebanyak 41 orang, dan STKIP
Siliwangi Bandung mahasiswa semester VI sebanyak 49 orang pada tahun pelajaran 2011/2012 semester genap.
Selanjutnya, dikembangkan desain didaktis yang diujicobakan terbatas kepada 30 siswa kelas VIII B SMP Assalam
Bandung. Dari uji coba terbatas dilakukan analisis untuk menyusun desain didaktis revisi. Hasil dari penelitian ini
diantaranya perangkat pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran sebelum menggunakan desain didaktis
belum dapat menggali kemampuan penalaran matematis, desain didaktis penalaran matematis yang dikembang-
kan dapat memperkecil gap yang dihadapi siswa, dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap desain didaktis
yang dikembangkan.
Abstract
The background of this research was the lack of junior high school students’ mathematical reasoning in geometry. This
research used Didactical Design Research (DDR) method which started by a preliminary study to 35 students of grade
IX E Public Junior High School 29 Bandung, 41 students of grade XI Science Program of Senior High School 1 Lembang,
and 49 students of Siliwangi College of Education Bandung in semester VI for academic year 2011/2012. The preliminary
study was aimed to explore students’ learning obstacles to develep didactical design. The developed didactical design
was implemented to 30 students of grade VII B of Assalam Junior High School Bandung. After this implementation the
developed didactical design was revised. The results of this research were the learning tools used by previous teacher
have not explored mathematical reasoning yet, the developed didactical design had minimized students’ gaps, and stu-
dents had positive response about the learning.
Keywoords: mathematical reasoning; didactical design research; learning obstacles; the surface area of pyramid; the
volume of pyramid
belajar. Siswa mengalami kegagalan dalam Menurut Suryadi (2010) HD dan HP ti-
memahami konsep-konsep kunci dalam geo- dak dapat dipandang secara parsial melainkan
metri dan belajar geometri tanpa memahami dapat terjadi secara bersamaan. Dalam hal ini,
terminologi dasar (Halat, 2008). Hal serupa guru dapat merancang sebuah situasi didaktis
juga diungkapkan oleh Burger dan Shaugh- dan membuat prediksi tanggapan siswa ser-
nessy (1986) yang menyatakan bahwa siswa ta antisipasinya hingga tercipta situasi yang
memiliki kesulitan dalam mengidentifikasi baru. Dengan demikian, dalam segitiga dida-
gambar dan kesulitan pada masalah pem- ktis perlu ditambahkan hubungan antisipatis
buktian suatu teorema pada bangun dalam antara guru dan siswa, yang disebut dengan
pembelajarn geometri. Selanjutnya, survey ADP (Antisipasi Didaktis Pedagosis).
dari Programme for International Students As- Dalam segitiga didaktis guru berperan
sessment (PISA) (2000) mengungkapkan bah- untuk menciptakan situasi didaktis (didacti-
wa siswa masih lemah dalam geometri, lebih cal situation) sehingga terjadi proses belajar
khusus dalam pemahaman ruang dan bentuk. dalam diri siswa. Hal ini mengindikasikan bah-
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh wa guru harus benar-benar menguasai materi
peneliti memberikan gambaran bahwa soal- ajar, pengetahuan tentang siswa, dan mencip-
soal penalaran matematis belum dikuasai takan situasi didaktis untuk mengoptimalkan
oleh siswa (responden). Hal ini terlihat dari pembelajaran. Hal ini selanjutnya dikenal den-
hasil bahwa siswa yang mampu menjawab gan istilah relasi didaktis (didactical relation).
soal yang diberikan dengan benar untuk siswa Situasi didaktis dan pedagogis meru-
SMP Negeri 29 Bandung sebesar 15,4%, siswa pakan sesuatu yang sangat kompleks, se-
SMA Negeri 1 Lembang sebesar 36,6%, dan hingga guru harus memiliki kemampuan yang
mahasiswa STKIP Siliwangi sebesar 21,1%. dapat memandang hal tersebut secara kom-
Rata-rata responden yang mampu menjawab prehensif, dapat mengidentifikasi dan men-
soal-soal penalaran matematis berkaitan den- ganalisis hal-hal penting yang terjadi, dan
gan luas dan volume limas dengan benar ada- melakukan tindakan yang tepat agar pembe-
lah sebesar 24,37%. lajaran optimal. Kemampuan tersebut selan-
Menurut Supriatna (2011) pengemban- jutnya disebut sebagai metapedadidaktik.
gan desain didaktis mempunyai peranan da- Metapedadidaktik terdiri dari tiga kom-
lam belajar matematika dan pembelajaran ponen penting yaitu kesatuan, fleksibilitas,
matematika. Peranan tersebut sangat ber- dan koherensi atau pertalian logis. Kesatuan
pengaruh terhadap bagaimana mereka mela- maksudnya guru mampu memandang sisi-sisi
kukan pembelajaran di kelas (Suryadi, 2010). segitiga didaktis yang dimodifikasi sebagai
Bahkan pengembangan teori-teori baru diha- sesuatu yang utuh. Fleksibilitas adalah antisi-
rapkan mampu menjawab hambatan-hamba- pasi yang sudah disiapkan oleh guru disesuai-
tan pembelajaran, lintasan belajar siswa dan kan dengan didaktis dan pedagogis. Koherensi
karakteristik siswa. Pengembangan desain maksudnya situasi didaktis yang berkembang
didaktis perlu terus dilakukan baik oleh guru, pada tiap milieu hingga muncul situasi yang
maupun peneliti. berbeda-beda, maka perbedaan-perbedaan
Menurut Kansanen, terdapat dua aspek situasi tersebut harus dikelola sehingga pe-
dasar dalam pembelajaran matematika, yaitu rubahan situasi selama proses pembelajaran
hubungan antara siswa dengan materi dan berjalan dengan lancar dan mengarah dalam
hubungan antara siswa dengan guru (lewat pencapaian tujuan.
Suryadi, 2010). Hubungan guru dengan siswa Di dalam didactical design research
disebut pedagogical relation (Hubungan Peda- (DDR), agar pengembangan situasi didak-
gogis/HP) sedangkan hubungan antara siswa tis, analisis situasi belajar, dan pengambilan
dengan materi disebut dengan didactical re- keputusan selama proses pembelajaran ber-
lation (Hubungan Didaktis/ HD), yang biasa langsung dapat mendorong terjadinya situasi
disajikan dalam segitiga didaktis. Lebih lanjut belajar yang optimal diperlukan upaya maksi-
Suryadi (2010) menyatakan bahwa hubungan mal yang harus dilakukan sebelum pembela-
guru dengan materi tidak dapat diabaikan. jaran. Upaya tersebut yang dikenal dengan
UNNES JOURNALS
Kreano 6 (2) (2015): 135-146 | 137
ADP merupakan sintesis hasil pemikiran ber- Penelitian ini bertujuan untuk menge-
dasarkan kemungkinan-kemungkanan yang tahui: 1) bagaimanakah perangkat pembe-
diprediksikan dapat terjadi dalam proses lajaran yang digunakan guru pada pembela-
pembelajaran. jaran sebelum pembelajaran dengan desain
Aspek yang harus dipertimbangkan didaktis, 2) bagaimanakah desain didaktis
dalam mengembangkan ADP adalah adanya untuk penalaran matematis pada materi luas
kesulitan belajar (learning obstacle), terlebih dan volume limas, dan 3) bagaimana tang-
lagi yang bersifat epistemologi (epistemologi- gapan siswa terhadap desain didaktis yang
cal obstacle). Warkitri, dkk. (1990) mengemu- dikembangkan?
kakan kesulitan belajar adalah suatu gejala
yang nampak pada siswa yang ditandai ad- METODE PENELITIAN
anya hasil belajar rendah dibanding dengan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, ke- adalah Penelitian Desain Didaktis (Didacti-
sulitan belajar itu merupakan suatu kondisi cal Design Research/ DDR). Menurut Suryadi
dalam proses belajar yang ditandai oleh ad- (2011) DDR memikirkan secara komprehensif
anya hambatan-hambatan tertentu dalam tentang apa yang disajikan, bagaimana ke-
mencapai hasil belajar. mungkinan tanggapan siswa, dan bagaimana
Kesulitan belajar disini adalah kesulitan mengantisipasinya. Proses berfikir ini dilaku-
belajar yang biasa dikenal dengan learning kan dalam 3 (tiga) fase pembelajaran, yaitu
obstacle. Learning obstacle ada 3 jenis, yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelaja-
ontogenical learning obstacle, didactical learn- ran, dan setelah pembelajaran. Proses berfi-
ing obstacle dan epistemological learning ob- kir guru pada tiga fase tersebut beserta hasil
stacle (Brousseau, 2002). Ontogenical learning analisisnya berpotensi untuk menghasilkan
obstacle adalah kesulitan belajar berdasarkan desain didaktis inovatif.
psikologis, dimana siswa mengalami kesulitan Penelitian desain didaktis ini terdiri dari
belajar karena faktor kesiapan mental, dalam tiga tahapan, yaitu: (1) analisis situasi didaktis
hal ini cara berfikir siswa yang belum masuk sebelum pembelajaran yang wujudnya beru-
karena faktor usia. Didactical learning obstacle pa Desain Didaktis Hipotetis termasuk ADP,
adalah kesulitan belajar siswa terjadi karena (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis
kekeliruan penyajian, dalam hal ini bahan ajar retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan
yang digunakan siswa dalam belajar dapat hasil analisis situasi didaktis hipotesis den-
menimbulkan miskonsepsi. Epistemologi- gan hasil analisis metapedadidaktik (Suryadi
cal learning obstacle adalah kesulitan belajar 2011). Dari ketiga tahapan tersebut akan di-
siswa karena pemahaman siswa tentang se- peroleh desain didaktis empirik yang tidak
buah konsep yang tidak lengkap, hanya dili- tertutup kemungkinan untuk terus disem-
hat dari asal-usulnya saja. purnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
UNNES JOURNALS
138 Sulistiawati et al., Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP...
Pada penelitian ini, yang akan menjadi fokus Instrumen dalam penelitian ini terdiri
adalah pada tahap satu yaitu analisis situasi dari instrumen tes penalaran matematis, de-
didaktis berupa hubungan didaktis (Siswa- sain didaktis penalaran matematis, angket,
Materi) yang diungkap melalui penalaran ma- dan lembar observasi. Instrumen tes penal-
tematis. Produk yang diharapkan pada pen- aran matematis tentang materi luas dan vol-
elitian ini berupa desain didaktis yaitu bahan ume ini merupakan instrumen yang sama
ajar penalaran matematis pada materi luas yang digunakan pada saat studi pendahuluan
dan volume limas. Gambaran tentang desain yang sudah melalui tahap uji validitas, reliabil-
didaktis dapat dilihat pada gambar 1. itas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Penelitian ini diawali dengan studi pen- Desain didaktis penalaran matematis pada
dahuluan untuk mendapatkan data tentang materi luas dan volume limas digunakan pada
kesulitan belajar siswa dalam materi luas dan saat uji coba desain didaktis atau implemen-
volume limas di tiga jenjang pendidikan yaitu tasi. Instrumen angket berisi tentang tangga-
SMP, SMA, dan PT. Studi pendahuluan ini di- pan siswa terkait dengan penggunaan desain
laksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012 didaktis selama pembelajaran. Lembar obser-
semester genap di SMP Negeri 29 Bandung vasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas
kelas IX E sebanyak 35 orang, di SMA Negeri guru dan siswa pada saat pembelajaran pada
1 Lembang kelas XI IPA 2 sebanyak 41 orang, saat uji coba desain didaktis.
dan di STKIP Siliwangi Bandung mahasis- Dalam penelitian ini, indikator penal-
wa semester 6 sebanyak 49 orang. Dari hasil aran matematis yang digunakan untuk meny-
analisis kesulitan belajar siswa inilah selanjut- usun instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 1.
nya disusun desain didaktis bahan ajar yang Penskoran terhadap kemampuan
mampu mengatasi kesulitan belajar siswa. penalaran matematis digunakan rubrik peni-
Bahan ajar yang disusun selanjutnya diujico- laian kemampuan penalaran matematis yang
bakan secara terbatas pada subyek peneliti- dikembangkan oleh Thompson (2006), dapat
an ini yaitu 30 siswa kelas VIII B SMP Assalam dilihat pada Tabel 2.
Bandung tahun pelajaran 2011/2012. Setelah
selesai uji coba terbatas, dilakukan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk kemudian disusun bahan ajar revisi. Penelitian ini diawali dengan studi pendahu-
UNNES JOURNALS
Kreano 6 (2) (2015): 135-146 | 139
luan untuk mendapatkan data tentang ke- gi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
sulitan belajar (learning obstacle) pada siswa beranggotakan 3-4 orang. Selanjutnya, guru
berkaitan dengan materi luas dan volume li- memberikan apersepsi dengan mengingat-
mas. Data tersebut diperoleh melalui soal tes kan kembali materi mengenai sifat segiempat
diagnostik penalaran yang diberikan kepada dengan cara menyampaikan pertanyaan-per-
siswa dan mahasiswa. Soal tes diagnostik ini tanyaan tentang segiempat. Kemudian meny-
sekaligus digunakan pada saat pengemban- ampaikan tujuan pembelajaran.
gan desain didaktis di kelas uji coba. Sebelum Pada kegiatan inti, siswa diberikan sti-
digunakan, soal tes diagnostik ini perlu diuji- mulus awal berupa penjelasan mengenai
cobakan dan dianalisis untuk mengetahui va- bangun ruang kubus dan balok dan meminta
liditas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat siswa memberikan contoh bangun ruang pris-
kesukarannya. ma dan limas dilingkungan sekitar. Kemudian
Kesulitan belajar pada siswa yang dite- siswa diminta berdiskusi dengan kelompok-
mukan untuk tingkat SMP, SMA, dan PT me- nya mengenai unsur-unsur prisma dan balok
miliki rata-rata untuk tingkat SMP sebesar yang disajikan dalam LKS. Untuk siswa yang
84,57%, tingkat SMA sebesar 63,41%, dan mengalami kesulitan diberikan bantuan oleh
tingkat PT sebesar 78,91%. Persentase kesu- guru dan siswa lain yang berkemampuan le-
litan belajar yang muncul ternyata masih cu- bih tinggi. Siswa mempresentasikan peker-
kup besar. Dengan demikian dapat simpulkan jaan mereka di depan kelas sedangkan siswa
bahwa responden masih memiliki kesulitan lainnya menanggapi. Pada akhir kegiatan inti,
belajar dalam kemampuan penalaran mate- guru mengajak siswa mendiskusikan materi
matis pada materi luas dan volume limas. yang telah dikerjakan dan hasil pekerjaan sis-
wa dikumpulkan pada kumpulan portofolio.
Observasi Perangkat Pembelajaran yang Pada kegiatan penutup, guru mengulas
digunakan Guru kembali materi tentang unsur-unsur prisma
Observasi ini dilakukan sebelum peneliti me- dan limas. Kemudian memberikan pertany-
nyusun desain didaktis penalaran matematis aan-pertanyaan bimbingan untuk menguat-
berkaitan dengan luas dan volume limas. Pen- kan pemahaman siswa. Guru juga memberi-
gamatan dilakukan pada perangkat pembela- kan kesempatan bertanya bagi siswa jika ada
jaran yang telah digunakan guru pada proses penjelasan yang belum dimengerti. Kegiatan
pembelajaran luas dan volume limas pada yang serupa dilakukan untuk pertemuan 7-8
pembelaaran sebelumnya. Perangkat pembe- dan pertemuan 13-14.
lajaran yang diamati ada tiga jenis yaitu Ren- Dari kajian RPP pada tiap pertemuan
cana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku pembahasan materi limas (termasuk prisma
ajar (modul) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). di dalamnya) secara umum metode yang di-
Berikut ini hasil pengamatan pada ketiga ba- gunakan guru dalam pembelajaran adalah
han tersebut. metode diskusi. Sebelum diskusi, guru mem-
berikan stimulus berupa pertanyaan-perta-
Observasi RPP nyaan bimbingan untuk memasuki materi
Observasi dilakukan pada RPP perte- selanjutnya. Selain itu, guru juga memberikan
muan 3-4, pertemuan 7-8, dan pertemuan latihan soal-soal penugasan. Guru menggu-
13-14. Gambaran kegiatan di dalam RPP pada nakan alat peraga berupa prisma dan limas
pertemuan 3-4, didahului dengan siswa diba- untuk menentukan jaring-jaring kedua ban-
UNNES JOURNALS
140 Sulistiawati et al., Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP...
gun tersebut, menggunakan media LCD proy- dan volume limas, mensubstitusikan panjang
ektor untuk menampilkan slide powerpoint unsur-unsur limas yang diberikan kemudian
berkaitan dengan luas limas. menghitungnya. Untuk persoalan seperti di
atas, jika siswa dapat menyelesaikan jawaban
Observasi Bahan Ajar dengan benar maka siswa telah memiliki ke-
Bahan ajar yang digunakan adalah buku seko- mampuan pemahaman matematis yang baik,
lah elektronik dengan judul Matematika Kon- sedangkan kemampuan penalaran matematis
sep dan Aplikasinya untuk kelas VIII SMP dan belum dapat tergali.
MTs yang diterbitkan pusat perbukuan Dep-
diknas tahun 2008, bab 9 tentang Bangun Ru- Pengembangan Desain Didaktis Penal-
ang Sisi Datar Limas dan Prisma Tegak. Urutan aran Matematis
penyajian materi adalah 1) bangun ruang pris- Desain didaktis yang dikembangkan melibat-
ma dan limas (prisma dan limas), 2) diagonal kan tiga komponen, yaitu prospective analysis,
bidang, diagonal ruang, serta bidang diagonal fleksibilitas, dan koherensi atau pertalian lo-
prisma dan limas, 3) Jaring-jaring prisma dan gis. Penjelasan untuk ketiga komponen desain
limas, dan 4) Luas prisma dan limas (luas pris- didaktis tersebut adalah:
ma, luas limas, volume prisma dan limas)
Prospective Analysis
OBSERVASI LKS
Berikut ini adalah gambaran LKS yang diberi- Prosepective Analysis adalah proses berpikir
kan kepada siswa pada pembelajaran materi guru tentang skenario pembelajaran yang
limas. akan dilaksanakan. Prosepective Analysis ini
diterapkan dalam bagaimana guru membuat
skenario pembelajaran terkait penalaran ma-
tematis pada luas dan volume limas. Sebelum
pembelajaran berlangsung guru harus dapat
memprediksikan respon siswa akibat tinda-
kan didaktis yang diberikan, salah satunya
dapat berupa prediksi mengenai kemampuan
prasyarat siswa sebelum siswa belajar limas.
Siswa harus memahami materi prasyarat be-
rupa luas segitiga, luas bangun datar, luas po-
ligon, luas bangun kubus dan prisma, dan vo-
lume kubus dan prisma. Pemahaman tentang
materi prasyarat ini diharapkan dapat mem-
permudah proses pembelajaran limas yang
berlangsung.
Skenario yang di rancang guru meny-
ajikan: 1) konsep limas (definisi, unsur-unsur,
dan jaring-jaring limas) dan mengidentifikasi
alas dan tinggi limas, 2) menentukan luas li-
mas, dan 3) menentukan volume limas. Ske-
Gambar 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang Limas nario yang pertama berkaitan dengan konsep
dan Luas Limas limas, alas, dan tinggi limas. Respon yang
muncul adalah siswa kurang mampu meng-
Dari gambaran LKS di atas, soal yang komunikasikan definisi limas meskipun seca-
diberikan kepada siswa hanya sejenis yaitu li- ra pemahaman mereka sudah paham. Peran
mas segiempat. Siswa diminta untuk menghi- guru di sini mengarahkan siswa melalui dis-
tung luas dan volume limas dengan unsur-un- kusi interaktif bagaimana membuat definisi
sur yang telah diketahui. Dalam kasus seperti limas dengan mengidentifikasi bidang-bidang
ini siswa tinggal menggunakan rumus luas yang membatasinya dan ciri khas yang dimi-
UNNES JOURNALS
Kreano 6 (2) (2015): 135-146 | 141
liki oleh bangun limas. Pemahaman tentang bagaimana mendapatkan volume limas dari
definisi limas sudah dimiliki siswa sehingga volume kubus. Beda halnya yang terjadi pada
dalam menentukan unsur-unsur limas siswa saat menentukan volume limas yang merupa-
tidak menemui kesulitan, demikian juga un- kan volume prisma dibagi tiga. Secara konsep
tuk alas dan tinggi limas. siswa tahu bahwa untuk meilhat ketiga limas
Skenario kedua berkaitan dengan luas yang terbentuk dapat dikatakan sama maka
limas adalah guru menyajikan masalah ban- haruslah luas alas dan tinggi ketiga limas
gun kubus yang memuat prisma. Guru me- sama. Akan tetapi, kemampuan komunikasi
minta siswa untuk mengidentifikasi bangun siswa secara tertulis belum dimiliki sehingga
prisma yang terbentuk kemudian menentu- peran guru dalam mengarahkan siswa mene-
kan rumus luas pernuakannya. Siswa diminta mukan rumus volume limas ini sangat besar.
berdiskusi kemudian menentukan rumus luas Pada setiap akhir pembelajaran guru
prisma yang terbentuk. Proses ini dilakukan memberikan latihan soal untuk dikerjakan di
guru bertujuan untuk menstimulasi proses rumah dengan harapan siswa dapat memper-
bernalar siswa terkait dengan materi yang kuat kemampuan penalaran mereka tentang
pernah dipelajari sebelumnya. Selanjutnya, soal-soal penalaran matematis berkaitan den-
cara berpikir siswa seperti ini dapat digu- gan limas. Dalam latihan soal ini diharapkan
nakan untuk menyelesaikan soal-soal penala- siswa dapat membangun pengetahuannya
ran matematis terkait luas dan volume limas. dalam soal-soal penalaran matematis.
Prediksi yang muncul dalam menyelesaikan
kasus ini adalah siswa masih bingung dalam
Fleksibilitas
mengidentifikasi prisma yang terbentuk dan
menentukan sisi/bidang yang membatasinya. Fleksibilitas adalah prediksi dan antisipasi
Akibatnya siswa juga akan bermasalah dalam yang sudah disiapkan oleh guru disesuaikan
menentukan rumus luas prisma yang diminta. dengan didaktis dan pedagogis. Prediksi res-
Setelah masalah yang diberikan dapat pon dan antisipasinya adalah sebuah rencana
dipahami oleh siswa selanjutnya adalah siswa yang belum tentu sesuai dengan kenyataan
diajak menentukan luas limas. Pemahaman yang muncul. Apabila kejadian ini terjadi guru
tentang jaring-jaring limas telah dimiliki oleh telah mempersiapkan skenario yang baru se-
siswa sehingga siswa dalam menentukan luas suai dengan pembelajaran pada saat itu. Me-
limas dapat mengubah bangun limas menja- nurut Suryadi (2008), jika respon yang muncul
di jaring-jaring terlebih dahulu. Prediksi yang tidak sesuai dengan prediksi maka antisipasi
muncul, siswa dapat memperkirakan untuk yang sudah dipersiapkan perlu dimodifikasi
memperoleh luas limas dengan menjumlah- sepanjang proses pembelajaran sesuai den-
kan luas bangun-bangun datar yang terdapat gan kenyataan yang ada.
pada jaring-jaring limas. Limas yang diberikan Pembelajaran tentang limas yang telah
mulai limas segitiga, limas segiempat, dan li- dilaksanakan juga mengalami penyimpangan
mas yang terbentuk dari bangun prisma. dari rencana semula. Hal ini lebih kepada wak-
Skenario ketiga berkaitan dengan me- tu yang banyak habis dalam mendiskusikan
nentukan volume limas. Pada saat siswa masalah luas prisma yang termuat oleh ku-
menentukan rumus volume limas diberikan bus, sehingga berakibat waktu untuk bagian
pemahaman bahwa volume limas dapat di- yang lain menjadi lebih sedikit. Oleh karena
peroleh dari volume kubus di bagi enam atau itu, rencana awal dimana siswa mendisku-
volume prisma dibagi tiga. Dalam pembe- sikan cara mengkonstruksi luas limas dari
lajaran ini siswa diminta mendiskusikan ba- limas segitiga, limas segiempat, dan limas
gaimana melihat limas yang terbentuk dari yang termuat dalam prisma menjadi beru-
perpotongan-perpotongan diagonal ruang bah. Guru meminta siswa untuk mendiskusi-
kubus. Siswa dapat memahami dengan baik kan cara mengkonstruksi limas segitiga, dan
tentang limas yang terbentuk merupakan ba- untuk limas segiempat dicoba secara mandiri
gian kubus besarnya sama namun siswa sulit diluar jam pembelajaran, kemudian untuk li-
dalam mengkomunikasikan secara tertulis mas yang termuat di dalam prisma guru yang
UNNES JOURNALS
142 Sulistiawati et al., Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP...
mengambil kendali kelas dan menjelaskan diluar jam pembelajaran, kemudian untuk li-
kepada siswa melalui media LCD dan papan mas yang termuat di dalam prisma guru yang
tulis. Dengan langkah yang diambil ini pem- mengambil kendali kelas dan menjelaskan
belajaran dapat berlangsung dengan baik. kepada siswa melalui media LCD dan papan
tulis.Kejadian tersebut juga dilakukan dalam
Koherensi atau Pertalian Logis penyelesaian soal-soal latihan. Beberapa sis-
wa memiliki perbedaan cara berpikir dalam
Koherensi memiliki maksud bahwa situasi
menjawab soal dan guru mengelola kejadian-
didaktis yang berkembang pada tiap milieu kejadian ini selama mengarah pada proses
hingga muncul situasi yang berbeda-beda, yang benar.
maka perbedaan-perbedaan situasi tersebut Rencana pembelajaran dan pelaksa-
harus dikelola sehingga perubahan situasi se- naan pembelajaran pada umumnya telah ber-
lama proses pembelajaran berjalan dengan jalan dengan baik. Selanjutnya adalah anali-
lancar dan mengarah dalam pencapaian tu- sis setelah pembelajaram yang dapat dilihat
juan. Situasi didaktis yang muncul memang melalui hasil tes penalaran matematis siswa,
tidak sesuai dengan rencana (prediksi dan observasi, dan wawancara. Hasil tes yang di-
antisipasi) namun guru tetap membimbing berikan pada siswa SMP Assalam kelas VIII B
siswa dalam perubahan situasi tersebut un- nampak bahwa semua siswa berusaha men-
tuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang jawab semua nomor dengan sebaik-baiknya.
direncanakan. Sebagai contoh, siswa mendis- Namun persentase siswa yang memiliki ke-
kusikan cara mengkonstruksi luas limas dari sulitan dalam memberikan jawaban benar
limas segitiga, limas segiempat, dan limas masih banyak yang di bawah 50%, meskipun
yang termuat dalam prisma menjadi beru- jika dibandingkan dengan studi pendahuluan
bah. Guru meminta siswa untuk mendiskusi- persentase siswa yang mengalami kesulitan
kan cara mengkonstruksi limas segitiga, dan menurun. Hal ini muncul untuk soal nomor 3
untuk limas segiempat dicoba secara mandiri langkah ke-2 dari 2 langkah jawaban, nomor 4
Tabel 3. Perbandingan Persentase Kesulitan Jawaban Siswa
Persentase Jawaban Siswa (%)
No. Soal Langkah Studi Pendahuluan Kelas Uji Coba
LS LB LS LB
1 73,40 26,60 16,67 83,33
1
2 79,52 20,48 40,00 60,00
1 8,70 91,30 0,00 100,00
2
2 12,64 87,36 3,33 96,67
1 97,15 2,85 36,67 63,33
3
2 97,15 2,85 80,00 20,00
1 67,84 32,16 40,00 60,00
4 2 70,56 29,44 40,00 60,00
3 99,32 0,68 93,33 6,67
1 62,13 37,87 20,00 80,00
5 2 76,80 23,20 86,67 13,33
3 92,53 7,47 86,67 13,33
1 96,75 3,25 76,67 23,33
6 2 100,00 0,00 70,00 30,00
3 100,00 0,00 86,67 13,33
Rata-rata 75,63 24,37 51,78 48,22
Keterangan:
LS = langkah jawaban salah, LB = langkah jawaban benar
UNNES JOURNALS
Kreano 6 (2) (2015): 135-146 | 143
(1) (2)
(3) (4)
langkah ke-3 dari 3 langkah jawaban, nomor 5 masih lebih dari lebih 50%, oleh karena itu
langkah ke-2 dan ke-3 dari 3 langkah jawaban, bahan ajar yang telah disusun perlu di revisi.
dan soal nomor 6 untuk ketiga langkah dari 3 Dari analisis kesulitan yang mucul, tanggapan
langkah jawaban. Hal ini tampak pada Tabel 3. siswa, dan observasi terhadap proses pembe-
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata- lajaran di susunlah desain didaktis revisi.
rata kesulitan belajar pada kelas uji coba ini Berikut ini salah satu cuplikan dari de-
sebesar 51,78% sedangkan studi pendahuluan sain didaktis pada topik konsep luas limas.
75,63%. Persentase kesulitan ini masih tergo- Pada awal pembelajaran konsep luas limas,
long tinggi yang berarti siswa masih memiliki disajikan sebuah masalah yang berkaitan den-
kesulitan, penyebabnya adalah siswa jarang gan kemampuan penalaran matematis untuk
berlatih soal-soal yang memuat kemampuan materi yang sudah pernah siswa dapat sebe-
penalaran matematis. Selain latihan soal yang lumnya, seperti tampak pada Gambar 3.
diberikan guru jumlahnya terbatas sehingga
pengalaman yang dimiliki siswa masih sangat Tanggapan Siswa Terhadap Desain
sedikit. Hal ini berakibat jika diberikan soal da- Didaktis yang Dikembangkan
lam konteks lain siswa cukup merasa bingung. Tanggapan (respon) siswa terhadap
Selisih persentase ini sebesar 23,85% penggunaan desain didaktis penalaran ma-
yang dapat kita katakan cukup baik mengin- tematis dikembangkan dengan mengikuti
gat implementasi ini baru implementasi per- indikator tanggapan siswa. Penskoran meng-
tama. Namun kesulitan belajar yang muncul gunakan skala Likert dengan kriteria sangat
UNNES JOURNALS
144 Sulistiawati et al., Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP...
dan BR, yang memerlukan pengetahuan awal prisma sehingga siswa dapat menyelesaikan
teorema Pythagoras. Awalnya siswa menga- masalah ini lebih cepat dan sesuai dengan alo-
lami kesulitan namun setelah guru memberi- kasi waktu di RPP.
kan scaffolding bahwa segitiga yang memuat Pembelajaran selanjutnya siswa men-
sisi EP adalah segitiga siku-siku siswa dapat diskusikan bagaimana mengkonstruksi vo-
dengan mudah menentukan panjangnya sisi lume limas dari sebuah kubus dan prisma.
EP. Berdasarkan pengalaman pada pembelajaran
Masalah masih muncul ketika siswa sebelumnya, guru dalam memberikan scaf-
harus menunjukkan sisi-sisi mana saja yang folding tidak banyak ke kelompok per kelom-
membatasi prisma yang terbentuk. Melihat pok. Demi efektifitas dan efisiensi waktu guru
kondisi yang cukup menyita banyak waktu, secara interaktif memberikan instruksi dari
akhirnya guru memandu siswa melalui LCD depan kelas, hingga pada akhirnya siswa me-
dan papan tulis untuk mengamati prisma nyimpulkan rumus volume prisma yang me-
yang terbentuk dan sisi-sisi mana saja yang reka peroleh. Pada pertemuan ketiga ini, ma-
membatasi. Guru tidak meminta siswa meng- najamen waktu dapat lebih terkontrol, namun
hitung luas melainkan hanya mengidentifikasi peran siswa dalam berdiskusi kelompok ber-
sisi-sisi yang membatasi dan menentukan ru- kurang karena guru lebih banyak memandu.
mus luas prisma yang mereka temukan. Kare- Hal ini berdasarkan pengamatan guru siswa
na ada tiga buah prisma yang terbentuk, guru cukup sulit untuk membangun pemahaman
membagi prisma tersebut pada tiga kelompok mereka secara mandiri.
baris kemudian salah seorang anggota kelom-
pok menuliskan jawabannya di papan tulis. PENUTUP
Karena kendala waktu, pada bagian Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disim-
mengkonstruksi luas limas, hanya untuk jenis pulkan bahwa perangkat pembelajaran yang
limas segitiga yang didiskusikan sedangkan li- digunakan pada pembelajaran sebelumnya
mas segiempat siswa untuk mempelajari sen- belum dapat menggali kemampuan penala-
diri. Selanjutnya pembelajaran, guru mem- ran matematis. Kemudian, desain didaktis
bahas contoh soal pertama sedangkan yang yang dikembangkan dapat memperkecil gap
kedua dibahas oleh masing-masing kelompok yang dihadapi siswa. Kemampuan penalaran
kemudian salah seorang siswa secara sukarela matematis siswa meningkat terlihat dari ber-
mempresentasikannya. kurangnya kesulitan-kesulitan yang di alami
siswa dalam menyelesaikan soal penalaran
Pertemuan ke-3 matematis pada materi luas dan volume limas
Pembelajaran pertemuan ketiga mempelajari desain didaktis di kembangkan. Kebanyakan
tentang volume limas, hampir sama dengan siswa memberikan tanggapan yang positif
pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu terhadap desain didaktis yang dikembangkan.
diawali dari masalah. Masalah yang dimuncul-
kan adalah soal menentukan volume prisma DAFTAR PUSTAKA
Adams R & Wu M. 2000. PISA 2000 Technical Report. Or-
yang ada di dalam sebuah kubus. Semua sis- ganisation for Economic Co-operation and De-
wa sudah memahami tentang rumus volume velopment (OECD).
UNNES JOURNALS
146 Sulistiawati et al., Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP...
Brousseau, G. (2002). Theory of Didactical Situation in Suryadi. D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Ka-
Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Pub- jian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori
lishers. Didaktik, Didi Suryadi Official Website. http://
Burger, W.F. & Shaugnessy, M.J. (1986). Characterizing didi-suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIP-
the van Hiele Levels of Development in Geom- TAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf (diunduh
etry. Journal for Research in Mathematics Educa- 20 Desember 2011).
tion, 17(1), 31-48. Suryadi, D. (2011). Didactical Design Research (DDR)
Halat, E., Jakubowski, E., & Aydin, N. (2008). Reform- dalam Pengembangan Pembelajaran Matemati-
based curriculum and motivation in geome- ka. Didi Suryadi Official Website. http://didi-sury-
try. Eurasia Journal of Mathematics, Science and adi.staf.upi.edu/files/2011/06/DIDACTICAL-DE-
SIGN-RESEARCH-DDR.pdf (diunduh 4 Januari
Technology Education, 4(3), 285-292. 2012).
Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Suwaji, U.T. (2008). Permasalahan Pembelajaran Geome-
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir tri Ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya.
Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menen- P4TKM Yogyakarta: Depdiknas.
gah Pertama. Jurnal Educationist, 1(1), 47-56. Thompson, J. (2006). Assessing Mathematical Reason-
Sumarmo, U dan Permana, Y. (2007). Mengembangkan ing: An Action Research Project. Michigan State
Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik University Official Website https://www.msu.
Siswa SMA Melalui Pembelajran Berbasis Ma- edu/~thomp603/assess%20reasoning.pdf
salah. Jurnal Educationist, 1(2), 116-123. (diunduh 13 Desember 2011).
Supriatna. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Matema- Warkitri, dkk. (1990). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar.
tika Pemecahan Masalah pada Luas Daerah Se- Jakarta: Karunika UT.
gitiga.
UNNES JOURNALS