Anda di halaman 1dari 8

Journal of Classrom Action Research

Original Paper

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Media


Pembelajaran Segitiga Bongkar Pasang dengan Strategi STAD

Dedi Setiawan 1*
1 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Indonesia

DOI: https://doi.org/10.29303/jcar.v3i1.629

*Corresponding Author: Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan Segitiga Bongkar
Dedi Setiawan, Sekolah Pasang sebagai sebuah media pembelajaran materi Matematika untuk
Menengah Pertama Negeri 3 sekolah di daerah tertinggal seperti SMP Terbuka. Pembuatan media
Lingsar, Kabupaten Lombok dilakukan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan realistis pada
Barat, NTB, Indonesia. 15 Tempat Kegiatan Belajar (TKB) SMP terbuka Narmada I yang berinduk
Email: di SMPN 3 Lingsar seperti TKB Mandiri Montong Buwuh II. Jenis
dsetiawan_smp3@gmail.com penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan
melibatkan 7 orang siswa kelas VII. Teknik pengumpulan data pada hasil
belajar dengan memberikan tes evaluasi pada siswa setelah pembelajaran
berlangsung di setiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
KKM 70, ketuntasan klasikal siswa pada Siklus I sebesar 28,6% dan
meningkat menjadi 85.7% pada Siklus II. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan media Segitiga Bongkar Pasang dengan
strategi STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Media Segitiga Bongkar Pasang; Strategi STAD; Hasil belajar

Pendahuluan di desain guna memberikan pemahaman dan


meningkatkan prestasi belajar peserta didik
Pendidikan merupakan usaha yang (siswa).
dilakukan oleh orang yang ddiberikan Rendahnya konsep belajar siswa di
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta sekolah sering sekali dijadikan permasalahan
didik (Muhson, 2010). Pendidikan diharapkan belajar dari siswa tersebut dalam memahami
menjadikan peserta didik mampu mencapai materi (Triani, 2014). Indikasi ini
proses pendewasaan dan kemandirian dimungkinkan karena faktor belajar siswa
menjadi lebih baik (Muhson, 2010). yang kurang efektif, sehingga siswa sendiri
Pendidikan juga merupakan bimbingan tidak merasa termotivasi dalam mengikuti
yang diberikan dengan sengaja oleh orang pembelajaran di kelas. Akibatnya, siswa
dewasa kepada anak-anak, dalam kurang atau bahkan tidak memahami materi
pertumbuhannya (baik jasmani maupun yang bersifat sukar, yang di berikan oleh guru
rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan tersebut. Kecenderungan pembelajaran kurang
masyarakat (Sunain, 2016). Dalam arti lain, menarik ini merupakan hal yang wajar dialami
pendidikan merupakan pendewasaan peserta oleh guru yang tidak memahami kebutuhan
didik agar dapat mengembangkan bakat, dari siswa tersebut, baik dalam karakteristik
potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam maupun dalam pengembangan ilmu. Jadi
menjalani kehidupan (Sururuddin, 2016) . bukan hanya menerapkan pembelajaran
Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan berbasis konvensional.

© 2020 The Author(s). This open access article is distributed under a Lisensi
Creative Commons 4.0 Internasional
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

Pembelajaran yang baik dapat dalam mengemukakan ide atau pendapatnya;


ditunjukan dari suasana pembelajaran yang dan (4) Rendahnya keaktifan siswa dalam
kondusif (Setyosari et al., 2016). Karena dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut
era perkembangan Iptek yang begitu pesat, dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan
profesionalisme guru tidak cukup hanya umum semester ganjil tahun pelajaran
dengan kemampuan membelajarkan siswa, 2014/2015 kelas VII SMP Terbuka Narmada I
tetapi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, 2001). yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan
Salah satu ciri guru yang profesional adalah Minimal (KKM) yaitu 56,67 dari nilai KKM
bagaimana dirinya memilih strategi dan media yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
pembelajaran yang tepat dalam setiap materi Dari hasil observasi di atas, salah satu
pelajaran yang diampunya. Ketepatan dalam faktor penyebab rendahnya aktivitas dan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang prestasi belajar matematika siswa di SMP
dilakukan dapat mempengaruhi aktivitas dan Terbuka Narmada I adalah kurang tepatnya
prestasi belajar siswa pada proses metode dan media yang digunakan oleh guru
pembelajaran. Pemilihan suatu metode dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan:
pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan (1) kurangnya kreatifitas siswa dalam
materi pembelajaran, tingkat kecerdasan menemukan jawaban atau solusi terhadap
siswa, serta lingkungan dan kondisi setempat. masalah yang dihadapi selama pembelajaran
Sebab waktu yang diperoleh siswa untuk berlangsung; (2) selama pembelajaran guru
belajar di tiap-tiap bidang studi sangat terbatas kurang memberikan kesempatan kepada siswa
khususnya matematika. untuk menemukan sendiri cara penyelesaian
Matematika merupakan salah satu dari masalah yang dihadapi selama pembelajaran
bidang studi yang menduduki peranan berlangsung; (3) siswa jarang bertanya; (4)
penting dalam dunia pendidikan (Sholihah & interaksi pembelajaran berkesan monoton dan
Mahmudi, 2015). Matematika merupakan didominasi oleh siswa yang pintar saja; (5)
subjek yang sangat penting dalam sistem siswa takut untuk mengemukakan
pendidikan di seluruh dunia (Munzir, 2015). pendapatnya.
Negara yang mengabaikan pendidikan Berdasarkan uraian permasalahan di
matematika sebagai prioritas utama akan atas, maka keberadaan media dan model
tertinggal dari kemajuan segala bidang pembelajaran yang efektif dapat dijadikan
(terutama sains dan teknologi), dibanding alternatif untuk menanggulangi keadaan
dengan negara lainnya dengan memberikan tersebut sehingga siswa dapat lebih aktif
tempat bagi matematika sebagai subjek yang dalam pembelajaran. Media dan model
sangat penting. pembelajaran yang dimaksud adalah model
Ironisnya, dalam pelajaran matematika kooperatif dengan strategi STAD dengan
kesiapan serta keaktifan siswa cenderung menggunakan media Segitiga Bongkar Pasang.
masih rendah. Dalam proses pengamatan Media Segitiga Bongkar Pasang
pendahuluan pembelajaran matematika yang merupakan media pembelajaran segitiga yang
telah dilakukan peneliti di kelas VII TKB terbuat dari tiga buah penggaris kayu dan
Mandiri Montong Buwuh II SMP Terbuka busur derajat. Media ini dapat dibongkar
Narmada I Kabupaten Lombok Barat pasang sehingga dapat merubah besaran
ditemukan keragaman masalah tentang sudut dan panjang sisinya. Media ini akan
rendahnya keaktifan siswa, yaitu: (1) diajarkan menggunakan strategi STAD.
Kurangnya keberanian siswa dalam Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan
mengajukan pertanyaan; (2) Kurangnya tentang Peningkatan hasil belajar Matematika
keaktifan siswa untuk mengerjakan soal di pada siswa kelas VII TKB Mandiri Montong
depan kelas; (3) Kurangnya keberanian siswa

8
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

Buwuh II melalui media pembelajaran Segitiga Rancangan penelitian yang dimaksud


Bongkar Pasang dengan Strategi STAD. disini adalah tindakan berupa tindakan
aktivitas dan hasil belajar Matematika
Metode menggunakan media Segitiga Bongkar Pasang
dengan strategi Kooperatif STAD. Fokus
Pelaksanaan Pendekatan Tindakan Kelas penelitian ini adalah untuk melihat apakah
(PTK) menggunakan pendekatan kuantitatif hasil belajar peserta didik meningkat jika
yang merupakan penelitian berupa angka- dalam proses pembelajaran menggunakan
angka dan analisis yang menggunakan media Segitiga Bongkar Pasang dengan
statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan strategi STAD. Kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan data mengenai hasil dalam tahap ini adalah melaksanakan
belajar.Subyek penelitian ini adalah siswa pembelajaran yang telah direncanakan sesuai
kelas VII di SMP Terbuka Narmada I TKB dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu
Mandiri Montong Buwuh II berjumlah 7 orang meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pada semester genap tahun pelajaran 2015- pelajaran Matematika Materi bangun datar
2016. Segitiga dengan strategi STAD. Untuk
Metode penelitian yang digunakan meningkatkan hasil belajar peserta didik
dalam penelitian ini adalah penelitian sebagai bukti penuntasan permasalahan dalam
tindakan kelas (classroon Action Research). pembelajaran digunakan tindakan berulang
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu atau bersiklus yang terdiri dari perencanaan,
proses yang memberikan kepercayaan kepada pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan
pengembang kekuatan berfikir reflektif, refleksi.
diskusi, penentuan putusan dan tindakan 1. Tahap I
tindakan orang-orang biasa yang a. Tahap perencanaan
berpartisipasi dalam penelitian untuk Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka kegiatan tindakan penelitian adalah
hadapi dalam kegiatannya. Rencana yang menyusun program satuan pembelajaran,
ditetapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas menyusun rencana pembelajaran dan
menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus menyusun instrumen penelitian.
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan b. Tahap pelaksanaan tindakan
tindakan, observasi dan refleksi (Sukmadinata, Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
2005) seperti pada gambar 2. dengan jadwal mata pelajaran Matematika
di SMP Terbuka Narmada I TKB Mandiri
Perencanaan Montong Buwuh II direncanakan dalam
scenario pembelajaran.
Refleksi Siklus I Pelaksanaan c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi
Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Observasi
dilaksanakan selama proses pembelajaran
Perencanaan sedangkan evaluasi hasil belajar
dilaksanakan setiap siklus.
Siklus II Pelaksanaan
d. Tahap Refleksi Siklus I
Refleksi
Refleksi dilakukan setiap akhir siklus
Pengamatan
pembelajaran. Hasil yang didapatkan
dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil
? analisis tersebut peneliti dapat merefleksi
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas. diri dengan melihat data hasil tes, apakah

9
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

kegiatan yang telah dilakukan dapat Disamping itu dilakukan tes akhir pada
meningkatkan hasil belajar peserta didik. setiap tindakan untuk mengukur hasil belajar
Apabila dalam pelaksanaan pada siklus I Matematika dan tingkat keberhasilan
belum berhasil atau belum sesuai dengan pembelajaran tiap siklus. Tes merupakan
kriteria keberhasilan maka dilanjutkan prosedur yang digunakan untuk mengadakan
pada siklus II. penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan satu
2. Tahap II kelompok sehingga menghasilkan suatu nilai
Apabila refleksi siklus I memperoleh tentang keterampilan atau hasil belajar siswa
hasil kurang optimal maka pada siklus II perlu tersebut yang dapat dibandingkan dengan
dilakukan perbaikan dari siklus sebelumnya. nilai yang dicapai oleh siswa atau dengan
Perbedaan pada siklus II merupakan standar nilai yang ditetapkan (Arikunto, 2011).
perbaikan dari siklus sebelumnya yang Hasil belajar dianalisis secara deskriptif
berdasarkan hasil refleksi. Pada siklus II dengan mencari ketuntasan belajar secara
tindakan yang dilakukan sama dengan siklus I klasikal minimal 85 % dari jumlah siswa yang
dengan memperhatikan kekurangan pada memperoleh nilai 74 keatas yang dilihat pada
siklus I. hasil evaluasi tiap-tiap siklusnya. Persamaan
Teknik pengumpulan data dari ketuntasan klasikal adalah:
penelitian ini adalah dengan observasi ………………..…..……. (2)
terhadap kegiatan pembelajaran yang lebih
Keterangan :
difokuskan untuk mengetahui keterlaksanaan KK = Ketuntasan klasikal
RPP selama proses pembelajaran. Catatan X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 75
lapangan juga dilakukan untuk memperoleh z = Jumlah siswa
data mengenai hal-hal yang tejadi selama
proses pembelajaran berlangsung yang tidak
Hasil dan Pembahasan
tercantum dalam lembar observasi. Data hasil
observasi aktivitas guru dalam keterlaksanaan
Ide Dasar Media Segitiga Bongkar Pasang
RPP dianalisis menggunakan rumus sebagai
Berdasarkan hasil survei di SMP
berikut:
Terbuka Narmada I, pembelajaran materi
……… (1) bangun datar segitiga umumnya dilaksanakan
Keterangan : menggunakan strategi pembelajaran langsung.
A = Jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana Pemodelan segitiga hanya berupa gambar,
B = Jumlah langkah pembelajaran yang dimana guru akan menggambar di papan tulis
direncanakan beberapa jenis segitiga. Penulisan sudut dan
panjang sisi lebih banyak berdasarkan
Untuk mengetahui tingkat perkiraan dan intuisi guru yang telah menjadi
keterlaksanaan langkah pembelajaran, maka sebuah kebiasaan. Terkadang guru membekali
prosentase keterlaksanaan dicocokkan dengan diri dengan penggaris kayu ukuran satu meter
kriteria yang dilihat pada Tabel 1. dan sebuah busur derajat yang juga terbuat
Tabel 1: Pedoman Kategori Keterlaksanaan dari kayu. Meskipun demikian,
Pembelajaran pelaksanaannya tetap hanya untuk
Interval Kategori menggambar di papan tulis.
80% - 100% Sangat baik Berdasarkan hal tersebut, penulis
60% - 79% Baik
mencoba membuat sebuah segitiga dengan
40% - 55% Cukup
menyusun tiga buah penggaris yang
20% - 39% Kurang baik
< 20 % Tidak baik disediakan oleh sekolah. Dengan
mengkombinasikan posisi ketiganya, akan

10
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

didapatkan berbagai jenis segitiga yang dapat


digunakan dalam pembelajaran bangun datar
segitiga yang meliputi: Jenis-jenis segitiga,
Jumlah dan besar sudut segitiga, hubungan
antara besar sudut dan panjang sisi pada
segitiga, keliling dan luas segitiga.

Proses Penemuan Media Segitiga Bongkar


Pasang
Dari ide dasar di atas, untuk memenuhi Gambar 1. Media Segitiga Bongkar Pasang
kebutuhan siswa dan guru akan media yang
praktis. Menggunakan bahan yang murah dan Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi
ramah dan mudah di dapat. Media ini Pembelajaran
dirancang agar guru dapat membuat, berbagai Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
jenis segitiga seperti segitiga siku-siku, segitiga 16 sampai 28 Mei 2016 pada siswa kelas VII
sama kaki, segitiga sama sisi, segitiga sudut tahun pelajaran 2015-2016 di SMP Terbuka
lancip, segitiga sudut tumpul atau beberapa Narmada I TKB Mandiri Montong Buwuh II
jenis segitiga sembarang. Bahan yang Lombok Barat. Adapun materi yang diajarkan
digunakan adalah tiga buah penggaris kayu pada penelitian adalah Bangun datar Segitiga
dan dilengkapi tiga pasang baut dan mur. dengan mengimplementasikan media Segitiga
Masing-masing penggaris pada kedua Bongkar Pasang dengan strategi kooperatif
ujungnya dibuat belahan sehingga sambungan STAD.
antar penggaris dapat digeser untuk mengatur Pada siklus I, diberikan materi Jenis-jenis
panjang sisi atau besar sudut segitiga. Segitiga ditinjau dari panjang sisi dan besar
Melengkapi dari media ini, pada dua sudutnya dengan alokasi waktu 2x40 menit
sudut segitiganya dilengkapi dengan busur mengacu pada RPP yang disusun. Pada proses
derajat agar peserta didik dapat melihat ini tidak berjalan dan tidak sesuai dengan RPP
langsung besaran sudut pada segitiga. yang disusun karena waktu banyak terbuang
Penempatan busur derajat juga bertujuan agar dengan penjelasan materi dan guru
peserta didik dapat memahami penjumlahan mengambil peranan yang dominan.
sudut pada segitiga adalah 1800.Hal ini untuk Tabel 2. Data Hasil Keterlaksanaan kegiatan
pembelajaran sub materi jumlah dan besar pembelajaran siswa kelas VII SMP Terbuka
sudut segitiga. Dalam pembuatan segitiga baut TKB Mandiri Montong Buwuh II.
salah satu sudut di atur sehingga dua sisi Parameter Siklus I Siklus II
pembentuk sudut tersebut dimulai dari titik 0. Jumlah langkah 16 16
Titik 0 adalah hasil kalibrasi ulang terhadap terencana
Jumlah langkah 11 14
angka meteran pada sisi dalam penggaris.
terlaksana
Angka meteran ini bertujuan agar peserta
Persentase ketuntasan 68,8% 87,5%
didik dapat menghitung panjang sisi pada sub Kategori Baik Sangat baik
materi hubungan antara besar sudut dan
panjang sisi pada segitiga. Pada siklus I ini dapat diketahui bahwa
tingkat keterlaksanaan pembelajaran dari 16
langkah yang direncanakan hanya 11 langkah
yang terlaksana. Sehingga persentase
keterlaksanaan pembelajaran yang tercapai
pada siklus ini sebesar 68,8% seperti yang
tampak pada tabel 2. Pada siklus I

11
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

berlangsung dilakukan observasi oleh guru direfleksikan bersama antara peneliti dan guru
bina sebagai observer. Hasil observasi bina guna perbaikan pada siklus II.
Tabel 3. Hasil rekap nilai tes formatif (siklus I dan Siklus II)
Siklus I Siklus II
No Nama Siswa
Nilai Tuntas Nilai Tuntas
1 Sare’ah 80 Ya 85 Ya
2 Meli Mulyana 65 Tidak 75 Ya
3 Lia Rohani 65 Tidak 75 Ya
4 Piati 50 Tidak 70 Tidak
5 Liza Septi Arini 55 Tidak 80 Ya
6 Julianti 75 Ya 85 Ya
7 Hendriani 60 Tidak 85 Ya
Ketuntasan klasikal 28.6 % 85.7 %

Hal ini menyebabkan pembelajaran


berjalan monoton. Hal ini berimplikasi pada
hasil belajar siswa yang hanya mencapai
ketuntasan klasikal 28.6 % dari 5 soal yang
diberikan pada siklus seperti tampak pada
tabel 3. Pada siklus ini, 5 orang siswa nilainya
amat rendah. Hal ini menunjukkan belum
mencapai ketuntasan karena belum mencapai
85 %. Pada siklus I berlangsung dilakukan
observasi oleh guru bina sebagai observer.
Hasil observasi direfleksikan bersama antara Gambar 3. Perbandingan Keterlaksanaan RPP dan
guru bina untuk perbaikan pada siklus II. Ketuntasan Klasikal
Siklus II dilaksanakan pada Senin 23 mei Meningkatnya persentase keterlaksanaan
2016 dengan materi Keliling dan Luas Segitiga pembelajaran berimplikasi pada peningkatan
dengan alokasi waktu 2x40 menit sesuai hasil belajar. Hasil belajar siswa pada siklus II
dengan RPP yang telah disusun. Pada diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada
Pertemuan ini pembelajaran berjalan dengan siswa sebanyak 5 soal. Pada gambar 3
cukup baik karena terjadi interaksi yang lebih menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
banyak antara siswa dengan guru dan media siklus II meningkat menjadi 85.7 % dan
selama pembelajaran dengan strategi dinyatakan tuntas secara klasikal. Karena
kooperatif STAD. Pada siklus II ini dapat siswa yang memperoleh nilai yang diharapkan
diketahui bahwa tingkat keterlaksanaan melebihi 85 %. Berdasarkan refleksi terhadap
pembelajaran dari 16 langkah yang hasil belajar mengajar yang sudah
direncanakan mampu terlaksana 14 langkah dilaksanakan pada siklus II, maka perlu
Sehingga persentase keterlaksanaan dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
pembelajaran yang tercapai pada siklus ini kendala-kendala yang terjadi.
sebesar 85.7% seperti yang tampak pada tabel
3. Perbandingan peningkatan keterlaksanaan Analisis hasil Implementasi
RPP dan Hasil belajar tiap siklus ditampilkan Pemberian tindakan dalam penelitian ini
pada gambar 3. berlangsung selama 2 siklus dengan sekali
pertemuan (2 X 40 menit) dalam setiap siklus.
Dari pengamatan terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan didapatkan
permasalahan antara lain siswa kurang

12
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

mengerti tentang pembelajaran menggunakan bahwa penggunaan gambaran mental dalam


media Segitiga Bongkar Pasang. Dalam proses mengungkapkan informasi baru, cukup
pembelajaran ada beberapa siswa yang sibuk membantu dalam proses mengingat informasi
sendiri dan membuat keramaian kelas. tersebut. Gambaran mental yang sangat
Disamping itu siswa tidak berani bertanya jika bermanfaat untuk menggambarkan dimensi-
mengalami kesulitan. Selain itu karena dimensi yang abstrak dapat memperlancar
terbiasa dengan proses pembelajaran yang lalu pemahaman dan ingatan.
sehingga banyak yang bingung dan kurang Disamping itu, mempelajari konsep
mencermati penjelasan guru. Guru dalam melalui proses terlibat langsung dengan objek
menjelaskan bagian-bagian segitiga dan sudut riil mempunyai beberapa kelebihan antara
segitiga dengan media segitiga dan strategi lain: (1) membantu siswa untuk memfasilitasi
kooperatif STAD kurang optimal karena pada retensi belajar yang sangat baik sehingga
kegiatan-kegiatan guru yang ada dalam mempermudah apabila terjadi proses
perencanaan belum dilakukan. Sehingga pada mengingat kembali konsep tersebut di waktu
pertemuan berikutnya guru harus berusaha yang akan datang, (2) membantu siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran memperjelas pemahaman konsep-konsep
yang sudah direncanakan. abstrak yang secara umum disajikan dalam
Pada siklus II masalah-masalah tersebut teori, (3) membantu siswa untuk membangun
sudah berkurang, yang ditunjukkan antara pengetahuan baru yang dapat digunakan
lain: siswa sudah berani bertanya kepada sebagai dasar untuk proses pembelajaran
guru, siswa sudah terbiasa menempatkan diri berkelanjutan, (4) belajar melalui interaksi
dalam pembelajaran sehingga proses pelajaran dengan objek riil yang dikombinasikan dengan
lebih fokus. Hal ini terlihat dari peningkatan kooperatif bermanfaat untuk membangun
hasil pengamatan kegiatan guru dalam keterampilan sosial, belajar dalam sebuah
pembelajaran pada siklus II yaitu sebesar kelompok dalam mengembangkan
85.7%. Mengingat tujuan penelitian telah keterampilan pemecahan masalah, dan (5)
tercapai maka penerapan media Segitiga dapat mendorong siswa untuk melakukan
Bongkar Pasang dengan strategi kooperatif percobaan-percobaan lebih lanjut dan
STAD dalam pembelajaran dikatakan dapat memperluas konsep ke penerapan yang lain.
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
kelas VII SMP Terbuka Narmada I TKB Analisis hasil Penerapan Media Segitiga
Mandiri Montong Buwuh II Lombok Barat Bongkar Pasang
Tahun Pelajaran 2015-2016. Produk penelitian ini yang berupa
Berdasarkan hasil penelitian yang Media Segitiga Bongkar Pasang telah
dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas digunakan dalam proses pembelajaran. Media
(PTK) yang dilakukan selama dua siklus Segitiga Bongkar Pasang diimplementasikan
pembelajaran dapat diketahui bahwa terjadi dengan strategi kooperatif STAD ke peserta
peningkatan hasil belajar siswa menggunakan didik tanpa melalui metode Research and
media Segitiga Bongkar Pasang dengan Development mengingat banyaknya penelitian
strategi kooperatif STAD. Hal ini ditunjukkan serupa telah menunjukkan kelayakan Segitiga
dari hasil belajar pada siklus I dan siklus II baik melalui uji ahli maupun melalui uji skala
pada gambar 3. Peningkatan hasil belajar ini terbatas dan uji skala kecil. Setelah
tidak lepas dari kegiatan siswa dalam implementasi di kelas, kemudian dilakukan
mencoba media Segitiga Bongkar Pasang diseminasi dengan teman sejawat guru Bina
untuk mendapatkan sebuah temuan baru. SMP Terbuka Narmada I TKB Mandiri
Peningkatan hasil belajar tersebut juga sejalan Montong Buwuh II Lombok Barat tanggal 27
dengan pendapat Gagne dalam (Dahar, 2011) Mei 2016. Hal ini dilakukan untuk

13
Journal of Classroom Action Research, 2021 (3) 1 : 7-14 e-ISSN:2656-2340 , p-ISSN: 2656-3460

memperkenalkan media Segitiga Bongkar Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah


Pasang untuk diketahui kemanfaatannya oleh (MTs) melalui Pendekatan Contextual
khalayak lebih luas, terutama guru-guru Bina Teaching and Learning (CTL). Jurnal
Matematika SMP Terbuka. Didaktik Matematika, 2(2), 59–71.
Pada desiminasi tersebut, peneliti https://doi.org/10.24815/dm.v2i2.2815
mendapatkan banyak masukan dari rekan Setyosari, P., Dwiyogo, W. D., & Malang, U. N.
guru teman sejawat diantaranya: (1) Media (2016). Strategi Guru dalam Membangun
Segitiga Bongkar Pasang bisa dipakai pada Lingkungan Belajar yang Kondusif  :
Materi Theorema Phytagoras; (2) Agar Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas
dibuatkan panduan penggunaan Alat. Sekolah Menengah Pertama di Ponorogo.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
Kesimpulan 23(April), 10–19.
Sholihah, D. A., & Mahmudi, A. (2015).
Simpulan yang dapat diambil Keefektifan Experiential Learning
berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Matematika MTs Materi
menggunakan Media Segitiga Bongkar Pasang Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset
dengan strategi Kooperatif STAD adalah: (1) Pendidikan Matematika, 2(2), 175.
Media Segitiga Bongkar Pasang dapat https://doi.org/10.21831/jrpm.v2i2.7332
menjelaskan jenis-jenis segitiga ditinjau dari Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian
panjang sisi dan besar sudutnya; (2) Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Kemampuan Media Segitiga Bongkar Pasang Sunain, S. (2016). Pengaruh Tingkat
tidak hanya diterapkan pada materi Segitiga Pendidikan Orang Tua Terhadap Tingkat
tetapi bisa pada materi lain; (3) Penerapan Kecerdasan dan Keaktifan Siswa dari
media Segitiga Bongkar Pasang dapat Kelas Satu Sampai dengan Kelas Enam
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Pada Semester I. PEDAGOGIA: Jurnal
materi Segitiga TKB Mandiri Montong Buwuh Pendidikan, 6(2), 160.
II; dan (4) Peningkatan hasil belajar peserta https://doi.org/10.21070/pedagogia.v6i2
didik dengan menggunakan media Segitiga .942
Bongkar Pasang berupa peningkatan sebesar Sururuddin, M. (2016). Pengembangan Model
57.1 % dimana Pada siklus I ketuntasan Pembelajaran Berbasis Quantum
klasikal mencapai 28.6% sedangkan pada Teaching untuk Siswa Kelas IV Sekolah
siklus II menjadi 85.7%. Dasar. Jurnal Didika (Wahana Ilmiah
Pendidikan Dasar), 1(2), 1–11.
Daftar Pustaka Triani, D. (2014). Hubungan Penggunaan
Media Pembelajaran Dengan Hasil Belajar
Dahar, R. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Pkn Pada Siswa Kelas X Dan XI Di SMA
Erlangga. Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Jurnal
Ibrahim. (2001). Media pembelajaran: Bahan Pendidikan Kewarganegaraan, 4(7), 530–536.
sajian program pendidikan akta mengajar.
FIP. UM.
Muhson, A. (2010). Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 8(2).
https://doi.org/10.21831/jpai.v8i2.949
Munzir, S. (2015). Peningkatan Kemampuan
Penalaran Matematis dan Kemandirian

14

Anda mungkin juga menyukai