Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Kharisma & Asman (2018) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat

dilaksanakan dalam lembaga formal dan non-formal. Pada pendidikan formal

penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang akan

dicapai, karena tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur dari

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga

pendidikan formal memiliki tujuan pendidikan yang dioperasionalkan menjadi

tujuan pembelajaran dari bidang studi tertentu termasuk matematika . Matematika

merupakan ilmu dasar yang memiliki peran dalam proses kehidupan. Dalam

kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas dari matematika, baik dari hal yang

kecil sampai pada perkembangan teknologi yang canggih.. Oleh karena itu, mata

pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Novitasari (2016) mengungkapkan manusia dalam kehidupannya tak lepas

dari matematika. Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan

yang dibutuhkan kapan dan dimana saja sehingga matematika menjadi hal

penting. Namun dalam pembelajaran matematika masih terdapat kendala-kendala

yang menyebabkan siswa gagal dalam pelajaran ini. Kendala tersebut berkisar

pada tingkat kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap, kebiasaan belajar,

ketekunan, kesehatan baik fisik maupun psikis. Faktanya salah satu penyebab
kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa tidak memiliki motivasi

belajar, minat, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kesehatan baik fisik maupun

psikis atau siswa tidak memiliki tingkat kecerdasan yang baik. Lemahnya

ketertarikan dan apresiasi siswa terhadap matematika bisa berakibat

ketidakpahaman matematika hingga ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Itu

terjadi karena jika siswa tidak memiliki ketertarikan dan apresiasi terhadap

matematika mengakibatkan siswa tidak semangat dalam pembelajaran

matematika.

Sofyan & Ratumanan (2018) mengungkapkan matematika merupakan

mata pelajaran yang dianggap penting dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.

Terdapat banyak manfaat mempelajari matematika, di antaranya (1) membantu

memecahkan masalah baik dalam kehidupan, (2) mengembangkan kemampuan

berpikir logis, (3) mengembangkan kemampuan visualisasi dan abstraksi, dan (4)

memberikan dasar bagi pengembangan berbagai bidang ilmu. Karena manfaatnya

yang besar tersebut, matematika diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi .

Ratumanan dan laurents (2016) mengungkapkan dalam dunia pendidikan

sekolah di Indonesia, mata pelajaran matematika menempati posisi strategis. Mata

pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika dimaksudkan untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,


kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan

agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif. Pembelajaran matematika diharapkan tidak hanya

mengantarkan siswa untuk menguasai konsep matematika (lebih luas objek

matematika) tetapi pembelajaran matematika akan menata kemampuan berpikir

siswa, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, dan berbagai

kemampuan lainnya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran matematika pada satuan pendidikan

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sayangnya matematika kemudian dianggap mata pelajaran yang sulit,

membosankan, tidak menarik, dan bahkan cenderung dianggap momok bagi


sebagian besar siswa. Hal ini umumnya disebabkan karena pembelajaran

matematika yang cenderung monoton, strukturalis, kurang menarik, dan kurang

kontekstual.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP

Negeri 1 Mataram pada tanggal 2 februari 2021. SMP Negeri 1 Mataram

menggunakan kurikulum 2013. Hasil ulangan harian maatematika kelas VIII H

semester gasal tahun pelajaran 2020/2021 menunjukkan 12,5 % siswa yang belum

mencapai KKM sekolah. Kesulitannya adalah saat melakukan pemecahan masalah

terhadap soal yang diberikan. Sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan

pengetahuan siswa dalam melakukan pemecahan masalah terhadap soal

matematika yang diberikan.

Yusri (2018) mengungkapkan kemampuan pemecahan masalah

merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki


untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin. Pemecahan

masalah merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa didalam memahami serta

memilih strategi pemecahan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Walaupun

dianggap sangat penting, tapi kegiatan pemecahan masalah masih dianggap

sebagai bahan yang sulit dalam matematika

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan cara yang tepat untuk

membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dan salah

satunya adalah dengan memberikan model pembelajaran yang tepat. Dalam

intraksi belajar mengajar, model pembelajaran dipandang perlu untuk

meningkatkan keterampilan dan sikap tertentu siswa. Dan salah satu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran yang

berbasis masalah atau biasa disebut dengan Problem Based Learning (PBL)

Yusri (2018)Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)

adalah pendekatan pengajaran yang memberikan tantangan bagi siswa untuk

mencari solusi dari permasalahan dunia nyata secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada

prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan

ilmu baru. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam memahami konsep yang diberikan. Model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) didesain dalam bentuk

pembelajaran yang diawali dengan struktur masalah real yang berkaitan dengan

konsep-konsep matematika yang akan diajarkan, siswa tidak hanya sekedar


menerima informasi dari guru saja tetapi guru harus memotivasi dan mengarahkan

siswa agar terlibat aktif dalam seluruh proses pembelajaran.

Penelitian tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL

ini pernah dilakukan oleh Yusniar Wulandari (2016) dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa di SMP N 1 SP PADANG”. Berdasarkan hasil

penelitiannya dengan menerapkan model pembalajaran berbasis masalah pada

siswa, bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami

peningkatan. Dan peneleti lain juga yang pernah melakukan penelitian

menggunakan model pembelajaran PBL ini adalah Triya Wati (2015) dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VIII SMP

NEGERI 38 PALEMBANG”. Dan hasil penelitiannya adalah hasil belajar siswa

mengalami peningkatan dengan menerapkan model pembelajarn berbasis masalah

ini.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL

MATEMATIKA BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 24

MATARAM”.

Anda mungkin juga menyukai