Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 2 April 2020 Hal.

228-238
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR
Yudi Cahyo Winoto1, Tego Prasetyo2
Universitas Kristen Satya Wacana, Jawa Tengah, Indonesia1,2
e-mail : 292016103@student.uksw.edu1, tego.prasetyo@uksw.edu2

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model problem based learning dan discovery
learning terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV SD Gugus Surodirjo. Subjek pada penelitian ini yaitu SDN Tlogo sejumlah 29 siswa
sebagai kelas eksperimen 1, SDN Simpar sejumlah 28 siswa sebagai kelas eksperimen 2, dan SDN Tretep
sejumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol. Jenis desain penelitian adalah quasi eksperimental. Hasil uji
prasyarat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pada analisis akhir perhitungan dengan
menggunakan uji t diperoleh hasil nilai sig (2-tailed) 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
terdapat perbedaan antara penggunaan model problem based learning dan discovery learning terhadap
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Perbedaan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis pada model problem based learning 74,65 dan model discovery learning 80,57.
Jadi dapat diartikan model discovery learning lebih efektif dibandingkan model problem based learning
terhadap kemampuan berpikir kritis. Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar matematika pada model problem
based learning 72,7 dan model discovery learning 77,98. Jadi dapat diartikan model discovery learning lebih
efektif dibandingkan dengan model problem based learning tehadap hasil belajar matematika.
Kata kunci : Problem Based Learning, Discovery learning, Kemampuan Berpikir.
Abstract
The purpose of this study to determine the effectiveness of the use of problem based learning model and the
discovery learning model to critical thinking skills on mathematical subjects class IV elementary school. This
research implemented in class IV elementary school Gugus Surodirjo. Subject on this research the primary
school of Tlogo with 29 students as a class of experiment 1, the primary school Simpar with 28 student as a
class of experiment 2 and the primary school Tretep with 30 students as a class of control. This type of
research design is a quasi experimental. Prerequisite test results show data is normally distributed and
homogeneous. On the final analysis calculation with use T test obtained by the results of sig. (2-tailed) 0,002
< 0,05 then Ho rejected and Ha accepted, so there is a difference use of problem based learning model and
discovery learning model to critical thinking skills on mathematical subjects class IV elementary school.
Average value difference critical thinking skills on problem based learning model 74,65 and discovery
learning model 80,57. Can be interpreted to discovery learning model more effective to built problem based
learning model to critical thinking skills. Average value difference results of mathematical learning on
problem based learning model 72,7 and discovery learning model 77,98. Can be interpreted discovery
learning model more effective than problem based learning to math learning results.
Keywords : Problem based Learning, Discovery Learning, Critical Thinking Skills

@Jurnal Basicedu 2020

 Corresponding author :
Address : - ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email :- ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : -

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


229 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

Rendahnya tingkat kemampuan siswa


PENDAHULUAN
dalam berpikir kritis disebabkan oleh
Pendidikan merupakan salah penentu penerapan model pembelajaran yang kurang
kemajuan bangsa. Pembelajaran yang baik inovatif dan tidak berpusat kepada siswa.
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Model pembelajaran konvensional dapat
Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 membuat siswa menjadi pasif yang akan
dalam proses pembelajaran berpusat kepada menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan
siswa dengan menyelenggarakan pembelajaran berpikir kritis siswa. Sehingga diperlukannya
yang menyenangkan, menantang, memotivasi, pembelajaran yang sesuai dengan standar
interaktif, inspiratif, memberikan ruang bagi kompetensi lulusan pada kurikulum 2013
prakarsa untuk membangun kreativitas yang dengan memperkuat pendekatan ilmiah
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan (scaintifik) dengan diterapkannya cara belajar
fisik serta psikologi peserta didik. dengan berbasis penemuan (discovery learning)
Pembelajaran yang dilakukan secara dan untuk mendorong siswa dalam
konvensional akan cenderung membuat siswa menghasilkan karya kontekstual disarankan
menjadi pasif karena pembelajaran hanya penggunaan model pembelajaran berbasis
berpusat kepada guru. Kebiasaan guru pemecahan masalah (problem based learning).
menggunakan metode teacher centered yang Pembelajaran dengan model
dilakukan terus menerus akan berdampak pada pemecahan masalah pada prinsipnya menuntut
mutu pendidikan yang kurang, siswa kurang siswa agar dapat mencari jawaban secara
kreatif dan tidak mampu berkompetisi di masa mandiri berdasarkan permasalahan yang nyata
yang semakin maju (Laela, 2016:3) diberikan oleh guru (Lestari, 2012:54).
Pembelajaran matematika untuk Pembelajaran dengan model penemuan dapat
jenjang pendidikan dasar menekankan meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembentukan sikap, nalar atau logika dan berpikir dengan langkah-langkah discovery
keterampilan (Wahyudi et al., 2012:2). learning siswa dilatih untuk menemukan
Pembentukan nalar atau logika dan penyelesaian masalah (Pratiwi et al., 2014:44).
keterampilan dapat ditumbuhkan dengan Kegiatan pembelajaran dalam model discovery
adanya pembelajaran yang mengarahkan siswa learning melibatkan siswa secara maksimal
untuk berpikir kritis. Kemampuan berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah.
kritis dapat dibentuk oleh guru dengan Pembelajaran yang efektif dan efisien harus
memberikan pembelajaran yang mendorong sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa
siswa untuk berpikir kritis dan diperlukannya bukan hanya kepada hasil melainkan pada
strategi belajar efektif (Umuroh & Agoestanto, proses dalam pembelajaran.
2017:532).

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


230 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan model problem based learning


oleh Ujiati Cahyaningsih dan Anik Ghufron dan discovery learning.
(2016), terkait dengan model problem based Menurut Sani (2014:127), problem
learning terhadap karakter kreatif dan berpikir based learning merupakan pembelajaran yang
kritis dalam pembelajaran matematika. Hasil penyampaiannya dilakukan dengan cara
penelitian tersebut menunjukkan terdapat menyajikan suatu permasalahan, mengajukan
pengaruh kreativitas dan berpikir kritis dengan pernyataan, membuka dialog, dan menfasilitasi
menggunakan model problem based learning penyelidikan. Selajan dengan pendapat Hahdi
dari pada pembelajaran konvensional. (2018:52), yang mengatakan bahwa model
Pembelajaran dengan model problem based problem based learning dapat menstimulasi
learning memberikan kebebasan siswa dalam kemampuan siswa untuk berpikir kreatif,
menyelesaikan masalah sendiri sesuai dengan analitis, sistematis, dan logis dalam
cara berpikir siswa. menemukan alternatif pemecah masalah
Penelitian lain yang dilakukan oleh melalui eksplorasi data secara empiris untuk
Tatang Herman (2016), terkait dengan model menumbuhkan sikap ilmiah. Berdasarkan
discovery learning terhadap kemampuan pendapat diatas dapat dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis matematis dan self confidence. problem based learning adalah model
Hasill penelitian menunjukkan kemampuan pembelajaran yang menggunakan masalah
berpikir kritis matematis dengan model nyata sebagai stimulus untuk mendorong siswa
discovery learning lebih baik dari pada dengan menggunakan pengetahuannya dalam
pembelajaran langsung. Siswa dapat membuat menyelesaikan masalah dan berpikir kreatif,
generalisasi secara umum dan menyelesaikan analitis, sistematis, dan logis melalui eksplorasi
masalah. data secara empiris untuk menumbuhkan sikap
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ilmiah.
menunjukkan kedua model pembelajaran Adapun sintaks model problem based
terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran learning menurut Rusman (2017:347), yaitu:
yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir (1) mengorientasikan pada permasalahan, (2)
kritis siswa. Namun dari kedua model tersebut, mengorganisasi dalam kegiatan belajar, (3)
apakah model problem based learning atau membimbing dalam mengumpulkan informasi,
discovery learning yang paling efektif (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
digunakan dalam pembelajaran yang dapat informasi yang didapat, (5) menganalisis dan
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. mengevaluasi proses penyelesaian masalah.
Berawal dari keraguan tersebut maka peneliti Menurut Hosnan (2016:282),
akan membandingkan kemampuan berpikir pembelajaran discovery learning merupakan
kritis pada mata pelajaran matematika dengan model untuk mengembangkan cara belajar

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


231 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

siswa aktif dengan penemuan yang dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan


menekankan kemampuan berpikir analitis dan pendapat Johson (Yaumi, 2012:67) mengatakan
mencoba memecahkan sendiri masalah yang bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang
dihadapi. Sejalan dengan pendapat Hanafiah terorganisir dan dapat mengevaluasi fakta,
dan Suhana (2010:77), mengatakan bahwa asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
discovery learning merupakan suatu rangkaian pernyataan orang lain. Berdasarkan pendapat
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
secara maksimal dengan seluruh kemampuan adalah suatu proses berpikir untuk mengolah
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara pengetahuan yang diperoleh secara terorganisir
sistematis, kritis, dan logis. Berdasarkan dengan mengkritisi, memilih, memecahkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masalah, membuat keputusan, mengevaluasi
model discovery learning adalah suatu fakta atau asumsi dan/atau logika dengan alasan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
melibatkan siswa secara maksimal dengan Menurut Suyitno (2018:10),
teknik penemuan untuk mencari dan matematika adalah suatu metode berpikir,
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis pengumpulan informasi secara sistematis
untuk mencoba memecahkan masalah sendiri dengan penarikan kesimpulan dengan
yang dihadapi. pembuktian. Sejalan dengan pendapat
Adapun sintaks model discovery Supriyanto (2014:165), mengatakan bahwa
learning menurut Syah (Hosnan, 2016:289), matematika dapat digunakan sebagai
yaitu: (1) stimulation atau pemberian pengembangan kemampuan penghitungan,
rangsangan, (2) problem statement atau pengukuran, penemuan dengan rumus agar
identifikasi masalah, (3) data collection atau dapat melatih memahami konsep yang dimiliki
pengumpulan data, (4) data processing atau siswa untuk diterapkan dikehidupan nyata.
pengolahan data, (5) verification atau Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
pembuktian, (6) generalization atau menarik bahwa matematika adalah suatu alat berpikir ,
kesimpulan. pengumpulan informasi dan penarikan
Berpikir adalah suatu kegiatan untuk kesimpulan yang menekankan pembentukan
mengolah pengetahuan yang telah diperoleh sikap, nalar atau logika dan keterampilan untuk
dan digunakan untuk memecahkan masalah melatih memahami konsep yang dimiliki siswa
secara logika (Ma’rifah, 2014:19). Menurut untuk diterapkan dikehidupan nyata.
Wahyudi dkk (2012:13), berpikir kritis adalah Berikut merupakan beberapa penelitian
suatu proses berpikir untuk dapat mengkritisi, terdahulu yang relevan dan menjaadi dasar dari
memilih, memecahkan dan membuat keputusan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh
dengan alasan rasional dan dapat Rahmawati (2018), mengenai perbedaan model

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


232 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

problem based learning dan discovery learning dan hasil belajar mengalami peningkatan
pada hasil belajar matematika. Hasil analisis karena adanya pengaruh model discovery
penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. (2- learning.
tailed) 0,016 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Penelitian lain yang dilakukan oleh
Ha diterima dengan keputusan terdapat Winanti (2016) mengenai peningkatan hasil
perbedaan hasil belajar matematika yang belajar dan kemampuan bepikir kritis
signifikan. Perbedaan rata-rata membuktikan matematika kelas melalui pembelajaran
bahwa model problem based learning problem based learning. Hasil penelitian
memberikan dampak berbeda dan lebih tinggi menunjukkan rata-rata nilai pra siklus sebesar
dari pada model discovery learning. 71,92 dengan ketuntasan 64,28%, pada siklus 1
Penelitian lain yang dilakukan oleh rata-rata 77,89 dengan ketuntasan 85,18%,
Astari (2018), mengenai efektivitas model siklus II rata-rata 90,82 dengan ketuntasan
discovery learning dan problem based learning 82,14%. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil
terhadap hasil belajar IPA. Hasil penelitian bahwa model problem based learning
menunjukkan bahwa nilai t hitung 2,067 > t meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
tabel 2,011 dengan signifikasi 0,126 > 0,05 berpikir kritis siswa.
maka Ho ditolak, nilai sig (2-tailed) 0,044 >
METODE
0,05 maka H1 diterima. Artinya terdapat
perbedaan efektivitas model discovery learning Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan problem based learning terhadap hasil penelitian quasi experimental design atau
belajar IPA. Berdasarkan penelitian diperoleh eksperimen semu dengan desain penelitian
hasil bahwa model discovery learning lebih yang digunakan adalah non-equivalent control
efektif dibandingkan model problem based grup design yang menggunakan dua kelompok
learning terhadap hasil belajar IPA. kelas kontrol dan kelas eksperimen yang tidak
Penelitian lain yang dilakukan oleh dipilih secara random (Sugiyono, 2018:179).
Oktaviani (2018), mengenai penerapan model Populasi penelitian ini adalah siswa
pembelajaran discovery learning untuk kelas IV SD Gugus Surodirjo semester II tahun
meningkatkan hasil belajar matematika dan ajaran 2019/2020. Teknik sampel pada
kemampuan berpikir kritis kelas IV SD. Hasil penelitian ini adalah probability sampling
penelitian menunjukkan dengan nilai rata-rata memberikan peluang yang sama bagi setiap
pra siklus sebesar 54 nilai ketuntasan 34,61%, unsuk populasi untuk dipilih menjadi anggota
siklus 1 menjadi 68 dengan nilai kentuntasan sampel (Sugiyono, 2018:118). Sampel
73,07% dan siklus II menjadi 78 dengan nilai penelitian meliputi SDN Tretep dengan sampel
ketuntasan 84,62%. Hasil penelitian 30 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
menunjukkan bahwa kemampaun berpikir kritis konvensional, SDN Tlogo dengan sampel 29

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


233 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

sebagai kelas eksperimen 1 dengan model HASIL DAN PEMBAHASAN


problem based leanring, SDN Simpar dengan
Desain penelitian ini adalah quasi
sampel 28 sebagai kelas eksperimen 2 dengan
eksperimental atau eksperimen semu yang
model discovery learning.
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
Teknik pengumpulan data yang
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
variabel-variabel luar yang mempengaruhi
observasi, lembar angket dan tes. Lembar
pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini
observasi digunakan untuk mengetahui
menggunakan dua kelompok yaitu kelas
implementasi terhadap perlakuan yang
kontrol dan kelas eksperimen yang tidak dipilih
diterapkan. Lembar angket digunakan untuk
secara random. Kelas kontrol dengan model
mengetahui tingkat berpikir kritis siswa.
konvensional dan kelas eksperimen 1 dengan
Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil
model problem based learning dan kelas
belajar siswa.
eksperimen 2 dengan model discovery learning.
Adapun langkah-langkah dalam
Hasil kemampuan berpikir kritis disajikan
penelitian yang dilakukan sebagai berikut: (1)
sebagai berikut :
tahap persiapan, meliputi merumuskan
Tabel 1. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis
indikator, pembuatan instrumen, (2) tahap uji
Kelas
instrumen, meliputi uji pakar, uji validitas, dan

Eksperimen

Eksperimen
Kriteria

Kontrol

reabilitas, (3) tahap pelaksanaan, meliputi


1

2
pengambilan data selama proses perlakuan
berlangsung dan setelah perlakuan dilakukan,
(4) tahap analisis data, meliputi analisis SK - 3% 7%
K 7% 21% 57%
kumparasi, uji normalitas, uji homogenitas, uji CK 70% 62% 32%
hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam TK 23% 14% 4%
MCK 76,67% 86,2% 96,43%
penelitian, yaitu: Rata-
69,6 74,6 80,6
1. Ho: Tidak terdapat perbedaan antara rata
Keterangan;
penggunaan model problem based
SK : Sangat Kritis
learning dan discovery learning terhadap
K : Kritis
kemampuan berpikir kritis siswa pada
CK : Cukup Kritis
mata pelajaran matematika kelas IV SD.
TK : Tidak Kritis
2. Ha: Terdapat perbedaan antara
MCK : Minimal Cukup Kritis
penggunaan model problem based
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa
learning dan discovery learning terhadap
hasil kemampuan berpikir kritis kelas kontrol
kemampuan berpikir kritis siswa pada
dengan kriteria kritis 7%, cukup kritis 70%,
mata pelajaran matematika kelas IV SD.
tidak kritis 23%, dan jumlah siswa minimal

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


234 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

cukup kritis 76,67% dengan rata-rata sebesar kelas 10. Rata-rata kemampuan berpikir kritis
69,6. Pada kelas eksperimen 1 dengan kriteria kelas kontrol dengan tingkat kemampuan
sangat kritis 3%, kritis 21%, cukup kritis 62%, berpikir kritis lebih rendah dibandingkan
tidak kritis 14%, dan jumlah siswa minimal dengan kelas eksperimen 1 dan kelas
cukup kritis 86,2% dengan rata-rata 74,6. Pada eksperimen 2.
kelas eksperimen 2 dengan kriteria sangat kritis Perhitungan analisis statistik dalam
7%, kritis 57%, cukup kritis 32%, tidak kritis pembahasan ini akan menjelaskan mengenai
4%, dan jumlah siswa minimal cukup kritis hasil analisis data yaitu data yang digunakan
96,43% dengan rata-rata 80,6. Hasil adalah lembar angket dan soal. Sebelum
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol, kelas melakukan penelitian, peneliti membuat
eksperimen 1, dan kelas eksperimen 2 disajikan instrumen angket berdasarkan indikator
dalam bentuk diagram sebagai berikut: berpikir kritis dengan 28 penyataan. Sebelum
melakukan uji coba di sekolah, instrumen
Rata-Rata Hasil angket dilakukan uji pakar. Setelah melakukan
Kemampuan Berpikir uji pakar instrumen angket di uji coba pada
Kritis siswa kelas IV SDN 2 Bendungan Kecamatan
85 Tretep Kabupaten Temanggung dengan jumlah
80
75 80.6 siswa sebanyak 30. Kemudian peneliti
70 74.6
65 69.6 melakukan analisis uji instrumen angket. Hasil
60
analisis uji instrumen meliputi validitas dan
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 1 reabilitas, terdapat 19 penyataan valid dan 9
Kelas Eksperimen 2
pernyataan tidak valid. Peneliti mengambil 19
Gambar 1. pernyataan valid yang digunakan untuk
Diagram Rata-rata Kemampuan Berpikir penelitian.
Kritis Pada tahap pertama penelitian, terlebih
Berdasarkan diagram menunjuk-kan dahulu melakukan uji normalitas dan uji
bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan homogenitas dengan menggunakan program
berpikir kritis antara kelas kontrol, kelas SPSS 22. Uji normalitas digunakan sebagai
eksperimen 1, dan eksperimen 2. Rata-rata hasil syarat untuk statistik parametrik sebelum
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol pengujian hipotesis dengan asumsi bahwa data
sebesar 69,2 dan kelas eksperimen 1 sebesar setiap variabel yang diteliti harus berdistribusi
74,6 dengan selisih rata-rata kedua kelas 5. normal.
Hasil kemampuan berpikir kritis kelas kontrol Dasar pengambilan keputusan dengan
dan kelas eksperimen 2 dengan rata-rata melihat nilai signifikansi, jika nilai signifikansi
sebesar 80,6 dengan selisih rata-rata kedua > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


235 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan hasil dengan nilai signifikansi (2-tailed) 0,002
menggunakan shapiro wilk diperoleh hasil pada < 0,05 maka pengambilan keputusan hipotesis
kelas kontrol dengan nilai signifikansi 0,218 > Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
0,05 menunjukkan bahwa data kelas kontrol terdapat perbedaan penggunaan model problem
berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen 1 based learning dan discovery learning terhadap
dengan nilai signifikansi 0,408 > 0,05 kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran
menunjukkan bahwa data kelas eksperimen 1 matematika kelas IV SD. Berdasarkan rata hasil
berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen 2 kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen 1
dengan nilai signifikansi 0,482 > 0,05 dengan rata-rata sebesar 74,65 dan kelas
menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen 2 dengan rata-rata sebesar 80,57,
eksperimen 2 berdistribusi normal. selisih rata-rata kedua kelas sebesar 5,91.
Uji homogenitas dilakukan untuk Berdasarkan rata-rata dapat dilihat bahwa kelas
mengetahui apakah data sampel yang eksperimen 2 dengan model discovery learning
digunakan memiliki varians yang sama atau lebih unggul dibandingkan dengan model
homogen. Dasar pengambilan keputusan problem based learning terhadap kemampuan
dengan melihat nilai signifikansi, jika nilai berpikir kritis pada mata pelajaran matematika
signifikansi > 0,05 maka data homogen. Hasil kelas IV SD.
uji homogenitas dengan nilai signifikansi 0,981 Untuk mengukur hasil belajar siswa
> 0,05 maka data sampel memiliki varians yang pada mata pelajaran matematika kelas
sama atau homogen. Bardasarkan uji normalitas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan
dan uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data pemberian soal setelah perlakuan dilaksanakan.
berdistribusi normal dan homogem maka Soal yang dibuat berdasarkan KD 3.9
peneliti menggunakan statistik parametrik. menjalaskan dan menentukan keliling dan luas
Pengujian signifikansi kemampuan berpikir daerah persegi, persegi panjangm dan segitiga
kritis siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas serta hubungan pengkat dua dengan akar
eksperimen 2 dilakukan uji t yang bertujuan pangkat dua. Berdasarkan hasil belajar yang
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan diperoleh dengan pemberian soal pada siswa
kemampuan berpikir kritis siswa model kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
problem based learning dan discovery learning dengan kriteria ketuntasan minimum 6,5
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. diperoleh hasil sebagai berikut :
Perhitungan uji t dilakukan dengan Tabel 2. Hasil Belajar Matematika
bantuan SPSS 22 dengan dasar pengambilan Eksperimen Eksperimen
Ket
keputusan hipotesis jika nilai signifikansi < 1 2
0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil Tuntas 23 22
uji t dengan independent samples test diperoleh Tidak 6 6

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


236 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

Tuntas based learning terhadap hasil belajar siswa


Rata- pada mata pelajaran matematika kelas IV SD.
72,7 77,98
rata Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang telah dilakukan oleh Sutanti (2018).
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa Dengan judul penelitian “perbedaan pengaruh
pada kelas eksperimen 1 tedapat 23 siswa discovery learning dan problem based learning
tuntas dan 6 siswa tidak tuntas dengan rata-rata terhadap kemampuan berpikir kritis,
sebesar 72,7. Pada kelas eksperimen 2 terdapat keterampilan pemecahan masalah dan keaktifan
22 siswa tuntas dan 6 siswa tidak tuntas dengan siswa dalam pembelajaran kelas IV SD
rata-rata sebesar 77,98. Rata-rata hasil belajar Segugus Winduaji”. Hasil penelitian
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD menunjukkan bahwa model discovery learning
disajikan dalam bentuk diagram sebagai lebih efektif dibandingkan dengan problem
berikut: based learning terhadap kemampuan berpikir
kritis. Problem based learning lebih efektif
Rata-rata Hasil Belajar
Matematika dibandingkan dengan discovery learning
80 terhadap keterampilan pemecahan masalah

77.98 siswa, dan discovery learning lebih efektif


75
dibandingkan dengan problem based learning
70 72.7
terhadap keaktifan siswa.
65 Penelitian lain yang dilakukan oleh

60
Fitria Intan Pramudi Wardani (2018) dengan
judul penelitian “perbedaan hasil belajar
Eksperimen 1 Eksperimen 2
matematika kelas 4 SD dalam pembalajran
Gambar 2. Hasil Belajar Matematika menggunakan model discovery learning dan
Berdasarkan diagram dapat dilihat problem based learning. Menyatakan bahwa
bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar hasil belajar dengan menggunakan model
antara kelas eksperimen 1 dengan nilai 72,7 dan pembelajaran discovery learning lebih tinggi
eksperimen 2 dengan nilai 77,98. Selisih rata- secara signifikan dibandingkan model
rata kalas eksperimen 1 dan eksperimen 2 pembejaran problem based learning pada mata
sebesar 5,28. Pada diagram menunjukkan pelajaran matematika kelas IV SD Gugus
bahwa kelas eksperimen 2 lebih unggul Slamet Riyadi.
dibandingakan dengan kelas eksperimen 1 yang Berdasarkan uraian diatas dapat
artinya bahwa model discovery learning lebih diketahui bahwa model discovery learning
unggu dibandingkan dengan model problem lebih unggul dibandingkan dengan model
problem based learning terhadap kemampuan

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


237 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

berpikir kritis pada mata pelajaran matematika Berdasarkan hasil penelitian maka
kelas IV SD. Model pembelajaran discovery saran yang disampaikan adalah model
learning lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran discovery learning memberikan
model problem based learning terhadap hasil pengaruh yang positif terhadap siswa, sehingga
belajar matematika kelas IV SD. guru dapat menerapkanya dalam pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
KESIMPULAN
kritis siswa dan hasil belajar siswa. Guru
Berdasarkan hasil kemampuan berpikir hendaknya menerapkan model pembelajaran
kritis model pembelajaran problem based yang tepat agar terciptanya suasana belajar
learning dengan rata-rata sebesar 74,65 dan yang menyenangkan, aktif, dan efektif.
model pembelajaran discovery learning dengan
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata sebesar 80,57 dengan selisih 5,91.
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis Hahdi, D. S. (2018). Eksperimentasi Model
Problem Based Learning dan Model
model pembelajaran problem based learning
Guided Discovery Learning Terhadap
dan discovery learning pada mata pelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ditinjau dari Self Efficacy
matematika kelas IV SD.
Siswa. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(1).
Hal ini dibuktikan berdasarkan uji t http://www.jurnal.unma.ac.id/index.php/C
P/article/view/711
diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed)
Hanafiah, & Suhana. (2010). Konsep Strategi
0,004 < 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Pembelajaran. PT Refika Aditama.
Rata-rata hasil belajar matematika kelas IV SD Hosnan, M. (2016). Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
pada model problem based learning dengan
21. Ghalla Indonesia.
nilai 72,7 dan model discovery learning dengan Laela, R. L. (2016). Pengaruh Penerapan
Metode Guided Discovery terhadap
nilai 77,98. Selisih rata-rata hasil belajar
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
sebesar 5,28. Terdapat perbedaan hasil belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Mojotengah
Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
model problem based learning dan discovery
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Respository.Uksw.Edu, 3.
https://repository.uksw.edu/handle/12345
model discovery learning lebih unggul
6789/10927
dibandingkan dengan model problem based Lestari, N. N. S. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
learning terhadap kemampuan berpikir kritis
Based Learning) dan Motivasi Belajar
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Terhadap Prestasi Belajar Fisika bagi
Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Teknologi
Model discovery learning lebih unggul
Pembelajaran Indonesia, 1(2).
dibandingkan dengan model problem based http://119.252.161.254/e-
journal/index.php/jurnal_tp/article/view/2
learning terhadap hasil belajar matematika
97/91
kelas IV SD. Ma’rifah, N. (2014). Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Model
Cooperative Tipe Think Pair Share dalam

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


238 Efektivitas Model Problem Based Learning dan Discovery Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar – Yudi Cahyo Winoto, Tego Prasetyo

Pembelajaran PKN Siswa Kelas V SD Multiple Intelligences. Dian Rakyat.


Negeri 3 Puluhan Trucuk Klaten.
Lumbung Pustaka Universitas Negeri
Yogyakarta, 19.
http://eprints.uny.ac.id/13857/1/PENING
KATAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA.pdf
Pratiwi, Y., Redjeki, T., & Masykuri, M.
(2014). Pelaksanaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Pada
Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3).
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
p/kimia/article/view/4200/2961
Rusman. (2017). Model-model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Rajawali Pers.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik
Untuk Implementasi Kurikulum 2013. PT
Bumi Aksara.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Evaluasi.
Alfabeta.
Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery
Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran
Matematika Pokok Bahasan Keliling dan
Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan
02 Kecamatan Tanggul Kabupaten
Jember. Junral Pancaran Pendidikan,
3(2), 165–174.
http://pancaranpendidikan.or.id/article/file
/6_18.pdf
Suyitno, H. (2018). Pengantar Filsafat
Matematika. Magnum Pustaka Utama.
Umuroh, K., & Agoestanto, A. (2017).
Implementasi Model Pembelajaran PBL
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kedisiplinan Siswa. Prosiding Seminar
Nasional Matematika, 532–538.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/p
risma/article/view/21570/1029
Wahyudi, Stefanus, Mulyani, P. K., Utari, A.,
& Lestari, W. (2012). Pengaruh Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa S1 PGSD FKIP UKSW.
Respository.Uksw.Edu.
https://repository.uksw.edu/handle/12345
6789/2528
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran Berbasis

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

Anda mungkin juga menyukai