Anda di halaman 1dari 11

Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika

Yanti Mulyanti3 Vol. 4 | No. 1 Juni 2021

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN RME UNTUK


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN
KOLABORASI SISWA
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2, Yanti Mulyanti3
Universitas Muhammadiyah Sukabumi1, Universitas Muhammadiyah Sukabumi2, Universitas
Muhammadiyah Sukabumi3
pujianggraeni2407fa@gmail.com1, iaritsya@gmail.com2, yanti_khairan@yahoo.co.id3

ABSTRAK

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan kolaborasi sehingga dalam setiap proses
pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan tersebut. Namun minat siswa dalam
belajar matematika sangat rendah sehingga sulit untuk mengembangkan kemampuan tersebut.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya bahan ajar yang dapat menunjukkan kepada siswa
bahwa matematika ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui validitas Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kolaborasi siswa. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation). Hasil uji validitas oleh
validator dinyatakan sangat valid dengan persentase 90,1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
LKS matematika dengan pendekatan RME valid dan dapat memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif dan kolaborasi siswa.
Kata kunci : Lembar Kerja Siswa (LKS), Realistic Mathematic Education, kemampuan
kreatif dan kolaborasi

ABSTRACT
.
The importance of creative thinking and collaboration so that every learning process
must be able to develo those abilities. But students’ interest in math is so low that it’s hard to
develop those abilities. One cause is lack of teaching material that can show students that math
exists in their daily lives. The purpose of this research is knowing validity student workbook with
Realistic Mathematic Education approach to develop student creative thinking and collaboration.
Developing model that used in this research is ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation and Evaluation). The questionnaire tests of validity. Validity test result by
validators was avowed very valid with percentage 90,1%. The result showed that student
mathematic workbook with RME approach was valid and facilitating student creative thinking
and collaboration.
Keywords : Student workbook, Realistic Mathematic Education, creativity and collaboration
skill

1. PENDAHULUAN mengatasi tantangan global, seperti


Keterampilan abad 21 keterampilan berpikir kritis, kemampuan
merupakan berbagai keterampilan atau berkomunikasi secara efektif, berinovasi
kemampuan yang diperlukan dalam dan memecahkan masalah melalui
membantu siswa untuk bersaing di dunia negosiasi dan kolaborasi. Menurut
kerja. Menurut Zubaidah (2017) siswa kemendikbud (2017) terdapat empat
harus mengasah keterampilan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh
meningkatkan belajar untuk dapat siswa di abad 21, yaitu Critical Thinking
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

and Problem Solving (berpikir kritis dan bernegosiasi melalui interaksi dengan
menyelesaikan masalah), Creativity orang lain. Adapun indikator
(kreativitas), Communication Skills kemampuan kolaborasi menurut Tralling
(kemampuan berkomunikasi), dan dan Fadel (Hermawan et al., 2017) antara
Ability to Work Collaboratively lain: 1) menunjukkan kemampuan
(kemampuan untuk bekerja sama) bekerja secara efektif dan hormat dengan
(Kemdikbud, 2017). kelompok yang beragam. 2) berlatih
Kemampuan berpikir kreatif dan dengan fleksibel dan penuh kemauan
kolaborasi sangat dibutuhkan dalam untuk membantu dalam membuat
dunia kerja, terutama untuk perusahaan kompromi yang diperlukan untuk
yang mengutamakan kerjasama tim dan mencapai tujuan bersama. 3)
harus selalu kreatif agar dapat mengasumsikan tanggung jawab
menghasilkan produk baru. Untuk dapat bersama untuk pekerjaan kolaboratif,
berpikir kreatif maka siswa harus dipicu dan nilai kontribusi individu yang dibuat
untuk berpikir di luar kebiasaannya, oleh masing-masing anggota tim.
diberikan kesempatan untuk Kemampuan berpikir kreatif dan
menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi kolaborasi dapat dihasilkan dari proses
(Zubaidah, 2017). Adapun indikator belajar yang tepat, efektif dan maksimal.
kemampuan berpikir kreatif menurut Namun pada kenyataannya dalam proses
Munandar (Hendriana & Soemarmo, pembelajaran matematika siswa
2014) antara lain: 1) Fluency, cenderung malas dalam belajar.
mencetuskan banyak ide atau jawaban. Salah satu penyebab minat siswa
2) Flexibility, menghasilkan banyak dalam belajar matematika masih rendah
alternatif penyelesaian. 3) Originality, karena siswa menganggap matematika
mampu membuat jawaban yang baru itu abstrak dan jarang digunakan di
dengan penafsiran sendiri. 4) dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Elaboration, mampu mengembangkan Menurut pendapat Masykur & Halim
suatu gagasan sehingga menghasilkan (2017, p. 69) salah satu persepsi negatif
jawaban yang benar secara rinci. masyarakat terhadap matematika yaitu
Sedangkan kolaborasi menurut Brown matematika tidak berguna bagi
(Zubaidah, 2019) adalah kemampuan kehidupan, hal ini disebabkan karena
yang bertujuan untuk mengembangkan guru jarang memberikan informasi
kecerdasan kolektif dalam hal mengenai penerapan matematika dalam
membantu, menyarankan, menerima dan kehidupan. Pendapat tersebut sesuai

75
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

dengan hasil wawancara kepada salah untuk mengalami kembali proses


satu guru SMK yang menyatakan bahwa yang telah dilalui para ahli dalam
“siswa SMK cenderung malas untuk menemukan konsep-konsep
belajar matematika, karena siswa matematika.
berpendapat hanya pelajaran-pelajaran b. Penomena didaktik artinya situasi
kejuruannya saja yang penting dan akan yang menjadi topik dalam
digunakan oleh mereka setelah mereka matematika harus diaplikasikan untuk
lulus atau memasuki dunia kerja.” Dari diselidiki berdasarkan dua alasan
permasalahan tersebut maka diharapkan yang bergerak dari masalah nyata ke
adanya cara yang dapat membuat siswa dalam matematika formal.
memahami bahwa setiap pelajaran yang c. Pengembangan model mandiri artinya
dipelajari disekolah dapat berguna bagi model matematika dimunculkan dan
kehidupannya di masyarakat. dikembangkan sendiri oleh siswa agar
Freudental (Ningsih, 2014) tidak ada kesenjangan antara
menyatakan bahwa matematika harus pengetahuan formal dan informal dari
berkaitan dengan realita dan matematika pengetahuan yang telah dimiliki
merupakan aktivitas manusia. Pendapat siswa.
ini diperkuat dengan pendapat Menurut Gravemeijer (Sari, M.Z,
Gravemeijer (Ningsih, 2014) yang & Risnawati, 2017) sebagai suatu
menyatakan bahwa matematika pendekatan pembelajaran matematika,
merupakan aktivitas manusia sehingga RME memiliki lima karakteristik yaitu:
siswa harus diberikan kesempatan untuk a. Menggunakan masalah konstektual.
menemukan kembali ide dan konsep Proses pembelajaran diawali dengan
matematika dengan bimbingan guru. masalah konstektual yang dilihat.
Pembelajaran yang b. Menggunakan model atau instrumen
mengimplementasikan matematika vertikal. Menggunakan skema
secara realita yaitu pembelajaran ataupun simbol sebagai jembatan
Realistic Mathematic Education (RME). antara prosedur informal dengan
Terdapat tiga prinsip kunci RME bentuk formal.
menurut Gravemeijer (Ningsih, 2014) c. Kontribusi siswa. Siswa aktif
yaitu: memecahkan masalah sendiri.
a. Penemuan kembali secara terbimbing d. Kegiatan interaktif. Siswa diberi
melalui matematisasi progresif kesempatan menyampaikan ide dan
artinya siswa harus diberi kesempatan melakukan kolaborasi.

76
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

e. Keterkaitan. Topik yang berbeda Rohati, 2014) menyatakan bahwa LKS


dapat diintegrasikan sehingga merupakan salah satu alternatif
memunculkan pemahaman tentang pembelajaran yang tepat bagi siswa
suatu konsep secara serentak. karena LKS membantu siswa untuk
Dari prinsip dan karakteristik menambah informasi atau pengetahuan
pendekatan RME yang dirasa mampu tentang konsep yang dipelajari melalui
menghilangkan persepsi siswa bahwa kegiatan belajar secara sistematis.
matematika tidak digunakan dalam Penelitian ini melanjutkan dari
kehidupan sehari-hari, merupakan penelitian sebelumnya yang telah
persepsi yang tidak benar. Jadi dengan dilakukan oleh Atika & Mz (2016)
RME dapat membimbing siswa dalam mengenai pengembangan LKS dengan
menemukan pengaplikasian dari pendekatan RME terhadap kemampuan
matematika dalam kehidupan sehari- berpikir kritis siswa. Dimana peneliti
hari, sehingga pembelajaran dapat lebih sebebelumnya menyarankan untuk
mudah di pahami dan di ingat oleh mengembangkan LKS dengan
peserta didik. pendekatan RME pada materi yang
RME telah dikembangkan dan di berbeda dan lebih luas lagi. Adapun hasil
ujicoba selama 33 tahun di Belanda dan yang diperoleh adalah LKS dengan RME
terbukti berhasil merangsang penalaran mampu meningkatkan kemampuan
dan kegiatan berpikir siswa (Ningsih, berpikir kritis siswa. Perbedaan
2014). RME selain dapat memotivasi penelitian ini dengan penelitian
peserta didik dalam belajar juga sebelumnya adalah perbedaan dalam
diharapkan dapat mempengaruhi materi pembelajaran, jika penelitian
kemampuan berpikir kreatif dan sebelumnya dilakukan pada jenjang
kolaborasi siswa. Dalam penerapan SMP sedangkan penelitian ini akan
RME dibutuhkan faktor pendorong yang dilakukan pada jenjang SMK. Selain
dapat membantu agar tercapainya tujuan perbedaan dalam meteri pembelajaran
pembelajaran secara efektif. Salah juga berbeda dalam kemampuan yang
satunya yaitu dengan pembuatan bahan dikembangkan, pada penelitian ini
ajar yang sesuai dengan RME. Bahan kemampuan yang akan dikembangkan
ajar yang bisa digunakan oleh guru yaitu kemampuan berpikir kreatif dan
dalam menerapkan RME yaitu dengan kolaborasi siswa.
mengembangkan bahan ajar Lembar Berdasarkan pemaparan diatas
Kerja Siswa (LKS). Suyitno (Fannie & maka penelitian yang akan dilakukan

77
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

yaitu pengembangan Lembar Kerja kemampuan berpikir kreatif dan


Siswa (LKS) dengan pendekatan kolaborasi siswa. Sedangkan analisis
Realistik Mathematic Education (RME) kurikulum dilakukan untuk menentukan
untuk mengembangkan kemampuan materi yang akan dikembangkan dan
berpikir kreatif dan kolaborasi siswa. menyesuaikan kompentensi yang harus
dicapai siswa dalam materi tersebut.
2. METODE PENELITIAN Tahap selanjutnya desain produk
Metode penelitian yang dilakukan dengan cara merancang LKS
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan RME untuk
metode penelitian dan pengembangan mengembangkan kemampuan berpikir
atau Research and Development. kreatif dan kolaborasi siswa pada materi
Menurut sugiono, metode Research and barisan dan deret. Terdapat 4 langkah
Development adalah metode penelitian pada tahap ini yaitu penyusunan
yang digubakan untuk menghasilkan kerangkan LKS, pengumpulan dan
suatu produk tertentu dan menguji pemilihan referensi, penyususnan desain
keefektifan dari produk tersebut dan penyusunan instrumen penilaian
(Sugiyono, 2016, p. 297). Prosedur LKS.
pengembangan yang digunakan adalah Tahap terakhir yaitu tahap
model ADDIE yang terdiri dari lima pengembangan, dimana pada tahap ini
tahap yaitu Analysis (Analisis), Design akan dihasilkan bahan ajar yang valid.
(Perancangan), Development Terdapat 2 langkah pada tahap ini yaitu
(Pengembangan), Implementation validasi dan revisi. Teknik pengumpulan
(Implementasi), dan Evaluation data yang digunakan dalam penelitian ini
(Evaluasi). Dikarenakan keterbatasan adalah lembar kuesioner (angket).
peneliti dalam penelitian ini dibatasi Lembar kuesioner digunakan untuk
hanya sampai tahap ketiga, yaitu: memvalidasi produk dari ahli bahan ajar
Pada tahap pertama dilakukan dan ahli materi. Adapun analisis data
analisis yaitu analisis kebutuhan dan yang digunakan adalah analisis kualitas
analisis kurikulum. Analisis kebutuhan lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa
dilakukan untuk menentukan perlu dinilai layak jika memperoleh skor
tidaknya pengembangan LKS sebagai dengan kategori baik atau sangat baik.
perangkat pembelajaran yang digunakan Kategori kualitas LKS diperoleh dari
melihat dari ketersediaan bahan ajar di data validasi LKS dan penilaian kualitas
sekolah dalam menumbuh kembangkan LKS pada tahap uji coba perorangan.

78
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

Analisis uji validitas LKS dilakukan dirasa sesuai untuk dikembangkan


dengan cara memberi skor. Adapun dengan pendekatan RME.
kriteria skor tersebut adalah skor 1 Tahap kedua adalah desain,
(Tidak baik), skor 2 (Kurang baik), skor peneliti mulai merancang LKS yang
3 (Cukup Baik), skor 4 (Baik), skor 5 akan dikembangkan. Terdapat 4 langkah
(Sangat Baik). Setelah mendapatkan pada tahap ini, yaitu:
skor maka hitung persentase skor 1) Penyusunan Kerangka LKS
tersebut dengan rumus: Penyusunan kerangka LKS
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100% didasari oleh silabus matematika SMK
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Kemudian menginterpretasikan kelas X dan disesuaikan dengan

data berdasarkan tabel berikut: sistematika penyusunan LKS.

Tabel 1. Interpretasi Data Validitas 2) Pengumpulan dan Pemilihan

LKS dengan pendekatan RME Referensi

No Interval Kriteria Setelah menyusun kerangka LKS

1 81%-100% Sangat Baik maka selanjutnya mengumpulkan dan

2 61%-80% Baik memilih beberapa referensi yang akan


digunakan sebagai acuan dalam
3 41%-60% Cukup Baik
pengembangan LKS pada materi barisan
4 21%-40% Kurang Baik
dan deret.
5 0%-20% Tidak Baik
3) Penyusunan Desain dan fitur LKS
Sumber : Ridwan (Atika & Mz, 2016)
Setelah menentukan referensi
yang akan digunakan maka langkah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
selanjutnya mulai menyusun LKS
Pada tahap pertama dilakukan
dimulai dari mendesain cover, membuat
analisis kebutuhan dan analisis
petunjuk penggunaan, kompetensi dasar
kurikulum. Berdasarkan hasil analisis
dan tujuan, peta konsep, pendahuluan,
kebutuhan menunjukkan bahwa LKS
materi pembelajaran, tugas kelompok,
dengan pendekatan RME dapat merubah
latihan soal, kesimpulan hingga daftar
persepsi siswa dalam belajar matematika
pustaka.
sehingga dapat meningkatkan semangat
Adapun beberapa bagian inti
belajar siswa. Sedangkan dari hasil
dari pengembangan LKS ini antara lain:
analisis kurikulum dipilih materi barisan
a. Bagian pendahuluan
dan deret karena materi tersebut terdapat
Pendahuluan berisikan
disetiap jurusan siswa di setiap SMK dan
tentang beberapa ilustrasi dari

79
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

permasalahan barisan dan deret yang


terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah tampilan dari
pendahuluan

Gambar 1. Tampilan pendahuluan


LKS
b. Materi Pembelajaran
Pada bagian materi
pembelajaran terdapat empat sub
materi sesuai dengan kompetensi
dasar. Dalam setiap penjelasan pada
materi disesuaikan dengan tiga
prinsip kunci dan karakteristik RME
menurut Gravemeijer. Berikut adalah
salah satu bagian tampilan materi
pembelajaran

80
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

Gambar 3. Tampilan salah satu


contoh soal dan penyelesaiannya
d. Tugas Kelompok
Tugas kelompok berisikan
Gambar 2. Tampilan salah satu
petunjuk yang mengarahkan agar
pembahasan materi LKS
melatih dan mengembangkan
c. Contoh dan Latihan
kemampuan kolaborasi siswa sesuai
Pada contoh dan latihan
dengan tiga indikator kemampuan
berisikan permasalahan dan
kolaborasi. Berikut adalah salah satu
penyelesaian yang lengkap
tampilan dari tugas kelompok
disesuaikan dengan empat indikator
kemampuan berpikir kreatif dan
disusun berdasarkan permasalah yang
mudah hingga rumit. Sehingga dapat
melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Berikut adalah salah satu tampilan
contoh soal dengan indikator berpikir
kreatif yaitu fluency dan flexibility

Gambar 4. Tampilan salah satu tugas


kelompok
4) Penyusunan Instrumen Penilaian
LKS
Instrumen yang disusun untuk
penilaian LKS berupa lembar validitas,
yang terdiri atas lembar validitas oleh

81
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

ahli bahan ajar dan lembar validitas oleh Sangat


3 Warna 85%
ahli materi. Baik
Tahap terakhir yaitu tahap Sangat
Rata-rata 86,8%
pengembangan, terdapat dua langkah Baik
pada tahap ini, yaitu: Berdasarkan tabel 2, skor rata-
1) Validasi Lembar Kerja Siswa rata penilaian LKS oleh ahli bahan ajar
Setelah selesai merancang LKS adalah 86,8%.
maka dilakukan validasi. LKS divalidasi Tabel 3. Hasil Validitas Oleh Ahli
oleh validator ahli bahan ajar dan Materi
validator ahli materi dengan No Aspek Nilai Kriteria
menggunakan angket lembar validitas. Format Sangat
1 90%
Tujuan dari validasi ini untuk Penyusunan Baik
mengetahui tingkat kevalidan LKS yang Kelayakan Sangat
2 98,5%
telah dibuat sudah layak atau tidak untuk Isi Baik
digunakan oleh siswa. Uji validitas oleh Penilaian Sangat
3 95%
ahli bahan ajar untuk mengetahui Bahasa Baik
kevalidan LKS yang dinilai dari aspek Penilaian Sangat
4 93,5%
penyajian, keterpaduan dan warna. Prinsip RME Baik
Validitas oleh ahli materi bertujuan Penilaian
untuk mengetahui tingkat kevalidan Sangat
5 Karakteristik 90%
LKS yang dinilai dari aspek format Baik
RME
penyusunan, kelayakan isi, penilaian Sangat
bahasa, penilaian prinsip RME dan Rata-rata 93,4%
Baik
penilaian karakteristik RME. Berdasarkan tabel 3, skor rata-
Berikut ini adalah hasil validitas rata penilaian LKS oleh ahli materi
LKS oleh ahli bahan ajar dan ahli materi: adalah 93,4%.
Tabel 2. Hasil Validitas oleh Ahli Berdasarkan hasil rekapitulasi
Bahan Ajar validitas oleh ahli bahan ajar pada tabel
No Aspek Nilai Kriteria 2 dan ahli materi pada tabel 3 telah
Sangat menunjukkan persentase penilaian yang
1 Penyajian 87,5%
Baik masuk pada kategori sangat baik dengan
Sangat persentase 90,1%, hal ini telah
2 Keterpaduan 88%
Baik memenuhi indikator kevalidan, sehingga

82
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja mengembangkan kemampuan berpikir


Siswa dengan pendekatan Realistic kreatif dan kolaborasi siswa dinyatakan
Mathematic Education untuk valid dengan persentase kevalidan
mengembangkan kemampuan berpikir 90,1%.
kreatif dan kolaborasi siswa pada materi Saran
barisan dan deret ini valid. Validator ahli Berdasarkan hasil peneliti, maka
bahan ajar berpendapat bahwa LKS ini saran yang direkomendasikan oleh
memiliki komponen yang lengkap dan peneliti sebagai berikut:
tampilan yang menarik terutama a. Kepada pembaca yang akan
dibagian pendahuluan. Adapun validator melakukan penelitian dan
ahli materi berpendapat bahwa LKS ini pengembangan LKS dengan
berisikan materi yang sangat lengkap pendekatan RME untuk
dan rinci sehingga sesuai untuk materi mengembangkan kemampuan yang
SMK dan mampu menarik minat siswa berbeda.
dalam belajar. b. Kepada pembaca yang akan
2) Revisi LKS melakukan penelitian dan
Setelah LKS di validasi maka pengembangan LKS untuk
selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai mengembangkan materi yang
dengan masukan, saran dan komentar berbeda atau pada jenjang
dari para ahli yang sudah melakukan pendidikan yang berbeda seperti
penilaian pada Lembar Kerja Siswa SMP atau SMA
dengan pendekatan Realistic c. Pengembangan LKS matematika
Mathematic Education. dengan pendekatan RME ini hanya
sampai tahap development,
PENUTUP sehingga bagi peneliti lain agar
Simpulan dapat melakukan penelitian sampai
Berdasarkan penelitian tahap implementasi dan evaluasi.
pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dengan pendekatan Realistic DAFTAR PUSTAKA
Mathematic Education (RME) yang Atika, N., & Mz, Z. A. (2016).
telah dilakukan dapat disimpulkan Pengembangan LKS Berbasis
Pendekatan Rme Untuk
bahwa hasil pengembangan LKS dengan
Menumbuhkembangkan
pendekatan Realistic Mathematic Kemampuan Berpikir Kritis
Education (RME) untuk Matematis Siswa. Suska Journal Of

83
Puji Anggraeni1, Aritsya Imswatama2 , de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika
Yanti Mulyanti3 Volume | Nomor Bulan Tahun

Mathematics Education, 2(2), 103– Masykur, M., & Halim, A. (2017).


110. Mathematical Intelligence : Cara
Fannie, R. D., & Rohati. (2014). Cerdas Melatih Otak dan
Pengembangan Lembar Kerja Menanggulangi Kesulitan Belajar.
Siswa (LKS) Berbasis POE Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
(Predict, Observe, Explain) Pada Ningsih, S. (2014). Realistic
Materi Program Linear Kelas XII Mathematics Education: Model
SMA. Jurnal Sainmatika, 8(1), 96– Alternatif Pembelajaran
109. Matematika Sekolah. JPM IAIN
Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2014). Antasari, 01(2), 73–94.
Penilaian Pembelajaran Sari, R. M., M.Z, Z. A., & Risnawati.
Matematika (1st ed.; N. F. Atika, (2017). Pengembangan Lembar
ed.). Bandung: PT.Refika Aditama. Kerja Siswa ( LKS ) Berbasis
Hermawan, Siahaan, P., Suhendi, E., Pendekatan Realistic Mathematic
Kaniawati, I., Samsudin, A., Education (RME) Untuk
Setyadin, Hanif, A., & Hidayat, Memfasilitasi Kemampuan
Rokhmat, S. (2017). Desain Rubrik Representasi Matematis Siswa
Kemampuan Berkolaborasi Siswa SMP. Jurnal Formatif, 7(1), 66–74.
SMP dalam Materi Pemantulan Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Cahaya. Jurnal Penelitian & Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Pengembangan Pendidikan Fisika, (23rd ed.). Bandung: Alfabeta.
3(2005), 167–174. Zubaidah, S. (2017). Keterampilan abad
Kemdikbud. (2017). Pendidikan ke-21: keterampilan yang diajarkan
Karakter Dorong Tumbuhnya melalui pembelajaran.
Kompetensi Siswa Abad 21. ResearchGate, (December 2016),
Retrieved December 9, 2019, from 1–17.
Kementrian Pendidikan dan Zubaidah, S. (2019). Mengenal 4C :
Kebudayaan website: Learning And Innovation Skills
https://www.kemdikbud.go.id/mai Untuk Menghadapi Era Revolusi
n/blog/2017/06/pendidikan- Industri 4,0. ResearchGate, (April),
karakter-dorong-tumbuhnya- 1–18.
kompetensi-siswa-abad-21

84

Anda mungkin juga menyukai