Anda di halaman 1dari 7

Ujian Tengah Semester Seminar Problematika Pembelajaran Matematika

Nama : Dinda Mahardika


Nim : 33 2013 031
Semester/Kelas : VII/A
Dosen Pengampu : Drs. Syaifudin, M.Pd.

1. Latar Belakang Penelitian Pengembangan


Matematika merupakan salah satu ilmu yang menjadi ilmu dasar bagi ilmu-
ilmu yang lain. matematika merupakan ratu sekaligus pelayan bagi ilmu yang
lain. Ratunya ilmu maksudnya matematika menjadi dasar yang memiliki peran
penting bagi perkembangan ilmu yang lain. Sedangkan pelayan ilmu, matematika
menjadi alat untuk mengembangkan kemajuan bagi ilmu-ilmu yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, betapa pentingnya mata pelajaran matematika
diajarkan di sekolah sejak jenjang pendidikan dasar. Selain hal tersebut,
matematika juga penting karena selain sebagai ilmu juga berfungsi sebagai alat
dan pola pikir (Erman Suherman dalam Eprints UNY (2012)). Namun, masih
banyak peserta didik yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang
sukar, membosankan ataupun menakutkan.
Banyak faktor yang menyebabkan matematika diberi label demikian
diantaranya; motivasi belajar siswa yang masih rendah, metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru masih tradisional dan monoton, pendekatan
pembelajaran yang tidak bersesuaian dengan materi pembelajaran, serta bahan
ajar yang tidak variatif. Fakta yang umum ditemui dilapangan guru
menggunakan bahan ajar yang monoton. Suatu proses pembelajaran dikatakan
efektif apabila guru (pengajar) mampu memberikan fasilitas belajar yang baik
kepada peserta didik (Rusdy A,Siroj , 2015:1). Fasilitas belajar yang dimaksud
diantaranya merupakan bahan ajar. Tetapi, kenyataannya banyak guru yang
terhambat dalam merancang, menyusun, hingga membuat bahan ajar sehingga
lebih memilih menggunakan buku cetak yang telah beredar di pasaran.
Buku cetak yang telah beredar di pasaran seringkali tidak sesuai dengan
standar isi pada kurikulum 2013, karena berdasarkan pengalaman peneliti ketika
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1

DindaMahardika(332013031) Page 1
Palembang, kurikulum 2013 yang berlaku khususnya untuk peserta didik kelas X
adalah kurikulum 2013 yang telah direvisi, sehingga terdapat beberapa perbedaan
dari kurikulum 2013 sebelum direvisi, terutama perbedaan pada runtutan materi
pembelajaran. Sehingga hal ini memaksa para guru untuk menyedikan bahan ajar
sebagai pedoman pembelajaran melalui pengembangan modul pembelajaran.
Menurut Farida Hanum dalam bukunya Pedoman Lengkap Membuat Karya
Tulis Penelitian & Nonpenelitian Untuk Guru halaman 50, modul merupakan
alat atau sarana pembelajaran yang berisikan materi, metode, batasan-batasan,
dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri.
Modul yang disusun juga harus memenuhi aspek kreatif, inovatif, dan
edukatif, sehingga pembelajaran dapat menarik minat belajar siswa. Hal ini dapat
dicapai apabila Pendekatan yang dipilih dalam mengembangkan modul sesuai
dengan materi pembelajaran, seperti pendekatan konstruktivisme. Menurut piaget
dalam Dahar (1988:159) pengetahuan sosial seperti nama hari dalam seminggu
atau tanda atom unsur-unsur dalam ilmu kimia dapat dipelajari secara langsung
yaitu dari pikiran guru pindah ke pikiran peserta didik. Namun, pengetahuan fisik
dan pengetahuan logika-matematik tidak dapat secara utuh dipindahkan dari
pikiran guru ke peserta didik, karena pengetahuan tersebut harus dibangun atau
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik melalui operasi-operasi atau ekuilibrasi.
Menurut pandangan teori konstruktivisme, setiap siswa mempunyai peranan
dalam menentukan kebermaknaan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada
siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan
mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan.
Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga
diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi. Di
dalam kelas konstruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya serta
dituntut berpikir secara kritis tentang cara terbaik menyelesaikan setiap masalah.
Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong
siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
permasalahan.

DindaMahardika(332013031) Page 2
Materi rumus luas segitiga yang selama ini terpatri dalam benak peserta didik
yaitu rumus untuk mencari luas segitiga adalah setengah dari perkalian antara
panjang sisi alas dan sisi tinggi segitiga. Jika komponen panjang sisi alas dan sisi
tinggi segitiga tersebut tidak diketahui dalam soal, maka siswa akan mengalami
kebingungan dalam menentukan luas segitiga. Oleh sebab itu, ternyata
menentukan luas segitiga dapat menggunakan rumus lain yaitu menggunakan
pendekatan aturan sinus ataupun melalui rumus luas segitiga yang diketahui
ketiga sisi-sisinya. Pengetahuan mengenai rumus-rumus segitiga tersebut akan
lebih efisien jika dikonstruksi sendiri oleh siswa agar pembelajaran terasa lebih
bermakna, sehingga siswa dapat memahami proses darimana suatu rumus
menentukan luas segitiga tersebut didapat.
Berangkat dari asumsi SMA Negeri 1 Palembang merupakan salah satu
sekolah Negeri unggulan terbaik di Provinsi Sumatera Selatan, maka kualitas
peserta didik yang dibina adalah mereka yang memiliki kecakapan intelektual
dengan kriteria rerata atas, sehingga membelajarkan materi rumus-rumus luas
segitiga dengan pendekatan konstruktivisme melalui modul pembelajaran yang
disusun sedemikian rupa diharapkan akan cocok untuk lebih mengembangkan
kemampuan menalar siswa dalam membangun konsep dan pengetahuan dalam
materi rumus-rumus segitiga. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika
Sebagai Media Meningkatkan Kemampuan Menalar Berdasarkan Pendekatan
Konstrukstivisme Pada Materi Rumus-Rumus Segitiga Kelas XI SMA Negeri 1
Palembang.

2. Latar Belakang Penelitian Analisis


Matematika adalah mata pelajaran wajib yang ditemui oleh setiap peserta
didik dari jenjang pendidikan terendah hingga jenjang perguruan tinggi.
Matematika menjadi ruh bagi setiap mata pelajaran yang lain. Menurut Daryanto
dalam buku Inovasi Pembelajaran efektif halaman 156, matematika bukan
hanya sekedar aktivitas mengenai penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai
dengan kebutuhan hidup modern. Karena itu, materi matematika bukan lagi
ekedar aritmetika, melainkan beragam jenis topik dan persoalan yang akrab
dengan kehidupan sehari-hari.

DindaMahardika(332013031) Page 3
Mengingat begitu besar dan pentingnya aplikasi matematika dalam
kehidupan sehari-hari, ternyata matematika pun hingga saat ini belum menjadi
pelajaran yang difavoritkan oleh para peserta didik, hal ini terbukti melalui hasil
tanya-jawab yang dilakukan peneliti kepada beberapa peserta didik (reponden)
dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi, ketika para responden
diberikan pertanyaan mengenai bagaimana pendapatnya mengenai pelajaran
matematika, sebagian besar responden menjawab bahwa matematika itu sulit,
rumit, menyebalkan, membingungkan, hingga menakutkan dan lain sebagainya.
Menurut Daryanto (2013), terkait rasa apriori berlebihan terhadap
matematika ditemukan beberapa penyebab rasa takut (fobia) terhadap pelajaran
matematika, diantaranya adalah yang mencakup penekanan berlebihan pada
penghafalan semata, penekanan pada kucepatan berhitung, pengajaran otoriter,
kuragnya variasi pada proses belajar mengajar matematika, dan penekanan
berlebihan pada prestasi individu. Jika dibiarkan terus-menerus hal tersebut akan
menyebabkan rasa benci hingga tidak berminat bahkan cenderung menghindari
mempelajari matematika, sehingga pelajaran matematika hanya dipelajari
sebagai tuntutan kewajiban dari kurikulum tanpa ada kebermaknaan belajar yang
dialami oleh peserta didik. Perasaan tersebut kita dalam psikologi pembelajaran
ita kenal sebagai kecemasan matematika atau Math Anxiety. Dikutip dari sebuah
artikel Ellen Freedman (1988) menyatakan bahwa Math Anxiety is a feeling of
intense frustration or helplessness about one's ability to do math. Kecemasan
matematika muncul akibat perasaan frustasi dan putus asa dalam menyelesaikan
berbagai masalah matematika.
Dikutip dari Draft kurikulum 2013 Kemendikbud (2013) kurikulum 2013
mengisyaratkan terdapat penambahan beban belajar di setiap jenjang pendidikan,
untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) yaitu beban belajar kelas X
bertambah dari 38 jam pelajaran menjadi 42 jam pelajaran, sedangkan kelas XI
dan XII bertambah dari 38 jam pelajaran menjadi 44 jam pelajaran. Menurut
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur
kurikulum, Beban belajar merupakan kesuluhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester dan satu tahun pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan peserta
didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak tersruktur untuk mencapai

DindaMahardika(332013031) Page 4
standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan
tingkat perkembangan peserta didik. Beban Belajar pelajaran Matematika Kelas
X program MIA (Matematika dan Ilmu Alam) mendapatkan dua macam mata
pelajaran matematika yaitu matematika wajib sebanyak 4 jam pelajaran dan
matematika peminatan sebanyak 3 jam pelajaran.
Berdasarkan pengalaman peneliti ketika menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Palembang, banyak siswa yang mengeluhkan
semakin banyaknya beban belajar pelajaran matematika yang harus mereka
hadapi. Sehingga hal ini mengakibatkan pelajaran matematika semakin
mengerikan hingga menyebabkan kecemasan tersendiri di hati para peserta didik.
Matematika yang sering diberi stereotype sebagai pelajaran tersulit memiliki
beban belajar yang semakin banyak.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul Analisis Kecemasan Belajar Matematika Terhadap Beban
Belajar Matematika Wajib dan Matematika Peminatan Kelas X MIA di SMA
Negeri Unggulan Kota Palembang

3. Latar Belakang Penelitian Eksperimen


Pendidikan merupakan salah satu proses untuk mengembangkan aspek-aspek
kepribadian manusia yang menyangkut pengetahuan, sikap serta keterampilan
untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik.
Menurut Undang-Unang RI No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 (dalam Elis
Yusimarliah, 2007: 1). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Menurut Ruseffendi( 2006 : 22 ), tujuan pendidikan nasional itu dapat dibaca
pada GBHN sebagai berikut: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsan dan cinta tanah air,agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

DindaMahardika(332013031) Page 5
Dari pernyataan di atas, bahwa pendidikan itu sangat berguna sekali bagi
manusia, karena dengan pendidikan akal budi manusia akan berkembang
sehingga memiliki kemampuan dan kepribadian yang di perlukan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup pesat, sehingga
semua pihak memperoleh pengetahuan yang cepat dan mudah. Maka siswa pun
dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan
kemampuan bekerja sama yang efektif.
Kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan melalui belajar
matematika karena penggunaanya yang universal dalam berbagai ilmu.
Sebagaimana dalam Depdiknas (2003 : 8) Mata pelajaran Matematika dapat
membantu menumbuh kembangkan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan
kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah
Sejalan dengan uraian di atas, bahwa kebanyakan siswa tidak menyukai
matematika, karena materinya dirasakan sulit sehingga materi pelajaran kurang
dipahami dan dimengerti sehingga menimbulkan siswa menjadi males.
Bermasalahnya pembelajaran matematika disekolah ditunjukan oleh rendahnya
hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar dikarenakan rendahnya pula
pemahaman siswa dalam matematika, diakibatkan karena guru berkonsentrasi
terhadap-hal-hal yang procedural dan mekanistik, sehingga pembelajaran
disampaikan secara informative dan siswa dilatih menyelesaikan soal tanpa
dilihat proses pemahaman dan kemampuannya dalam memcahkan masalah.
Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diteliti faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa dalam belajar matematika.
Sebagaimana Ruseffendi (2006 : 7) mengatakan :
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar
diantaranya yaitu kecerdasan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, dan
model pembelajaran.
Peran serta guru dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan proses
kegiatan belajar mengajar, karena merupakan komponen utama yang
bertanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus
memiliki metode pembelajaran yang jitu agar siswa mendapatkan suasana belajar
yang menyenangkan.

DindaMahardika(332013031) Page 6
Dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa , maka
guru dapat memilih salah satu pendekatan yang akan diberikan kepada siswa
salah satunya adalah dengan Pendekatan Realistik. Pendekatan Realistik
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami
pembelajaran matematika,karena dengan menggunakan pendekatan realistik
membantu siswa mengembangkan daya pikir matematika sehingga sisa dapat
menjawab permasalahan. Oleh karena itu, pembelajaran pembelajaran
matematika dengan pendekatan realisti dapat dikaitkan dengan upaya
pengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian
dengan judul Skripsi Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Pendekatan Realistik terhadap Pemahaman konsep
matematika

DindaMahardika(332013031) Page 7

Anda mungkin juga menyukai