Anda di halaman 1dari 13

MAJU, ISSN: 2355-3782

Volume 4 No. 2, September 2017


Page : 42-54

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MATEMATIS


SISWA SMA MELALUI MODELPEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH

Henra Saputra Tanjung

DosenSTKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong
Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615,
E-mail: hnrsaputra@gmail.com

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa, (2) interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
terdiri dari seluruh siswa SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya, sedangkan sampelnya terdiri dari 32 siswa pada
kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa pada kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel
dilakukan melalui teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
komunikasi matematis. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji ANAVA dua jalur
pada program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Hasil rerata peningkatan
kemampuan komunikasi matematis yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa
masing-masing sebesar 0,52 dan 0,45, (2) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis matematis
siswa.

Kata-kata kunci: komunikasi Matematis, Model Pembelajaran Berbasis Masalah

PENDAHULUAN keperluan kalkulasi saja, tetapi lebih dari itu


Matematika merupakan salah satu matematika dipelajari karena begitu banyak
cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai kegunaannya antara lain dengan belajar
peranan penting dalam perkembangan ilmu matematika : kita mampu melakukan
pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat perhitungan-perhitungan, perhitungan menjadi
bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lebih sederhana dan praktis, dan dengan belajar
lain maupun dalam pengembangan matematika matematika diharapkan siswa mampu menjadi
itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari banyak manusia yang berpikir logis, kritis, tekun,
aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
dengan matematika, contohnya menghitung persoalan (Russefendi, 1991:208).
keuntungan hasil usaha, berbelanja, dan lain- Tujuan pembelajaran matematika, yaitu
lain. Pentingnya matematika untuk dipelajari : (1) memahami konsep matematika,
menyebabkan matematika menjadi salah satu menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
bidang studi yang dipelajari pada setiap jenjang mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
pendidikan baik di tingkat dasar, menengah luwes, akurat, efisien dan tetap dalam
maupun perguruan tinggi. Matematika yang pemecahan masalah, (2) menggunakan
diajarkan di sekolah bukan hanya untuk penalaran pada pola dan sifat, melakukan

42
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

manipulasi matematika dalam membuat pembelajaran matematika dalam kurikulum di


generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan Indonesia menyiratkan dengan jelas tujuan yang
gagasan dan penyelesaian matematika, (3) ingin dicapai yaitu: (1) kemampuan pemecahan
memecahkan masalah yang meliputi masalah (problem solving), (2) kemampuan
kemampuan pemahaman masalah, merancang berargumentasi (reasonning), (3) kemampuan
model matematika, menyelesaikan model dan berkomunikasi (communication), (4)
menemukan solusi, (4) mengkomunikasikan kemampuan membuat koneksi (connection),
gagasan matematika dengan simbol, diagram dan (5) kemampuan representasi
atau media lain untuk memperjelas keadaan (representation). Kelima hal tersebut oleh
atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai NCTM (2000) dikenal dengan istilah standar
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu proses daya matematis (mathematical power
memiliki rasa ingin, tahu perhatian dan minat process standards).
dalam mempelajari matematika serta sikap ulet Dari beberapa kemampuan di atas,
dan percaya diri dalam pemecahan masalah salah satu kemampuan yang sangat penting
(Permendikbud, 2013). Hal ini juga sesuai untuk diperhatikan dalam pembelajaran
dengan tujuan kurikulum 2013 yaitu matematika adalah kemampuan komunikasi
mempersiapkan manusia Indonesia agar matematis siswa. Hal senada juga dikemukakan
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan Saragih (2007) yang menyatakan kemampuan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, komunikasi dalam pembelajaran matematika
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, komunikasi matematika dapat mengorganisasi
bernegara, dan peradaban dunia dan mengkonsolidasi berpikir matematis siswa
(Permendikbud, 2013). Dari beberapa uraian di baik secara lisan maupun tulisan yang
atas, menunjukkan pentingnya mempelajari mengakibatkan siswa memiliki pemahaman
matematika dalam menata kemampuan berpikir matematika yang mendalam tentang konsep
para siswa, bernalar, memecahkan masalah, matematika yang dipelajari. Baroody
berkomunikasi, mengaitkan materi matematika (1993:100) menjelaskan bahwa ada dua alasan
dengan keadaan sesungguhnya, serta mampu penting mengapa komunikasi dalam
menggunakan dan memanfaatkan teknologi. matematika perlu ditumbuhkembangkan di
Sumarmo (dalam Saragih, 2007:2) menyatakan kalangan siswa. Pertama, mathematics as
bahwa kemampuan-kemampuan dalam tujuan language, artinya matematika tidak hanya
pembelajaran matematika itu disebut dengan sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid
daya matematis (mathematical power) atau thinking), alat untuk menemukan pola,
keterampilan matematika (doing math). Istilah menyelesaikan masalah atau mengambil
“daya matematis” tidak tercantum secara kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai
eksplisit dalam kurikulum pembelajaran suatu alat yang berharga untuk
matematika di Indonesia, namun tujuan mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas,
43
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning penelitian, maka sampel diperoleh berdasarkan
as social activity, artinya sebagai aktivitas kelas yang sudah ada pada lokasi penelitian
sosial dalam pembelajaran matematika, sebanyak dua kelas.
matematika juga sebagai wahana interaksi antar
Sampel penelitian ini ditentukan
siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
dengan menggunakan teknik purposive
siswa.
sampling (penentuan sampel dengan
METODE
pertimbangan tertentu). Seperti yang dinyatakan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Riduwan (2010:63) bahwa purposive sampling
Negeri 1 Kuala Nagan Raya. Adapun waktu
dikenal juga dengan sampling pertimbangan
penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun
yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti
ajaran 2016/2017 dengan jadwal
jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
kegiatan sekolah. Adapun alasan pemilihan
sampelnya atau pengambilan sampel untuk
lokasi penelitian ini adalah karena pentingnya
tujuan tertentu. Setelah berkonsultasi dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa SMA,
guru matematika di sekolah tersebut, terdapat
belum adanya penelitian tentang peningkatan
beberapa pertimbangan untuk menentukan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang
sampel dalam penelitian ini sehingga dipilih
dilakukan di SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya
sebagai sampel adalah kelas X. Salah satu
tersebut.
pertimbangannya adalah semangat belajar
Populasi penelitian ini adalah seluruh
matematika siswa kelas X rendah. Dan adapun
siswa-siswi SMA Negeri 1 Kuala Nagan Raya
alasan memilih kelas X ini adalah merujuk
tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 245
kepada teori perkembangan kognitif Piaget
siswa. Adapun sampel dalam penelitian ini
yang menyatakan bahwa anak pada rentang usia
adalah 71 siswa. Namun karena ini adalah
11 tahun sampai dewasa akan memasuki
penelitian eksperimen dan berdasarkan
periode operasi formal. Siswa kelas X rata-rata
pernyataan Ruseffendi (2005:47) bahwa pada
akan berada pada interval usia ini, sehingga
penelitian eksperimen, subjek tidak
siswa kelas X ini akan memasuki periode
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti
operasi formal. Sehingga berdasarkan teori
menerima keadaan subjek seadanya. Lebih
perkembangan kognitif piaget, pada tahap ini
lanjut Ruseffendi (2005:92) menyatakan bahwa
seorang anak mampu berpikir logis untuk
banyaknya siswa untuk penelitian percobaan
semua jenis masalah hipotesis, dan ia dapat
(eksperimen) paling sedikit 30 orang
menggunakan penalaran ilmiah dan dapat
perkelompok. Berdasarkan pernyataan
menerima pandangan orang lain. Berdasarkan
Ruseffendi dan ukuran sampel yang diperoleh
hal ini, maka kelas X tepat untuk menerima
sebanyak 71 siswa, dan dikarenakan waktu
eksperimen dengan menggunakan pembelajaran
serta kepala sekolah yang tidak mengijinkan
berbasis masalah. Selain itu materi yang dipilih
siswanya di acak untuk dijadikan sampel
44
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

pada penelitian ini adalah Statistika yang matematis siswa data interaksi pembelajaran
merupakan materi yang dipelajari pada kelas X dan kemampuan awal matematika (KAM)
SMA. Berdasarkan pertimbangan dari guru terhadap kemampuan komunikasi matematis
matematika di sekolah yang akan diteliti siswa.
terpilih kelas X IPA sebagai kelas eksperimen Tes Kemampuan Awal Matematika
(kelompok siswa yang diberi pembelajaran (KAM) diberikan untuk mengetahui kesetaraan
berbasis masalah) dan kelas X IPS sebagai rerata kelompok eksperimen dan kelompok
kelas kontrol (kelompok siswa dengan kontrol, dan untuk mengelompokkan siswa
pembelajaran biasa). berbdasarkan KAM yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Untuk tujuan tersebut, peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan soal yang sudah dipelajari. Soal
penelitian ini memperoleh sejumlah data
tersebut terdiri 20 soal pilihan ganda.
yang meliputi ; (1) hasil skor pretes
Untuk memperoleh gambaran KAM
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
siswa dilakukan perhitungan rerata dan
eksperimen dan kelas kontrol, (2) hasil skor
simpangan baku. Hasil perhitungan
postes kemampuan komunikasi matematis
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D,
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
sedangkan hasil rangkuman disajikan pada tabel
Sehingga analisis data yang akan dipaparkan
1 berikut:
adalah analisis data kemampuan komunikasi
Tabel 1 Deskripsi Kemampuan Matematika Siswa Tiap Kelas Sampel
Berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Awal Matematika

Kelas Skor N xmin xmaks _ SD


Ideal x
Kelas eksperimen 20
32 6 17 11,78 2,836
(Kelompok PBM)
Kelas Kontrol
30 6 17 11,76 2,563
(Kelompok Biasa)

Tabel 1 diatas memberikan gambaran Ha :Sampel berasal dari populasi yang


bahwa skor rerata KAM untuk masing-masing tidak berdistribusi normal.
kelas sampel penelitian relatif sama. Untuk
Kriteria pengujian: jika signifikansi
mengetahui kesetaraan skor KAM kelas sampel
yang diperoleh > 0,05, maka sampel berasal
penelitian, perlu dilakukan uji analisis yang
dari populasi yang berdistribusi normal dan jika
meliputi: uji normalitas distribusi data dan uji
signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka
perbedaan rerata.
sampel bukan berasal dari populasi yang
Hipotesis yang diuji untuk mengetahui
berdistribusi normal. Untuk menguji hipotesis
normalitas data KAM adalah:
tersebut digunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z.
H0 :Sampel berasal dari populasi yang
Sedangkan hasil rangkuman tersajikan pada
berdistribusi normal.
tabel 2 berikut:

45
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa

Kolmogorov-Smirnova
Kelas Statistic df Sig.
Nilai_KA Eksperimen ,099 32 ,200*
M Kontrol ,111 30 ,200*

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai untuk mengetahui homogenitas dari data tes
signifikansi Kolmogorov Smirnov berturut-turut KAM siswa yaitu sebagai berikut:
adalah 0,200 untuk kelas eksperimen dan H0 : Sampel berasal dari varians kelompok
kontrol. Nilai kedua signifikan tersebut lebih data yang homogen
besar dari nilai taraf signifikan 0,05, sehingga Ha : Sampel berasal dari varians kelompok
hipotesis nol yang menyatakan data data yang tidak homogen.
berdistribusi normal untuk kelas eksperimen Kriteria untuk pengujian homogenitas
dan kelas kontrol dapat diterima. Dengan kata dengan menggunakan uji Levene sebagai
lain data untuk kelompok eksperimen dan berikut:
kontrol mempunyai data yang berdistribusi Jika nilai signifikansi > 0,05, Maka varian
normal. kelompok data homogen
Karena data pada kedua kelompok Jika nilai signifikansi < 0,05, Maka varian
(kontrol dan eksperimen) berdistribusi normal, kelompok data tidak homogen.
maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian Hasil perhitungan homogenitas ditampilkan
homogenitas varians. Hipotesis yang diuji pada tabel 3 berikut:

Tabel 3 Hasil Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa


Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


Nilai_KA Based on Mean ,059 1 60 ,809
M Based on Median ,047 1 60 ,829
Based on Median and with ,047 1 59,981 ,829
adjusted df
Based on trimmed mean ,056 1 60 ,814

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai yang menyatakan tidak ada perbedaan variansi
signifikansi sebesar 0,809 yang lebih besar dari antar kelompok data dapat diterima. Hal ini
taraf signifikan 0,05, sehingga hipotesis nol menunjukkan bahwa kedua kelompok data

46
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai H0 : Tidak terdapat perbedaan rerata KAM
variansi data yang homogen. antar siswa kelas eksperimen dan
Untuk melihat perbedaan rata-rata siswa kelas kontrol.
kemampuan antara kelompok eksperimen dan Ha : Terdapat perbedaan rerata KAM antar
kelompok kontrol dianalisis dengan siswa kelas eksperimen dan siswa
menggunakan analisis varians yang bertujuan kelas kontrol.
untuk melihat apakah antara kelas eksperimen Berikut ini hasil perhitungan uji
dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang perbedaan rata-rata nilai kemampuan awal
sama. Hipotesis yang diuji adalah : matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Analisis Varians Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Awal Matematika Siswa antar Kelompok
Data
Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances

Std. 95% Confidence


Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. T Df Differenc
tailed) Differe Difference
e
nce Lower Upper
Equal
variances ,311 ,579 ,053 60 ,958 ,033 ,623 -1,215 1,281
Nilai_K assumed
AM Equal
variances not ,053 57,260 ,958 ,033 ,623 -1,215 1,282
assumed

Berdasarkan pada tabel di atas hasil perhitungan  X  SD dikelompokkan dalam kemampuan


terlihat bahwa nilai signifikansi 0,958 yang
matematika tinggi, siswa yang memiliki nilai
lebih besar dari taraf signifikan 0,05 (0,958 >
KAM diantara kurang dari X  SD dan lebih
0,05) sehingga hipotesis nol yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan dari X  SD dikelompokkan dalam
awal matematika siswa antar kelompok data kemampuan matematika sedang, sedangkan
dapat diterima. Dengan demikian, kelompok siswa yang memiliki nilai KAM  X  SD
eksperimen dan kelompok kontrol memliki dikelompokkan dalam kemampuan rendah.
kemampuan awal matematika yang sama.
Untuk nilai X  58 , 4677 dan SD  13,16 ,
Selanjutnya dilakukan pengelompokkan
sehingga X  SD  71,6277 dan
kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang,
dan rendah) dibentuk berdasarkan nilai KAM X  SD  45 ,3077 . Hasil perhitungan
siswa. Untuk siswa yang memiliki nilai KAM selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D,
47
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

sedangkan hasil rangkuman tersajikan pada


tabel 5 berikut:

Tabel 5 Sebaran Sampel Penelitian

Kelas Sampel Penelitian Kemampuan Siswa


Tinggi Sedang Rendah
Kelas eksperimen (kelompok PBM) 5 21 6
Kelas kontrol (kelompok Pembelajaran Biasa) 4 21 5
Jumlah 9 42 11

Berdasarkan tabel di atas diperoleh siswa sebelum dan sesudah pemberian


pada kelas eksperimen tingkat kemampuan perlakuan pembelajaran. Data ini diperoleh dari
siswa untuk kategori tinggi ada 5 siswa, sedang hasil pretes dan postes kemampuan komunikasi
21 siswa dan rendah 6 siswa, sedangkan pada matematis siswa serta N-Gainnya. Keseluruhan
kelas kontrol tingkat kemampuan siswa untuk hasil analisis dan kemampuan komunikasi
kategori tinggi ada 4 siswa, sedang 21 siswa matematis siswa dapat dilihat pada lampiran.
dan rendah 5 siswa.
Dari hasil analisis perhitungan tes
Data kemampuan komunikasi komunikasi matematis siswa kedua kelompok
matematis dikumpulkan dan dianalisis untuk pembelajaran disajikan pada tabel 6 berikut:
mengetahui kemampuan komunikasi matematis
Tabel 6 Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Kedua Kelompok Pembelajaran

Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis
Aspek Pembelajaran Biasa
Masalah
Pretes Postes N-Gain Pretes Postes N-Gain
N 32 32 32 30 30 30
Rata-rata 21,375 40,3125 0,5212 21,267 37,867 0,454
Simpangan Baku 8,526 10,950 0,218 7,071 10,335 0,201

60 0,6
40 N-Gain
Pretes 0,4
20
Postes 0,2 Simpangan
0
Baku
PBM P. 0
Biasa PBM P. Biasa

Gambar 1 Rata-rata Skor Kemampuan Gambar 2 Peningkatan Kemampuan


Komunikasi Matematis Komunikasi Matematis

48
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

Secara deskriptif ada beberapa simpulan yang matematis siswa yang memperoleh
berkenaan dengan kemampuan komunikasi pembelajaran biasa termasuk dalam
matematis siswa berdasarkan kemampuan kategori sedang (0,3  g  0,7) .
tinggi, sedang dan rendah yang dapat diungkap
c. Berdasarkan gambar 1, memberikan
dari tabel 6, gambar 1 dan gambar 2 yaitu:
informasi rata-rata skor pretes kemampuan
a. Sebelum pembelajaran, rata-rata
komunikasi matematis siswa pada
kemampuan komunikasi matematis siswa
pembelajaran berbasis masalah dan
yang memperoleh pembelajaran berbasis
pembelajaran biasa, namun berdasarkan
masalah hanya sebesar 21,375, sedangkan
kualitas skor postes kemampuan
nilai rata-rata komunikasi matematis siswa
komunikasi matematis siswa pada
yang memperoleh pembelajaran biasa
pembelajaran berbasis masalah dan
dengan rata-rata sebesar 21,267.
pembelajaran biasa mengalami
b. Setelah pembelajaran, terjadi peningkatan peningkatan dari hasil pretes.
rata-rata kemampuan komunikasi
d. Berdasarkan gambar 2, memberikan
matematis kedua kelompok siswa tersebut.
informasi peningkatan antara skor pretes
Siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan postes kemampuan komunikasi
berbasis masalah mendapatkan rata-rata
matematis (N-Gain kemampuan
komunikasi matematis sebesar 40,3125,
komunikasi matematis) siswa pada
(N-Gain sebesar 0,5212). Berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah dan
kategori Hake (1998), peningkatan
pembelajaran biasa mengalami
kemampuan komunikasi matematis siswa
peningkatan data N-Gain kemampuan
yang memperoleh pembelajaran berbasis
komunikasi matematis siswa.
masalah termasuk dalam kategori sedang
(0,3 < g  0,7), sementara siswa yang Hasil analisis deskriptif terhadap data
memperoleh pembelajaran biasa kemampuan komunikasi matematis siswa kedua
mendapatkan rata-rata komunikasi kelompok pembelajaran berdasarkan
matematis sebesar 37,867 (N-Gain sebesar pengelompokan kategori kemampuan awal
0,454). Berdasarkan kategori Hake (1998), matematika (KAM) siswa disajikan pada tabel
peningkatan kemampuan komunikasi 7 berikut:
Tabel 7 Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran
Untuk Kategori KAM

Pembelajaran
Kategori
Statistik Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Biasa
KAM
Pretes Postes N-Gain Pretes Postes N-Gain
N 5 5 5 4 4 4
Tinggi Rata-rata 33,8 56,2 0,86 33,5 52,5 0,64
SB 0,78 1,61 0,06 0,5 1,56 0,045
N 21 21 21 21 21 21
Sedang
Rata-rata 22,19 40,14 0,63 21,71 38,19 0,43
49
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

SB 4,46 7,93 0,21 2,72 7,23 0,19


N 6 6 6 5 5 5
Rendah Rata-rata 8,17 27,67 0,38 9,6 24,8 0,328
SB 1,77 5,49 0,38 1,62 4,22 0,31

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat Gambar 3 berikut dapat lebih


bahwa ada peningkatan rata-rata kemampuan memperjelas peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang memperoleh komunikasi matematis (N-Gain) siswa
pembelajaran berbasis masalah dan yang berdasarkan dua kelompok pembelajaran
memperoleh pembelajaran biasa. Untuk (Pembelajaran Berbasis Masalah dan
pembelajaran berbasis masalah, siswa dengan Pembelajaran Biasa) untuk setiap kategori
KAM tinggi memproleh rata-rata peningkatan KAM.
kemampuan komunikasi matematis (N-Gain)
yang lebih besar dari pada siswa dengan KAM 1
sedang dan KAM rendah demikian juga untuk 0,8
0,6
pembelajaran biasa, siswa dengan KAM tinggi
0,4 PBM
memperoleh rata-rata peningkatan kemampuan 0,2 P. Biasa
komunikasi matematis (N-Gain) yang lebih 0
tinggi dari pada siswa dengan KAM sedang dan
KAM rendah. Di samping itu, siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah Gambar 3 Peningkatan N-Gain Kemampuan
mendapatkan rata-rata peningkatan kemampuan Komunikasi
Berdasarkan Matematis
gambar Siswa
3 untuk Berdasarkan
KAM tinggi lebih
Kategori KAM
komunikasi matematis (N-Gain) yang lebih tinggi peningkatan kemampuan komunikasi
besar dari pada siswa yang mendapat matematis siswa dari pada KAM sedang dan
pembelajaran biasa untuk setiap pasangan KAM rendah pada Pembelajaran Berbasis
kategori KAM. Masalah dan Pembelajaran Biasa. Hal ini
Berdasarkan kategori Hake (1998), memberikan suatu argumen awal bahwa
rata-rata kemampuan komunikasi matematis Kemampuan Awal Matematik (KAM) siswa
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis cukup berperan dalam mempengaruhi hasil
masalah, KAM tinggi termasuk dalam kategori belajar siswa.
N-Gain tinggi (g > 0,7), KAM sedang dan Interaksi yang dimaksud dalam
KAM rendah termasuk dalam kategori N-Gain penelitian ini adalah interaksi antara faktor
sedang (0,3  g  0,7) . Sementara untuk pembelajaran dan kemampuan awal siswa
pembelajaran biasa kategori KAM tinggi, KAM dalam peningkatan kemampuan komunikasi
sedang dan KAM rendah termasuk dalam siswa. Selanjutnya, faktor pembelajaran dan
kategori N-Gainsedang (0,3  g  0,7) . kemampuan awal matematika siswa tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi, hal ini

50
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan pembelajaran kelompok ini akan membangun
tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan keinginan dan keingintahuan pada diri siswa,
kemampuan awal matematika siswa dalam sehingga kemampuan komunikasi matematis
meingkatkan kemampuan komunikasi. siswa yang rendah akan menjadi lebih tinggi.
Hasil penelitian rata-rata gain Siswa yang kurang aktif akan menjadi lebih
ternormalisasi kemampuan komunikasi aktif karena pembelajaran melibatkan siswa
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dalam kelompok belajar dan masalah yang
untuk kelompok tinggi (0,86), sedang (0,63) diberikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari.
dan rendah (0,38). Sedangkan pembelajaran Interaksi sosial dengan teman sebaya,
biasa rata-rata gain ternormalisasi untuk khususnya berargumentasi dan berdiskusi
kelompok tinggi (0,64), sedang (0,43) dan membantu memperjelas pemikiran dan pada
rendah (0,33). Berdasarkan selisih rata-rata, akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
bahwa tidak terdapat interaksi antara logis (Trianto,2009). Berdasarkan penjelasan
pembelajaran dan kemampuan awal matematika tersebut jelas dikatakan pembelajaran berbasis
terhadap komunikasi matematis siswa. Dalam masalah lebih berperan dalam meningkatkan
hal ini, KAM tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis kemampuan awal matematika siswa tidak
siswa, karena siswa dengan kategori KAM memberikan pengaruh terhadap komunikasi
tinggi mempunyai peningkatan lebih besar matematis siswa.
dibandingkan KAM kategori sedang dan Selanjutnya, hasil penelitian
rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi antara kemampuan komunikasi dalam interaksi antara
pembelajaran dan kemampuan awal matematika faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan
siswa terhadap komunikasi matematis siswa. awal matematika siswa dapat diketahui dari
Pembelajaran dengan menggunakan hasil uji ANAVA dua jalur yang diperoleh dari
pembelajaran berbasis masalah membuat siswa nilai signifikansi sebesar 0,753 lebih besar dari
lebih aktif, karena masalah yang diberikan taraf signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan
merupakan masalah dalam kehidupan sehari- bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat
hari. Hal itu sejalan dengan pendapat Rusman interaksi antara pembelajaran (PBM dan PB)
(2012) bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan tingkat kemampuan awal siswa (tinggi,
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena sedang dan rendah) terhadap peningkatan
dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul- kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja temuan ini senada dengan penelitian yang
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga dilakukan oleh Marzuki (2012) yang
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi
menguji, dan mengembangkan kemampuan antara pembelajaran dan kemampuan awal
berpikir siswa secara berkesinambungan dalam matematika terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah. Adanya pembentukan komunikasi matematis siswa.
51
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

KESIMPULAN (tinggi, sedang dan rendah) tidak


Berdasarkan hasil analisis, memberikan pengaruh secara bersama-
pembelajaran matematika baik dengan sama yang signifikan terhadap peningkatan
pembelajaran berbasis masalah (PBM) maupun kemampuan komunikasi matematis siswa.
dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan Perbedaan peningkatan kemampuan
kemampuan komunikasi matematis siswa. komunikasi matematis siswa disebabkan
Berdasaran rumusan masalah, hasil penelitian, oleh pembelajaran yang digunakan bukan
dan pembahasan diperoleh beberapa simpulan karena kemampuan awal matematika
yang berkaitan dengan faktor pembelajaran, siswa.
kemampuan awal matematika dan kemampuan
komunikasi matematis siswa, kesimpulan SARAN
tersebut sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-
1. Peningkatan kemampuan komunikasi temuan dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
matematis siswa yang diajarkan dengan memberi saran sebagai berikut:
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi 1. Kepada Guru
daripada peningkatan kemampuan Pembelajaran berbasis masalah (PBM)
komunikasi matematis siswa yang pada kemampuan komunikasi matematis siswa
diajarkan dengan pembelajaran biasa. dapat diterapkan pada semua kategori KAM.
Siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Oleh karena itu hendaknya pembelajaran ini
berbasis masalah memperoleh rata-rata terus dikembangkan di lapangan yang membuat
kemampuan komunikasi matematis sebesar siswa terlatih dalam menyelesaikan masalah
40,31 sebelumnya 21,38 (N-Gain mengenai kemampuan komunikasi matematika
kemampuan komunikasi matematis sebesar meliputi kemampuan mengekspresikan,
0,52), sementara siswa yang diajarkan mendemonstrasikan dan melukiskan ide-ide
dengan pembelajaran biasa memperoleh matematika ke dalam bentuk gambar, tabel,
rata-rata kemampuan komunikasi grafik atau model matematika lain; kemampuan
matematis sebesar 37,87 sebelumnya 21,27 menyatakan suatu situasi, gambar, diagram,
(N-Gain kemampuan komunikasi atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide
matematis sebesar 0,45). atau model matematik; dan kemampuan
2. Tidak terdapat interaksi antara menggunakan keahlian membaca, menulis dan
pembelajaran dan kemampuan awal menelaah untuk menginterpretasikan dan
matematika (KAM) terhadap peningkatan mengevaluasi ide-ide serta informasi
kemampuan komunikasi matematis siswa. matematika sehingga pembelajaran lebih baik
Dalam hal ini diartikan bahwa interaksi khususnya materi statistika. Peran guru sebagai
antara pembelajaran (pembelajaran fasilitator perlu didukung oleh sejumlah
berbasis masalah dan pembelajaran biasa) kemampuan antara lain kemampuan memandu
dan kemampuan awal matematika siswa diskusi di kelas, memberi scaffolding kepada
52
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

siswa serta kemampuan dalam menyimpulkan. Helping Children Think Mathematically.


Disamping itu kemampuan menguasai bahan New York: Merril, an inprint of
ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki Macmillan Publishing, Company.
guru agar siswa aktif dalam pembelajaran.
Hake, R. R. (1998). Interaktive-engagement
Untuk menunjang keberhasilan implementasi versus traditional methods: A six-
pembelajaran berbasis masalah diperlukan thousand-student survey of mechanics
bahan ajar yang lebih menarik dirancang test data for introductory physics
courses. Jurnal American Association of
berdasarkan permasalahan kontekstual yang
Physics Teachers, 66 (1):64-74.
merupakan syarat awal yang harus dipenuhi (online).Tersedia:http://web.mit.edu/rsi/
sebagai pembuka belajar mampu stimulus awal www/2005/minipaper/papers/Hake.df.
Diakses: 21 September 2014.
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Kepada Lembaga Terkait Marzuki. (2012). Perbedaan Kemampuan
Pembelajaran dengan pembelajaran Pemecahan Masalah dan Komunikasi
berbasis masalah (PBM), masih sangat asing Matematika antara Siswa yang Diberi
bagi guru dan siswa terutama pada guru dan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
siswa di daerah, oleh karena itu perlu Pembelajaran Langsun. Tesis Tidak
disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan Dipublikasikan. Medan : Program
dapat meningatkan kemampuan belajar siswa, Pascasarjana UNIMED.
khususnya meningkatkan kemampuan
National Council of Teachers of Mathematics
komunikasi matematis siswa yang tentunya
(NCTM). (2000). Principles and
akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi
Standards for School Mathematics.
siswa dalam penguasaan materi matematika.
Reston. VA: NCTM.
3. Kepada Peneliti
Untuk peneliti lebih lanjut hendaknya Permendikbud. (2013). Kerangka Dasar dan
penelitian dengan pembelajaran berbasis Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
masalah dalam peningkatan kemampuan atas/Madrasah Aliyah, Jakarta: Menteri
komunikasi matematis siswa secara maksimal Pendidikan dan Kebudayaan.
untuk memperoleh hasil penelitian yang
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian
maksimal. Dapat dilakukan penelitian lanjutan
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
dengan pembelajaran berbasis masalah dalam Pemula. Bandung: Alfabeta.
peningkatan kemampuan matematika lain
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran
dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi
Mengembangkan Profesionalisme Guru
hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di
Edisi Dua. Jakarta : Rajawali Press.
sekolah
DAFTAR PUSTAKA Russeffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada
Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Membantu Guru Mengembangkan
Reosoning, and Communicating, K-8. Kompetisinya dalam Pengajaran
53
MAJU, ISSN: 2355-3782
Volume 4 No. 2, September 2017
Page : 42-54

Matematika untuk Meningkatkan CBSA.


Bandung: Tarsito.

-------------------. (2005). Dasar-Dasar


Penelitian dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Logis dan
Komunikasi Matematika Siswa Sekolah
Menengah Pertama Melalui Pendekatan
Matematika Realistik. Disertasi tidak
dipublikasikan. Bandung: Program
Pascasarjana UPI Bandung.

Trianto. (2009). Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

54

Anda mungkin juga menyukai