228-238
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model problem based learning dan discovery
learning terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV SD Gugus Surodirjo. Subjek pada penelitian ini yaitu SDN Tlogo sejumlah 29 siswa
sebagai kelas eksperimen 1, SDN Simpar sejumlah 28 siswa sebagai kelas eksperimen 2, dan SDN Tretep
sejumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol. Jenis desain penelitian adalah quasi eksperimental. Hasil uji
prasyarat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pada analisis akhir perhitungan dengan
menggunakan uji t diperoleh hasil nilai sig (2-tailed) 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
terdapat perbedaan antara penggunaan model problem based learning dan discovery learning terhadap
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Perbedaan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis pada model problem based learning 74,65 dan model discovery learning 80,57.
Jadi dapat diartikan model discovery learning lebih efektif dibandingkan model problem based learning
terhadap kemampuan berpikir kritis. Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar matematika pada model problem
based learning 72,7 dan model discovery learning 77,98. Jadi dapat diartikan model discovery learning lebih
efektif dibandingkan dengan model problem based learning tehadap hasil belajar matematika.
Kata kunci : Problem Based Learning, Discovery learning, Kemampuan Berpikir.
Abstract
The purpose of this study to determine the effectiveness of the use of problem based learning model and the
discovery learning model to critical thinking skills on mathematical subjects class IV elementary school. This
research implemented in class IV elementary school Gugus Surodirjo. Subject on this research the primary
school of Tlogo with 29 students as a class of experiment 1, the primary school Simpar with 28 student as a
class of experiment 2 and the primary school Tretep with 30 students as a class of control. This type of
research design is a quasi experimental. Prerequisite test results show data is normally distributed and
homogeneous. On the final analysis calculation with use T test obtained by the results of sig. (2-tailed) 0,002
< 0,05 then Ho rejected and Ha accepted, so there is a difference use of problem based learning model and
discovery learning model to critical thinking skills on mathematical subjects class IV elementary school.
Average value difference critical thinking skills on problem based learning model 74,65 and discovery
learning model 80,57. Can be interpreted to discovery learning model more effective to built problem based
learning model to critical thinking skills. Average value difference results of mathematical learning on
problem based learning model 72,7 and discovery learning model 77,98. Can be interpreted discovery
learning model more effective than problem based learning to math learning results.
Keywords : Problem based Learning, Discovery Learning, Critical Thinking Skills
Corresponding author :
Address : - ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email :- ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : -
problem based learning dan discovery learning dan hasil belajar mengalami peningkatan
pada hasil belajar matematika. Hasil analisis karena adanya pengaruh model discovery
penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. (2- learning.
tailed) 0,016 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Penelitian lain yang dilakukan oleh
Ha diterima dengan keputusan terdapat Winanti (2016) mengenai peningkatan hasil
perbedaan hasil belajar matematika yang belajar dan kemampuan bepikir kritis
signifikan. Perbedaan rata-rata membuktikan matematika kelas melalui pembelajaran
bahwa model problem based learning problem based learning. Hasil penelitian
memberikan dampak berbeda dan lebih tinggi menunjukkan rata-rata nilai pra siklus sebesar
dari pada model discovery learning. 71,92 dengan ketuntasan 64,28%, pada siklus 1
Penelitian lain yang dilakukan oleh rata-rata 77,89 dengan ketuntasan 85,18%,
Astari (2018), mengenai efektivitas model siklus II rata-rata 90,82 dengan ketuntasan
discovery learning dan problem based learning 82,14%. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil
terhadap hasil belajar IPA. Hasil penelitian bahwa model problem based learning
menunjukkan bahwa nilai t hitung 2,067 > t meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
tabel 2,011 dengan signifikasi 0,126 > 0,05 berpikir kritis siswa.
maka Ho ditolak, nilai sig (2-tailed) 0,044 >
METODE
0,05 maka H1 diterima. Artinya terdapat
perbedaan efektivitas model discovery learning Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan problem based learning terhadap hasil penelitian quasi experimental design atau
belajar IPA. Berdasarkan penelitian diperoleh eksperimen semu dengan desain penelitian
hasil bahwa model discovery learning lebih yang digunakan adalah non-equivalent control
efektif dibandingkan model problem based grup design yang menggunakan dua kelompok
learning terhadap hasil belajar IPA. kelas kontrol dan kelas eksperimen yang tidak
Penelitian lain yang dilakukan oleh dipilih secara random (Sugiyono, 2018:179).
Oktaviani (2018), mengenai penerapan model Populasi penelitian ini adalah siswa
pembelajaran discovery learning untuk kelas IV SD Gugus Surodirjo semester II tahun
meningkatkan hasil belajar matematika dan ajaran 2019/2020. Teknik sampel pada
kemampuan berpikir kritis kelas IV SD. Hasil penelitian ini adalah probability sampling
penelitian menunjukkan dengan nilai rata-rata memberikan peluang yang sama bagi setiap
pra siklus sebesar 54 nilai ketuntasan 34,61%, unsuk populasi untuk dipilih menjadi anggota
siklus 1 menjadi 68 dengan nilai kentuntasan sampel (Sugiyono, 2018:118). Sampel
73,07% dan siklus II menjadi 78 dengan nilai penelitian meliputi SDN Tretep dengan sampel
ketuntasan 84,62%. Hasil penelitian 30 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
menunjukkan bahwa kemampaun berpikir kritis konvensional, SDN Tlogo dengan sampel 29
Eksperimen
Eksperimen
Kriteria
Kontrol
2
pengambilan data selama proses perlakuan
berlangsung dan setelah perlakuan dilakukan,
(4) tahap analisis data, meliputi analisis SK - 3% 7%
K 7% 21% 57%
kumparasi, uji normalitas, uji homogenitas, uji CK 70% 62% 32%
hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam TK 23% 14% 4%
MCK 76,67% 86,2% 96,43%
penelitian, yaitu: Rata-
69,6 74,6 80,6
1. Ho: Tidak terdapat perbedaan antara rata
Keterangan;
penggunaan model problem based
SK : Sangat Kritis
learning dan discovery learning terhadap
K : Kritis
kemampuan berpikir kritis siswa pada
CK : Cukup Kritis
mata pelajaran matematika kelas IV SD.
TK : Tidak Kritis
2. Ha: Terdapat perbedaan antara
MCK : Minimal Cukup Kritis
penggunaan model problem based
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa
learning dan discovery learning terhadap
hasil kemampuan berpikir kritis kelas kontrol
kemampuan berpikir kritis siswa pada
dengan kriteria kritis 7%, cukup kritis 70%,
mata pelajaran matematika kelas IV SD.
tidak kritis 23%, dan jumlah siswa minimal
cukup kritis 76,67% dengan rata-rata sebesar kelas 10. Rata-rata kemampuan berpikir kritis
69,6. Pada kelas eksperimen 1 dengan kriteria kelas kontrol dengan tingkat kemampuan
sangat kritis 3%, kritis 21%, cukup kritis 62%, berpikir kritis lebih rendah dibandingkan
tidak kritis 14%, dan jumlah siswa minimal dengan kelas eksperimen 1 dan kelas
cukup kritis 86,2% dengan rata-rata 74,6. Pada eksperimen 2.
kelas eksperimen 2 dengan kriteria sangat kritis Perhitungan analisis statistik dalam
7%, kritis 57%, cukup kritis 32%, tidak kritis pembahasan ini akan menjelaskan mengenai
4%, dan jumlah siswa minimal cukup kritis hasil analisis data yaitu data yang digunakan
96,43% dengan rata-rata 80,6. Hasil adalah lembar angket dan soal. Sebelum
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol, kelas melakukan penelitian, peneliti membuat
eksperimen 1, dan kelas eksperimen 2 disajikan instrumen angket berdasarkan indikator
dalam bentuk diagram sebagai berikut: berpikir kritis dengan 28 penyataan. Sebelum
melakukan uji coba di sekolah, instrumen
Rata-Rata Hasil angket dilakukan uji pakar. Setelah melakukan
Kemampuan Berpikir uji pakar instrumen angket di uji coba pada
Kritis siswa kelas IV SDN 2 Bendungan Kecamatan
85 Tretep Kabupaten Temanggung dengan jumlah
80
75 80.6 siswa sebanyak 30. Kemudian peneliti
70 74.6
65 69.6 melakukan analisis uji instrumen angket. Hasil
60
analisis uji instrumen meliputi validitas dan
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 1 reabilitas, terdapat 19 penyataan valid dan 9
Kelas Eksperimen 2
pernyataan tidak valid. Peneliti mengambil 19
Gambar 1. pernyataan valid yang digunakan untuk
Diagram Rata-rata Kemampuan Berpikir penelitian.
Kritis Pada tahap pertama penelitian, terlebih
Berdasarkan diagram menunjuk-kan dahulu melakukan uji normalitas dan uji
bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan homogenitas dengan menggunakan program
berpikir kritis antara kelas kontrol, kelas SPSS 22. Uji normalitas digunakan sebagai
eksperimen 1, dan eksperimen 2. Rata-rata hasil syarat untuk statistik parametrik sebelum
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol pengujian hipotesis dengan asumsi bahwa data
sebesar 69,2 dan kelas eksperimen 1 sebesar setiap variabel yang diteliti harus berdistribusi
74,6 dengan selisih rata-rata kedua kelas 5. normal.
Hasil kemampuan berpikir kritis kelas kontrol Dasar pengambilan keputusan dengan
dan kelas eksperimen 2 dengan rata-rata melihat nilai signifikansi, jika nilai signifikansi
sebesar 80,6 dengan selisih rata-rata kedua > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan hasil dengan nilai signifikansi (2-tailed) 0,002
menggunakan shapiro wilk diperoleh hasil pada < 0,05 maka pengambilan keputusan hipotesis
kelas kontrol dengan nilai signifikansi 0,218 > Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
0,05 menunjukkan bahwa data kelas kontrol terdapat perbedaan penggunaan model problem
berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen 1 based learning dan discovery learning terhadap
dengan nilai signifikansi 0,408 > 0,05 kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran
menunjukkan bahwa data kelas eksperimen 1 matematika kelas IV SD. Berdasarkan rata hasil
berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen 2 kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen 1
dengan nilai signifikansi 0,482 > 0,05 dengan rata-rata sebesar 74,65 dan kelas
menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen 2 dengan rata-rata sebesar 80,57,
eksperimen 2 berdistribusi normal. selisih rata-rata kedua kelas sebesar 5,91.
Uji homogenitas dilakukan untuk Berdasarkan rata-rata dapat dilihat bahwa kelas
mengetahui apakah data sampel yang eksperimen 2 dengan model discovery learning
digunakan memiliki varians yang sama atau lebih unggul dibandingkan dengan model
homogen. Dasar pengambilan keputusan problem based learning terhadap kemampuan
dengan melihat nilai signifikansi, jika nilai berpikir kritis pada mata pelajaran matematika
signifikansi > 0,05 maka data homogen. Hasil kelas IV SD.
uji homogenitas dengan nilai signifikansi 0,981 Untuk mengukur hasil belajar siswa
> 0,05 maka data sampel memiliki varians yang pada mata pelajaran matematika kelas
sama atau homogen. Bardasarkan uji normalitas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan
dan uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data pemberian soal setelah perlakuan dilaksanakan.
berdistribusi normal dan homogem maka Soal yang dibuat berdasarkan KD 3.9
peneliti menggunakan statistik parametrik. menjalaskan dan menentukan keliling dan luas
Pengujian signifikansi kemampuan berpikir daerah persegi, persegi panjangm dan segitiga
kritis siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas serta hubungan pengkat dua dengan akar
eksperimen 2 dilakukan uji t yang bertujuan pangkat dua. Berdasarkan hasil belajar yang
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan diperoleh dengan pemberian soal pada siswa
kemampuan berpikir kritis siswa model kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
problem based learning dan discovery learning dengan kriteria ketuntasan minimum 6,5
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. diperoleh hasil sebagai berikut :
Perhitungan uji t dilakukan dengan Tabel 2. Hasil Belajar Matematika
bantuan SPSS 22 dengan dasar pengambilan Eksperimen Eksperimen
Ket
keputusan hipotesis jika nilai signifikansi < 1 2
0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil Tuntas 23 22
uji t dengan independent samples test diperoleh Tidak 6 6
60
Fitria Intan Pramudi Wardani (2018) dengan
judul penelitian “perbedaan hasil belajar
Eksperimen 1 Eksperimen 2
matematika kelas 4 SD dalam pembalajran
Gambar 2. Hasil Belajar Matematika menggunakan model discovery learning dan
Berdasarkan diagram dapat dilihat problem based learning. Menyatakan bahwa
bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar hasil belajar dengan menggunakan model
antara kelas eksperimen 1 dengan nilai 72,7 dan pembelajaran discovery learning lebih tinggi
eksperimen 2 dengan nilai 77,98. Selisih rata- secara signifikan dibandingkan model
rata kalas eksperimen 1 dan eksperimen 2 pembejaran problem based learning pada mata
sebesar 5,28. Pada diagram menunjukkan pelajaran matematika kelas IV SD Gugus
bahwa kelas eksperimen 2 lebih unggul Slamet Riyadi.
dibandingakan dengan kelas eksperimen 1 yang Berdasarkan uraian diatas dapat
artinya bahwa model discovery learning lebih diketahui bahwa model discovery learning
unggu dibandingkan dengan model problem lebih unggul dibandingkan dengan model
problem based learning terhadap kemampuan
berpikir kritis pada mata pelajaran matematika Berdasarkan hasil penelitian maka
kelas IV SD. Model pembelajaran discovery saran yang disampaikan adalah model
learning lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran discovery learning memberikan
model problem based learning terhadap hasil pengaruh yang positif terhadap siswa, sehingga
belajar matematika kelas IV SD. guru dapat menerapkanya dalam pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
KESIMPULAN
kritis siswa dan hasil belajar siswa. Guru
Berdasarkan hasil kemampuan berpikir hendaknya menerapkan model pembelajaran
kritis model pembelajaran problem based yang tepat agar terciptanya suasana belajar
learning dengan rata-rata sebesar 74,65 dan yang menyenangkan, aktif, dan efektif.
model pembelajaran discovery learning dengan
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata sebesar 80,57 dengan selisih 5,91.
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis Hahdi, D. S. (2018). Eksperimentasi Model
Problem Based Learning dan Model
model pembelajaran problem based learning
Guided Discovery Learning Terhadap
dan discovery learning pada mata pelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ditinjau dari Self Efficacy
matematika kelas IV SD.
Siswa. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(1).
Hal ini dibuktikan berdasarkan uji t http://www.jurnal.unma.ac.id/index.php/C
P/article/view/711
diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed)
Hanafiah, & Suhana. (2010). Konsep Strategi
0,004 < 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Pembelajaran. PT Refika Aditama.
Rata-rata hasil belajar matematika kelas IV SD Hosnan, M. (2016). Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
pada model problem based learning dengan
21. Ghalla Indonesia.
nilai 72,7 dan model discovery learning dengan Laela, R. L. (2016). Pengaruh Penerapan
Metode Guided Discovery terhadap
nilai 77,98. Selisih rata-rata hasil belajar
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
sebesar 5,28. Terdapat perbedaan hasil belajar Siswa Kelas 5 SDN 2 Mojotengah
Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
model problem based learning dan discovery
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Respository.Uksw.Edu, 3.
https://repository.uksw.edu/handle/12345
model discovery learning lebih unggul
6789/10927
dibandingkan dengan model problem based Lestari, N. N. S. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
learning terhadap kemampuan berpikir kritis
Based Learning) dan Motivasi Belajar
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Terhadap Prestasi Belajar Fisika bagi
Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Teknologi
Model discovery learning lebih unggul
Pembelajaran Indonesia, 1(2).
dibandingkan dengan model problem based http://119.252.161.254/e-
journal/index.php/jurnal_tp/article/view/2
learning terhadap hasil belajar matematika
97/91
kelas IV SD. Ma’rifah, N. (2014). Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Model
Cooperative Tipe Think Pair Share dalam