Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 2 April 2020 Hal.

280-287
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH


TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR
Ayu Fitri 1, Ismaya Dewi2
Universitas Buana Perjuangan Karawang, Jawa Barat, Indonesia1,2
Email: ayufitri@ubpkarawang.ac.id , ismayadewi22@gmail.com ²

Abstak
Penilitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Kondangjaya III Kabupaten Karawang, yang bertujuan untuk
melihat perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Jenis Penelitian ini adalah Eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian
adalah Nonequivalent Kontrol Group Design. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas III SDN
Kondangjaya I, Sampel pada penelitian ini kelas III F sebagai eksperimen dan kelas III E sebagai kelas
kontrol. Intrumen tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menggunakan tes berbentuk uraian. Hasil analisis data pada pretest kelas eksperimen nilai yang didapat masih
rendah nilai yang diperoleh sebesar 38.20, sedangkan pada kelas kontrol adalah 39.00. Setelah dilakukan
treatment pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Hasil analisis pada
posttest kelas eksperimen diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat dengan rata-
rata menjadi 76.90, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 71.53. Berdasarkan uji t yang
dilakukan diperoleh sig (2-tailed) < 0.05 yang artinya terdapat perbedaan terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif tipe make a match, Kemampuan Komunikasi Matematis

Abstract
This research was conducted in class III Kondangjaya Elementary School Karawang. Which aims to see the
difference influence of learning using cooperative learning type make a match with doesn't use cooperative
learning type make a match towards mathematical communication skills. Kind of this research using
experiment and used nonequivalent control group design. The population used is students class III
Kondangjaya III elementary school with samples in this study class III F as an experiment and class III E as a
control class. The results of data analysis on the pretest class test the value received was still low a value
gained by 38.20, while the control class was 39.00. After treatment using cooperative learning model type
make a match. An analysis of the class's posttest found that the ability to communicate mathematically with
the students increased to an average of 76.90, while in the control class earned an average of 71.53. Based on a
sig (2-tailed) < 0.05 , it's likely there's a difference between the student's mathematical communication
abilities.
Keyword: Cooperative Learning Type Make A Match, Mathematics Communication Ability

@Jurnal Basicedu 2020

 Corresponding author :
Address : - ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email :- ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : -

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


281 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

PENDAHULUAN menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan


Manusia adalah makhluk sosial yang penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
tidak luput dari interaksi, interaksi antar makhluk menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi
hidup dapat berupa kegiatan berkomunikasi. dan inkonsistensi; (2) Mengembangkan aktivitas
Menurut Dhinie (dalam Inten, 2017:111) kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
menyebutkan bahwa “komunikasi adalah penemuan dengan mengembangkan pemikiran
perpindahan suatu arti melalui suara, tanda, bahasa divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
tubuh, dan simbol”. Ketika semua orang prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)
berkumpul maka disitu akan terjadi sebuah Mengembangkan kemampuan memecah-kan
komunikasi baik verbal maupun non verbal, masalah; (4) Mengembangkan kemampuan
Seperti kegiatan di sekolah yakni KBM (Kegiatan menyampaikan informasi atau
Belajar Mengajar). Kegiatan belajar mengajar mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui
adalah kegiatan berkomunikasi. komunikasi antara pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa menjelaskan gagasan tersebut.
dengan siswa adalah kegiatan interaksi yang Komunikasi matematis menjadi bagian
dilakukan di dalam kelas. Kemampuan komunikasi penting dalam pembelajran matematika karena
ini perlu jika diterapkan sejak dini di sekolah melalui komunikasi siswa dapat menyampaikan
dasar. Hampir semua pembelajaran yang ada di ide-ide dan pengetahuan-pengetahuan yang telah
sekolah membutuhkan kemampuan komunikasi. mereka terima. Menurut Greenes dan Schulman
Salah satu pembelajaran yang membutuhkan (dalam Sari, 2017:87) mengemukakan bahwa: (1)
kemampuan komunikasi adalah pembelajaran kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan
matematika. Sebagaimana yang dijelaskan oleh konsep dan strategi matematik, (2) modal
Daryanto dan Raharjo (dalam Purnama, 2017:46) keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan
“Matematika dipelajari oleh siswa ketika di penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi
sekolah untuk membekali mereka dengan beberapa matematik, (3) wadah bagi siswa dalam
kompetensi antara lain kemampuan berpikir logis, berkomunikasi dengan temannya untuk
analistis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memperoleh informasi, membagi pikiran dan
kemampuan bekerjasama.” penemuan, curah pendapat, menilai serta
Kemampuan komunikasi juga merupakan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.
kemampuan mendasar yang harus dikuasai siswa
Kegiatan kemampuan komunikasi
dalam pelajaran matematika. Dalam Peraturan
matematis siswa dapat berupa menyampaikan
Menteri Pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006
simbol matematika dengan sebuah kalimat
(Hodiyanto, 2017:10) menyebutkan bahwa “salah
lengkap. Baroody (dalam Sari, 2017:87) juga
satu tujuan pembelajaran matematika adalah
mengemukakan dua alasan komunikasi perlu
supaya siswa memiliki kemampuan
ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
matematika yakni Pertama, matematika merupakan
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
bahasa yang esensial bagi matematika itu sendiri.
keadaan atau masalah”. Adapun tujuan
Matematika bukan hanya alat berpikir yang
pembelajaran matematika menurut Akib (2015:1)
membantu peserta didik untuk menemukan pola,
yakni: (1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


282 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

memecahkan masalah dan menarik kesimpulan, sifat pendiam; (4) Rata-rata siswa banyak yang
tetapi juga alat untuk mengomunikasikan pikiran terlihat tidak percaya diri ketika menjawab soal;
peserta didik tentang ide dengan jelas, tepat, dan (5) siswa terbiasa menjawab soal matematika
ringkas. Kedua bahwa pembelajaran matematika secara singkat (6) guru kurang menerapkan
merupakan aktivitas sosial yang menjadi wahana beberapa model maupun metode pembelajaran.
interaksi dan alat komunikasi yang melibatkan Usaha untuk mengatasi masalah tersebut
sedikitnya dua pihak yaitu guru dan siswa. salah satunya adalah guru harus menciptakan
Aktivitas sosial atau interaksi sosial dapat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
diterapkan melalui pembelajaran matematika tidak membosankan. Kegiatan tersebut dapat
sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan tercipta apabila guru menggunakan model yang
komunikasi matematisnya. bervariasi dan media pembelajaran yang relevan
dengan materi serta menggunakan pendekatan
Adapun indikator-indikator kemampuan
pembelajaran yang tepat sehingga siswa akan
komunikasi menurut Kadir (dalam Hodiyanto,
tertarik dengan mata pelajaran matematika. Salah
2017:13) mengemukakan bahwa pengukuran
satu model pemelajaran yang di dalamnya siswa
kemampuan komunikasi matematis siswa
belajar bekerja sama dengan cara berkelompok
dilakukan dengan memberika skor terhadap
adalah model pembelajaran kooperatif.
kemampuan siswa dalam:
Menurut Slavin (dalam Afandi, 2013:53),
a. Menulis (written text), yaitu menjelaskan ide cooperative learning adalah “suatu model
atau solusi dari suatu permasalahan atau pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
gambar dengan menggunakan bahasa sendiri. dalam kelompok-kelompok kecil secara
b. Menggambar (drawing), yaitu menjelaskan ide kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan
atau solusi dari permasalahan matematika struktur kelompok heterogen”. Dalam
dalah bentuk gambar. menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota
c. Ekspresi matematika (matematical saling bekerja sama dan memantu untuk
ekpression), yaitu menyatakan masalah atau memahami suatu bahan pembelajaran. Sedangkan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa model Menurut Tom V. Savage (dalam Huda, 2013:203)
matematika. menyatakan bahwa “cooperative learning adalah
Mengingat penting kemampuan komunikasi suatu pendekatan yang menekankan kerjasama
matematika di sekolah dasar. Peneliti melakukan dalam kelompok”. Pembelajara kooperatif ini
observasi di kelas III SD Negeri Kondangjaya I sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
dengan hasil sebagai berikut: (1) proses sosial yaitu saling berinteraksi dan penuh
pembelajaran di dominasi oleh guru sebagai ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
penyampai informasi pada saat pembelajaran tujuan, rasa tanggung jawab. Seperti yang
matematika guru menjelaskan dan memberikan dijelaskan Abdulhak (dalam Huda, 2013:203)
contoh bagaimana harus menyelesaikan soal; (2) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
siswa kurang berkomunikasi dengan guru dalam dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
proses mengajar karena siswa belajar dengan cara belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman
mendengar dan menonton guru; (3) rata-rata siswa bersama.” Pembelajaran kooperatif dapat melatih
yang pandai berhitung adalah siswa yang memiliki

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


283 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pembelajaran. persiapan sebelum melakukan


pengalaman, tugas dan rasa tanggung jawab. model pembelajaran kooperatif tipe make a match
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif ialah meliputi:
Jigsaw, Student Team Achievement Division a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai
(STAD), Numbered Heads Together (NHT), dengan materi yang dipelajari (jumlahnya
Make- a match (mencari pasangan), Talking Stick, tergantung dari tujuan pembelajaran) kemudian
Snowball Throwing (Fitri, 2018:45). menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.
b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-
Menurut Suprijono (dalam Afandi, 2013:71)
pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya
Merupakan tipe yang menggunakan kartu. Kartu-
dalam kartu-kartu jawaban, akan lebih baik
kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-
apabila kartu pertanyaan dan kartu jawaban
pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban
berbeda warna.
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Salah satu
c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi
cara keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
gagal.
atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
d. Menyediakan lembaran untuk mencatat
Menurut Yatim (dalam Wandy. 2017:111) make a
pasangan pasangan yang berhasil sekaligus
match adalah suatu model pembelajaran dengan
untuk penskoran presentasi.
cara siswa mendapat sepotong kartu yang berisi
Sintak model pembelajaran kooperatif
soal dan siswa tersebut mencari kartu lain yang
tipe make a match menurut huda (2013:252) dapat
berisi jawaban yang sesuai dengan soal yang
dilihat pada langkah-langkah kegiatan
diperolehnya. Model pembelajaran ini dapat
pembelajaran berikut ini:
membuat siswa lebih aktif dalam proses
a. Guru menyampaikan materi atau memberi
pembelajaran di dalam kelas. Anita Lie (dalam
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
Budiyanto, 2016:156) menyatakan bahwa
di rumah
pembelajaran tipe Make A Match atau bertukar
b. Siswa dibagi kedalam 2 kelompok, misalnya
pasangan merupakan teknik belajar yang memberi
kelompok A dan kelompok B, kedua kelompok
kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan
diminta untuk berhadap-hadapan
orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
kelompok A dan Kartu jawaban kepada
anak didik. Model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok B
Make A Match adalah suatu teknik mencari
d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
mereka harus mencari atau mencocokkan kartu
atau topik dalam semua mata pelajaran dan
yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
tingkatan kelas. Model pembelajaran Make A
Guru juga perlu menyampaikan batasan
Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi
maksimum waktu yang ia berikan kepada
aktif dalam pembelajaran secara merata serta
mereka (peserta didik).
menuntut siswa bekerjasama dengan anggota
e. Guru meminta semua anggota kelompok A
kelompoknya agar tanggung jawab dapat tercapai,
untuk mencari pasangannya di kelompok B.
sehingga semua siswa aktif dalam proses
jika mereka sudah menemukan pasangannya

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


284 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

masing-masing, guru meminta mereka Maka dari penjelasan menurut para ahli
melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat tersebut langkah-langkah yang akan digunakan
mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan. pada penelitian ini adalah (1) Guru menyampaikan
f. Jika waktu sudah habis, mereka harus materi; (2) Guru membagikan kartu jawaban dan
diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa kartu pertanyaan secara acak kepada siswa; (3)
yang belum menemukan pasangan diminta Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka
untuk berkumpul tersendiri. harus mencocokkan kartu yang dipegang dengan
g. Guru memanggil satu pasangan untuk kartu milik siswa lain; (4) Guru meminta satu
presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak persatu siswa yang memegang kartu jawaban
mendapat pasangan memperhatikan dan membacakan pertanyaannya dan siswa lain yang
memberikan tanggapan apakah pertanyaan dan memegang pertanyaan memasangkan kartu; (5).
jawaban dari kartu tersebut cocok atau tidak. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran
h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang dan kecocokan pertanyaan dengan jawaban dari
kebenaran dan kecocokan pertanyaan dengan pasangan yang memberikan presentasi (6) setelah
jawaban dari pasangan yang memberikan pertanyaan pertama selesai dijawab, maka siswa
presentasi. yang lain membacakan pertanyaan berikutnya.
i. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu Selain itu Huda (2013:253) menyatakan bahwa
seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan pembelajaran kooperatif ini memiliki kelebihan
presentasi. serta kelemahan, Kelebihan model pembelajaran
Sedangkan langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match ini yaitu: (1) Dapat
make a match meurut Rusman (dalam Afandi, meningkatkan aktivitas belajar siswa baik kognitif
2013: 71) adalah sebagai berikut: maupun fisik; (2) Karena ada unsur permainan,
model pembelajaran ini sangat menyenangkan; (3)
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi
sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal
belajar siswa; (4) Efektif sebagai sarana melatih
dan bagian lainnya kartu jawaban.
keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan (5)
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai
c. Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal
waktu untuk belajar. Adapun kelemahan model
dari kartu yang dipegang.
kooperatif tipe make a match yaitu : (1) jika model
d. Setiap siswa mencari pasangan yang
pemelajaran ini tidak dipersiapkan dengan baik,
mempunyai kartu yang cocok dengan
akan banyak waktu yang terbuang; (2) Pada awal-
kartunya (jawaban soal).
awal penerapan model pembelajaran ini, banyak
e. Setiap siswa yang dapat mencocokan
siswa yang aka malu berpasangan dengan lawan
kartunya sebelum batas waktu diberi point.
jenisnya; (3) Jika guru tidak mengarahkan siswa
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lahi agar
dengan baik, akan banyak siswa yang kurang
setiap siswa mendapat kartu yang berbeda
memperhatikan pada saat presentasi pasangan; (4)
dari sebelumnya.
Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi
g. Kesimpulan
hukuman pada siswa yang tidak mendapat
pasangan , karena mereka bisa malu; (5)

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


285 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

Menggunakan model pembelajaran ini secara METODE


terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
Dari pembahasan diatas maka dapat dengan jenis penelitian eksperimen semu (quasy
disimpulkan bahwa model pembelajaran eksperiment). Desain yang digunakan dalam
kooperatif tipe make a match adalah suatu penelitian ini adalah nonequivalent kontrol group
pembelajaran yang mencari pasangan sambil design (Sugiyono, 2017:79). Dalam pelitian ini
berjalan dengan menggunakan media kartu yang terdapat Variable bebas (Variable prediktor) yaitu
masing-masing kartu berisi kartu pertanyaan serta model Cooperative Learning Tipe Make A Match
kartu jawaban. Model pembelajaran ini memiliki dan Variable terikat (Variable Criteria) yaitu
kelebihan yaitu: Dapat menumbuhkan kemampuan kemampuan komunikasi matematis pada siswa
komunikasi, meningkatkan pemahaman siswa kelas III sekolah dasar.
terhadap materi yang dipelajari, dapat Pada penelitian ini teknik
meningkatkan motivasi siswa karna terdapat unsur pengumpulan data yang digunakan berupa
permainan dalam pembelajaran, serta melatih instrument tes kemampuan komunikasi matematis.
kedisiplinan dan efektif sebagai melatih Tes ini terdiri atas tes awal (pre test) dan tes pasca
keberanian siswa. Selain kelebihan pembelajaran tindakan (post test). Tes awal diberikan sebelum
ini juga memiliki kelemahan yaitu: waktu akan melakukan tindakan yang bertujuan untuk
banyak terbuang, siswa akan malu untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis
berpasangan denngan lawan jenis, dapat siswa sebelum diberikan tindakan. Sedangkan post
menimbulkan kebosanan. Maka dari itu untuk test diberikan setelah dilakukan tindakan melalui
mengatasinya guru harus mempersiapkan kegiatan model make a match yang bertujuan untuk
ini dengan memperkirakan waktu yang akan mengukur komunikasi matematis siswa.
digunakan, sehingga tidak banyak waktu yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
terbuang, selain itu guru harus mampu membawa
alur permainan dalam penerapan model Pada sub bab pembahasan hasil
pembelajaran ini dengan sangat menyenangkan penelitian ini, akan dibahas mengenai data hasil
sehingga siswa tidak merasa bosan. perhitungan yang diperoleh selama proses
Berkaitan dengan hal di atas, peneliti penelitian berlangsung. Berikut pembahasan data
mencoba untuk melakukan suatu eksperiment hasil selama penelitian:
pembelajaran matematika dengan menerapkan Hasil Pretest Model Cooperative
model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif learning Tipe Make A Match dalam peningkatan
berkomunikasi. Maka dari itu saya sebagai peneliti kemampuan komunikasi matematis dikelas
mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran eksperimen dan di kelas kontrol menunjukan
Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap hasil yang positif.
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
III Sekolah Dasa.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


286 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

Tabel 1. Statistik Deskriptif Nilai Posttest siswa, dan 90 - 94 sebanyak 3 orang siswa.
Kemampuan Komunikasi Matematis Hipotesis menunjukan bahwa nilai probabilitas
(signitifikan) adalah 0,001. Karena nilai
signitifikansi 0,001 < α = 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa kelas yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match
terhadap kemampuan komunikasi matematis
Kelas eksperimen Menggunakan Model memiliki perbedaan pengaruh daripada kelas yang
Cooperative learning Tipe Make A Match, tidak menggunakan model pembelajaran
sedangkan kelas kontrol Tanpa menggunakan kooperatif tipe make a match.
Model Cooperative learning Tipe Make A Match
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh
nilai Posttest pada kelas eksperimen dengan yang siginfikan mengenai kemampuan komunikasi
jumlah 30 siswa, memiliki nilai maksimal yang matematis siswa antara kelas eksperimen yang
diperoleh 93, nilai minimal 65, nilai rata-ratanya diberi perlakuan dan kelas kontrol yang tidak
76,90, dan standar deviasi adalah 6,804. Kelas diberi perlakuan. Penelitian yang dilakukan di
kontrol yang terdiri dari 30 orang siswa, SDN Kondangjaya III Kec. Karawang timur Kab.
memiliki skor maksimal 85, skor minimal 60, Karawang pada materi keliling bangun datar kelas
serta memiliki rata-rata 71,53 dan standar III tahun ajaran 2018/2019 dengan hasil pengujian
deviasi adalah 5,277. dengan menggunakan uji-t 2 tailed yaitu ≤ 0.05.
Hasil analisis data pada pretest kelas eksperimen
nilai yang didapat masih rendah nilai yang
diperoleh sebesar 38.20, sedangkan pada kelas
kontrol adalah 39.00. Setelah dilakukan treatment
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Hasil analisis pada
posttest kelas eksperimen diperoleh bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa
meningkat dengan rata-rata menjadi 76.90,
sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-
rata 71.53. Berdasarkan uji t yang dilakukan
Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Posttest
diperoleh sig (2-tailed) < 0.05 yang artinya
Kelas Eksperimen
terdapat perbedaan terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dapat
diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 65
- 79 sebanyak 2 orang, 70 – 74 sebanyak 9 orang
siswa, 75-79 sebanyak 10 orang siswa, 80 – 44
sebanyak 5 orang siswa, 85 – 89 sebanyak 1

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


287 Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar – Ayu Fitri, Ismaya Dewi

DAFTAR PUSTAKA Sari Ika Puspita. 2017. Kemampuan Komunikasi


Matematika Berdasarkan Perbedaan
Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
Afandi. 2013. Model dan Metode Pembelajaran
6 Wajo Pada Materi Statistika. Volume
Di Sekolah. Semarang: UNISSULA
5 Nomor 2.
PRESS
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Akib Irwan. 2015. Implementasi Teori Belajar
Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Robert Gagne Dalam Pembelajaran
ALFABETA, CV.
Konsep Matematika. Makasar : Lembaga
Perpustakaan dan Penerbitan.
Wandy. 2017. Metode Pembelajaran Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil
Aliputri Dhestha Hazilla. 2018. Penerapan
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Sekolah
Model Pembelajaran Kooperatif
Dasar Menengah Pertama. Vol.3 No 1.
TipeMake A Match Berbantuan Kartu
Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil
Yurniati Yeni. 2014. Pengembangan
Belajar Siswa.Budiyanto Agus Krisno.
Kemampuan Komunikasi Matematis
2016. SINTAKS 45 Model Pembelajaran
Dalam Pembelajaran Matematika Di
Dalam Student Centered Learning
Sekolah Dasar. Vol. 6 No 2.
(SCL). Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Fitri, Ayu. 2018. Model Pembelajaran


Matematika di Sekolah Dasar.
Karawang: FBIS PublishingHelmiati.
2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo

Hodiyanto. 2017. Kemampuan Komunikasi


Matematis Dalam Pembelajaran
Matematis. Vol. 7 No.1 ISSN:2088-
687X, Huda M. 2013. Model-Model
Pengajaran Pembelajaran. Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR. Inten Dinar Nur.
2017. Pengembangan Keterampilan
Berkomunikasi Anak UsiaDini Melalui
Metode Bermain Peran. Vol 10 (1).

Jailani, dkk. 2018. Desain Pembelajaran


Matematika. Yogyakarta : UNY PRESS

Lestari Dania Fuji. 2013. Meningkatkan


Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Melalui


Pendekatan Pemecahan Masalah. Jurnal
Pendidikan Volume 14 Nomor 2.

Murti Rahayu Condro. 2009. Meningkatkan


Kemampuan Matematika Di Sekolah
Dasar Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Sosiokultur. Volume
02, Nomor 2,

Purnama Martini Dwi. 2017. Pengembangan


Media Box Mengenal Bilangan Dan
Operasinya Bagi Siswa Kelas 1 Di SDN
Gadang 1 Kota Malang. Volume
1 Nomor 1.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

Anda mungkin juga menyukai