Anda di halaman 1dari 3

Sinopsis Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber


Daya Manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan hidup bangsa. Kemajuan
suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan anak bangsa itu. Berdasarkan
tujuan pendidikan nasional, guru memiliki tanggung jawab besar terhadap
keberhasilan pendidikan demi kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini berarti
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh guru dan siswa. Kegiatan utama dalam
pendidikan yang memperoleh perhatian adalah proses pembelajaran siswa.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Suardi, 2015:7).

Pembelajaran dikaitkan dengan mata pelajaran yang akan di bahas, dalam hal ini
adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di setiap


jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika sangat
penting peranannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
kehidupan sehari-hari matematika digunakan untuk memecahkan masalah pada
kehidupan manusia. Fungsi matematika sebagai suatu struktur, kumpulan sistem dan
system deduktif serta ratunya ilmu dan pelayan ilmu (Hamzah dan Muhlisrarini,
2014: 59).

Pembelajaran matematika masih dianggap sulit dan menakutkan bagi sebagian


besar siswa di Indonesia termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, cenderung sulit diterima
dan dipahami oleh siswa. Kesulitan pada pembelajaran matematika pun seolah
bertambah karena saat ini dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang
membuat pendidik dan peserta didik sulit berkomunikasi. Ruang lingkup
pembelajaran hanya bisa dilakukan melalui pembelajaran daring. Pendidik kesulitan
untuk menyampaikan materi secara terstruktur dan peserta didik mengalami kendala
untuk mencerna materi yang dipelajari dengan baik.

Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan untuk para pendidik guna menemukan
model dan metode pembelajaran yang tepat supaya minat peserta didiknya tidak
berkurang untuk belajar serta konsep pelajaran bisa dipahami dengan baik oleh
peserta didiknya sehingga hasil belajar siswanya sesuai dengan harapan.

Adapun berdasarkan observasi penulis di SMP Negeri 35 Batam, peneliti


menemukan sebagian besar masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IX SMP Negeri
35 Batam dalam pelajaran matematika selama masa pandemi adalah siswa kesulitan
memahami ringkasan materi yang telah diberikan oleh guru melalui google
classroom, ditambah lagi mereka kewalahan untuk mengerjakan soal-soal latihan
dengan pemahaman mereka yang masih kurang terhadap materi yang diberikan guru
dalam bentuk soft file PPT di google classroom. Sedangkan masalah yang dihadapi
berdasarkan sudut pandang gurunya, penulis dapat menemukan bahwa sulitnya untuk
melakukan tatap muka secara daring melalui aplikasi zoom karena tidak semua siswa
merespon dengan baik himbauan gurunya untuk mengikuti jadwal meeting. Dari 38
siswa, hanya 10 siswa yang mengikuti meeting padahal jadwal meeting sudah
diberitahu 3 hari sebelum meeting dilaksanakan. Sehingga guru memilih untuk
memberikan materi dan tugas melalui google classroom saja dan jarang melakukan
meeting. Jadi dapat dikatakan pemahaman materi siswa masih kurang jika hanya
ditinjau dari metode luring saja dan minat belajar siswa masih rendah jika ditinjau
dari metode daring saja.

Menyadari permasalahan tersebut, perlu adanya metode dan model yang tepat
dalam pembelajaan matematika di masa pandemi saat ini, Karakteristik siswa yang
lebih mudah jenuh memahami penyampaian materi guru hanya bermodalkan
ringkasan materi di google classroom dan kurangnya minat untuk menghadiri
meeting bila dilakukan secara terus-menerus, maka sangat tepat bila dilakukan
dengan model blended learning. Blended Learning berasal dari kata Blended dan
Learning. Blended membawa maksud campuran dan Learning bermaksud belajar.
Dari kedua-dua unsur kata tersebut dapat diketahui bahwa konsep Blended Learning
ini merupakan percampuran pola belajar. Menurut Mosa, Yoo, dan Sheets (2011),
pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yaitu pembelajaran di kelas
dengan online learning. Konsep blended learning ini ialah pencampuran model
pembelajaran konvensional dengan belajar secara online. Peserta didik diharapkan
selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanya
berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Blended learning ini
akan memperkuat model belajar konvensional melalui pengembangan teknologi
pendidikan (Zaharah Hussin, 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tampak bahwa blended learning


dibangun dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
online.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Akhbar Galang M, Wahyuni


Suryaningtiyas, dan Febriana Kristanti pada tahun 2016. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar dan respon siswa dengan menggunakan model
pembelajaran blended learning lebih baik daripada siswa yang belajar tanpa
menggunakan model blended learning.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian


dengan judul “Efektivitas Model Blended Learning Selama Pembelajaran Daring
Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 35 Batam”

Efektivitas Model PBL Berbasis Blended Learning Terhadap


Pemahaman Matematis Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII SMPN 35 Batam.

Anda mungkin juga menyukai