Anda di halaman 1dari 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA


REALISTIK

Hasratuddin
Email: siregarhasratuddin@yahoo.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan


peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan pendekatan
matematika realistik dengan pembelajaran biasa. Jenis penelitian adalah
quasi-ekperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMP di Kota Medan,
dengan sampel siswa kelas VIII yang diambil secara acak kelas dari sekolah
peringkat tinggi, sedang dan rendah berdasarkan perolehan nilai Ujian
Nasional Tahun 2008 yang dikeluarkan Diknas. Instrumen penelitian terdiri
dari tes berpikir kritis matematika bentuk uraian. Analisis data dengan
menggunakan teknik deskriptif kualitatif, Mann-Whitney U, uji-T, ANOVA
dan uji Post Hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang diberi pendekatan
matematika realistik dengan pembelajaran biasa, 2) terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan peringkat sekolah,
3) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
berdasarkan gender, 4) tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa, 5) tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa, dan 6) siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran
matematika realistik. Secara umum, melalui pembelajaran matematika
realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan
demikian, yang menjadi saran atas hasil penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan pendekatan matematika realistik dapat
diimplementasikan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan tidak harus membedakan peringkat sekolah dan gender.
Kata kunci: berpikir, kritis, pembelajaran, matematika, realistik

Fakta menunjukkan bahwa praktek


dalam proses pembelajaran di sekolah- memberikan informasi atau menjelaskan
sekolah yang berlangsung selama ini, dan materi yang diikuti dengan penulisan rumus
hampir di semua jenjang pendidikan, pada dan pemberian contoh soal yang dikerjakan
umumnya berlangsung satu arah, yaitu guru bersama siswa dengan dominasi guru,
sebagai pusat pembelajaran (teacher kemudian diakhiri dengan pemberian
centered). Seperti, hasil observasi langsung latihan. Sehingga, tidak heran apabila hasil
yang dilakukan pada sekolah-sekolah SMP wawancara yang dilakukan kepada
di Medan, menunjukkan bahwa proses beberapa siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran yang dilakukan tidak menarik
umumnya bersifat satu arah dan kurang minat siswa, menakutkan, cemas dan
melibatkan interaksi dan aktivitas mental merasa khawatir saat belajar matematika di
siswa. Hal ini terlihat, guru lebih aktif sekolah, dan siswa cenderung berpikir atau

Dosen pada Jurusan Matematika FMIPA UNIMED Medan


berperasaan tidak baik
terhadap

2
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

matematika. Sedangkan, dari hasil secara vertikal. Hal ini sesuai dengan
wawancara terhadap guru matematika yang pernyataan Sidi (2003) yang mengatakan
bersangkutan, diperoleh beberapa informasi bahwa perilaku dan kebiasaan dalam kelas
penting, antara lain; kemampuan kognitif atau sekolah mencerminkan perilaku dalam
matematika siswa pada umumnya rendah. kehidupan di masyarakat dan bernegara,
Menurut informasi lain yang karena anak sampai seusia remaja lebih
diperoleh dari sekolah-sekolah, guru-guru banyak menghabiskan waktunya di
belum banyak tahu tentang model-model sekolah. Dengan demikian, jika
pembelajaran yang mengoptimalkan permasalahan-permasalahan atau konflik-
aktivitas siswa, sehingga mereka hanya konflik yang dibiasakan diselesaikan di
menggunakan pembelajaran secara sekolah dengan pikiran secara kritis yang
konvensional. Pada hal, banyak model- baik, maka sudah tentu permasalahan atau
model pembelajaran yang telah konflik dalam kehidupan, baik individu
dikembangkan atau ditemukan para ahli maupun dalam masyarakat tidak akan
dan peneliti yang dapat melibatkan berakhir secara brutal atau anarkis.
aktivitas siswa secara fisik maupun mental, Kemampuan berpikir kritis yang
seperti model pembelajaran problem baik dapat membentuk sikap-perilaku yang
solving, pembelajaran berbasis masalah, rasional. Jadi, meningkatkan kemampuan
pembelajaran kontekstual, dan lain-lain, berpikir kritis sangat perlu dan urgen untuk
walaupun belum ditemukan model dikembangkan terlebih pada masa sekarang
pembelajaran matematika yang secara yang penuh dengan permasalahan-
khusus memperhatikan kemampuan permasalahan atau tantangan-tantangan
berpikir kritis dan kecerdasan emosional hidup. Dengan demikian, tidak berlebihan
disamping peningkatan hasil belajar apabila disektor pendidikan mengharuskan
matematika siswa. Sehingga, tidak untuk mempersiapkan peserta didik atau
berlebihan apabila dikatakan bahwa salah generasi penerus bangsa untuk menjadi
satu faktor yang mengakibatkan kurangnya pemikir-pemikir yang kritis, jujur dan
kemampuan siswa dalam matematika bermatabat, sehingga mampu menghadapi
antara lain disebabkan cara mengajar yang berbagai tantangan dan dapat bertahan
dilakukan guru masih menggunakan hidup secara manusiawi dengan penuh rasa
pembelajaran konvensional, lebih percaya diri. Hal ini sesuai dengan tujuan
menekankan pada latihan mengerjakan umum diberikan matematika di jenjang
soal-soal rutin atau drill dan kurang persekolahan yaitu mempersiapkan siswa
melibatkan aktivitas mental siswa. agar sanggup menghadapi perubahan
Konsekuensi dari pola pembelajaran keadaan di dalam kehidupan dan dunia
konvensional dan latihan mengerjakan soal yang selalu berubah dan berkembang
secara drill mengakibatkan siswa kurang melalui latihan bertindak atas dasar
aktif dan kurang memahami konsep pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur,
maupun nilai-nilai matematis. Kondisi ini efektif dan dapat menggunakan pola pikir
menyebabkan hasil pendidikan sekolah kita matematis dalam kehidupan sehari-hari dan
hanya mampu menghasilkan insan-insan dalam mempelajari berbagai ilmu
yang kurang memiliki kesadaran diri, pengetahuan (Depdiknas, 2004).
kurang berpikir kritis, kurang kreatif, Berkaitan dengan pengajaran
kurang mandiri, dan kurang mampu matematika yang sekarang berlangsung di
berkomunikasi secara luwes dengan sekolah-sekolah, Atwood (1990)
lingkungan pembelajaran atau kehidupan mengatakan bahwa pola pengajaran
sosial masyarakat. Sehingga, tidak heran mekanistik atau yang biasa disebut
bila dalam kehidupan masyarakat, sebagai pengajaran tradisional atau konvensional,
refleksi prilaku dari sekolah, sering terjadi yaitu pengajaran yang berlangsung satu
konflik baik secara horizontal maupun arah, dimana guru lebih aktif menjelaskan

Dosen pada Jurusan Matematika FMIPA UNIMED Medan


JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

dan memberi informasi, tidak akan Selanjutnya, Treffers, de Moor dan Feijs
membantu siswa mengembangkan (dalam Goffree, F, 1995) mengatakan
keterampilan berpikir yang baik. Salah satu bahwa ada tiga pilar proses pembelajaran
ciri anak yang tidak dapat berpikir kritis matematika dalam membangun pola pikir
yang baik dalam belajar matematika adalah matematis, yaitu pembelajaran yang
anak kurang bergairah atau tidak bersifat konstruktif, interaktif dan reflektif.
bersemangat, tidak kritis dan hanya Pembelajaran bersifat konstruktif
memikirkan dan berfokus pada hasil atau maksudnya adalah siswa secara aktif
jawab akhir (Skovsmose, 1994). Suatu membangun pengetahuannya melalui
fakta umum menunjukkan bahwa banyak permasalahan kontekstual atau tantangan
siswa sekolah menengah dalam yang diberikan. Pembelajaran bersifat
menyelesaikan masalah bentuk konteks interaktif maksudnya adalah siswa aktif
hanya mencari bilangan-bilangan yang secara sosial-interaktif dalam proses
terdapat pada konteks kemudian pembelajaran dalam menemukan isi
mengoperasikan bilangan tersebut. pengetahuan. Sedangkan pembelajaran
Sehingga, tidak jarang anak-anak dalam bersifat reflektif adalah proses umpan balik
menyelesaikan masalah konteks matematis terhadap hasil berpikir yang dilakukan.
dengan bertanya dikalikan ya?, atau Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dibagikan ya?, atau ditambahkan ya?, dan belajar matematika harus merupakan proses
lain pertanyaan sejenisnya. Sehubungan aktif seperti menyelidiki, menjastifikasi,
dengan itu, maka ada suatu pertanyaan mengeksplorasi, menggambar,
yang mendasar yang perlu mengkonstruksi, menggunakan,
dipertimbangkan, yaitu bagaimana menerangkan, mengembangkan dan
matematika dapat diajarkan dengan lebih membuktikan yang berlangsung secara
baik, bagaimana anak-anak bisa didorong sosial interaktif dan reflektif. Sehingga,
untuk tertarik dan berminat pada pengajaran yang dilakukan tidak hanya
matematika, bagaimana cara sesungguhnya bertujuan agar siswa mudah memahami
anak-anak belajar matematika, dan apa pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi
yang merupakan nilai matematis bagi harus dapat meningkatkan kemampuan
mereka? berpikir kritis siswa yang baik.
Banyak gagasan-gagasan para pakar Salah satu pembelajaran yang
yang mengusulkan bentuk pendidikan dan mengacu pada proses pembelajaran yang
pengajaran yang harus dilakukan pada memuat unsur konstruktif, interaktif dan
abad-21 untuk meningkatkan kualitas reflektif adalah pembelajaran matematika
berpikir dan bersikap sosial interaktif realistik, yang di negeri asalnya, Belanda,
siswa, yaitu pembelajaran yang disebut Realistic Mathematics Education
memperhatikan perpaduan intelektual (RME) dan telah berkembang sejak tahun
kognitif dan kecedasan emosional siswa. 1970-an. Adapun filosofi yang mendasari
Antara lain, Covey (2008), menyebutkan pembelajaran matematika realistik adalah
bahwa pola pembelajaran yang mampu bahwa matematika dipandang sebagai
mengembangkan kecerdasan berpikir anak aktivitas manusia (Freudenthal,1991;
adalah pola pembelajaran yang bernuansa Treffers & Goffre, 1985; Gravemeijer,
sosial, yaitu pola pembelajaran yang 1994; Moor, E. 1994; de Lange, 1996).
melibatkan masyarakat belajar secara Sehingga matematika tersebut harus tidak
interaktif. Sedangkan, Oleinik T. (2003) diberikan kepada siswa dalam bentuk
mengatakan bahwa proses pembelajaran ‘hasil-jadi’, melainkan siswa harus
yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruk sendiri isi pengetahuan
berpikir kritis siswa adalah pembelajaran melalui penyelesaian masalah-masalah
berpusat pada siswa (sudent centered) dan kontekstual secara interaktif, baik secara
berlangsung dalam konteks sosial. informal maupun secara formal, sehingga

21
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

mereka menemukan sendiri atau dengan siswa lebih baik bila dibandingkan dengan
bantuan orang dewasa/guru (guided pembelajaran biasa (Hasratuddin, 2002;
reinvention), apakah jawaban mereka benar Zulkardi, 2002; Armanto, 2004; Saragih,
atau salah. RME menggabungkan 2007; Arifin, 2008). Dari uraian di atas,
pandangan tentang apa itu matematika, kiranya perlu ditemu-lakukan pembelajaran
bagaimana siswa belajar matematika, dan matematika melalui pendekatan
bagaimana matematika harus diajarkan. matematika realistik dalam meningkatkan
Sehingga, Freudenthal berkeyakinan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan
siswa tidak boleh dipandang sebagai emosional siswa.
penerima pasif matematika yang sudah jadi
(passive receivers of ready-made
mathematics). Menurutnya pendidikan RUMUSAN MASALAH
harus mengarahkan siswa kepada
penggunaan berbagai situasi dan Sebagaimana yang tersirat dalam
kesempatan untuk menemukan kembali judul dan latar belakang penelitian ini,
matematika dengan cara mereka sendiri. perlu diadakan suatu ikhtiar untuk
Konsep matematika muncul dari proses meningkatkan kekemampuan berpikir kritis
matematisasi, yaitu dimulai dari dan kecerdasan emosional siswa. Sehingga,
penyelesaian yang berkait dengan konteks yang menjadi rumusan masalah dalam
(context-link solution), siswa secara penelitian ini adalah ”bagaimana
perlahan mengembangkan alat dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
pemahaman matematis ke tingkat yang kecerdasan emosional siswa melalui
lebih formal. Model-model yang muncul pembelajaran matematika dengan
dari aktivitas matematis siswa dapat pendekatan matematika realistik”.
mendorong terjadinya interaksi di kelas,
Dari rumusan masalah tersebut dapat
sehingga mengarah pada level berpikir
dirinci menjadi beberapa pertanyaan
matematik yang lebih tinggi dan demokrasi
penelitian, yaitu sebagai berikut.
belajar yang bermakna. Jadi, pembelajaran
matematika realistik adalah merupakan 1. Apakah ada perbedaan peningkatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara kemampuan berpikir kritis siswa yang
aktif baik fisik maupun mental (student diberi pembelajaran matematika
centered learning), dan bersifat demokratis, realistik dibanding pembelajaran biasa.
sehingga mempunyai profil lebih baik 2. Apakah ada perbedaan peningkatan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kemampuan berpikir kritis siswa
kritis dan kecerdasan emosional siswa. berdasarkan peringkat sekolah melalui
Sejak tahun 2001, Indonesia, mulai pendekatan matematika realistik.
mengadaptasi dan menerapkan RME di 3. Apakah ada perbedaan peningkatan
beberapa sekolah tingkat SD/MI, dan diberi kemampuan berpikir kritis siswa
nama Pendidikan Matematika Realistik berdasarkan gender melalui pendekatan
Indonesia (PMRI). Hal ini disebabkan matematika realistik.
konsep RME sejalan dengan kebutuhan 4. Apakah ada interaksi yang signifikan
untuk memperbaiki pendidikan matematika antara pendekatan pembelajaran dengan
di Indonesia yang didominasi oleh peringkat sekolah terhadap peningkatan
persoalan bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pemahaman siswa tentang matematika dan 5. Apakah ada interaksi yang signifikan
bagaimana mengembangkan daya nalar antara pendekatan pembelajaran dengan
yang bersifat demokratis. Beberapa hasil gender terhadap peningkatan
penelitian terhadap pendekatan matematika kemampuan berpikir kritis siswa.
realistik menemukan bahwa penalaran,
prestasi dan minat belajar matematika METODOLOGI

22
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

prinsip atau prosedur-prosedur matematika


1. Metode dan Desain Penelitian tersebut melalui penyelesaian masalah-
Jenis penelitian adalah quasi masalah kontekstual yang realistik bagi
eksperimen, dengan desain pretest- anak. Proses pembelajaran berlangsung
postest kontrol. dari situasi nyata, kemudian
O X O mengorganisasikan, menyusun masalah,
O O mengidentifikasi aspek-aspek masalah
Pada disain ini, secara matematis dan kemudian melalui
pengelompokan subjek penelitian interaksi diharapkan siswa menemukan
dilakukan secara acak kelas, kelompok konsep matematis itu sendiri, yang
eksprimen diberi perlakuan nantinya dapat diaplikasikannya dalam
pembelajaran dengan pendekatan masalah dan situasi yang berbeda. Dengan
matematika realistik (X), dan demikian, proses belajar matematika
kelompok kontrol diberi perlakuan berlangsung dalam interaksi lingkungan
pendekatan biasa, sebelum dan sosial.
sesudah perlakuan diberi pretes dan Pembelajaran dilakukan dengan
postes (O). cara diskusi kelompok yang beranggotakan
tiga sampai lima orang. Hal ini dilakukan
2. Subjek penelitian adalah siswa SMP di dengan tujuan mengaktifkan siswa secara
Kota Medan. interaktif dalam kelompok, memudahkan
Instrument penelitian peneliti/pengajar dalam memberikan
menggunakan tes kemampuan bantuan melalui bentuk pertanyaan-
berpikir kritis dalam matematika pertanyaan (scaffolding), dan
sebanyak lima soal berbentuk uraian menumbuhkan pengetahuan siswa.
dengan skor ideal 20. Analisis data Starting point pembelajaran matematika
dilakukan dengan menggunakan realistik dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif kualitatif, Mann- memberikan masalah kontekstual berupa
Whitney U, uji T, uji ANOVA dan uji tantangan kepada siswa. Masalah tersebut
Post Hoc. dapat berupa latihan, pembentukan atau
penemuan konsep, prosedur atau strategi
HASIL PENELITIAN DAN penyelesaian nonrutin maupun aturan-
PEMBAHASAN aturan dalam matematika (Treffers, 1987).
Jika aksi mental siswa yang diharapkan
1. Hasil proses pembelajaran tidak muncul dari siswa, seperti ketidak
mampuan siswa mengaitkan konsep-
Tahapan yang dilakukan dalam konsep matematika sebelumnya dengan
pembelajaran matematika realistik, diawali informasi yang terdapat dalam masalah,
dengan pemberian tantangan atau masalah maka guru dapat memberikan bantuan
kontekstual, memberikan kesempatan probing secara tidak langsung, yaitu
kepada siswa untuk memahami dan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
menyeelesaikan secara individu atau berupa scaffolding kepada siswa, sehingga
kelompok, kemudian mendiskusikan hasil terjadi interaksi antara siswa dengan guru,
secara klasikal sebagai refleksi. siswa dengan siswa, atau siswa dengan
Pembelajaran matematika realistik konteks masalah. Aktivitas berupa
memiliki konsep dan paradigma yang kuat pemberian bantuan oleh guru melalui
dalam proses pembelajaran yaitu adanya pertanyaan-pertanyaan, akan digunakan
prinsip reinvention. Hal ini, menunjukkan dalam proses pembelajaran sampai siswa
bahwa matematika itu tidak diberikan memiliki kemampuan untuk melakukan
kepada siswa sebagai sesuatu yang sudah refleksi atas aksi mental yang
jadi, melainkan siswa harus mengkonstruk dilakukannya, dan bukan menghakimi
atau menemukan konsep-konsep, prinsip-

23
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

maupun menghukum siswa. Fungsi guru biasa. Pada pembelajaran biasa, masalah
dalam pembelajaran matematika realistik (rutin) hanya berfungsi sebagai aplikasi
adalah sebagai fasilitator, mediator dan dari suatu teori atau formula yang
harus bersikap memahami siswa bahwa diberikan. Pembelajaran mengacu pada
kesalahan yang dilakukan oleh siswa sistem transfer of knowledge, guru
adalah bukan karena kemauannya, tetapi berfungsi hanya sebagai informan tunggal,
disebabkan kekurangan informasi yang ia dan siswa hanya dapat mengembangkan
miliki. Jadi, guru harus memiliki domain kognitifnya pada tahap aplikasi
pandangan bahwa memahami berarti terhadap formula yang diberikan. Proses
memaafkan segalanya. pembelajaran seperti ini tidak
Proses refleksi dalam pembelajaran mengembangkan kemampuan berpikir
akan diberi waktu khusus pada kegiatan siswa dan kecerdasan interpersonal siswa
diskusi penyelesaian masalah dalam (Atwood, 1998).
kelompok atau secara klasikal. Hal ini
dilakukan, karena pada tahap ini siswa 2. Kemampuan Berpikir Kritis
akan berinteraksi secara aktif dengan siswa Tujuan penelitian ini antara lain
yang lain, guru, materi dan lingkungan, adalah untuk mendeskripsikan peningkatan
sehingga diharapkan akan dapat kemampuan berpikir kritis siswa melalui
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pendekatan pembelajaran matematika
siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk setiap realistik yang dibandingkan dengan
topik yang diajarkan pada pembelajaran pembelajaran biasa, dengan
dalam penelitian ini. Jadi, kesempatan mempertimbangkan peringkat sekolah dan
siswa untuk berinteraksi secara interaktif, gender. Di samping itu, diungkapkan pula
sangat dituntut dalam pembelajaran yang interaksi antara pendekatan pembelajaran
dilakukan. Hal ini bertujuan disamping dengan peringkat sekolah dan gender
untuk menemukan penyelesaian masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir
dengan cara saling berinteraksi antara kritis siswa. Sesuai dengan tujuan
anggota kelompok, guru maupun penelitian tersebut, penelitian ini juga akan
lingkungan belajar yang nantinya mengungkapkan peningkatan kemampuan
diharapkan akan dapat meningkatkan berpikir kritis yang didasarkan pada faktor-
kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan faktor peringkat sekolah dan gender
emosional siswa. Dengan demikian, melalui pendekatan pembelajaran
pemberian masalah kontekstual atau matematika realistik. Data yang
tantangan sangat menentukan kegiatan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
untuk melakukan konstruksi masalah, berupa skor peningkatan (gain)
interaksi siswa maupun kegiatan refleksi kemampuan berpikir kritis yang diperoleh
dalam pembelajaran matematika realistik. dari selisih skor akhir dengan skor awal
Armanto (2004), mengatakan bahwa fungsi pada rentangan skor 0 – 20.
masalah kontekstual dalam pembelajaran
matematika realistik, diawal pembelajaran a) Hasil dan analisis peningkatan (gain)
berfungsi sebagai membantu pembentukan kemampuan berpikir kritis
konsep, sifat atau cara pemecahan (model), berdasarkan pendekatan
ditengah proses pembelajaran berfungsi pembelajaran pada kelas eksperimen
sebagai memantapkan konsep matematis dan kelas kontrol.
yang sudah dibangun atau ditemukan oleh
siswa, di akhir pembelajaran berfungsi Rangkuman perhitungan
membantu siswa mengaplikasikan konsep peningkatan kemampuan berpikir kritis
yang telah diperoleh. Karakteristik inilah siswa dengan bantuan program SPSS
salah satu yang membedakan pembelajaran disajikan dalam bentuk tabel berikut.
matematika realistik dengan pembelajaran

24
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

Tabel 1. Rangkuman Perhitungan Statistik Rata-Rata Peningkatan Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik Biasa
nsur
Skor Kemampuan Berpikir Kritis Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Awal Akhir Gain Awal Akhir Gain
N 135 135 - 130 130 -
Mean 0,88 11,50 10,62 1.02 5.96 4,94
Stadev 1.065 5.215 4,12 1.030 4.443 3,413

Dari Tabel 1 di atas, dapat – 2) = (135 – 2) = 133 dan uji dua sisi
diketahui bahwa banyak subjek pada (0,025) adalah 1,980. Dengan
kelas eksperimen dengan pembelajaran demikian, karena kriteria pengujian; –
melalui pendekatan matematika t-tabel < t-hitung < t-tabel, maka Ho
realistik adalah 135 orang, sedangkan ditolak. Dengan demikian dapat
pada kelas kontrol dengan pembelajaran disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
biasa adalah 130 orang. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis
perolehan siswa pada pretes pada siswa yang diberi perlakuan
pembelajaran realistik adalah 0,88, pembelajaran matematika realistik
sedangkan pada pembelajaran biasa dengan pembelajaran biasa. Karena,
adalah 1,02. Sedangkan rata-rata peningkatan rata-rata kemampuan
perolehan skor awal kemampuan berpikir kritis siswa yang diberi
berpikir kritis dengan pendekatan perlakuan pembelajaran matematika
matematika realistik adalah 11,50, realistik lebih besar dari pada siswa
sedangkan pembelajaran biasa adalah yang diberi perlakuan pembelajaran
5,96. Sehingga rata-rata peningkatan biasa, maka dapat disimpulkan bahwa
yang diperoleh siswa pada pembelajaran matematika dengan
pembelajaran melalui pendekatan pendekatan matematika realistik lebih
matematika realistik adalah 10,62 dan baik dari pembelajaran biasa dalam
pada pembelajaran biasa adalah meningkatkan kemampuan berpikir
sebesar 4,94. kritis siswa.
Untuk menguji perbedaan
pendekatan pembelajaran dibuat b) Hasil dan analisis peningkatan
hipotesis statistik, Ho : Tidak terdapat kemampuan berpikir kritis siswa
perbedaan peningkatan kemampuan berdasarkan peringkat sekolah
berpikir kritis matematis siswa yang dalam pembelajaran matematika
diberi perlakuan pembelajaran realistik.
matematika realistik dengan
pembelajaran biasa. Dengan Hasil perhitungan statistik data
menggunaka uji-t diperoleh bahwa nilai peningkatan kemampuan berpikir kritis
t-hitung adalah 12,037, sedangkan nilai siswa berdasarkan peringkat sekolah
t-tabel dengan derajat kebebasan, df (n disajikan sebagai berikut.

Tabel 2. Rangkuman Perhitungan Statistik Peningkatan Kemampuan

25
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Peringkat Sekolah.

Pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik Biasa
Peringkat
Skor Kemampuan Berpikir Skor Kemampuan
Sekolah
N Kritis N Berpikir Kritis
Awal Akhir Gain Awal Akhir Gain
Tinggi 48 0,63 12,60 11,97 48 0,68 7,52 6,84
Sedang 42 0,62 10,40 9,78 38 0,84 6,08 5,24
Rendah 45 1,40 11,00 9,60 44 0,60 4,00 3,40

Dari Tabel 2 di atas, ditemukan berpikir kritis siswa berdasarkan


bahwa rata-rata peningkatan peringkat sekolah. Karena, rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa pada peningkatan kemampuan berpikir kritis
sekolah peringkat tinggi lebih besar dari siswa pada sekolah peringkat tinggi
peningkatan rata-rata pada sekolah lebih tinggi, maka dapat disimpulkan
peringkat sedang dan rendah. Demikian bahwa pembelajaran matematika
juga, terhadap peningkatan kemampuan realistik di sekolah peringkat tinggi
berpikir kritis siswa pada sekolah lebih baik dari sekolah peringkat
peringkat sedang lebih besar dari rata- sedang dan rendah.
rata peningkatan kemampuan berpikir
kritis pada sekolah peringkat rendah. c) Hasil dan analisis perbedaan
Untuk menguji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
peningkatan kemampuan berpikir kritis kritis siswa berdasarkan perbedaan
berdasarkan peringkat sekolah dibuat gender dalam pembelajaran
hipotesis statistik, Ho : Tidak terdapat matematika realistik.
perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam Untuk melihat apakah terdapat
pembelajaran matematika realistik perbedaan peningkatan kemampuan
berdasarkan pada peringkat sekolah. berpikir kritis siswa yang diberi
Dengan menggunakan uji ANOVA satu perlakuan pembelajaran matematika
jalur, diperoleh bahwa nilai signifikansi dengan pendekatan matematika realistik
hitung 0,027, lebih kecil dari berdasarkan gender, Rangkuman
signifikansi 0,05, maka Ho ditolak. perhitungan data statistik disajikan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat sebagai berikut.
perbedaan peningkatan kemampuan

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis


Berdasarkan Gender.

26
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

Gender Kls Experimen N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Laki-laki 58 8.52 5.481 .720
Perempuan 77 11.87 4.290 .489

Dari Tabel 3 di atas, diketahui kritis siswa perempuan lebih tinggi dari
bahwa banyak subjek laki-laki 58 orang siswa laki-laki, maka dapat disimpulkan
dengan rata-rata peningkatan bahwa dalam pembelajaran matematika
kemampuan berpikir kritis siswa realistik pada siswa perempuan lebih
sebesar 8,52, dan banyak subjek baik dari siswa laki-laki terhadap
kelompok siswa perempuan adalah 77 peningkatan kemampuan berpikir kritis
orang dengan rata-rata peningkatan siswa.
kemampuan berpikir kritis 11,87. Untuk
menguji perbedaan kemampuan d) Hasil dan analisis interaksi antara
berpikir kritis berdasarkan gender pendekatan pembelajaran dengan
dibuat hipotesis statistik, Ho : Tidak peringkat sekolah terhadap
terdapat perbedaan peningkatan peningkatan kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis siswa kritis siswa.
melalui pembelajaran matematika yang
dilakukan dengan pendekatan Salah satu tujuan penelitian
matematika realistik terhadap adalah mengungkap perbedaan
perbedaan gender. peningkatan kemampuan berpikir kritis
Dengan menggunakan uji-t, siswa melalui pembelajaran matematika
ditemukan bahwa nilai t-hitung -3,987, realistik berdasarkan perbedaan
sedangkan nilai t-tabel dengan df (2- peringkat sekolah. Dari hasil
sisi;(n-2) =1,980. Dari kriteria perhitungan statistik ditemukan bahwa
pengujian; jika – t-tabel ≤ t-hitung ≤ t- signifikansi interaksi antara pendekatan
tabel maka Ho diterima, dan jika –t- pembelajaran dengan peringkat sekolah
hitung < -t-tabel atau t-hitung > t-tabel terhadap kemampuan berpikir kritis
maka Ho ditolak. Karena t-hitung lebih adalah 0,173 dan lebih besar dari 0,05,
besar dari t-tabel, maka Ho ditolak. maka Ho diterima. Jadi, dapat
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan interaksi antara pendekatan
berpikir kritis siswa berdasarkan gender pembelajaran dengan peringkat sekolah
dalam pembelajaran matematika terhadap peningkatan kemampuan
realistik yang dilakukan. Karena rata- berpikir kritis.. Lebih jelasnya, interaksi
rata penigkatan kemampuan berpikir tersebut disajikan pada gambar berikut.

27
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Gambar 1. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Peringkat


sekolah terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Dari Gambar 1 di atas, terlihat gender terhadap peningkatan


bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir kritis siswa.
pendekatan pembelajaran dengan
peringkat sekolah terhadap peningkatan Salah satu tujuan penelitian
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal adalah mendeskripsikan interaksi antara
ini, berarti bahwa tidak terdapat pendekatan pembelajaran dengan
pengaruh secara besama-sama yang gender terhadap peningkatan
disumbangkan oleh pendekatan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari
pembelajaran dengan peringkat sekolah hasil perhitungan statistik terhadap
terhadap peningkatan kemampuan peningkatan kemampuan berpikir kritis
berpikir kritis siswa. siswa berdasarkan pendekatan
pembelajaran dan gender, disajikan
e) Hasil dan interaksi antara dalam bentuk diagram batang berikut.
pendekatan pembelajaran dengan

Gambar 2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa


berdasarkan pendekatan pembelajaran dan gender

28
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

Dari Gambar 2 di atas, peringkat sekolah dengan perbedaan


ditemukan bahwa rata-rata peningkatan gender terhadap kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis yang dicapai kritis siswa.
oleh siswa laki-laki dalam pembelajaran Dari hasil perhitungan statistik
dengan pendekatan matematika realistik ditemukan bahwa signifikansi interaksi
sebesar 8,52 dan siswa perempuan pendekatan pembelajaran dengan
sebesar 11,87. Rata-rata pencapaian peringkat sekolah adalah 0,100, dan
gain kemampuan berpikir kritis siswa lebih besar dari 0,05, maka Ho
laki-laki pada pembelajaran biasa diterima. Jadi, dapat disimpulkan
adalah sebesar 4,09 dan siswa bahwa tidak terdapat interaksi
perempuan 5,60. peningkatan kemampuan berpikir kritis
Untuk melihat adanya interaksi siswa antara pendekatan pembelajaran
antara pendekatan pembelajaran dengan yang digunakan dengan gender. Lebih
peringkat sekolah terhadap peningkatan jelasnya, interaksi antara pendekatan
kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran dengan gender terhadap
sebagai berikut, dibuat hipotesis kemampuan berpikir kritis siswa dapat
statistik, Ho : Tidak terdapat interaksi dilihat sebagaimana pada gambar 3
yang signifikan antara perbedaan berikut.

Gambar 3. Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran Dengan Gender


terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis.

Dari Gambar 3 di atas, terlihat untuk meningkatkan kemampuan


bahwa tidak terdapat interaksi antara berpikir kritis tanpa memisahkan laki-
pendekatan pembelajaran dengan laki dengan perempuan. Walaupun,
gender terhadap peningkatan peningkatan kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis. Hal ini, siswa pada pembelajaran matematika
berarti tidak terdapat pengaruh yang realistik lebih tinggi dari pembelajaran
diberikan atas perbedaan pembelajaran biasa. Dan, peningkatan kemampuan
dengan gender secara bersama-sama berpikir kritis siswa perempuan melalui
terhadap peningkatan kemampuan pendekatan matematika realistik dan
berpikir kritis siswa. Jadi, pembelajaran iasa lebih tinggi dari siswa laki-laki.
matematika realistik baik dilakukan Dengan demikian, dari hasil uraian

29
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

interaksi di atas, ditemukan bahwa yang Analisis terhadap perbedaan


paling besar memberi kontribusi peningkatan kemampuan berpikir kritis
terhadap peningkatan kemampuan siswa berdasarkan peringkat sekolah
berpikir kritis adalah pendekatan dan gender yang dimaksudkan dalam
pembelajaran dibandingkan dengan penelitian ini adalah untuk mengungkap
faktor peringkat sekolah dan gender. perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir siswa berdasarkan peringkat
f) Hasil dan analisis perbedaan sekolah dan gender. Uji statistik yang
peningkatan kemampuan berpikir digunakan untuk melihat perbedaan
kritis siswa berdasarkan peringkat peningkatan kemampuan berpikir kritis
sekolah dan gender. tersebut adalah dengan ANOVA dua
jalur. Rangkuman perhitungan statistik
disajikan sebagai berikut.

Tabel 4. Rangkuman Perhitungan Uji ANOVA Dua Jalur terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Berdasar Peringkat Sekolah dan Gender.

Peringk Pendekatan Pembelajaran


at Matematika Realistik Biasa
Sekolah Gender Skor Kemampuan Berpikir Skor Kemampuan Berpikir
Kritis Kritis
Awal Akhir Gain N Awal Akhir Gain N
Tinggi L 0,32 12,21 11,89 19 0,95 6,57 5,62 21
P 0,83 12,90 12,07 29 1,19 8,26 7,07 27
Sedang L 0,68 11,16 10,48 19 0,80 5,20 4,40 15
P 0,57 9,70 9,13 23 0,87 6,65 5,78 23
Rendah L 1,75 11,70 9,95 20 0,76 3,10 2,34 21
P 1,12 11,08 9,96 25 1,43 5,13 3,70 23

Dari Table 4 di atas, ditemukan KESIMPULAN


bahwa rata-rata peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa yang
paling tinggi dicapai oleh siswa Berdasarkan hasil penelitian dan
perempuan pada sekolah peringkat analisis statistik yang dilakukan, maka
tinggi, yang diikuti oleh siswa laki-laki dapat diberikan beberapa kesimpulan,
pada peringkat sekolah tinggi, antara lain:
kemudian siswa laki-laki pada sekolah 1. Ada perbedaan peningkatan
peringkat sedang, kemudian siswa kemampuan berpikir kritis siswa antara
perempuan pada sekolah peringkat yang diberi pendekatan matematika
rendah melalui pendekatan realistik dengan pembelajaran biasa.
pembelajaran realistik. Temuan ini 2. Ada perbedaan peningkatan
menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan peringkat sekolah.
perempuan lebih tinggi dari siswa laki-
laki.

30
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

3. Ada perbedaan peningkatan memberikan bantuan (scaffolding) melalui


kemampuan berpikir kritis siswa bentuk pertanyaan-pertanyaan (probing),
berdasarkan gender. untuk membentuk pola pikir kritis bagi
4. Tidak ada interaksi antara pendekatan siswa. Pola interaksi dalam proses
pembelajaran dengan peringkat sekolah pembelajaran yang dilakukan pada
terhadap peningkatan kemampuan pendekatan matematika realistik
berpikir kritis siswa. dikembangkan sedemikian rupa sehingga
5. Tidak ada interaksi antara pendekatan setiap siswa mampu mengekspresikan
pembelajaran dengan gender terhadap sikap dan mentalnya yang memungkinkan
peningkatan kemampuan berpikir kritis terjadinya interaksi diantara anggota
siswa. komunitas kelas. Bentuk-bentuk interaksi
6. Siswa memiliki respon yang positif yang terjadi antara lain adalah diskusi
terhadap pendekatan matematika kelompok, dan diskus kelas. Kegiatan-
realistik. Secara umum, melalui kegiatan dalam interaksi anggota
pembelajaran matematika realistik komunitas kelas dipandang penting untuk
dapat meningkatkan kemampuan dilakukan, karena dengan interaksi tersebut
berpikir kritis siswa. pada diri siswa akan terbentuk pola pikir
yang kritis dan akan tumbuh sikap rasa
IMPLIKASI percaya diri siswa.
Aktivitas berupa pemberian
Penelitian ini berfokus pada bantuan oleh guru melalui pertanyaan-
peningkatan kemampuan berpikir kritis pertanyaan selalu digunakan dalam proses
siswa melalui pembelajaran matematika pembelajaran sampai siswa memiliki
dengan pendekatan matematika realistik. kemampuan untuk melakukan refleksi atas
Karakteristik pembelajaran matematika aksi mental yang dilakukan, dan bukan
realistik yang dilakukan mengacu pada menghakimi maupun menghukum siswa.
aktivitas konstruktif, interaktif dan reflektif Fungsi guru dalam pembelajaran adalah
melalui pemberian masalah kontektual sebagai fasilitator, dan bersikap memahami
kepada siswa demi mencapai penemuan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh
(reinvention) terhadap konsep-konsep siswa adalah bukan karena kemauannya,
maupun atauran-aturan matematis yang tetapi disebabkan kurangnya informasi
formal. Sehingga, masalah kontekstual yang ia miliki. Dari hasil penelitian yang
dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai ditemukan maka pembelajaran matematika
latihan, pembentukan atau penemuan dengan pendekatan matematika realistik
konsep, prosedur atau strategi penyelesaian dapat diimplementasikan dalam upaya
masalah nonrutin maupun aturan-aturan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dalam matematika serta mendorong siswa dengan tidak harus membedakan
terjadinya aksi mental siswa. peringkat sekolah dan gender.
Tahapan yang dilakukan dalam
pembelajaran ini, diawali dengan REKOMENDASI
pemberian tantangan atau masalah
kontekstual bagi anak, yang kemudian 1. Pembelajaran matematika dengan
melalui penggunaan pengetahuan informal pendekatan matematika realistik
siswa, mereka menyelesaikan masalah dapat digunakan sebagai alternatif
tersebut secara kelompok, yang kemudian, dalam meningkatkan kemampuan
mendiskusikannya secara klasikal berpikir kritis siswa, serta dapat
sekaligus sebagai tahap refleksi. Hal ini membangun dan meningkatkan
dilakukan dengan tujuan mengaktifkan system pendidikan yang demokratis
siswa secara interaktif dalam kelompok, dan sekaligus membangun
memudahkan peneliti/pengajar dalam pendidikan karakter.

31
Hasratuddin, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

2. Untuk mendorong terjadinya Atwood,M. (1990). Critical Thinking,


intraksi siswa, dalam proses Collaboration and Citizenship:
pembelajaran, mulailah dengan Inventing a Framework Appropriate
pemberian masalah kontekstual for Our Times.USA: Charles C
berupa tantangan atau konflik Thomas, Publisher.
kepada siswa sebagai sarana dalam Covey, Stephen R. (2008). The 8th HABIT.
menemuan konsep, prosedur atau Melampaui Efektivitas, menggapai
strategi penyelesaian nonrutin Keagungan. Jakarta: Gramedia
maupun aturan-aturan dalam Utama.
matematika. De Lange J. (1987). Mathematics Insight
3. Berikan bantuan scaffolding secara and Meaning. Utrecht: OW & OC.
tidak langsung berupa probing De Lange J. (1996). Using and Applying
kepada siswa untuk memicu mathematics in Education.
terjadinya interaksi antara siswa Netherlands: Kluwer Academic
dengan siswa, siswa dengan guru, Publisher.
siswa dengan konteks masalah, dan De Lange, J. (2004). Mathematical Literacy
siswa dengan lingkungan sampai for Living from OECD-PISA
siswa memiliki kemampuan untuk Perspective. Paris: OECD-PISA
melakukan refleksi atas aksi yang Depdiknas (2008). Hasil Perolehan Nilai
dilakukan. Ujian Akhir Nasional TP.
4. Bagi para guru atau pendidik, 2007/2008. Depdiknas: Jakarta.
berikan kesempatan bernegoisasi Depdikiknas. (2004). Petunjuk
kepada siswa untuk mendorong Pelaksanaan dan Pengelolaan
interaksi dan inisiatif berpikir kritis Kurikulum. Jakarta: Depdiknas.
siswa. Pahamilah bahwa kesalahan Freudenthal H. (1991). Revisiting
yang dilakukan siswa bukan atas Mathematics Education. Dordrecht:
kemauannya, tetapi karena Reidel Publishing.
keterbatasan informasi yang mereka Given, B.K. (2007). Teaching to the
peroleh. Dalam proses Brain’s Natural Learning Systems.
pembelajaran, hilangkan budaya Alexanderia: ASCD.
patriarkhi atau persepsi lebih Goffree, F dan Dolk, M. (1995). Standards
memandang salah satu kelompok for Mathematics Education.
atau gender terhadap lainnya. Freudenthal Institute:
5. Sekolah atau pengemban SLO/NVORWO.
pendidikan perlu memperhatikan Gravemeijer K. (1994). Developing
kemampuan berpikir kritis siswa, Realistik Mathematics Education.
sehingga prilaku siswa dalam setiap Utrecht: Freudenthal Institute.
bertindak selalu mengedepankan Hasratuddin. 2002. Pengembangan model
tindakan yang rasional. Dengan pembelajaran matematika realistik
demikian, tidak berlebihan apabila dalam meningkatkan prestasi
sekolah mengharuskan guru belajar siswa SMP di Kota Medan.
memiliki knowledge dan skills Jurnal. vol. 11, No. 1, Sep-2002.
berpikir kritis yang baik. Akreditasi No:23a/Dikti/Kep/2002,
ISSN: 0852-0151.
McGregor, D. (2007). Developing
DAFTAR PUSTAKA Thinking; Developing Learning.
New York: Open University Press.
Armanto, D. (2004). Soal Kontekstual Nelissen, J.M.C. (2005). Thinking Skill in
dalam PMRI. Makalah. Disajikan realistics mathematics.
pada Workshop PMRI. Bandung.

32
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4. NO.2 DESEMBER 2010

Jmc_nelissen :Journal PME. Vol 2 Penyunting: Sofia Mansoor. 2002.


p 108-119 2005. Ledakan EQ, 15 Prinsip Dasar
Oleinik, T. (2002). Development of critical Kecerdasan Emosional Meraih
thinking in mathematics courses. Sukses. Bandung: Kaifa.
Pro ceedings of the 3rd Treffers,A. (1987). Realistic Mathematics
International Mathematics Education in The Netherlands 1980-
Education and Society Con ference. 1990. Freudenthal University:
Copenhagen: Centre for Research in Utrecht CD Press.
Learning Mathematics, p.1-3. Treffers, A., & Goffree, F. (1985). Rational
Raz, S. (2008). Membangun Generasi analysis of realistic mathematics
Emas. Jakarta: Prenada. education. In L. Streefland (Ed.),
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Proceedings of the Ninth
Kemampuan Berpikir Logis Dan Conference for the Psychology of
Komunikasi Matematik Siswa Mathematics Education (Vol. 2, pp.
Sekolah Menengah Pertama Melalui 97-123). Noordwijkerhout: PME.
Pendekatan Matematika Realistik. Zulkardi. (2002). Developing a learning
Disertasi: UPI Bandung. environment on realistic
Sidi, I.D. (2003). Menuju Masyarakat mathematics education for
Belakar. Jakarta: Paramadina. Indonesia student teachers.
Stein, Steven J., Howard E. Book. Disertasi doctor. University of
Penerjemah: Trinanda Rainy Twente.
Januarsari dan Yudhi Murtanto.

33

Anda mungkin juga menyukai