2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 70
Abstract
This Research examined students's understanding of mathematical concepts ability. Samples are tenth grade
students in one of state high school in Cirebon City. Experiment class received Challenge-based Learning (CbL)
approach while control class received Conventional Approach.The instrument used was understanding of
mathematical concepts ability test. The data earned were analyzed statistically. The results showed that students's
understanding of mathematical concepts ability who received CbL approach is better than students who received
conventioanl approach (1/2 sig = 0.0005<0.05). In term indicators of understanding of mathematical
concepts,highest enhancement that achieved by students was indicator of classify objects based on fulfilled or
not requirements that form that concept, while the lowest enhanchment that achieved by students was indicator
of make example or counter example from the concept learned.
sumber pemandu. Hasil akhir dari proses termasuk cara yang akan dibangun, desain
pembelajaran adalah adanya solusi terhadap dan penerapan solusi untuk masalah terkait
tantangan yang dihadirkan dan solusi tersebut gejala ilmiah (Baloian,2004).
dapat dilakukan dalam bentuk tindakan. Tugas utama guru dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan CbL adalah
Pembelajaran CbL dapat dikembangkan pada dari membagikan informasi hingga
situasi yang sangat fleksibel dan sekreatif memandu mengkonstruksi pengetahuan
mungkin sehingga siswa dapat mengasah oleh siswanya tentang permasalahan yang
problem solving skill dan creativity (Baloian, diketahui. Selain itu guru juga
2006). Hal ini sejalan dengan penelitian membutuhkan sebuah sarana atau alat bantu
Supatmo (2011), yang menunjukkan bahwa yang efektif agar pembelajaran menjadi
bermakna dan tujuan dari pembelajaran itu
pendekatan CbL dapat meningkatkan secara
sendiri dapat tercapai. Sarana tersebut dapat
signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa berupa sebuah model, metode, strategi,
SMA. pendekatan dalam pembelajaran. Siswa
memperhalus permasalahan, membangun
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pertanyaan percobaan, menginvestigasi
ini akan menelaah penerapan CbL dalam topik menggunakan materi sumber yang
upaya meningkatkan kemampuan bermacam-macam dan mengerjakan
pemahaman konsep matematis siswa SMA. berbagai kemungkinan solusi sebelum
mengidentifikasi alasan yang paling masuk
akal (Johnson, 2009).
KAJIAN PUSTAKA
Kerangka pembelajaran dengan pendekatan
Kemampuan pemahaman matematis adalah CbL dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
kemampuan seseorang menyerap arti dari
suatu materi, mengerjakan sesuatu secara
algoritmik, dan melakukan perhitungan secara The Big Idea
bermakna pada permasalahan-permasalahan
Essential Question
yang lebih luas. Kemampuan pemahaman
konsep yang dimaksud dalam penelitian ini
The Challenge
adalah pemahaman instrumental dan
relasional. Indikator yang digunakan adalah a) Guiding Guiding Guiding
Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek Questions Activities Resources
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut, Solution – Action
b) Kemampuan memberikan contoh dan
counter example dari konsep yang telah Assessment
dipelajari, c) Kemampuan menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representasi Publishing – Student Publishing – Student
matematis, d) Kemampuan mengaitkan Samples Reflection/Documentat
berbagai konsep (internal dan eksternal
Gambar 1 Kerangka Challenge-based
matematika) (Killpatrick et al, 2001).
Learning (Johnson dkk, 2009)
Layaknya pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran dengan pendekatan CbL adalah The Big Idea (ide besar/gagasan utama):
sebuah pengalamanan pembelajaran Sebuah konsep luas yang dapat dieksplor
kolaboratif dimana guru dan siswa dalam banyak cara, yang menarik, dan penting
bekerjasama untuk belajar tentang isu-isu bagi siswa SMA dan masyarakat luas. Contoh:
hangat, menawarkan solusi bagi kreatifitas, perdamaian, perang, pemanasan
permasalahan sebenarnya, dan mengambil global, keterbatasan sumber daya alam dan
tindakan. Aktivitas berbasis proyek dan lain sebagainya.
berbasis masalah adalah fokus dari
pertanyaan pemandu atau permasalahan. Essential Question (Pertanyaan penting):
Dalam pembelajaran dengan pendekatan CbL, Melalui desain, gagasan utama boleh berasal
pertanyaan atau permasalahan digantikan dari gambaran hal-hal yang menarik bagi
dengan sebuah tantangan. Tugas atau siswa dan dibutuhkan bagi masyarakat.
"tantangan" yang harus diselesaikan Pertanyaan esensial mengidentifikasi apa
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 72
yang penting untuk diketahui tentang gagasan guru mendominasi kelas, siswa pasif dan
utama dan memperhalus dan hanya menerima (Ruseffendi, 1989). Robertson
mengkontektualisasikannya. dan Lang (Rusmini, 2007) menyatakan
pembelajaran konvesional selain sangat
The Challenge (tantangan): Dari pertanyaan berpusat kepada guru juga lebih bersifat
esensial, tantangan dilemparkan yang berupa deduktif yaitu aturan dan generalisasi
pertanyaan untuk membentuk jawaban biasanya disajikan pada awal pembelajaran
spesifik atau solusi yang dapat dihasilkan yang selanjutnya diikuti sajian ilustrasi
secara nyata, tindakan berarti. berupa contoh-contoh soal serta soal latihan.
Adapun dalam penelitian ini perlakuan Alur pengolahan data dilakukan berdasarkan
dilakukan pada dua kelas, satu kelas sebagai Gambar 2 berikut
kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
dengan penerapan pembelajaran dengan
pendekatan CbL dan kelas yang lain sebagai
kelas kontrol melalui pembelajaran
konvensional dengan menggunakan desain
”pretest-posttest control group” (Sukmadinata,
2012). Dalam desain penelitian ini,
pengambilan sampel tidak dilakukan secara
acak penuh, kedua kelas diberi tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). Variabel yang
dilihat dari penerapan pembelajaran ini
adalah peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa pada kelas kemudian
dibandingkan manakah yang lebih baik
peningkatannya. Secara sederhana desain
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Gambar 2 Alur Pengolahan Data
Tabel 1 Desain Penelitian
(Pretest) Perlakuan (Posttest)
HASIL DAN PEMBAHASAN
O X O
O O Variabel yang diukur dalam penelitian ini
Keterangan: adalah peningkatan kemampuan pemahaman
O: Pretest dan postest (tes kemampuan pemahaman
konsep siswa. Berdasarkan hasil analisis data
konsep matematis)
X: Perlakuan pembelajaran melalui Challenge-based
pretest kemampuan pemahaman konsep pada
Learning kelas CbL dan kelas konvensional,
menunjukkan bahwa kemampuan awal
Pengolahan dan analisis data menggunakan pemahaman konsep pada kedua kelas berbeda,
data primer hasil tes kemampuan pemahaman sehingga untuk mengetahui apakah
konsep dan penalaran matematis siswa peningkatan kemampuan pemahaman konsep
sebelum dan sesudah pembelajaran, dianalisis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan cara membandingkan skor pretest dan matematika melalui pendekatan CbL lebih
posttest. Peningkatan yang terjadi sebelum dan baik daripada siswa yang mendapatkan
setelah pembelajaran dihitung dengan rumus pembelajaran secara konvensional, maka
berikut (Hake,1998): langkah selanjutnya adalah mengolah data N-
Gain. Data N-Gain tersebut selanjutnya
skor 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − skor 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 dianalisis baik secara deskriptif maupun
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 = secara inferensial.
Skor Maksimal Ideal − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
dengan N-Gain ≤ 1, skor maksimal ideal untuk Analisis deskriptif data N-Gain kemampuan
kemampuan pemahaman konsep mencapai 36, pemahaman konsep siswa disajikan dalam
skor maksimal ideal kemampuan penalaran Tabel 3 berikut:
matematis mencapai 32 dan kategori N-Gain-
nya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan deskripsi data di atas, dapat garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa data
dilihat bahwa rata-rata skor N-Gain N-Gain kelas konvensional tidak berdistribusi
kemampuan pemahaman konsep siswa kelas normal. Sementara itu, untuk menguji
CbL sebesar 0.79 dan kelas konvensional normalitas data secara inferensial dapat
sebesar 0.34 berbeda. Rata-rata N-Gain kedua menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk,
kelas berada pada klasifikasi sedang dengan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
rata-rata N-Gain kelas CbL lebih tinggi H0 : Data N-Gain kemampuan pemahaman
daripada kelas konvensional. Akan tetapi konsep matematis siswa berdistribusi normal
untuk melihat apakah perbedaan tersebut H1 : Data N-Gain kemampuan pemahaman
signifikan (dapat digeneralisasikan) atau konsep matematis siswa tidak berdistribusi
tidak, dilakukan analisis statistik inferensial. normal
Gambar 3 Uji Normalitas Data N-Gain Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikansi skor N-
Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas CbL Gain pada kelas CbL 0.362, lebih besar dari 𝛼
(SPSS 16.0) = 0.05. Dengan memperhatikan kriteria
pengujian di atas, maka H0 diterima. Hal ini
berarti pada tingkat kepercayaan 95%, data N-
Gain kemampuan pemahaman konsep siswa
pada kelas CbL berdistribusi normal.
Sedangkan pada kelas kontrol nilai
signifikansi skor N-Gain 0.023, lebih kecil dari
𝛼 = 0.05. Dengan memperhatikan kriteria
pengujian di atas, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat kepercayaan 95%, data N-
Gain kemampuan pemahaman konsep siswa
pada kelas konvensional tidak berdistribusi
Gambar 4 Uji Normalitas Data N-Gain normal. Dengan demikian, untuk melihat
Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas kemampuan awal pemahaman konsep siswa
Konvensional (SPSS 16.0) bahwa pada kelas CbL dan konvensional selanjutnya
Dari Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat digunakan statistik non parametrik Mann-
sebaran data skor N-Gain kemampuan Whitney U. Adapun rumusan hipotesisnya
pemahaman konsep pada kelas CbL data sebagai berikut:
menyebar di sekitar garis lurus. Hal ini H0 : μ1 = μ2 , tidak terdapat perbedaan rata-
menunjukkan bahwa data N-Gain kelas CbL rata data N-Gain kemampuan
berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas pemahaman konsep siswa antara
konvensional, data tidak menyebar disekitar
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 75