Anda di halaman 1dari 12

EduMa Vol. 6 No.

1 Juli 2017 32
ISSN 2086 – 3918

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP KREATIVITAS
SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Ismi Zakiah, Hadi Kusmanto
Majoring in Mathematics, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Cirebon City, Indonesian Country
ismizakiah14@yahoo.com, hadi_uipi@yahoo.com

ABSTRACT
This research is motivated by the lack of students creativity in mathematics. It is
influenced by the learning model used. Learning model that can help students understand
about the material one of them is cooperative learning model type make a match. The
purpose of the research is to assess influence of cooperative learning type make a match
towards of students creativity. This research use a experimental method, with the research
population is 55 students of class VII. The sample is VII-B class with 28 students. The
research instrument that used are test and the scale. The result of the research shows; the
students response to learning by using cooperative learning model type make a match got a
good category with an average 74,8%; students creativity in experimental class categorized
good with average score 70,54; there are the sicnifikance influence between cooperative
learing model type make a match toward students vreativities in matematic is 51,8%.

Keywords : Make A Match, Student Creativity

PENDAHULUAN Kualitas pendidikan di Indonesia


Belajar merupakan kegiatan sehari- dapat ditingkatkan dengan cara mengubah
hari yang dilakukan oleh siswa, kegiatan sistem pembelajaran yang berpusat pada
belajar bisa di sekolah atau di rumah. guru (teacher centered) menuju
Hosnan (2014:7) berpendapat belajar pembelajaran yang lebih bermakna yaitu
adalah suatu proses usaha yang dilakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa
oleh seseorang untuk memperoleh suatu (student centered) akan dapat
perubahan yang baru sebagai hasil menumbuhkan dan mengembangkan
pengalamannya sendiri dalam interaksi kreativitas siswa dalam pembelajaran
dengan lingkungannya. Guru sebagai maupun dalam memecahkan
pengajar merupakan pencipta kondisi permasalahan yang dihadapi dalam
belajar siswa yang di desain secara sengaja, kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
sistematis dan berkesinambungan. dengan Undang-Undang Republik
Sedangkan siswa sebagai subyek Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
pembelajaran merupakan pihak yang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
menikmati kondisi belajar yang diciptakan. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
33
ISSN 2086 – 3918

membentuk watak serta peradaban bangsa motivasi mereka untuk mempelajari


yang bertujuan untuk berkembangnya matematika, sehingga hasil belajar dan
potensi peserta didik agar menjadi manusia kreativitas siswa kurang baik. Hal seperti
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan ini tentu saja menjadi masalah yang perlu
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dibenahi, dan ini merupakan tugas seorang
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan pendidik dalam mengatasi hal tersebut.
menjadi warga negara yang demokratis Berdasarkan hasil pengamatan
serta bertanggungjawab. pembelajaran matematika kelas VII MTs
Darul Masholeh, ditemukan beberapa
Menurut Permendiknas (Peraturan
permasalahan dalam kegiatan
Menteri Pendidikan Nasional) Indonesia
pembelajaran dikelas yaitu siswa kurang
No. 23 tahun 2006 yang menyebutkan
aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa
bahwa mata pelajaran matematika perlu
kurang kreatif didalam menyelesaikan
diberikan kepada semua siswa disetiap
permasalahan, keberanian siswa untuk
jenjang pendidikan termasuk SMP sebagai
menyampaikan ide-ide sangat rendah,
dasar untuk membekali siswa dengan
siswa masih kesulitan ketika diminta
kemampuan berpikir logis, analitis, kritis,
memberikan contoh, siswa masih jarang
kreatif, dan bekerjasama. Kemudian
mengajukan pertanyaan atau
menurut Permendiknas No 22 tahun 2006
mengutarakan pendapatnya. Selain itu dari
dalam Wardhani (2008:2) salah satu fokus
hasil observasi yang dilakukan peneliti
dari tujuan pembelajaran matematika
mengamati perilaku dan sikap siswa dalam
dalam Kurikulum 2013 adalah untuk
kegiatan belajar mengajar, menunjukkan
mengembangkan kemampuan siswa dalam
bahwa perlu meningkatkan aspek-aspek
memahami konsep matematika,
lain selain hasil belajar siswa, yaitu salah
menjelaskan keterkaitan antar konsep,
satunya adalah kreativitas siswa. Menurut
serta menggunakan konsep ataupun
Guilford dalam Munandar (2014:31)
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan
kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
tepat dalam pemecahan masalah.
kemampuan untuk melihat bermacam-
Choridah (2013:196) menyatakan
macam kemungkinan penyelesaian
pembelajaran matematika siswa tidak
terhadap suatu masalah, merupakan bentuk
sekedar belajar pengetahuan kognitif,
pemikiran yang sampai saat ini masih
namun dia diharapkan memiliki sikap kritis
kurang mendapat perhatian dalam
dan cermat, obyektif dan terbuka,
pendidikan, di sekolah yang terutama
menghargai keindahan matematika, serta
dilatih adalah penerimaan pengetahuan,
rasa ingin tahu, berpikir dan bertindak
ingatan, dan penalaran (berpikir logis).
kreatif, serta senang belajar matematika.
Dari permasalahan tersebut, dalam
Erawati (2015) berdasarkan hasil
pembelajaran matematika hendaknya
penelitiannya menyatakan bahwa
menerapkan model pembelajaran yang
matematika merupakan salah satu mata
bervariasi, dimana model pembelajaran
pelajaran yang sebagian besar dianggap
yang akan diterapkan hendaknya
sulit oleh siswa, dengan anggapan yang
menggunakan model pembelajaran yang
telah tertanam pada diri siswa tersebut
membuat siswa aktif dan kreatif dalam
dapat menyebabkan kurangnya minat dan
pembelajarannya. Model pembelajaran
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017 34
ISSN 2086 – 3918

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menghasilkan berbagai macam ide guna
matematika aktif dan kreatif salah satunya memecahkan suatu masalah di luar
yaitu dengan menerapkan model kategori yang biasa. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A pembelajaran tipe make a match siswa
Match. dituntut untuk lebih cepat berpikir dalam
Menurut Rusman (2012:203) menemukan kartu pasangan soal dan
pembelajaran kooperatif dilaksanakan jawaban, kemudian melatih siswa untuk
melalui sharing proses antara peserta mengungkapkan ide atau gagasan
belajar, sehingga dapat mewujudkan matematika yang ia miliki kepada
pemahaman bersama antara peserta belajar temannya sehingga siswa diharuskan dapat
itu sendiri. Kurniasih dan Sani (2016:55) befikir lancar dan luwes.
mengemukakan bahwa model make a Berdasarkan uraian diatas, maka
match (membuat pasangan) merupakan penulis bermaksud untuk melakukan riset
salah satu jenis dari model dalam atau penelitian terhadap permasalahan
pembelajaran kooperatif. Model ini tersebut dengan judul “Pengaruh
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Penerapan Model Pembelajaran
Penerapan model ini dimulai dengan Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap
teknik, yaitu siswa disuruh mencari Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
pasangan kartu yang merupakan jawaban Matematika”.
atau soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi LANDASAN TEORI
poin. Salah satu keunggulan model Rachmawati dan Kurniati (2010:14)
pembelajaran kooperatif tipe make a match berpendapat kreativitas merupakan suatu
adalah siswa mencari pasangan sambil proses mental individu yang melahirkan
belajar mengenai suatu konsep atau topik gagasan, proses, metode, ataupun produk
dengan batas waktu yang ditentukan baru yang efektif yang bersifat imajinatif
sehingga siswa dituntut untuk lebih cepat dan inovatif yang berdaya guna dalam
berpikir dalam menemukan kartu pasangan berbagai bidang untuk pemecahan
soal dan jawaban. Model pembelajaran ini masalah.
juga dapat melatih siswa untuk Siswa adalah anggota masyarakat
mengungkapkan ide atau gagasan yang berusaha mengembangkan potensi
matematika yang ia miliki kepada diri melalui proses pembelajaran pada jalur
temannya. Munandar (2012: 44) pendidikan baik pendidikan formal
menjelaskan ciri-ciri keterampilan berfikir maupun pendidikan nonformal, pada
kreatif adalah diantaranya keterampilan jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
berfikir lancar (fluency), keterampilan tertentu.
berfikir luwes (flexibility), keterampilan Amir dan Risnawati (2016:8)
berfikir orisinil (originality) dan mendefinisikan pembelajaran matematika
keterampilan berfikir rinci (elaboration). adalah suatu proses belajar mengajar yang
Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan dibangun oleh guru untuk
mengemukakan ide yang serupa untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa
memecahkan suatu masalah kemudian yang dapat meningkatkan kemampuan
Flexibility (keluwesan) kemampuan untuk berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
35
ISSN 2086 – 3918

kemampuan mengkontruksikan merencanakan dan melaksanakan aktivitas


pengetahuan baru sebagai upaya pembelajaran. Dengan demikian aktivitas
meningkatkan penguasaan yang baik pembelajaran benar-benar merupakan
terhadap materi matematika. kegiatan bertujuan dan tertata secara
Dari definisi kreativitas siswa dan sistematis.
pembelajaran matematika dapat Pembelajaran kooperatif merupakan
disimpulkan sebagai kemampuan siswa salah satu pembelajaran efektif dengan
untuk memecahkan suatu masalah, cara membentuk kelompok-kelompok
menentukan banyak gagasan atau ide-ide, kecil untuk saling bekerja sama,
kemampuan siswa untuk mengerjakan soal berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam
dengan pemikiran sendiri, kemampuan proses belajar, dalam pembelajaran
siswa mengkaji persoalan dengan cara kooperatif belajar dikatakan belum selesai
yang berbeda, kemampuan siswa jika salah satu teman dalam kelompok
menguraikan masalah secara terperici belum menguasai bahan pelajaran.
dalam pembelajaran matematika. Menurut Rusman (2012:213-227)
Selanjutnya Munandar (2012:44) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif
menjelaskan ciri-ciri kognitif keterampilan diantaranya: a) Student Team Achievement
berfikir kreatif adalah sebagai berikut: Divisions (STAD); b) investigasi
kelompok (group investigation); c)
1) Keterampilan berfikir lancar (fluency), Numbered Heads Together (NHT); d)
mempunyai banyak ide atau gagasan Jigsaw e) think-pair-share; f) pair check;
dalam berbagai kategori. g) snowball throwing; h) make a match
2) Keterampilan berfikir luwes (membuat pasangan); i) Teams Games
(flexibility), yaitu mempunyai ide atau Tournament (TGT).
gagasan yang beragam. Pada penelitian ini model
3) Keterampilan berfikir orsinil pembelajaran kooperatif yang digunakan
(originality), yaitu mempunyai ide atau adalah tipe Make A Match karena pada tipe
gagasan baru untuk menyelesaikan ini dapat membantu siswa mandiri dalam
persoalan. menemukan suatu konsep atau topik dan
4) Keterampilan berfikir rinci menemukan suatu gagasan baru. Hal
(elaboration), yaitu mampu tersebut akan membantu meningkatkan
mengembangkan ide atau gagasan kemampuan kreativitas siswa dalam
untuk menyelesaikan masalah secara memecahkan suatu masalah.
rinci. Wahab dalam Soleha (2016: 69-70)
mendefinisikan model make a match
Menurut Saefuddin (2014:48) bahwa (mencari pasangan) adalah sistem
model pembelajaran adalah kerangka pembelajaran yang mengutamakan
konseptual yang melukiskan prosedur penanaman kemampuan sosial terutama
sistematis dalam mengorganisasikan kemampuan bekerja sama, kemampuan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan berinteraksi, disamping kemampuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai berfikir cepat melalui permainan mencari
pedoman bagi para perancang pasangan dengan bantuan kartu. Penerapan
pembelajaran dan para pengajar dalam model pembelajaran ini dimulai dari teknik
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017 36
ISSN 2086 – 3918

yaitu siswa mencari pasangan kartu yang Rusman (2012:223) memaparkan


merupakan jawaban atau soal sebelum bahwa terdapat beberapa langkah
batas waktunya, siswa yang dapat pembelajaran model make a match adalah
mencocokkan kartunya diberi point. Model sebagai berikut. pertama-tama guru
pembelajaran Make A Match atau mencari menyampaikan atau mempresentasikan
pasangan dikembangkan oleh Curran materi atau memberi tugas kepada siswa
(1994). Tujuan dari pembelajaran dengan mempelajari materi di rumah, guru
model make a match adalah untuk melatih menyiapkan beberapa kartu yang berisi
peserta didik agar lebih cermat dan lebih beberapa konsep atau topik yang cocok
kuat pemahamannya terhadap suatu materi untuk seri review (satu sisi kartu berupa
pokok. Siswa dilatih berfikir cepat sambil kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu
menganalisis dan sambil berinteraksi jawaban, guru membentuk siswa agar
sosial. menjadi 2 kelompok, misal kelompok A
Kurniasih dan Sani (2016:56) dan kelompok B, guru membagi kartu soal
berpendapat model pembelajaran make a kepada kelompok A dan kartu jawaban
match memberikan kelebihan bagi siswa, kepada kelompok B, siswa mencari
diantaranta: dapat meningkatkan aktivitas pasangan yang mempunyai kartu yang
belajar siswa, baik secara kognitif maupun cocok dengan kartunya dari kelompok lain
fisik, efektif melatih kedisiplinan siswa (kartu soal/kartu jawaban), guru
menghargai waktu untuk belajar dan menyampaikan batasan maksimum kepada
berpikir cepat untuk menemukan siswa untuk mencari pasangan kartu, siswa
pasangan. meningkatkan pemahaman yang dapat mencocokkan kartunya
siswa terhadap materi yang dipelajari dan sebelum batas waktu di beri poin, bagi
dapat meningkatkan motivasi dan hasil siswa yang belum menemukan pasangan
belajar siswa, efektif sebagai sarana mintalah mereka untuk berkumpul
melatih keberanian siswa untuk tampil tersendiri, setiap siswa yang sudah
presentasi, mampu menciptakan suasana mendapatkan pasangan mendiskusikan
belajar aktif dan menyenangkan, kerjasama soal dan jawaban yang telah dicocokkan
antar sesama siswa terwujud dengan dan mempresentasikannya di depan,
dinamis. pasangan lain dan siswa yang tidak
Model pembelajaran make a match mendapat pasangan memperhatikan dan
mempunyai sedikit kelemahan yaitu: memberikan tanggapan apakah pasangan
sangat memerlukan bimbingan dari guru itu cocok atau tidak, yang terakhir guru
untuk melakukan kegiatan, waktu yang bersama-sama dengan siswa membuat
tersedia perlu dibatasi karena besar kesimpulan terhadap materi pembelajaran.
kemungkinan siswa bisa banyak bermain-
main dalam proses pembelajaran, guru METODOLOGI PENELITIAN
perlu persiapan bahan dan alat yang Menurut Noor (2013:147) populasi
memadai. ada kelas dengan murid yang digunakan untuk menyebutkan seluruh
banyak (>30 siswa/kelas) jika kurang elemen atau anggota dari suatu wilayah
bijaksana maka yang muncul adalah yang menjadi sasaran penelitian atau
suasana seperti pasar dengan keramaian merupakan keseluruhan dari objek
yang tidak terkendali. penelitian. Penelitian ini mengambil
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
37
ISSN 2086 – 3918

populasi dari seluruh siswa kelas VII MTs Paradigma Penelitian


Darul Masholeh Cirebon tahun ajaran X : Respon siswa terhadap model
2016/2017 yang berjumlah 55 siswa. pembelajaran kooperatif tipe
dengan rincian sebagaimana tertera dalam make a match
table 1. Y : Kreativitas siswa dalam
Tabel 1 pembelajaran matematika
Jumlah Siswa kelas VII Mts Darul : Pengaruh
Masholeh
No Kelas Jumlah Baskoro (2017:15) menyatakan
bahwa tes dapat didefinisikan sebagai
1 VII A 27
suatu pertanyaan atau tugas yang terencana
28 untuk memperoleh informasi tentang objek
2 VII B
atau sasaran tes yang setiap butir
Total 55 pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
Sampel dalam penelitian ini jawaban atau ketentuan yang dianggap
ditentukan dengan menggunakan teknik benar. Penggunaan metode tes bertujuan
pengambilan Cluster Random Sampling. untuk mengetahui kreativitas siswa di
Pengambilan sampel penelitian ini semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Tes
menggunakan teknik secara undian ialah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seperti layaknya orang melaksanakan tes formatif dalam bentuk tes uraian, dalam
undian. Dari hasil pengundian terpilih instrumen ini penulis melakukan tes
kelas VII B dengan jumlah 28 siswa sebanyak satu kali yaitu tes akhir (posttest).
sebagai kelas eksperimen. Menurut Arikunto (2013:269) angket
Metode penelitian ini adalah metode adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
eksperimen. Sugiyono (2012:72) metode digunakan untuk memperoleh informasi
eksperimen ialah metode penelitian yang dari responden tentang pribadinya atau hal-
digunakan untuk mencari pengaruh hal yang ia ketahui. Angket yang akan
perlakuan tertentu terhadap yang lain diberikan kepada siswa bertujuan untuk
dalam kondisi yang terkendali. mengetahui respon siswa terhadap
Desain penelitian yang digunakan pembelajaran dengan menggunakan model
dalam penelitian ini adalah The One-Shot kooperatif tipe make a match, adapun
Case Study Design, desain ini dapat teknik penelitian ini menggunakan skala
digunakan jika dalam penelitian terdapat Likert.
suatu kelompok yang diberi perlakuan
(tratment), dan selanjutnya diobservasi HASIL DAN PEMBAHASAN
hasilnya (Lestari, 2015:122). Desain Hasil rekapitulasi respon siswa
penelitian tersebut dinyatakan sebagai terhadap penerapan model pembelajaran
berikut (Noor, 2013: 53): kooperatif tipe make a match bahwa pada
dimensi motivasi dan ketertarikan
memperoleh prosentase tertinggi yaitu
sebesar 81,5% yaitu termasuk kategori
sangat baik pada interval 81%-100%,
menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017 38
ISSN 2086 – 3918

pembelajaran dan minat siswa dalam penelitian Aminah (2016) yang


kegiatan belajar sangat baik. Hal tersebut menyatakan bahwa kemampuan siswa
sesuai dengan hasil penelitian Mayangsari dalam berpikir lancar tergolong sangat baik
(2014) menyatakan bahwa motivasi siswa yang memperoleh prosentase rata-rata
dalam proses pembelajaran terhadap model sebesar 81,82%. Sedangkan prosentase
pembelajaran kooperatif tipe make a match dimensi terendah sebesar 57,1% termasuk
memperoleh respon sangat baik. kategori cukup baik, menunjukkan bahwa
Sedangkan dimensi berpikir cepat siswa kurang mampu mengembangkan
memperoleh prosentasi terendah yaitu gagasan untuk memecahkan masalah
sebesar 69,8% yaitu termasuk kategori secara terperinci. Hal tersebut bertolak
baik pada interval 41%-60%, menunjukkan belakang dengan hasil penelitian Fahmy
bahwa siswa kurang dalam menemukan (2013) menyatakan bahwa siswa mampu
penyelesaian dari suatu permasalahan mengembangkan gagasan untuk
berdasarkan batas waktu yang ditentukan. memecahkan masalah secara terperinci
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian tergolong sangat baik yang memperoleh
Mayangsari (2014) menyatakan respon nilai tertinggi sebesar 86,36%. Dapat
siswa terhadap indikator berpikir cepat diketahui nilai rata-rata kelas adalah
tergolong cukup baik dan hal tersebut juga sebesar 70,54, mengacu pada interpretasi
sesuai dengan kelemahan dari model nilai hasil termasuk dalam interval 66-79
pembelajaran make a match bahwa dalam menunjukkan bahwa kategori nilai rata-
model pembelajaran tersebut harus bisa rata siswa adalah baik. Hal ini
memanfaatkan waktu terutama menunjukkan bahwa kreativitas siswa
memperhatikan waktu siswa dalam dalam memecahkan masalah dengan
memecahkan masalah dalam mencari menerapkan model pembelajaran
pasangan kartu (Sani, 2016:57). Dapat kooperatif tipe make a match memperoleh
disimpulkan bahwa semua dimensi hasil tergolong baik.
termasuk dalam interval 61%-80% dengan Selanjutnya dari hasil penelitian di
rata-rata prosentase 74,8% yang termasuk lapangan dilakukan analisis data, analisis
kategori baik artinya respon siswa dalam data diawali dengan menganalisis setiap
kelompok pembelajaran matematika sampel yang berasal dari populasi
dengan model pembelajaran kooperatif berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
tipe make a match adalah baik. normalitas menunjukkan bahwa data
Berdasarkan hasil rekapitulasi tes berdstribusi normal karena nilai
kreativitas siswa dalam pembelajaran signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu
matematika dapat diketahui bahwa hasil tes 0,200.
kreativitas siswa kelas eksperimen yang Tabel 2
mengacu pada interpretasi nilai hasil Tests of Normality
belajar memperoleh prosentase tertinggi Kolmogorov-Smirnova
sebesar 80,4% termasuk kategori sangat Statistic Df Sig.
baik, menunjukkan bahwa siswa dapat Unstandardized
,105 28 ,200*
berpikir lancar sehingga mampu Residual
menentukan banyak gagasan dengan *. This is a lower bound of the true significance.
sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil a. Lilliefors Significance Correction
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
39
ISSN 2086 – 3918

Selanjutnya pengujian homogenitas signifikan dari constant 3,837 adalah 0,778


yang dilakukan dengan bantuan software > 0,05 hal ini berarti tidak signifikan. Jadi
SPSS V 20.0 menggunakan uji Levene Test persamaan regresi yang dipakai adalah 𝑌̂ =
dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji 0,887𝑋. koefisien bernilai positif artinya
homogenitas didapat nilai signifikansi terjadi hubungan positif antara model
yang diperoleh adalah 0,468, karena pembelajaran kooperatif tipe make a match
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dengan kreativitas siswa. Semakin tinggi
dapat disimpulkan bahwa data tersebut model pembelajaran kooperatif tipe make a
mempunyai varian yang sama atau match maka semakin meningkat kreativitas
homogen. Berikut adalah hasil siswa.
homogenitas: Berdasarkan hasil tabel 4 diperoleh
Tabel 2 harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah 5,282 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada
Test of Homogeneity of Variances taraf signifikan 0,05 dengan derajat
Nilai kesukaran (dk) = n-2 = 28-2 = 26 sehingga
Levene df1 df2 Sig. diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,055 sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
Statistic
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 5,282 > 2,055, maka 𝐻0 ditolak
,534 1 54 ,468
artinya terdapat pengaruh antara model
pembelajaran kooperatif tipe make a match
Tabel 3 terhadap kreativitas siswa dalam
pembelajaran matematika.
Tabel 5
Model Summaryb
Mode R R Adjusted Std. Error of
l Square R Square the Estimate
1 ,719a ,518 ,499 9,306
a. Predictors: (Constant), Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match
b. Dependent Variable: Kreativitas Siswa
Tabel 4
Berdasarkan tabel 5 di atas
menujukkan nilai koefisien determinasi (R
Square) sebesar 51,8%. Hal ini berarti
pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match (Variabel X)
terhadap kreativitas siswa dalam
pembelajaran matematika (Variabel Y)
yaitu sebesar 51,8% dan sisanya 48,2%
dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan
Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa tabel interpretasi besarnya kontribusi
terdapat hubungan linear antara model variabel X terhadap Y berada pada interval
pembelajaran kooperatif tipe make a match 49%-81% dapat disimpulkan bahwa
dengan kemampuan kreativitas siswa yaitu pengaruh penerapan model pembelajaran
sebesar 𝑌̂ = 3,637 + 0,887𝑋. Nilai kooperatif tipe make a match terhadap
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017 40
ISSN 2086 – 3918

kreativitas siswa menunjukan pengaruh


yang kuat. SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini mendukung hasil Simpulan
penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari Respon siswa terhadap pembelajaran
(2014) tentang pengaruh penerapan matematika dengan menggunakan model
metode pembelajaran make a match pembelajaran kooperatif tipe make a match
terhadap kemampuan komunikasi di kelas VII B MTs Darul Masholeh
matematika siswa yang menyatakan bahwa tergolong baik, hal tersebut bisa
terdapat pengaruh penerapan metode ditunjukkan dari data hasil perolehan
pembelajaran make a match terhadap angket yang sebagian besar data berada
kemampuan komunikasi matematika pada kategori baik dengan rata-rata
siswa, dari hasil penelitian tersebut dapat prosentase skor angket sebesar 74,8%. Hal
diketahui bahwa penerapan model ini menunjukkan bahwa respon terhadap
pembelajaran make a match tidak hanya pembelajaran model kooperatif tipe make a
dapat mempengaruhi variabel kreativitas match dapat diikuti dan diterima oleh siswa
siswa tetapi dapat mempengaruhi variabel yang terdiri dari 7 dimensi yaitu dimensi
kemampuan komunikasi matematika motivasi dan ketertarikan, dimensi
siswa. Kemudian penelitian ini juga keaktifan, dimensi berpikir cepat, dimensi
mendukung hasil penelitian yang mencari pasangan, dimensi menemukan
dilakukan oleh Aminah (2016) tentang konsep, dimensi menginterpretasikan
pengaruh model pembelajaran ARIAS konsep yang ditemukan, dan dimensi
(Assurance, Relevance, Interest, pemberian reward.
Assessment, Satisfaction) terhadap Berdasarkan hasil penelitian,
kreativitas siswa yang menyatakan bahwa kreativitas siswa dalam pembelajaran
penerapan model pembelajaran ARIAS matematika kelas VII B MTs Darul
memiliki pengaruh terhadap kreativitas Masholeh dapat dikategorikan baik, hal
siswa dalam pembelajaran matematika, tersebut ditunjukkan dari hasil tes
dari hasil penelitian tersebut model kreativitas siswa dalam pembelajaran
pembelajaran yang dapat mempegaruhi matematika yang diperoleh rata-rata 70,54.
kreativitas siswa bukan hanya model Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis
pembelajaran kooperatif tipe make a match kreativitas siswa dapat diikuti dan diterima
tetapi model pembelajaran ARIAS juga siswa dengan baik yang terdiri dari 4
dapat mempengaruhi kreativitas siswa. dimensi yaitu dimensi berpikir lancar
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat (fluency), dimensi berkipir luwes
menyimpulkan bahwa penelitian yang (flexibility), dimensi original (originality),
dilakukan peneliti dapat memperkuat dan dimensi berpikir rinci (elaboration).
penelitian-penelitian sebelumnya. Data- Berdasarkan analisis data yang
data penelitian menunjukkan bahwa dilakukan, bahwa terdapat hubungan linear
penerapan model pembelajaran kooperatif antara model pembelajaran kooperatif tipe
tipe make a match berpengaruh terhadap make a match dengan kemampuan
kreativitas siswa dalam pembelajaran kreativitas siswa yaitu sebesar 𝑌̂ =
matematika siswa kelas VII-B Mts Darul 3,637 + 0,887𝑋. Nilai signifikan dari
Masholeh. constant 3,837 adalah 0,778 > 0,05 hal ini
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
41
ISSN 2086 – 3918

berarti tidak signifikan. Jadi persamaan materi menuntut siswa mampu


regresi yang dipakai adalah 𝑌̂ = 0,887𝑋. menciptakan kreativitas dalam
koefisien bernilai positif artinya terjadi memecahkan masalah.
hubungan positif antara model Melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match pembelajaran dapat menjadi alternatif
dengan kreativitas siswa. Semakin tinggi pembelajaran guna meningkatkan
model pembelajaran kooperatif tipe make a motivasi, minat dan kemampuan
match maka semakin meningkat kreativitas kreativitas siswa dalam pembelajaran
siswa. matematika yang lebih baik.
Penerapan model pembelajaran Dalam prakteknya, penerapan model
kooperatif tipe make a match dapat pembelajaran khususnya model
mempengaruhi kreativitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match
pembelajaran matematika di kelas VII B hendaknya terlebih dahulu diberikan
MTs Darul Masholeh, hal tersebut bisa latihan soal-soal yang dikerjakan secara
dilihat dari hasil perhitungan uji hipotesis individu dan diberikan sedikit simulasi
didapat 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah 5,282 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 praktek agar siswa terbiasa menemukan
pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat penyelesaian secara mandiri dan sudah
kesukaran (dk) = n - 2 = 28 - 2 = 26 mendapatkan sedikit gambaran mengenai
sehingga diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,055 sehingga topik pembelajaran dan tidak mengalami
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 5,282 > 2,055, maka 𝐻0 kesulitan serta dapat berpikir cepat dalam
ditolak artinya terdapat pengaruh antara memecahkan masalah, kemudian ketika
model pembelajaran kooperatif tipe make a menerapkan model pembelajaran
match terhadap kreativitas siswa dalam kooperatif tipe make a match tersebut harus
pembelajaran matematika. Berdasarkan uji memperhatikan waktu dengan baik.
kebaikan model diperoleh nilai r2 sebesar Diharapkan untuk penelitian
51,8%. Berdasarkan nilai tersebut dapat selanjutnya mengenai model pembelajaran
diartikan kontribusi penerapan model kooperatif tipe make a match ini lebih
pembelajaran kooperatif tipe make a match dikembangkan lagi bukan hanya dapat
(variabel X) berpengaruh terhadap mempengaruhi variabel kreativitas tetapi
kreativitas siswa dalam pembelajaran terhadap variabel yang lainnya seperti
matematika (variabel Y) kelas VII B MTs variabel motivasi, aktivitas, berpikir kritis,
Darul Masholeh sebesar 51,8%, sedangkan dan hasil belajar. kemudian semoga dapat
sisanya sebesar 48,2% dipengaruhi oleh menemukan sebuah terobosan baru untuk
faktor lain. menjadikan siswa lebih kreatif
Saran memecahkan masalah matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe
make a match ini hendaknya dijadikan DAFTAR PUSTAKA
bahan pertimbangan oleh pihak sekolah Aminah, I. 2016. “Pengaruh Model
untuk kedepannya agar bisa dilakukan Pembelajaran ARIAS (Assurance,
inovasi model pembelajaran yang dapat Relevance, Interest, Assessment,
digunakan siswa sebagai cara atau alat Satisfaction) Terhadap Kreativitas
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal Siswa”. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
ini dipandang perlu karena sebagian besar Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017 42
ISSN 2086 – 3918

Amir, Z. dan Risnawati. 2016. Psikologi Kemampuan Komunikasi


Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP
Matematika.Yogyakarta: Aswaja Negeri 1 Cirebon”. Skripsi. Tidak
Pressindo. diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Nurjati.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Munandar, U. 2012. Pengembangan
Rineka Cipta. Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Baskoro, E. P. 2017. Evaluasi Rineka Cipta.
Pembelajaran. Bandung: CV . 2014. Pengembangan
Confident. Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Choridah, D. 2013. “Peran Pembelajaran Rineka Cipta.
Berbasis Masalah Untuk Noor, J. 2013. Metodologi Penelitian.
Meningkatkan Kemampuan Jakarta: Kencana Prenada Media
Komunikasi dan Berpikir Kreatif Group.
Serta Disposisi Matematis Siswa Rachmawati, Y & Kurniati, E. 2010.
SMA”. Jurnal Infinity.Vol 2 No 2. Strategi Pengembangan Kreativitas
Erawati, E. 2015. “Peningkatan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-
Siswa pada Pembelajaran Kanak. Jakarta: Penerbit Prenada.
Matematika Melalui Pendekatan Rusman. 2012. Model-Model
Open-Ended”. Skripsi.Tidak Pembelajaran Mengembangkan
Diterbitkan. Surakarta. Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
Fahmy, F. 2013. “Pengaruh Penggunaan Raja Grafindo Persada.
Metode Pembelajaran Problem Saefuddin, A. 2014. Pembelajaran Efektif.
Solving Terhadap Kemampuan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII Soleha. 2016. “Penerapan Model
MTs Intibahusysyubban Ujungsemi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make
Kabupaten Cirebon”. Skripsi. Tidak A Match untuk Meningkatkan Hasil
diterbitkan. Cirebon : IAIN Syekh Belajar Matematika Siswa Kelas IV
Nurjati Cirebon SD Negeri 2 Gayau Sakti Tahun
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Pelajaran 2014/2015” . Jurnal
Kontekstual dalam Pembelajaran Pendidikan. Vol 5(1), Hal 68–74.
Abad 21. Jakarta: Gralia Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kurniasih, I & Sani, B. 2016. Ragam Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Pengembangan Model Alfabeta.
Pembelajaran Untuk Peningkatan Wardhani, S. 2008. “Analisis SI dan SKL
Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Mata Pelajaran Matematika
Kata Pena. SMP/MTs Untuk Optimalisasi
Lestari, K.E & Yudhanegara, M. R. 2015. Pencapaian Tujuan”. Yogyakarta:
Penelitian Pendidikan Matematika. PPPPTK Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Mayangsari, N. 2014. “Pengaruh
Penerapan Metode Pembelajaran
Make A Match Terhadap
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
43
ISSN 2086 – 3918

Anda mungkin juga menyukai