Anda di halaman 1dari 8

METODE KOOPERATIF LEARNING TYPE TUTOR SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MATERI SATUAN


WAKTU KELAS III SDN HAURKUNING

Andry Raharja, andry146raharja@gmail.com, PGSD UT

ABSTRAK
Pembelajaran matematika materi satuan waktu di kelas III SDN Haurkuning ditemukan
permasalahan hasil belajar matematika siswa yang rendah. Dari 20 orang siswa hanya 10 orang
siswa yang nilainya diatas KKM atau hanya 50%. Rendahnya hasil belajar matematika siswa yaitu
hanya sebagian siswa saja dari seluruh siswa yang aktif berpartisifasi ketika proses belajar
mengajar karena penggunaan metode pembelajaran dari guru yang tidak bervariasi. Tujuan
penelitian perbaikan pembelajaran ini Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
matematika materi satuan waktu di kelas III SDN Haurkuning Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning type tutor sebaya,
penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus perbaikan. Hasil penelitian menggambarkan hasil
belajar siswa mengalami peningkatan. setelah diadakan perbaikan dengan menggunakan
penerapan metode pembelajaran kooperatif learning type tutor sebaya, hasil belajar siswa
meningkat dengan nilai di atas KKM adalah 100% dengan rata-rata nilai 74,5.

Kata kunci: tutor sebaya, kooperatif, hasil belajar siswa

Pendahuluan
Pentingnya pendidikan dalam kehidupan, pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan
seseorang, keluarga, bangsa atau negara. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi oleh suatu negara. Upaya negara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah dengan meningkatkan sistem pendidikannya sesuai dengan Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat 1 (Depdiknas, 2003) yang
menjelaskan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar supaya potensi peserta didik untuk mempunyai kekuatan
spiritual keagamaan dan akhlak mulia, pengendalian diri dan kepribadian, kecerdasan dan
keterampilan, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa
dan negara, dapat berkembang dengan aktif.
Pendidik profesional harus menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran, komunikatif, dan memanfaatkan sarana dan prasana yang
tersedia secara optimal sehingga siswa lebih aktif dan partisipatif dalam pembelajaran. Pendidik
yang baik bisa membuat siswa ikut terlibat dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti
pembelajaran tujuannya agar potensi yang terdapat pada setiap siswa bisa dikembangkan.
Potensi yang berbeda-beda dimiliki setiap siswa, potensi tersebut ada yang merupakan potensi
bawaan/gen, ada juga potensi yang timbul pada saat siswa tersebut menyukai sesuatu.
Salah satu sarana dalam membangun SDM yang berkualitas adalah pendidikan formal.
Pendidikan matematika merupakan salah satu dari bagian pendidikan formal yang ikut
berkontribusi membangun SDM berkualitas tinggi dalam suatu negara. Mengingat pentingnya
matematika maka dalam proses pembelajarannya harus dilakukan dengan optimal.
Dalam fakta observasi hasil belajar siswa pada materi satuan waktu mata pelajaran
matematika di kelas III SD Negeri Haurkuning Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang,
teridentifikasi masalah yang dapat menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa, yaitu hanya
sebagian siswa saja dari seluruh siswa yang aktif berpartisifasi ketika proses belajar mengajar
berlangsung sehingga berdasarkan evaluasi hasil belajar dari jumlah 20 siswa masih ada 50%
siswa yang hasil belajarnya tidak tuntas atau dibawah KKM. Menurut Suherman (2003)
pembelajaran yang harus dilakukan guru adalah pembelajaran yang efektif untuk mencapai
hasil belajar, penggunaan waktu, tenaga maupun materi yang efesien, serta dalam mencapai
tujuannya yang ditetapkan dengan terarah.
Penyebab pasifnya sebagian siswa yang mengakibatkan hasil belajar yang rendah pada
saat proses pembelajaran berdasarkan informasi yang dikumpulkan peneliti dari siswa karena
penggunaan metode guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah
saja. Dalam pembelajaran guru lebih sering melibatkan siswa yang intelektualnya lebih tinggi
saja, sehingga siswa yang intelektualnya biasa atau rendah hanya mendengarkan dan menyimak
apa yang diterangkan oleh guru saja. Penerapan metode pembelajaran kooperatif learning type
tutor sebaya merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah guru yang hanya
menerapkan metode ceramah saja. Suherman (2003:45) menjelaskan metode tutor sebaya
merupakan metode yang memberikan solusi kepada siswa yang kesulitan ketika memahami
materi pelajaran yang diajarkan dibantu sekelompok siswa yang telah tuntas hasil belajarnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan masalah penelitian adalah
Bagaimana hasil belajar matematika materi satuan waktu di kelas III SDN Haurkuning
Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif learning type tutor sebaya?”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
matematika materi satuan waktu di kelas III SDN Haurkuning Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning type tutor sebaya.
Hasil penelitian bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi
satuan waktu di kelas III. Bagi guru untuk memotivasi menggunakan model-model
pembelajaran. Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.
Kerangka Dasar Teori
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Menurut Ischak dan Warji dalam suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya
adalah pemberikan bantuan kepada siswa yang masih kesulitan memahami bahan pelajaran
yang diajarkan oleh sekelompok siswa yang sudah memenuhi ketuntasan belajar. Dalam tutor
sebaya, teman sebaya yang lebih mampu dalam penguasaan materi pelajaran memberikan
bantuan kepada siswa-siswa di kelasnya di sekolah. Kecanggungan siswa dapat dihilangkan
dengan bantuan belajar yang dilakukan teman sebaya. Siswa yang kurang mampu dalam
pelajaran lebih mudah memahami bahasa dari teman sebaya, selain itu tidak ada rasa malu,
rendah diri, enggan terhadap teman sebaya, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi yang
kurang paham mau mengungkapkan kepada teman sebayanya (Suherman, 2003:277).
Ruseno dalam Hastari (2010, P. 46) mengatakan bahwa pembelajaran dengan metode
tutor sebaya siswa yang menjadi tutor bebas untuk mengembangkan metode dalam menjelaskan
materi kepada teman-teman di kelompoknya. Namun demikian, guru juga memberikan
tanggung jawab kepada tutor agar dapat menjelaskan materi pelajaran yang masih belum
dipahami temannya, sehingga dalam pelaksanaannya tutor dalam menyampaikan materi bisa
lebih leluasa sesuai dengan keinginan teman yang dibantunya.
Tutor sebaya dikenal sebagai pembelajaran antar siswa atau teman sebaya, hal ini bisa
terjadi ketika siswa yang lebih mampu dalam memahami materi pelajaran kemudian membantu
siswa yang kurang mampu. Strategi untuk membantu temannya dengan mengalokasikan waktu
khusus tiap harinya agar siswa saling membantu dalam kegiatan belajar memahami suatu materi
pelajaran secara berkelompok kecil.
Tutor sebaya ini merupakan pendekatan kooperatif yang menghilangkan kompetitif.
bekerja bersama dalam kelompok menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengerti antar
sesama siswa. Siswa yang menjadi tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya yang
diberikan tanggungjawab membimbing temanya. Ketika mereka sedang belajar menggunakan
tutor sebaya, siswa juga mengembangkan kemampuan dirinya lebih baik lagi untuk
berkonsentrasi, mendengarkan, dan memahami apa yang dipelajari lebih bermakna. Penjelasan
tutor sebaya kepada temannya dibandingkan guru lebih memungkinkan berhasil dipahami
karena siswa dalam melihat masalah berbeda cara dibandingkan orang dewasa karena mereka
menggunakan bahasa yang akrab pada temannya.
Penggunaan metode pembelajaran tidak hanya memiliki kelebihan tetapi memiliki
kekurangan, metode tutor sebaya memiliki kekurangan antara lain : (1) Tidak semua siswa
dapat menjelaskan kepada temannya. (2) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan
temannya.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dalam Sutejo (2009: 48), hasil belajar diperoleh dari pengalaman-
pengalaman atau latihan siswa. Latihan diikuti siswa selama pembelajaran yang berupa
keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah prestasi belajar siswa
yang diperoleh dari awal sampai akhir pembelajaran. Menurut Sudjana (2014: 3) hasil belajar
adalah setelah siswa melalui proses pembelajaran terjadi perubahan tingkah laku.
Dari beberapa pengertian hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang hasil dari perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang diukur dengan proses penilaian setelah melakukan
kegiatan belajar yang kemudian menjadi nilai siswa atas pencapaiannya. Hasil belajar
matematika lebih dominan pada aspek kognitif yang berhubungan dengan kemampuan berfikir.
Hakekat Matematika
Menurut Marsigit (2009: 6) hakekat mempelajari matematika adalah mempertemukan
pengetahuan obyektif dan subyektif matematika melalui interaksi sosial untuk menguji dan
mempresentasikan pengetahuan-pengetahuan baru yang diperolehnya. Matematika di sekolah
memegang peranan penting bagi siswa, yaitu untuk kehidupan bermasyarakat nantinya.
Menurut Ebbutt, S dan Straker dalam Marsigit (2008: 9) memberikan definisi matematika
sekolah sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan, kreativitas yang memerlukan
imajinasi, intuisi, dan penemuan, kegiatan pemecahan masalah (problem solving), dan sebagai
alat berkomunikasi.
Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya
berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Hakikat
matematika adalah pola pikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logik (johnson dan
rising dalam Karso, 2004: 1. 39-1.40). Dalam artian matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya
dengan simbol mengenai arti daripada bunyi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya.
Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep
dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Metode
Subjek Penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Haurkuning Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2022/2023 sebanyak 20 siswa dengan jumlah siswa
Laki-laki 10 dan siswa Perempuan sebanyak 10 orang. Penelitian dilaksanakan di kelas III SD
Negeri Haurkuning Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2022/2023,
beralamat di Desa Haurkuning Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Kode Pos 45381.
Penelitian dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023 yang dilaksanakan dalam
dua siklus, siklus I tanggal 3 Nopember 2022 dan siklus II tanggal 9 Nopember 2022.
Perbaikan pembelajaran didesain dalam dua siklus. Tahapan setiap siklus , yaitu: (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan; dan (3) observasi; dan (4) refleksi. (teknik analisis data). Tahap
Perencanan yaitu : (1) Menyiapkan RPP; (2) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan
pada setiap tindakan; (3) Mengadakan tes awal untuk menentukan kelompok yang menjadi tutor
dan kelompok teman; dan (4) Membagi kelompok dan menjelaskan maksud pembagian
kelompok dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Tahap tindakan melaksanakan
skenario yang telah direncanakan, yaitu : (1) Kelompok yang menjadi tutor mendapat materi
secara langsung dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada
di kelas diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan; (2) Guru menjelaskan
materi dengan terlebih dahulu mengadakan apersepsi; (3) Pada akhir satu jam pelajaran guru
melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari kegiatan belajar; dan (4) Setelah satu
jam pelajaran kelompok teman belajar materi dengan dibimbing oleh kelompok tutor. Tahap
observasi dilaksanakan dengan mengamati proses kegiatan selama pembelajaran berlangsung.
Tahap refleksi dilakukan untuk mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan
hasil pengamatan.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah (1) Lembar Observasi Aktivitas Guru dan
Siswa untuk menilai aktivitas Guru dan aktivitas Siswa; (2) hasil tes belajar siswa,
menggunakan instrumen Tes Formatif. Data kemudian dianalisis secara deskriptif
menggunakan teknik persentase; dan (3) ketuntasan individu, menggunakan acuan KKM yang
telah ditentukan; dan (5) rata-rata kelas, menggunakan rumus :
Jumlah Perolehan Nilai Siswa x 100%
Jumlah Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pra siklus penulis menggunakan data awal yaitu nilai ulangan harian, dari data 20
siswa, 10 siswa sudah tuntas dan ada 10 siswa belum tuntas, dengan rata-rata hanya 60,25, nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Dengan kondisi seperti ini pembelajaran matematika
khususnya materi satuan waktu hasilnya kurang memuaskan, karena tidak ada variasi dalam
proses belajar-mengajar dan media yang digunakannya pun kurang tepat sehingga
pembelajaran menjadi monoton terlihat pada saat belajar ada siswa yang mengantuk dan merasa
jenuh untuk mengikuti pembelajaran, selain itu minatnya untuk belajar juga kurang terbukti
pada saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan sehingga ini juga dapat menyebabkan pemahaman terhadap materi kurang,
sehingga siswa tidak memahami konsep satuan waktu.
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dilihat dari perolehan hasil ulangan tes
formatif dari 20 siswa, 14 siswa sudah tuntas dan ada 6 siswa yang belum tuntas belajar, dengan
rata-rata mencapai 67,75, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45. Dengan melihat kenaikan
hasil belajar dari pra siklus merupakan hasil yang sudah cukup baik, maka dalam perbaikan
pembelajaran siklus I yang perlu ditekankan dalam proses pembelajaran menggunakan metode
yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada pembelajaran matematika dengan materi pokok
satuan waktu dengan menerapkan metode tutor sebaya sangat nampak pada hasil pembelajaran
terjadi peningkatan dibandingkan dengan mengajar hanya menggunakan ceramah saja tanpa
menggunakan media pembelajaran. Tentunya dalam proses pembelajaran siswa dilibatkan,
segala sesuatunya siswa lebih banyak berperan dan aktif dalam proses pembelajaran dan guru
hanya sebagai fasilitator saja.
Dalam perbaikan pembelajaran siklus I masih terdapat 6 siswa yang belum menguasai,
memahami dan menjawab pertanyaan serta nilai ulangan belum tuntas. Hal ini disebabkan guru
belum maksimal dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan seperti
penggunaaan alat peraga masih belum maksimal, kurang memberikan bimbingan dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan menjadi perhatian yang serius dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran siklus II.
Pada siklus II aktivitas belajar siswa semakin meningkat karena dalam pembelajaran guru
menyampaikan materi dengan jelas dan runtut disertai dengan penggunaan media pembelajaran
yang cukup menarik siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
peningkatan aktivitas-aktivitas dalam proses pembelajaran membawa efek yang positif dalam
pencapaian prestasi siswa. Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes formatif adanya
peningkatan yang sangat memuaskan. Dari data 20 siswa yang mendapat nilai tuntas ada 18
siswa dan siswa yang belum tuntas ada 2 siswa dengan rata-rata mencapai 74,5, nilai tertinggi
100 dan nilai terendah 50. Dengan demikian perbaikan pembelajaran siklus II dianggap berhasil
dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya hanya perlu bimbingan khusus terhadap 2
siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran satuan waktu.
Jadi penggunaan metode tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah
dasar sangat cocok digunakan senada dengan Edens (seperti dikutip dalam Mayasari et al. 2016)
mengemukakan bahwa “tutor sebaya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan
abad 21”.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan hasil
belajar siswa dengan menerapkan model Tutor sebayap ada pembelajaran matematika materi
operasi hitung bilangan di kelas III meningkat. Dapat dilihat dari siswa yang memenuhi KKM
yang dicapai yaitu siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan data awal, kemudian
pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Sehingga
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian adalah sebagai berikut: 1) kepada siswa, melalui tutor sebaya diharapkan siswa
lebih proaktif dan motivasi belajar meningkat ketika mengikuti pembelajaran 2) kepada
guru, guru harus bisa memilih tutor yang mampu memotivasi rekannya dan mau berbagi
ilmu yang yang dimilikinya kepada teman-temannya. 3) bagi kepala sekolah, kepala
sekolah dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 4) peneliti
lain, peneliti lain diharapkan bisa menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, S. (2017). Belajar dan pembelajaran berbasis cooperatif learning. Magelang : Graha
Cendekia
Hastari, R. C., (2019). Penerapan strategi tutor sebaya dalam meningkatkan motivasi belajar
matematika. E-Jurnal ABDIMAS Unmer Malang, 4(1), 46-50.
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpkm/article/viewFile/2811/1852
Kemmis, Mc. Taggart. (1990). Metode penelitian. Dalam https://repository.unpas.ac.id diunduh
pada 12 November 2022.
Mayasari et al. (2016). Apakah model pembelajaran tutor sebaya dan project based learning
mampu melatihkan keterampilan abad 21?. E-Journal IKIP PGRI Madiun, 2(1), 48-45.
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPFK/article/view/24/24
Wardhani, IG.A.K. (2020). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai