DosenSTKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong
Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615,
E-mail: hnrsaputra@gmail.com
Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa, (2) interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
terdiri dari seluruh siswa SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya, sedangkan sampelnya terdiri dari 32 siswa pada
kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa pada kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel
dilakukan melalui teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
komunikasi matematis. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji ANAVA dua jalur
pada program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Hasil rerata peningkatan
kemampuan komunikasi matematis yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa
masing-masing sebesar 0,52 dan 0,45, (2) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis matematis
siswa.
42
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning penelitian, maka sampel diperoleh berdasarkan
as social activity, artinya sebagai aktivitas kelas yang sudah ada pada lokasi penelitian
sosial dalam pembelajaran matematika, sebanyak dua kelas.
matematika juga sebagai wahana interaksi antar
Sampel penelitian ini ditentukan
siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
dengan menggunakan teknik purposive
siswa.
sampling (penentuan sampel dengan
METODE
pertimbangan tertentu). Seperti yang dinyatakan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Riduwan (2010:63) bahwa purposive sampling
Negeri 1 Kuala Nagan Raya. Adapun waktu
dikenal juga dengan sampling pertimbangan
penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun
yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti
ajaran 2016/2017 dengan jadwal
jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
kegiatan sekolah. Adapun alasan pemilihan
sampelnya atau pengambilan sampel untuk
lokasi penelitian ini adalah karena pentingnya
tujuan tertentu. Setelah berkonsultasi dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa SMA,
guru matematika di sekolah tersebut, terdapat
belum adanya penelitian tentang peningkatan
beberapa pertimbangan untuk menentukan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang
sampel dalam penelitian ini sehingga dipilih
dilakukan di SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya
sebagai sampel adalah kelas X. Salah satu
tersebut.
pertimbangannya adalah semangat belajar
Populasi penelitian ini adalah seluruh
matematika siswa kelas X rendah. Dan adapun
siswa-siswi SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya
alasan memilih kelas X ini adalah merujuk
tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 245
kepada teori perkembangan kognitif Piaget
siswa. Adapun sampel dalam penelitian ini
yang menyatakan bahwa anak pada rentang usia
adalah 71 siswa. Namun karena ini adalah
11 tahun sampai dewasa akan memasuki
penelitian eksperimen dan berdasarkan
periode operasi formal. Siswa kelas X rata-rata
pernyataan Ruseffendi (2005:47) bahwa pada
akan berada pada interval usia ini, sehingga
penelitian eksperimen, subjek tidak
siswa kelas X ini akan memasuki periode
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti
operasi formal. Sehingga berdasarkan teori
menerima keadaan subjek seadanya. Lebih
perkembangan kognitif piaget, pada tahap ini
lanjut Ruseffendi (2005:92) menyatakan bahwa
seorang anak mampu berpikir logis untuk
banyaknya siswa untuk penelitian percobaan
semua jenis masalah hipotesis, dan ia dapat
(eksperimen) paling sedikit 30 orang
menggunakan penalaran ilmiah dan dapat
perkelompok. Berdasarkan pernyataan
menerima pandangan orang lain. Berdasarkan
Ruseffendi dan ukuran sampel yang diperoleh
hal ini, maka kelas X tepat untuk menerima
sebanyak 71 siswa, dan dikarenakan waktu
eksperimen dengan menggunakan pembelajaran
serta kepala sekolah yang tidak mengijinkan
berbasis masalah. Selain itu materi yang dipilih
siswanya di acak untuk dijadikan sampel
44
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
pada penelitian ini adalah Statistika yang matematis siswa data interaksi pembelajaran
merupakan materi yang dipelajari pada kelas X dan kemampuan awal matematika (KAM)
SMA. Berdasarkan pertimbangan dari guru terhadap kemampuan komunikasi matematis
matematika di sekolah yang akan diteliti siswa.
terpilih kelas X IPA sebagai kelas eksperimen Tes Kemampuan Awal Matematika
(kelompok siswa yang diberi pembelajaran (KAM) diberikan untuk mengetahui kesetaraan
berbasis masalah) dan kelas X IPS sebagai rerata kelompok eksperimen dan kelompok
kelas kontrol (kelompok siswa dengan kontrol, dan untuk mengelompokkan siswa
pembelajaran biasa). berbdasarkan KAM yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Untuk tujuan tersebut, peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan soal yang sudah dipelajari. Soal
penelitian ini memperoleh sejumlah data
tersebut terdiri 20 soal pilihan ganda.
yang meliputi ; (1) hasil skor pretes
Untuk memperoleh gambaran KAM
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
siswa dilakukan perhitungan rerata dan
eksperimen dan kelas kontrol, (2) hasil skor
simpangan baku. Hasil perhitungan
postes kemampuan komunikasi matematis
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D,
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
sedangkan hasil rangkuman disajikan pada tabel
Sehingga analisis data yang akan dipaparkan
1 berikut:
adalah analisis data kemampuan komunikasi
Tabel 1 Deskripsi Kemampuan Matematika Siswa Tiap Kelas Sampel
Berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Awal Matematika
45
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
Kolmogorov-Smirnova
Kelas Statistic df Sig.
Nilai_KA Eksperimen ,099 32 ,200*
M Kontrol ,111 30 ,200*
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai untuk mengetahui homogenitas dari data tes
signifikansi Kolmogorov Smirnov berturut-turut KAM siswa yaitu sebagai berikut:
adalah 0,200 untuk kelas eksperimen dan H0 : Sampel berasal dari varians kelompok
kontrol. Nilai kedua signifikan tersebut lebih data yang homogen
besar dari nilai taraf signifikan 0,05, sehingga Ha : Sampel berasal dari varians kelompok
hipotesis nol yang menyatakan data data yang tidak homogen.
berdistribusi normal untuk kelas eksperimen Kriteria untuk pengujian homogenitas
dan kelas kontrol dapat diterima. Dengan kata dengan menggunakan uji Levene sebagai
lain data untuk kelompok eksperimen dan berikut:
kontrol mempunyai data yang berdistribusi Jika nilai signifikansi > 0,05, Maka varian
normal. kelompok data homogen
Karena data pada kedua kelompok Jika nilai signifikansi < 0,05, Maka varian
(kontrol dan eksperimen) berdistribusi normal, kelompok data tidak homogen.
maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian Hasil perhitungan homogenitas ditampilkan
homogenitas varians. Hipotesis yang diuji pada tabel 3 berikut:
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai yang menyatakan tidak ada perbedaan variansi
signifikansi sebesar 0,809 yang lebih besar dari antar kelompok data dapat diterima. Hal ini
taraf signifikan 0,05, sehingga hipotesis nol menunjukkan bahwa kedua kelompok data
46
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai H0 : Tidak terdapat perbedaan rerata KAM
variansi data yang homogen. antar siswa kelas eksperimen dan
Untuk melihat perbedaan rata-rata siswa kelas kontrol.
kemampuan antara kelompok eksperimen dan Ha : Terdapat perbedaan rerata KAM antar
kelompok kontrol dianalisis dengan siswa kelas eksperimen dan siswa
menggunakan analisis varians yang bertujuan kelas kontrol.
untuk melihat apakah antara kelas eksperimen Berikut ini hasil perhitungan uji
dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang perbedaan rata-rata nilai kemampuan awal
sama. Hipotesis yang diuji adalah : matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Analisis Varians Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Awal Matematika Siswa antar Kelompok
Data
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis
Aspek Pembelajaran Biasa
Masalah
Pretes Postes N-Gain Pretes Postes N-Gain
N 32 32 32 30 30 30
Rata-rata 21,375 40,3125 0,5212 21,267 37,867 0,454
Simpangan Baku 8,526 10,950 0,218 7,071 10,335 0,201
60 0,6
40 N-Gain
Pretes 0,4
20
Postes 0,2 Simpangan
0
Baku
PBM P. 0
Biasa PBM P. Biasa
48
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
Secara deskriptif ada beberapa simpulan yang matematis siswa yang memperoleh
berkenaan dengan kemampuan komunikasi pembelajaran biasa termasuk dalam
matematis siswa berdasarkan kemampuan kategori sedang (0,3 g 0,7) .
tinggi, sedang dan rendah yang dapat diungkap
c. Berdasarkan gambar 1, memberikan
dari tabel 6, gambar 1 dan gambar 2 yaitu:
informasi rata-rata skor pretes kemampuan
a. Sebelum pembelajaran, rata-rata
komunikasi matematis siswa pada
kemampuan komunikasi matematis siswa
pembelajaran berbasis masalah dan
yang memperoleh pembelajaran berbasis
pembelajaran biasa, namun berdasarkan
masalah hanya sebesar 21,375, sedangkan
kualitas skor postes kemampuan
nilai rata-rata komunikasi matematis siswa
komunikasi matematis siswa pada
yang memperoleh pembelajaran biasa
pembelajaran berbasis masalah dan
dengan rata-rata sebesar 21,267.
pembelajaran biasa mengalami
b. Setelah pembelajaran, terjadi peningkatan peningkatan dari hasil pretes.
rata-rata kemampuan komunikasi
d. Berdasarkan gambar 2, memberikan
matematis kedua kelompok siswa tersebut.
informasi peningkatan antara skor pretes
Siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan postes kemampuan komunikasi
berbasis masalah mendapatkan rata-rata
matematis (N-Gain kemampuan
komunikasi matematis sebesar 40,3125,
komunikasi matematis) siswa pada
(N-Gain sebesar 0,5212). Berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah dan
kategori Hake (1998), peningkatan
pembelajaran biasa mengalami
kemampuan komunikasi matematis siswa
peningkatan data N-Gain kemampuan
yang memperoleh pembelajaran berbasis
komunikasi matematis siswa.
masalah termasuk dalam kategori sedang
(0,3 < g 0,7), sementara siswa yang Hasil analisis deskriptif terhadap data
memperoleh pembelajaran biasa kemampuan komunikasi matematis siswa kedua
mendapatkan rata-rata komunikasi kelompok pembelajaran berdasarkan
matematis sebesar 37,867 (N-Gain sebesar pengelompokan kategori kemampuan awal
0,454). Berdasarkan kategori Hake (1998), matematika (KAM) siswa disajikan pada tabel
peningkatan kemampuan komunikasi 7 berikut:
Tabel 7 Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran
Untuk Kategori KAM
Pembelajaran
Kategori
Statistik Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Biasa
KAM
Pretes Postes N-Gain Pretes Postes N-Gain
N 5 5 5 4 4 4
Tinggi Rata-rata 33,8 56,2 0,86 33,5 52,5 0,64
SB 0,78 1,61 0,06 0,5 1,56 0,045
N 21 21 21 21 21 21
Sedang
Rata-rata 22,19 40,14 0,63 21,71 38,19 0,43
49
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
50
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan pembelajaran kelompok ini akan membangun
tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan keinginan dan keingintahuan pada diri siswa,
kemampuan awal matematika siswa dalam sehingga kemampuan komunikasi matematis
meingkatkan kemampuan komunikasi. siswa yang rendah akan menjadi lebih tinggi.
Hasil penelitian rata-rata gain Siswa yang kurang aktif akan menjadi lebih
ternormalisasi kemampuan komunikasi aktif karena pembelajaran melibatkan siswa
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dalam kelompok belajar dan masalah yang
untuk kelompok tinggi (0,86), sedang (0,63) diberikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari.
dan rendah (0,38). Sedangkan pembelajaran Interaksi sosial dengan teman sebaya,
biasa rata-rata gain ternormalisasi untuk khususnya berargumentasi dan berdiskusi
kelompok tinggi (0,64), sedang (0,43) dan membantu memperjelas pemikiran dan pada
rendah (0,33). Berdasarkan selisih rata-rata, akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
bahwa tidak terdapat interaksi antara logis (Trianto,2009). Berdasarkan penjelasan
pembelajaran dan kemampuan awal matematika tersebut jelas dikatakan pembelajaran berbasis
terhadap komunikasi matematis siswa. Dalam masalah lebih berperan dalam meningkatkan
hal ini, KAM tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis kemampuan awal matematika siswa tidak
siswa, karena siswa dengan kategori KAM memberikan pengaruh terhadap komunikasi
tinggi mempunyai peningkatan lebih besar matematis siswa.
dibandingkan KAM kategori sedang dan Selanjutnya, hasil penelitian
rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi antara kemampuan komunikasi dalam interaksi antara
pembelajaran dan kemampuan awal matematika faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan
siswa terhadap komunikasi matematis siswa. awal matematika siswa dapat diketahui dari
Pembelajaran dengan menggunakan hasil uji ANAVA dua jalur yang diperoleh dari
pembelajaran berbasis masalah membuat siswa nilai signifikansi sebesar 0,753 lebih besar dari
lebih aktif, karena masalah yang diberikan taraf signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan
merupakan masalah dalam kehidupan sehari- bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat
hari. Hal itu sejalan dengan pendapat Rusman interaksi antara pembelajaran (PBM dan PB)
(2012) bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan tingkat kemampuan awal siswa (tinggi,
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena sedang dan rendah) terhadap peningkatan
dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul- kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja temuan ini senada dengan penelitian yang
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga dilakukan oleh Marzuki (2012) yang
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi
menguji, dan mengembangkan kemampuan antara pembelajaran dan kemampuan awal
berpikir siswa secara berkesinambungan dalam matematika terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah. Adanya pembentukan komunikasi matematis siswa.
51
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54
54