Anda di halaman 1dari 8

Vol. 7, No.

2, Desember 2012

PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MODEL IDEAL PROBLEM SOLVING DENGAN
TEORI PEMROSESAN INFORMASI UNTUK PEMBENTUKAN
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH
MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SMA

Akhmad Nayazik1, Sukestiyarno2


SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang1, Program Pascasarjana Univeristas Negeri Semarang
akhmad_nayazik@ymail.com, yarno2009@yahoo.com

Abstract

This study aims to: (1) generate a valid learning tool and (2) the implementation of an effective
learning device. Development of learning tools using a modified model of Thiagarajan. Techniques of data
analysis with descriptive analysis, test mastery learning using t-test, z proportions, regression testing, and
test for normality gain. The results showed that: (1) a device developed has been declared valid by the
validator with an average score of 4.18 for the syllabus, 4.24 for RPP, 4.35 for LKS, 4.37 for the Student
Book, 4,00 for the TKPM and (2) test devices produce (a) mastery of problem-solving ability of students
eligible 75,00 statistically complete with average 77.58 (b) curiosity and problem solving skills positively
by 63.7% of the problem-solving abilities with equation Y = -11.120 + 0.988X1 + 0.941X2 (c) increase the
curiosity of 4 selected samples ranged from 0.33 to 0.58 and problem solving skills ranged from 0.31 to
0.41 are included in the medium category (d) affect the learning process of the formation of character
education and problem solving include attention, memory, thinking processes, and response.
Keywords: IDEAL Problem Solving, Information Processing Theory, Character Education

A. PENDAHULUAN modern, mempunyai peran penting dalam


Pembelajaran merupakan perpaduan berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir
antara kegiatan pengajaran yang dilakukan manusia. Mata pelajaran matematika perlu
guru dan kegiatan belajar yang dilakukan diberikan kepada semua siswa mulai dari
oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sekolah dasar untuk membekali siswa dengan
tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
siswa, interaksi antara guru dan siswa, kreatif serta kemampuan bekerjasama
maupun interaksi antara siswa dengan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:
sumber belajar. Diharapkan dengan adanya 139). Sobel dan Malestsky (2001: 1-2)
interaksi tersebut, siswa dapat membangun menggambarkan bahwa banyak sekali guru
pengetahuan secara aktif, pembelajaran matematika yang menggunakan waktu
berlangsung secara interaktif, inspiratif, pelajaran dengan kegiatan membahas tugas,
menyenangkan, menantang, serta dapat memberi pelajaran baru, dan sumber tugas
memotivasi peserta didik sehingga mencapai berikutnya pada siswa. Proses belajar
kompetensi yang diharapkan (Widyantini, mengajar kurang terencana dengan baik
2008: 1). sesuai dengan kompetensi dan indikator
Matematika merupakan ilmu universal pembelajaran.
yang mendasari perkembangan teknologi

1
Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving.......(Akhmad Nayazik dkk)

Berdasarkan data ujian nasional tahun siswa perlu mendapat perhatian dalam
2010, SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang pembelajaran. Menurut Brunner (dalam
menempati urutan 22 dari 64 SMA di Kota Henton, 1979: 62) kunci keterlibatan siswa
Semarang. Salah satu materi yang dirasa sulit dalam penyelesaian masalah adalah
oleh siswa adalah dimensi tiga yaitu pengembangan terhadap perencanaan
menghitung jarak dan sudut antara dua objek pembelajaran yang fokus terhadap
(titik, garis, dan bidang). Kesulitan yang masalah-masalah yang terjadi saat ini. Hal ini
paling sering ditemui adalah rendahnya juga sejalan dengan penelitian yang
kemampuan pemecahan masalah. Selain dari dilakukan oleh Jonassen (1997: 66)
faktor kesulitan siswa dalam pembelajaran menyatakan bahwa perlu pengajaran yang
matematika materi program linear juga khusus untuk mendukung pembelajaran
karena proses pembelajaran belum efektif, penyelesaian masalah. Desain pembelajaran
lebih terpusat pada pendidik, dan yang berbeda dibutuhkan dalam rangka
penggunaan perangkat pembelajaran yang menyelesaikan masalah dari tipe masalah
kurang memadai. Siswa dituntut untuk yang diberikan.
mampu menyelesaikan permasalahan yang Bransford dan Stein (1993)
terkait dengan pengetahuan awal mereka memperkenalkan IDEAL Problem Solving
dengan pengetahuan yang akan dipelajari. sebagai pendekatan yang dapat membatu
Dalam memahami materi dimensi tiga, untuk menyelesaikan masalah. IDEAL adalah
diperlukan suatu proses pada diri siswa untuk singkatan dari I-Identify problem, D-Define
mencoba, dan melakukan analisis pada suatu goal, E-Explore possible strategies,
obyek. Dengan adanya suatu usaha dalam A-anticipate outcomes and act, L-look back
proses diharapkan siswa dapat menunjukkan dan Learn. Secara khusus, IDEAL Problem
perubahan hasil belajarnya menjadi lebih Solving dapat digunakan untuk
baik, pada ranah kognitif, afektif, maupun menyelesaikan masalah dengan soal/masalah
psikomotoriknya. Sehingga diperlukan suatu yang terdefinisi dengan baik (well-structured
usaha yang melibatkan siswa aktif, yang problem). Langkah-langkah dalam
nampak dari aktivitas yang harus pembelajaran model IDEAL Problem Solving
diperhatikan, sehingga akan menunjukkan sesuai dengan singkatan IDEAL adalah (1)
suatu perubahan hasil belajar yang optimal. mengidentifikasi masalah, (2)
Pemecahan masalah merupakan mendefinisikan tujuan, (3) menggali solusi,
komponen penting dari kurikulum (4) melaksanakan strategi, (5) mengkaji
matematika dan di dalamnya terdapat inti kembali dan mengevaluasi dampak dari
dari aktivitas matematika, sehingga pengaruh. Dari langkah-langkah
kemampuan pemecahan masalah di kalangan pembelajaran model IDEAL Problem Solving

2
Vol. 7, No. 2, Desember 2012

menjelaskan bahwa model tersebut dapat mental dan perilaku anak didik tidak dapat
menggali kreativitas siswa dalam dilepaskan dari soal-soal penanaman
menyelesaikan masalah. nilai-nilai (transfer of value).
Dewasa ini, setiap proses belajar Penelitian ini bertujuan untuk
dipandang sebagai rangkaian sejumlah menghasilkan perangkat pembelajaran model
subproses yang masing-masing memegang IDEAL Problem Solving dengan teori
peranan terbatas dalam keseluruhan proses pemrosesan informasi untuk pembentukan
belajar; setiap subproses berlangsung selama pendidikan karakter dan pemecahan masalah
jangka waktu tertentu. Pandangan ini materi dimensi tiga yang valid dan efektif.
bersumber pada teori belajar yang dikenal B. METODE PENELITIAN
sebagai teori pemrosesan informasi Penelitian ini merupakan penelitian
(information processing). Dengan pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan teori pemrosesan informasi model IDEAL Problem Solving dengan teori
yang di dalamnya berpikir digambarkan pemrosesan informasi, sebuah perangkat
sebagai suatu rangkaian kejadian atau pembelajaran yang memenuhi kriteria valid,
peristiwa dalam “otak” yang meliputi urutan dan efektif. Perangkat pembelajaran yang
langkah pengolahan informasi dari saat dikembangkan dalam penelitian ini adalah
diterima sampai saat dilepaskan lagi. Setiap silabus, RPP, Buku Siswa, Lembar Kegiatan
langkah pengolahan merupakan suatu proses Siswa (LKS), dan Tes Kemampuan
penanganan informasi tersendiri, yang Pemecahan Masalah (TKPM).
memegang peranan terbatas dalam Pengembangan perangkat
keseluruhan proses pengolahan informasi pembelajaran yang dimaksud dalam
(Winkel, 2009: 120, 340). penelitian ini adalah suatu proses kegiatan
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan Prosedur pengembangan perangkat
aspek pengetahuan (cognitive), perasaan pembelajaran yang digunakan adalah dengan
(feeling), dan tindakan (Suyanto, 2012). memodifikasi model 4-D (Four D model)
Tisngati (2012: 96) Implementasi pendidikan dari Thiagarajan (1974: 5-9) yang terdiri dari
karakter menjadi tanggung jawab bersama, empat tahap, yaitu: (1) pendefinisian
secara teoritis dan praktik, baik melalui (define),(2) perancangan (design), (3)
kurikulum, sekolah, guru (dosen), orang tua, pengembangan (develop), dan (4)
masyarakat, dan Negara. Disamping itu, penyebaran (desseminate).
matematika juga mempunyai peranan untuk Instrumen penelitian yang
mengembangkan implementasi dari dikembangkan dalam penelitian ini adalah
pendidikan karakter. Pembentukan sikap lembar pengamatan rasa ingin tahu,

3
Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving.......(Akhmad Nayazik dkk)

keterampilan pemecahan masalah, lembar pengamatan dari pertemuan pertama hingga


validasi perangkat pembelajaran, dan pertemuan terakhir.
instrumen tes kemampuan pemecahan Analisis uji efektifitas yang harus
masalah. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah uji normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui apakah data
metode tes, dokumentasi, dan wawancara. keadaan awal sampel berdistribusi normal
Analisis data validitas perangkat yaitu atau tidak. Penerimaan Ho dengan
data hasil penilaian para ahli untuk setiap menggunakan signifikansi yang diperoleh
aspek dari setiap perangkat yang dari kolom Kolmogorof-Smirnov program
dikembangkan dianalisis berdasarkan rerata SPSS yaitu jika nilai sig > 5%. Untuk uji
skor. Rerata skor penilaian validator dihitung ketuntasan klasikal digunakan uji rata-rata
dengan cara rata-rata jumlah skor perangkat dua pihak. Rumus yang digunakan untuk
pembelajaran dibagi dengan banyaknya menghitung ketuntasan belajar klasikal
aspek penilaian perangkat pembelajaran. (Sudjana, 2005: 227) adalah sebagai berikut.
Dengan i = 1,2,3,4,5 dimana 1 untuk silabus, 
x  0
2 untuk RPP, 3 untuk Buku siswa, 4 untuk t  ;
S
LKS dan 5 untuk tes kemampuan n
pemahaman relasional. Perangkat Keterangan : n = banyak siswa kelompok uji
pembelajaran dikatakan valid jika mendapat
coba, x = rata-rata skor kelompok uji coba,
kategori penilaian baik dan sangat baik.
 0 = nilai yang dihipotesiskan (KKM = 71),
Analisis tes kemampuan pemahaman
S = simpangan baku kelompok uji coba.
relasional adalah soal bentuk uraian, akan
Kriteria yang digunakan ialah H0 diterima
dianalisis validitas reliabilitas, daya
jika sig > 5% (Sukestiyarno, 2010: 99).
pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
Uji ketuntasan klasikal digunakan uji
Analisis data pengamatan karakter rasa ingin
proporsi dua pihak. Rumus yang digunakan
tahu dan keterampilan pemecahan masalah,
adalah sebagai berikut.
selama KBM berlangsung menggunakan
kriteria penilaian yang terdiri dari 5 skor x
  0
z  n
yaitu skor 1, skor 2, skor 3, skor 4, dan skor 5.
 0 (1   0 )
Dalam melakukan dan memberikan penilaian
n
pada pengamatan siswa, pengamat
menggunakan pedoman indikator penilaian
Keterangan: x = banyaknya siswa yang
(rubrik) yang telah disiapkan sebelumnya,
indeks keaktifan siswa diperoleh berdasarkan
mencapai KKM, 0 = nilai proporsi yang

analisis rerata skor siswa untuk setiap aspek dihipotesiskan, yaitu 75%, n = banyaknya

4
Vol. 7, No. 2, Desember 2012

sampel. Selanjutnya hasil tersebut dengan : Spost = Skor postes, Spre = Skor
dibandingkan dengan nilai ztabel dengan pretes, Smax = Skor maksimum.
criteria pengujian 5%. H0 diterima jika
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
 z 1 (1 )  z hitung  z 1 (1 ) .
2 2 Validasi pertama semua validator
Analisis uji regresi ganda dalam memberikan masukan agar perangkat
penelitian ini dapat juga menggunakan pembelajaran yang dikembangkan perlu
program SPSS. H0 ditolak jika nilai sig lebih direvisi. Masukan dari semua validator
kecil dari 5%. Selanjutnya untuk mengetahui dianalisis oleh peneliti untuk mengadakan
besarnya kontribusi variabel X1 dan X2 perbaikan. Hasil perbaikan perangkat
terhadap Y dapat dilihat dari nilai R square diberikan kembali kepada validator untuk
(Sukestiyarno, 2012). Untuk mengetahui diberikan penilaian ulang, jika belum valid
peningkatan kemampuan pemahaman maka dilakukan revisi kembali, dan
relasional siswa pada kelas uji coba seterusnya hingga diperoleh perangkat
perangkat berdasarkan nilai pretes dan postes pembelajaran yang valid menurut ahli dan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus menghasilkan Draf 2.
Normalitas Gain <g> (Hake, 1998) berikut: Hasil penilaian secara umum oleh
S post  S pre validator terhadap perangkat pembelajaran
 g  yang dikembangkan disajikan dalam Tabel 1.
S max  S pre

Tabel 1. Hasil Nilai Rata-Rata Validasi Ahli


Nilai Rata-rata
No Perangkat Validator Validator Validator Validator Validator Rata-rata
1 2 3 4 5
1 Silabus 4,10 4,30 4,20 4,15 4,15 4,18
2 RPP 4,55 4,11 4,22 4,27 4,05 4,24
3 LKS 4,66 4,06 4,53 4,46 4,06 4,24
Buku
4 4,73 4,53 4,13 4,33 4,13 4,37
Siswa
5 TKPM 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
Rata-rata total 4,28

Berdasarkan Tabel 1 hasil validasi ahli dan sangat baik sesuai dengan kriteria yang
terhadap perangkat pembelajaran telah ditetapkan, maka dapat disimpulkan
menunjukkan bahwa perangkat yang bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan mempunyai rata-rata pada dikembangkan valid.
interval 4,00 – 5,00 dengan klasifikasi baik

5
Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving.......(Akhmad Nayazik dkk)

Pembelajaran dikatakan efektif, jika pihak. Diperoleh nilai sig = 0,000 = 0% <
tujuan yang diharapkan dari pengembangan 5%, maka H0 ditolak. Artinya rata-rata nilai
perangkat minimal mencapai kategori efektif tes kemampuan pemecahan masalah tidak
yaitu: (1) pembelajaran tuntas, (2) ada sama dengan 71. Untuk rata-rata nilai
pengaruh positif antara rasa ingin tahu dan kemampuan pemecahan masalah sebesar
keterampilan pemecahan masalah terhadap 77,57. Sehingga dapat disimpulkan
kemampuan pemecahan masalah, (3) ada kemampuan pemecahan masalah tuntas
peningkatan rasa ingin tahu dan keterampilan Uji ketuntasan individual digunakan uji
pemecahan masalah. proporsi dua pihak. Dengan menggunakan uji
Adapun uji ketuntasan klasikal proporsi yang telah disebutkan di atas maka
dilakukan terhadap data nilai TKPM kelas uji diperoleh hasil perhitungannya disajikan
coba perangkat menggunakan uji rata dua dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Ketuntasan Individual


Kelas N Persentase ketuntasan (π) zhitung ztabel
Eksperimen 28 92,85% 2,18 1,96

Terima Ho jika zhitung > ztabel. Pada kelas masalah (X2), sedangkan variabel terikat
eksperimen didapatkan zhitung yaitu 2,18 dan adalah kemampuan Pemecahan Masalah (Y)
ztabel yaitu 1,96 dengan tingkat kesalahan 5% hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel
maka H0 diterima, sehingga bisa disimpulkan 3. Data tentang rasa ingin tahu siswa dan data
bahwa proporsi ketuntasan belajar siswa keterampilan pemecahan masalah dengan
secara individual adalah 75%. pengamatan. Sedangkan data kemampuan
Untuk uji pengaruh, variabel bebas pemecahan masalah melalui tes kemampuan
dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu pemecahan masalah yang dilaksanakan pada
siswa (X1) dan keterampilan pemecahan akhir pertemuan.

Tabel 3. Model Summary


Adjusted R Std. Error of
Model R R Square
Square the Estimate
1 .798a .637 .608 3.629

Berdasarkan data pengaruh rasa ingin masalah sebesar 63,7% dan 36,3%
tahu dan keterampilan pemecahan masalah dipengaruhi faktor lain.
terhadap kemampuan pemecahan masalah Untuk uji peningkatan rasa ingin tahu
pada tabel 3 diperoleh R square = 0,637 = masing-masing subjek penelitian memiliki
63,7%. Hal ini berarti kemampuan karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
pemecahan masalah dipengaruhi oleh rasa Oleh karena itu, guru bertugas merancang
ingin tahu dan keterampilan pemecahan kegiatan pembelajaran yang dapat

6
Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving.......(Akhmad Nayazik dkk)

membentuk karakter rasa ingin tahu. SMA yang dikembangkan dalam


Sedangkan untuk peningkatan keterampilan penelitian ini telah dinyatakan valid
pemecahan masalah subjek penelitian secara setelah mendapatkan validasi dari tim
umum mengalami peningkatan dalam ahli dan teman sejawat. Hasil analisis
indikator keterampilan pemecahan masalah.
terhadap keefektifan pembelajaran
Besarnya peningkatan tesebut dilihat
tersebut telah mencapai indikator efektif,
berdasarkan gain skor rasa ingin tahu dan
yaitu kemampuan pemahaman siswa
keterampilan pemecahan masalah. Gain
untuk pertemuan I ke V untuk S.A, S.B, S.C,
kelas eksperimen mencapai ketuntasan
S.D termasuk dalam kategori sedang. dengan melampaui 71 sebagai KKM dan
Teori pemrosesan informasi proporsi 75%, terdapat pengaruh positif
menganalisis cara anak memanipulasi rasa ingin tahu dan keterampilan
informasi, memonitornya, dan menciptakan pemecahan masalah terhadap
strategi menanganinya. Kemampuan kemampuan pemecahan masalah sebesar
memperhatikan informasi yang relevan 63,7%, terjadi peningkatan rasa ingin
meningkat dengan mantap selama tahu dan keterampilan pemecahan
tahun-tahun sekolah dasar dan menengah.
masalah pada keempat subjek penelitian
Pemrosesan informasi yang datang
yaitu mencapai kategori sedang, proses
membutuhkan perhatian yang selektif
pembelajaran model IDEAL Problem
terhadap kejadian, objek, simbol, dan stimuli
tertentu lainnya agar informasi itu dapat Solving dengan teori pemrosesan
dipelajari. Dalam penelitian ini peran informasi berdampak pada pembentukan
perhatian penting dalam pemrosesan karakter dan pemecahan masalah
informasi, tetapi bukan sumber tidak meliputi perhatian, memori, proses
terbatas. Sejalan dengan penelitian yang berpikir, dan respons. Perhatian yang
dilakukan oleh Grabe (1986) yang selektif dengan penggunaan memori
menunjukkan bahwa ”perhatian” seperti jangka panjang (long term memory)
energi, bahan bakar, atau sumber daya lain
dalam keterampilan pemecahan masalah.
yang harus dialokasikan ke berbagai
2. Saran
alternatif yang saling bersaing.
Dari hasil penelitian pengembangan
menggunakan model IDEAL Problem
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Solving dengan teori pemrosesan
Pengembangan perangkat informasi untuk pembentukan
pembelajaran model IDEAL Problem pendidikan karakter dan pemecahan
Solving dengan teori pemrosesan masalah materi dimensi tiga, peneliti
informasi untuk pembentukan dapat memberikan saran yaitu
pendidikan karakter dan pemecahan pembelajaran model IDEAL Problem
masalah materi dimensi tiga kelas X Solving dengan teori pemrosesan

7
Vol. 7, No. 2, Desember 2012

informasi efektif diterapkan pada subjek Jonassen, D.H. 1997. Instructional


penelitian kelompok atas maupun bawah Design Models for
sehingga dapat meningkatkan Well-Structured and lll-structured
Problem-Solving Learning
pembentukan pendidikan karakter dan
Outcomes. Educational
pemecahan masalah, guru hendaknya Technology Research and
memberikan perhatian yang berbeda Development, Volume 45 No. 1.
terhadap subjek penelitian karena Hal 65-94. New York: Springer.
mempunyai tingkat pemrosesan obel M.A & E.M. Maletsky. 2001.
Mengajar Matematika. Sebuah
informasi yang tidak sama.
Buku Sumber Alat Peraga,
Aktivitas dan Strategi. Jakarta:
E. DAFTAR PUSTAKA
Erlangga.
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses
2006. Standar Kompetensi dan
Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Kompetensi Dasar Matematika
Remaja Rosdakarya.
SMP/MTs dalam Standar Isi
Sukestiyarno, YL. 2012. Olah Data
untuk Satuan Pendidikan Dasar
Penelitian berbantuan SPSS.
dan Menengah. Jakarta.
Semarang: UNNES
Bransford, J. dan B.S. Stein. 1993. The
Thiagarajan, S., D. S. Semmel and M. I.
IDEAL Problem Solver: A Guide
Semmel. 1974. Instructional
for Improving Thinking,
Development for Training
Learning, and Creativity (2nd ed).
Teachers of Exceptional
New York: W.H. Freeman.
Children. A Source Book.
Grabe, M. 1986. Attentional processes in
Blomington: Indiana University.
education. In G. Phye & T.Andre
Tisngati, U. 2012. “Membangun
(Eds.), Cognitive classroom
Karakter Dalam Pembelajaran
learning (pp. 49-82). Orlando, FL:
Matematika Melalui Ketrampilan
Academic Press.
Komunikasi”. Makalah. Seminar
Hake, R. 1998. Interactive Engagement
Nasional Matematika dan
v.s Traditional Methods: Six-
Pendidikan Matematika FMIPA
Thousand Student Survey Of
UNY. Yogyakarta.
Mechanics Test Data For
Widyantini, Th. 2008. Paket Fasilitasi
Introductory Physics Courses.
Pemberdayaan KKG dan MGMP
American Journal of Physics. Vol.
Matematika. Yogyakarta: Pusat
66 (1) 64-67.
Pengembangan dan
Henton, J., Baden. R.M. dan Kieren, D.,
Pemberdayaan Pendidik dan
1979. Problem Solving in the
Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Classroom. The Family
Matematika.
Coordinator Volume 28 No. 1.
Winkel, W. S. 2009. Psikologi
Hal 61-66. Published by: National
Pengajaran. Media Abadi:
Council on Family Relations.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai