Anda di halaman 1dari 9

Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) BERBANTUAN ASESMEN KINERJA TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KECERDASAN
LOGIS MATEMATIS MAHASISWA
Oleh :
I Putu Surya Adi Putra1, I Wayan Gede Wardika2
1,2
Program Studi Teknik Informatika
STIMIK STIKOM Indonesia
Denpasar, Bali

Email : 1suryaadiputra@stiki-indonesia.ac.id
2
iwayangedewardika@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berbantuan asesmen kinerja terhadap keterampilan berpikir kritis matematika ditinjau dari kecerdasan logis
matematis Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dimana
eksperimen dilaksanakan pada kelas yang sudah tersedia, Rancangan analisis menggunakan faktorial 2 x 2
digunakan untuk menyelidiki secara bersama pengaruh dua variabel perlakuan terhdap kelompok sampel yang
diselidiki. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan TI pada STIMIK-STIKI Indonesia sebanyak 74
yang dikelompokkan menjadi dua kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling
yakni cara pengambilan sampel berupa kelompok secara sederhana dengan randomisasi kelompok atau kelas,
kemudian kelas-kelas sampel yang dipilih dibagi menjadi 2 kelompok, Eksperimen dan Kontrol. Analisis statistik
yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis varians dua jalur (ANAVA). Hasil
perhitungan memberikan sesimpulan (1) bahwa nilai F sebesar 4,315 dan nilai (Sig.) sebesar 0,043. Karena (Sig.)
< α, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa yang mengikuti
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan asesmen kinerja lebih baik daripada mahasiswa
yang mengikuti model pembelajaran konvensional. (2) Nilai F sebesar 1,961 dan nilai (Sig.) sebesar 0,032. Karena
nilai (Sig.) < α, berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa ada interaksi antara model pembelajaran dan
kecerdasan logis matematis mahasiswa terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Kata Kunci : Model Problem Based Learning (PBL), Asesmen Kinerja, Keterampilan Berpikir Kritis dan
Kecerdasan Logis Matematis

Abstract
The purpose of the research is to examine the effect of Problem Based Learning (PBL) Learning Model
assisted with performance based assessment on mathematical critical thinking skill in terms of mathematical
logical intelligence. The type of research used was quasi-experimental research (quasi-experimental) using 2 x 2
factorial which was used to investigate the two variables of the sample groups. The population of the study is all
students majoring in IT at STIMIK-STIKI Indonesia. The sampling technique used cluster random sampling which
was a way of taking samples consisting of simple random groups or classes, then the sample classes was selected
and divided into 2 groups namely experiment and control group. The statistical analysis used for hypothesis testing
in this study was the analysis of two-way variance (ANOVA). The finding results showed that (1) the F value was
4.315 and the value of (Sig.) was 0.043. Due to (Sig.) <α, it could be concluded that H0 was rejected and H1 was
accepted. This meant critical thinking learning between students who took the problem based learning (PBL)
learning model assisted by performance based assessment was better than students who was treated using
conventional method. (2) F value of 1.961 and a value (Sig.) of 0.032. Due to the value (Sig.) <α, it could be
concluded that H0 was rejected and H1 was accepted. This means there was an interaction between the learning
model and students 'mathematical intelligence on students' critical thinking skills.

Keywords : Problem Based Learning (PBL) Model, Performance Based Assessment, Critical Thinking Skills and
Mathematical Logical Intelligence

97
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

PENDAHULUAN secara aktif menggali dan membangun


Pada bagian Penjelasan atas Peraturan pengetahuannya sendiri. Selain itu, peserta didik
Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun dapat merepresentasikan permasalahan dan
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sekaligus dapat memecahkan permasalahan
disebutkan bahwa, pada hakekatnya pendidikan yang dihadapi, baik masalah yang berkaitan
dalam konteks pembangunan nasional dengan matematika itu sendiri maupun yang
mempunyai fungsi : (1) pemersatu bangsa, (2) berkaitan dengan tantangan kehidupan mereka
penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan dimasa depan. Menggali dan membangun
potensi diri. Terhadap fungsi pendidikan pengetahuan secara mandiri, terhubungnya
nasional yang ketiga, yakni pengembangan pengetahuan yang dimiliki peserta
potensi diri, hal tersebut berkaitan erat dengan didik/mahasiswa dengan apa yang akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. dipelajari (pengetahuan baru), serta akhirnya
Oleh karena itu pendidikan memiliki peran peserta didik/ mahasiswa mampu memecahkan
penting dalam meningkatkan kualitas sumber masalah maka diperlukan kemampuan berpikir.
daya manusia. Menurut van Gelder & Willingham
Dewasa ini, pendidikan dituntut untuk (dalam Eggen & Kauchak, 2012: 111), berpikir
menciptakan sumber daya manusia yang kritis dapat didefinisikan dengan berbagai cara,
berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan namun pokok dari definisi tersebut mencakup
global,bahkan cita-cita pemerintah pada bidang kemampuan dan kecenderungan seseorang
pendidikan saat ini ingin menciptakan generasi untuk membuat dan melakukan asesmen
emas tahun 2025 mendatang (Modul terhadap kesimpulan yang didasarkan pada
Implementasi K 2013: 25). Salah satu bidang bukti. Ennis (dalam Fisher, 2009) menyatakan
ilmu yang diajarkan dalam pendidikan dari bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang
jenjang pendidikan dasar hingga perguruan masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk
tinggi adalah matematika. Salah satu dasar memutuskan apa yang harus dipercaya atau
pertimbangannya adalah karena matematika dilakukan. Sehingga, dengan melatih
berperan sebagai sarana penataan nalar peserta keterampilan berpikir kritis, peserta didik
didik. Pembelajaran matematika diharapkan diharapkan dapat memutuskan langkah yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang
logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif guna sedang mereka hadapai. Mengajarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik. Potensi keterampilan berpikir merupakan salah satu cara
kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik efektif dalam membantu peserta didik untuk
perlu dioptimalkan guna mendapatkan hasil meraih kepercayaan diri mereka di kelas,
belajar matematika dan sekaligus prestasi belajar terlebih lagi dalam meningkatkan kemampuan
yang baik. pemecahan masalah (Eggen & Kauchak, 2012:
National Council of Teacher of 118)
Mathematics (2000) merumuskan 5 tujuan Untuk menguasai kopetensi yang dituntut
umum pembelajaran matematika yakni : pada pelajaran matematika sangat diperlukan
1. Belajar untuk berkomunikasi proses pembelajaran matematika yang diarahkan
(Mathematical Communication) pada kegiatan-kegiatan yang mendorong
2. Belajar untuk bernalar (mathematical mahasiswa aktif belajar baik fisik, mental,
reasoning), intelektual, maupun sosial untuk memahami
3. Belajar untuk memecahkan masalah konsep-konsep matematika. Hal ini berarti guru,
(mathematical problem solving), pengajar (dosen) dituntut untuk menggunakan
4. Belajar untuk mengaitkan ide strategi yang melibatkan mahasiswa aktif dalam
(mathematical connections), dan belajar sehingga dapat mengaktifkan interaksi
5. Pembentukan sikap positif terhadap antara mahasiswa, dosen dan juga mahasiswa
matematika (positive attitudes toward lainnya. Pemahaman matematika yang baik
mathematics). dikalangan mahasiswa merupakan hal penting,
Putra (2017) dalam penelitiannya hal ini tentu tidak terlepas dari kemampuan
menyatakan bahwa Paradigma pembelajaran setiap mahasiswa yang berbeda-beda. Salah satu
matematika saat ini adalah mengedepankan kecerdasan yang terkait aspek pemecahan
peserta didik sebagai subyek pembelajaran, yang masalah matematika adalah kecerdasan logis

98
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

matematis. Jamaris (2005 :10) mengatakan METODE PENELITIAN


bahwa “ kecerdasan logika matematika adalah Penelitian ini adalah penelitian
bagian dari kecerdasan jamak berkaitan dengan eksperimen semu (quasi experiment) yang
kepekaan dalam mencari dan menemukan pola mengkaji tentang pengaruh model pembelajaran
yang digunakan untuk melakuakan kalkulasi terhadap keterampilan berpikir kritis ditinjau
hitung, berpikir abstrak, berpikir logis dan dari kecerdasan logis matematis mahasiswa.
berpikir ilmiah”. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu
Model pembelajaran berbasis masalah variabel bebas, variabel terikat dan variabel
yaitu problem based learning (PBL) adalah moderator. Variabel bebas adalah model
salah satu model pembelajaran yang disarankan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
untuk diterapkan pada pembelajaran, berbantuan asesmen kinerja yang dikenakan
berorientasi pada pendekatan saintifik di kepada kelompok eksperimen dan model
kurikulum 2013 yang berlaku sekarang. Model pembelajaran konvensional pada kelompok
PBL dimulai dengan adanya masalah (dapat kontrol. Variabel terikat adalah keterampilan
dimunculkan oleh guru atau peserta didik), berpikir kritis, sedangkan variabel moderator
kemudian peserta didik memperdalam adalah kecerdasan logis matematis mahasiswa.
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah Rancangan analisis menggunakan
ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk faktorial 2 x 2 digunakan untuk menyelidiki
memecahkan masalah tersebut. (Paul Eggen & secara bersama pengaruh dua variabel perlakuan
Kauchah ; 2012) terhadap kelompok sampel yang diselidiki.
Efektifitas PBL dibuktikan oleh Prayogi Penggunaan desain analisis faktorial 2 x 2 pada
(2013), dalam penelitiannya yang berjudul penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa dua
Implementasi Model PBL (Problem Based variabel mempunyai pengaruh terhadap variabel
Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar lain dan adanya interaksi variabel bebas dan
dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. variabel moderator terhadap variabel terikat.
Simpulan penelitian ini yaitu implementasi
model PBL (Problem Based Learning) dapat Tabel 1 : Desain Penelitian
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Jika dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran matematika, dari observasi yang
dilakukan, maka kemampuan pemecahan
masalah mahasiswa dalam kaitannya dengan
pembelajaran matematika belum optimal. Salah
satu penyebabnya adalah karena pendekatan,
model ataupun strategi yang digunakan oleh Keterangan:
pengajar/dosen dalam proses pembelajaran A1 = Model Pembelajaran Problem Based
kurang memberikan kesempatan bagi Learning (PBL) berbantuan Asesmen
mahasiswa untuk dapat mengembangkan pola Kinerja
pikir yang sesuai dengan kemampuan dari A2 = Model Pembelajaran Konvensional
masing-masing peserta didik. B1 = Kecerdasan Logis Matematis Tinggi
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, B2 = Kecerdasan Logis Matematis Rendah
maka penulis tertarik dan memandang perlu A1 B1 = Keterampilan berpikir kritis
untuk melakukan penelitian bahwa keterampilan mahasiswa kelompok esperimen
berpikir kritis dalam kaitanya dengan dengan Kecerdasan logis matematis
pemecahan masalah kususnya dalam tinggi
permasalahan matematika dapat ditingkatkan A2 B1 = Keterampilan berpikir kritis
dengan adanya pengaruh penerapkan model mahasiswa kelompok kontrol dengan
pembelajaran problem based learning (PBL) Kecerdasan logis matematis tinggi
berbantuan asesmen kinerja yang akan ditinjau A1 B2 = Keterampilan berpikir mahasiswa
dari kecerdasan logis matematis mahasiswa kelompok esperimen dengan
STIKI Denpasar. Kecerdasan logis matematis rendah

99
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

A2 B2 = Keterampilan berpikir mahasiswa 33% kelompok atas dan kelompok bawah ini
kelompok kontrol dengan kecerdasan didasarkan pada anjuran Candiasa (2010) yang
logis matematis rendah menyatakan apabila skor total berdistribusi
Teknik pengambilan sampel normal, maka 27% - 33 % skor tertinggi dan 27%
menggunakan random sampling yakni cara - 33% skor terendah masing-masing akan
pengambilan sampel berupa kelompok secara menjadi kelompok atas maupun kelompok
sederhana dengan randomisasi kelompok atau bawah. Individu yang memiliki kecerdan logis
kelas. Teknik ini digunakan karena anggota matematis di sekitar rata-rata antara kecerdasan
populasi relatif homogen (Sugiyono, 2014). logis matematis tinggi dan rendah tidak diambil
Sampel yang sudah di pilih kemudian diuji sebagai sampel karena kurang bisa
kesetaraan kemampuan dengan menggunakan mencerminkan kecenderungan apakah individu
uji-F hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tersebut termasuk tinggi atau rendah (Michael
sampel yang diperoleh memiliki kemampuan Simonson dan Nancy Maushak, dalam Candiasa,
yang homogen atau tidak. Data yang digunakan 2010).
sebagai dasar pengujian kesetaraan adalah pre Data kecerdasan logis matematika dan
test yang diberikan kepada sampel. Nilai tersebut keterampilan berpikir kritis mahasiswa
akan dianalisis menggunakan uji analisis varians dikumpulkan dengan menggunakan metode tes.
satu jalur yaitu uji-F. setelah melakukan uji F, Kedua data ini diambil dalam waktu yang
dapat disimpulkan kemampuan mahasiswa pada berbeda, untuk data kecerdasan logis matematis
kelas sampel adalah setara. pengambilan data dilakukan sebelum proses
Kemudian kelas-kelas sampel yang pembelajaran dilaksanakan, sedangkan data
dipilih dibagi menjadi 2 kelompok. Eksperimen keterampilan berpikir kritis mahasiswa diambil
dan kelompok Kontrol. Kelompok Eksperimen seusai memberikan perlakuan (treatment) yaitu
belajar dengan model pembelajaran Problem model pembelajaran pada saat penelitian.
Based Learning (PBL) berbantuan Asesmen Skor kecerdasan logis matematis
Kinerja sedangkan kelompok Kontrol belajar mahasiswa yang diperoleh dari tes tersebut, jika
dengan model pembelajaran konvensional. mahasiswa menjawab benar maka mahasiswa
Selanjutnya dari masing-masing kelompok akan mendapat skor 1, dan jika salah maka akan
eksperimen dan kelompok control yang telah mendapatkan skor 0. Sedangkan tes
terbentuk, dilakukan pemilihan kelompok keterampilan berpikir kritis yang berupa soal
berdasarkan tingkat kecerdasan logis matematis uraian (Esay) akan mendapatkan skor sesuai
mahasiswa. Pada kelas eksperimen dibentuk dua dengan kriteria yang telah ditetapkan
kelompok, dimana kelompok tersebut adalah Selanjutnya skor yang diperoleh mahasiswa
mahasiswa dengan tingkat kecerdasan logis dikonversikan ke dalam skala 100 (seratus)
matematis tinggi dan rendah. Begitu juga kelas dengan cara skor yang diperoleh mahasiswa
kontrol dibentuk dua kelompok, dimana dibagi skor maksimun kemudian dikalikan
kelompok tersebut adalah mahasiswa dengan seratus, dan skor tersebut digunakan sebagai
tingkat kecerdasan logis matematis tinggi dan skor keterampilan berpikir kritis dalam
rendah. kaitannya dengan menjawab soal matematika
Untuk menentukan kecerdasan logis dengan pokok bahasan himpunan.
matematis tinggi maupun rendah adalah tes Untuk menguji data yang dikumpulkan,
kecerdasan logis matematis mahasiswa. Hasil tes maka data diolah dengan menggunakan analisis
kecerdasan logis matematis mahasiswa ini uji prasyarat dan uji analisis varian (ANAVA).
diranking terlebih dahulu, kemudian banyak Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
mahasiswa yang memiliki kecerdasan logis peneliti terlebih dahulu melakukan uji prasyarat
matematis tinggi dan rendah ditentukan dengan analisis agar kesimpulan yang ditarik memenuhi
mencari 33% dari banyak mahasiswa dari prasyarat untuk uji lanjut. Uji prasyarat yang
masing-masing kelompok. Sebanyak 33% pertama adalah melakukan uji normalitas data.
kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk
yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi memenuhi apakah data tersebut dapat diuji lanjut
dan 33% kelompok bawah dinyatakan sebagai atau tidak. Apabila sebaran data berdistribusi
kelompok yang memiliki kecerdasan logis normal, maka uji lanjut dapat dilakukan.
matematis rendah. Pengambilan masing-masing Pengujian normalitas sebaran data digunakan

100
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Jika data 𝜇𝐴2 = Rerata hasil belajar mahasiswa
berdistribusi normal, maka selanjutnya menggunakan model pembelajaran
dilakukan uji homogen varian. Uji homogen konvensional.
varian untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang A = Pembelajaran
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi B = Kecerdasan logis matematis
akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan INT = Interaksi
sebagai akibat dari perbedaan dalam kelompok.
Uji homogenitas varian pada penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan uji Levene. Selanjutnya Analisi statistik yang digunakan untuk
dilakukan Analisis statistik yang digunakan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah
untuk menguji hipotesis penelitian adalah teknik analisis varians dua jalur (ANAVA).
ANAVA dua jalur. Berdasarkan hal tersebut, (Candiasa, 2010).
maka hipotesisyang akan diuji adalah sebagai Pada penelitian ini akan menguji
berikut: perbedaan keterampilan berpikir kritis pada dua
a. H0 : 𝜇𝐴1 = 𝜇𝐴2 kelompok dengan dua jenis model pembelajaran
yaitu model pembelajaran Problem Based
H1 : 𝜇𝐴1 ≠ 𝜇𝐴2
Learning (PBL) berbantuan asesmen kinerja dan
b. H0 : INT.AB = 0 model pembelajaran konvensional dengan
variabel moderator kecerdasan logis matematis
H1 : INT.AB ≠ 0
mahasiswa. Juga akan diuji interaksi antara
Keterangan: model pembelajaran dan kecerdasan logis
𝜇𝐴1 = Rerata hasil belajar mahasiswa matematis mahasiswa. Untuk pengujian
menggunakan model pembelajaran perbedaan yang signifikan digunakan uji-F.
Problem based learning (PBL) Perhitungan ukuran sentral (mean,
berbantuan asesmen kinerja. median, modus) dan ukuran penyebaran data
(standar deviasi) dapat disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Matematika

Hasil tes keterampilan berpikir kritis model pembelajaran Problem based learning
mahasiswa pada materi himpunan, mahasiswa (PBL) berbantuan Asesmen kinerja (A1B1),
yang mengikuti model pembelajaran problem diperoleh skor minimal = 60, Skor maksimal =
based learning (PBL) berbantuan asesmen 100 dan mean = 86.78. Hasil tes, keterampilan
kinerja (A1) diperoleh skor minimal = 60 skor berpikir kritis mahasiswa yang memiliki
maksimal = 100 dan mean = 81.31. Hasil tes, kecerdasan logis matematis rendah dan
keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran Problem based
mengikuti model pembelajaran konvensional learning (PBL) berbantuan asesmen kinerja
(A2) diperoleh skor minimal = 55 skor maksimal (A1B2), diperoleh skor minimal = 60.00, Skor
= 90 dan mean = 73,58. Hasil tes, keterampilan maksimal = 91.00, dan mean = 78.85. Hasil tes,
berpikir kritis mahasiswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang
kecerdasan logis matematis tinggi dan mengikuti memiliki kecerdasan logis matematis tinggi dan

101
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

mengikuti model pembelajaran konvensional (A2B2), diperoleh skor minimal = 60.00, Skor
(A2B1), diperoleh skor minimal = 55.00, Skor maksimal = 87.00, dan mean = 75.42.
maksimal = 90.00,dan mean = 71.75. dan Hasil Selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji
tes, keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui
memiliki kecerdasan logis matematis rendah dan metode statistik dengan menggunakan ANAVA
mengikuti model pembelajaran konvensional Dua Jalur, Ringkasan hasil ANAVA Dua Jalur
dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 : Hasil analisis ANAVA Dua Jalur

Hasil perhitungan ANAVA dua jalur pada nilai (Sig.) sebesar 0,032. Karena nilai (Sig.) < 𝛼,
tabel 3 yang menjawab hipotesis pertama dapat berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti
dilihat pada baris ketiga (MODEL), nilai F bahwa ada interaksi antara model pembelajaran
sebesar 4,315 dan nilai (Sig.) sebesar 0,043. dan kecerdasan logis matematis mahasiswa
Karena (Sig.) < 𝛼, berarti H0 ditolak dan H1 terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
diterima. Ini berarti keterampilan berpikir kritis Hal ini juga didukung dari hasil
antara mahasiswa yang mengikuti model perhitungan Rekapitulasi skor keterampilan
pembelajaran problem based learning (PBL) berpikir kritis matematika pada tabel 2, pada
berbantuan asesmen kinerja lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki kecerdasan logis
mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran matematis tinggi, rata-rata nilai keterampilan
konvensional. Hal ini juga didukung dari hasil berpikir kritis mahasiswa yang belajar dengan
perhitungan tabel rekalitulasi hasil perhitungan model problem based learning (PBL)
skor keketampilan berfiir kritis mahasiswa yang berbantuan asesmen kinerja (A1B1) sebesar
menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa yang 86,78, sedangkan pada mahasiswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model problem memiliki kecerdasan logis matematis tinggi dan
based learning (PBL) berbantuan asesmen belajar dengan model konvensional (A2B1) rata-
kinerja (Kelompok A1) memiliki rata-rata nilai rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa
keterampilan berpikir kritis sebesar 81,31, sebesar 71,75.
sedangkan kelompok mahasiswa yang Pada mahasiswa yang memiliki
mengikuti pembelajaran dengan model kecerdasan logis matematis rendah, rata-rata
Konvensional (Kelompok A2) memiliki rata-rata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa
nilai keterampilan berpikir kritis sebesar 73,58. yang belajar dengan model problem based
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan learning (PBL) berbantuan asesmen kinerja
berpikir kritis mahasiswa yang dibelajar dengan (A1B2) sebesar 78,85, sedangkan mahasiswa
model problem based learning (PBL) yang memiliki kecerdasan logis matematis
berbantuan asesmen kinerja lebih baik daripada rendah dan belajar dengan model pembelajaran
keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang Konvensional (A2B2) rata-rata nilai keterampilan
belajar dengan model pembelajaran berpikir kritis sebesar 75,42.Berdasarkan hasil
konvensional. nanalisis data rata-rata dapat disimpulkan bahwa
Hasil perhitungan ANAVA dua jalur pada (A1B1)>(A1B2), (A2B1)<(A2B2) maka A1, A2 dan
tabel 3, untuk menjawab hipotesis kedua B1,B2 memiliki interaksi dengan hasil
dapat dilihat pada baris kelima (MODEL * keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Kec.Logis Matematis), nilai F sebesar 1,961 dan

102
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

Adapun interaksi model pembelajaran dilakukan dalam rangka mengembangakan


terhadap keterampilan berpikir kritis matematika pemahaman baru berdasarkan pengetahuan awal
ditinjau dari kecerdasan logis matematis yang telah dimiliki mahasiswa sebelumnya.
ditunjukkan pada Gambar 1. Kegitan tersebut terjadi dalam fase
mengorientasikan peserta didik terhadap
masalah serta pada fase kedua yaitu
mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Penelitian Adiputra (2017) yang
menunjukkan bahwa: keterampilan berpikir
kritis matematika dan kecerdasan logis
matematis peserta didik yang belajar dengan
model PBL lebih baik dari peserta didik yang
belajar denga model ICI, peserta didik yang
memiliki keterampilan berpikir kritis dan
kecerdasan logis lebih tinggi, sangat baik
didalam penyelesaian masalah matematika,
diantaranya mampu memfokuskan
permasalahan matematika, menyelesaikan
masalah menggunakan prosedur dan sistematis,
mampu menganalisis dan mengevaluasi hasil
penyelesaian masalah serta bekerja secara cepat
Gambar 1 Interaksi model pembelajaran dan tepat. Hal ini tidak terdapat pada peserta
terhadap keterampilan berpikir didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis
kritis dan kecerdasan logis matematis lebih rendah.
Selain itu yang mendukung hasil penelitian ini
Berdasarkan hasil analisis data pada adalah penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah
hipotesis pertama, telah dibuktikan ada (2015) yang menunjukkan bahwa hasil berpikir
perbedaan hasil keterampilan berpikir kritis kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan kelas kontrol (t.hit = 2,729
dengan model Problem based learning (PBL) > 2,00665)
berbantuan asesmen kinerja dan mengikuti Hasil uji hipotesis kedua telah berhasil
pembelajaran dengan penerapan model menolak H0 dan menerima H1 yang menyatakan
konvensional. Perbedaan yang dimaksud adalah bahwa terdapat interaksi antara model
keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang pembelajaran dengan kecerdasan logis
mengikuti perkuliahan dengan model problem matematis terhadap keterampilan berpikir kritis
based learning (PBL) lebih baik daripada mahasiswa. Kecerdasan Logis matematis yang
keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang menjadi variabel moderator pada penelitian ini
belajar dengan model konvensional. Secara memiliki nilai yang konsisten, dimana
umum, pembelajaran matematika dengan mahasiswa yang memiliki nilai kecerdasan logis
Problem based learning (PBL) berbantuan matematis tinggi, selalu lebih baik dari
asesmen kinerja memberikan pengaruh positif mahasiswa yang memiliki kecerdasan logis
terhadap peningkatan keterampilan berpikir matematis rendah jika dilihat pada nilai
kritis matematika mahasiswa. keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini dilihat
Hal ini terjadi karena dalam menerapkan dari hasil tes kecerdasan logis matematis yang
model pembelajaran Problem Based Learning dilakukan pada awal pertemuan memiliki nilai
(PBL) pada pembelajaran matematika, dosen yang konsisten sampai akhir penelitian.
dapat mengoptimalkan partisipasi mahasiswa Adanya interaksi berarti saling
dalam pembelajaran, antara lain seperti: memengaruhi antara variabel bebas dengan
Mahasiswa mencari informasi-informasi yang variabel moderator atau dengan kata lain
bekaitan dengan materi matematika yang sedang mahasiswa yang memiliki kecerdasan logis
dipelajari, kemudian dengan keterampilan matematis tinggi akan memiliki keterampilan
berpikir kritis mahasiswa menemukan secara berpikir kritis yang lebih baik jika belajar dengan
mandiri gagasan-gagasan penting. Hal tersebut

103
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

model pembelajaran Problem based learning based learning (PBL) berbantuan


(PBL) berbantuan asesmen kinerja dibandingkan asesmen kinerja, namun sebaliknya
dengan menggunakan model pembelajaran mahasiswa yang memiliki kecerdasan
konvensional. Hal akan berbeda apabila terjadi logis matematis rendah, keteranpilan
bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan logis berpikir kritisnya tidak lebih baik jika
matematis rendah, keterampilan berpikir kritis belajar dengan model pembelajaran
akan lebih baik jika belajar dengan model Problem based learning (PBL)
pembelajaran konvensional dibandingkan berbantuan asesmen kinerja, namun lebih
dengan model pembelajaran Problem based baik jika belajar dengan model
learning (PBL) berbantuan asesmen kinerja. Hal konvensional.
ini sejalan dengan Penelitian Desak putu prami
meitriani (2017) yaitu kontribusi kecerdasan DAFTAR RUJUKAN
logis matematis, keterampilan metakognitif, dan
motivasi belajar matematika terhadap Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
kemampuan pemecahan masalah matematika Suatu Pendekatan Praktek Edisi V, Jakarta:
yang memberikan hasil penelitian bahwa : (a) PT. Rineka Cipta.
kecerdasan logis matematis berkontribusi secara Candiasa, I M. 2010. Statistika Univariat dan
langsung terhadap kemampuan pemecahan Bivariat disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:
masalah matematika, (b) kontribusi kecerdasan Universitas Pendidikan Ganesha
logis matematis, keterampilan metakognitif, dan Depdiknas, 2005. Peraturan Pemerintah
motivasi belajar matematika secara simultan Republik Indonesia No. 19 tahun 2005
terhadap kemampuan pemecahan masalah tentang Standar Nasional Pendidikan.
matematika sebesar 90.5%. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia.
SIMPULAN Eggen, Paul & Kauchak, Don. 2012. Strategi
Model pembelajaran dan kecerdasan logis dan Model Pembeljaran,Jakarta: PT Indeks.
matematis adalah esensial dalam pencapaian Facione, P. A. 1990. California Critical
keterampilan berpikir kritis. Proporsi tersebut Thinking Skill Test. Santa Clara University
dapat diuraikan menjadi dua simpulan hasil Los Angeles : The California Academic
penelitian yang merupakan jawaban terhadap Press.
dua masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah
Simpulan-simpulan tersebut adalah sebagai Pengantar. Jakarta : Erlangga
berikut: Jaramis, M.2005. Pengembangan Multiple
(1) Keterampilan berpikir kritis mahasiswa Intelligence dan Aplikasinya Melalui
yang belajar dengan model pembelajaran Pembelajaran Terpadu di Taman Kanak-
Problem based learning (PBL) Kanak (Suatu kajian literature dan
berbantuan asesmen kinerja lebih baik aplikasinya). Jurnal Pendidikan dan
daripada keterampilan berpikir kritis kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret
mahasiswa yang belajar dengan model 2005
pembelajaran konvensional. Meitriani,Desak Putu Prami.2017.Kontribusi
(2) Terdapat interaksi antara model kecerdasan Logis Matematis,Keterampilan
pembelajaran Problem based learning Metakognitif, dan Motivasi Belajar
(PBL) berbantuan asesmen kinerja dan matematika terhadap kemampuan
kecerdasan logis matematis mahasiswa pemecahan masalah matematika.Jurnal
terhadap keterampilan berpikir kritis Pendidikan dan Pembelajaran Undiksha.
mahasiswa dalam kaitannya dengan Vol 6, No 2 (2017)
pemecahan masalah matematika. Artinya, NCTM. 2000. Priciples and Standars for School
untuk mahasiswa yang memiliki Mathematics.Reston, VA: NCTM
kecerdasan logis matematis tinggi, N. P Yuliastuti. Pengaruh Model
keterampilan berpikir kritisnya, dalam Pembelajaran Creative Problem Solving
kaitannya dengan pemecahan masalah Berbantuan Media Berbasis TIK
matematika akan lebih baik jika belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
dengan model pembelajaran Problem dalam Memecahkan Masalah

104
Volume 3, Nomor 2, Desember 2019

Matematika Siswa Kelas VII SMPN 1 Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo


Bangli. Jurnal Pendidikan dan Persada
Pembelajaran.Vol.8,No.2 (2019) Sa’adah, Siti Lailatus.2015.Skripsi :
Prayogi, Saiful. 2013. Implementasi Model Pengaruh model pembelajaran problem
PBL (Problem Based Learning) untuk based learning terhadap keterampilan
Meningkatkan Hasil Belajar dan metakognisi, berpikir kritis, dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. argumentasi ilmiah siswa kelas VIII
Jurnal Prisma Sains Vol. 1 Nomor 1 SMP Pawiatan Daha 2 Kediri materi
Juni 2013. sistem pernafasan manusia.
Putra, I Putu Surya Adi. (2017). Perbedaan http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/
Pengaruh Penerapan Model Problem Based file_artikel/2015/11.1.01.06.0081.pdf
Learning (PBL) dan Interactive Conceptual Sugiyono.2010.Metode penelitian pendidikan
Instruction (ICI) Terhadap Keterampilan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Berpikir Kritis dan Kecerdasan Logis Bandung: Cv. Alfa Beta
Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Wiwin Suryantari. 2014 Pengaruh Model
Denpasar.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Pembelajaran Matematika.Vol (6) No Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
2.2017 Kecerdasan Logis Matematis.Singaraja:
Rusman.2010. Model-Model Pembelajaran Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
: Mengembangkan Profesionalisme Ganesha.

105

Anda mungkin juga menyukai