Anda di halaman 1dari 7

EduMa Vol. 5 No.

2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 70

Penerapan Challenge-based Learning dalam Upaya Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA

Arif Abdul Haqq


Tadris Matematika, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
mr.haqq@gmail.com

Abstract

This Research examined students's understanding of mathematical concepts ability. Samples are tenth grade
students in one of state high school in Cirebon City. Experiment class received Challenge-based Learning (CbL)
approach while control class received Conventional Approach.The instrument used was understanding of
mathematical concepts ability test. The data earned were analyzed statistically. The results showed that students's
understanding of mathematical concepts ability who received CbL approach is better than students who received
conventioanl approach (1/2 sig = 0.0005<0.05). In term indicators of understanding of mathematical
concepts,highest enhancement that achieved by students was indicator of classify objects based on fulfilled or
not requirements that form that concept, while the lowest enhanchment that achieved by students was indicator
of make example or counter example from the concept learned.

Keywords: Challenge-based Learning, Konvensional, Kemampuan Pemahaman Konsep

PENDAHULUAN didik dirangsang untuk belajar melalui bekerja


atau learning by doing berdasarkan pada
Salah satu faktor penyebab rendahnya fenomena sehari-hari (kontekstual) maupun
kemampuan pemahaman konsep siswa adalah permasalahan yang sedang dihadapi.
pembelajaran matematika selama ini Pembelajaran sambil bekerja atau learning by
disampaikan kepada siswa secara informatif. doing ini, salah satunya dapat diterapkan
Hal ini berarti bahwa siswa hanya memperoleh melalui pembelajaran berbasis tantangan
informasi dari guru saja sehingga derajat (Challenge-based Learning/ CbL).
kemelekatannya juga dapat dikatakan rendah. Pembelajaran berbasis tantangan dapat
Siswa sebagai subjek belajar kurang dilibatkan dideskripsikan sebagai bentuk khusus dari
dalam menemukan konsep-konsep pelajaran pembelajaran berbasis masalah di mana
yang harus dikuasainya (Turmudi, 2008). Hal permasalahannya realistik dan alamiah
ini akan membatasi perkembangan (Johnson, 2009).
kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa, karena siswa kurang diberi kesempatan Pembelajaran CbL berisi fitur pendekatan
untuk mengeksplorasikan ide-idenya. pengalaman dan pembelajaran berbasis proyek
Akibatnya konsep-konsep pelajaran yang (Haqq, 2013). Dalam prosesnya, guru
diberikan tidak membekas tajam dalam menghadirkan ide besar yang dapat
ingatan siswa, sehingga mudah lupa dan mengakomodasi keseluruhan proses
sering kebingungan dalam memecahkan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ide
permasalahan yang berbeda dari yang pernah besar dapat berasal dari hal-hal yang akrab
dicontohkan oleh gurunya. Lebih jauh lagi, dengen kehidupan kita. Dari ide besar yang
siswa tidak dapat menjawab tes, baik itu tes dihadirkan akan muncul pertanyaan-
akhir semester maupun Ujian Nasional. pertanyaan esensial dan tantangan yang harus
diselesaikan oleh siswa. Proses pembelajaran
Untuk melatih kemampuan pemahaman itu sendiri akan menjadi aktivitas pemandu
konsep matematis siswa tentunya diperlukan siswa dalam penyelesaian tantangan, selain
pembelajaran yang efektif di mana peserta dibantu dengan pertanyaan dan sumber-
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 71

sumber pemandu. Hasil akhir dari proses termasuk cara yang akan dibangun, desain
pembelajaran adalah adanya solusi terhadap dan penerapan solusi untuk masalah terkait
tantangan yang dihadirkan dan solusi tersebut gejala ilmiah (Baloian,2004).
dapat dilakukan dalam bentuk tindakan. Tugas utama guru dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan CbL adalah
Pembelajaran CbL dapat dikembangkan pada dari membagikan informasi hingga
situasi yang sangat fleksibel dan sekreatif memandu mengkonstruksi pengetahuan
mungkin sehingga siswa dapat mengasah oleh siswanya tentang permasalahan yang
problem solving skill dan creativity (Baloian, diketahui. Selain itu guru juga
2006). Hal ini sejalan dengan penelitian membutuhkan sebuah sarana atau alat bantu
Supatmo (2011), yang menunjukkan bahwa yang efektif agar pembelajaran menjadi
bermakna dan tujuan dari pembelajaran itu
pendekatan CbL dapat meningkatkan secara
sendiri dapat tercapai. Sarana tersebut dapat
signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa berupa sebuah model, metode, strategi,
SMA. pendekatan dalam pembelajaran. Siswa
memperhalus permasalahan, membangun
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pertanyaan percobaan, menginvestigasi
ini akan menelaah penerapan CbL dalam topik menggunakan materi sumber yang
upaya meningkatkan kemampuan bermacam-macam dan mengerjakan
pemahaman konsep matematis siswa SMA. berbagai kemungkinan solusi sebelum
mengidentifikasi alasan yang paling masuk
akal (Johnson, 2009).
KAJIAN PUSTAKA
Kerangka pembelajaran dengan pendekatan
Kemampuan pemahaman matematis adalah CbL dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
kemampuan seseorang menyerap arti dari
suatu materi, mengerjakan sesuatu secara
algoritmik, dan melakukan perhitungan secara The Big Idea
bermakna pada permasalahan-permasalahan
Essential Question
yang lebih luas. Kemampuan pemahaman
konsep yang dimaksud dalam penelitian ini
The Challenge
adalah pemahaman instrumental dan
relasional. Indikator yang digunakan adalah a) Guiding Guiding Guiding
Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek Questions Activities Resources
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut, Solution – Action
b) Kemampuan memberikan contoh dan
counter example dari konsep yang telah Assessment
dipelajari, c) Kemampuan menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representasi Publishing – Student Publishing – Student
matematis, d) Kemampuan mengaitkan Samples Reflection/Documentat
berbagai konsep (internal dan eksternal
Gambar 1 Kerangka Challenge-based
matematika) (Killpatrick et al, 2001).
Learning (Johnson dkk, 2009)
Layaknya pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran dengan pendekatan CbL adalah The Big Idea (ide besar/gagasan utama):
sebuah pengalamanan pembelajaran Sebuah konsep luas yang dapat dieksplor
kolaboratif dimana guru dan siswa dalam banyak cara, yang menarik, dan penting
bekerjasama untuk belajar tentang isu-isu bagi siswa SMA dan masyarakat luas. Contoh:
hangat, menawarkan solusi bagi kreatifitas, perdamaian, perang, pemanasan
permasalahan sebenarnya, dan mengambil global, keterbatasan sumber daya alam dan
tindakan. Aktivitas berbasis proyek dan lain sebagainya.
berbasis masalah adalah fokus dari
pertanyaan pemandu atau permasalahan. Essential Question (Pertanyaan penting):
Dalam pembelajaran dengan pendekatan CbL, Melalui desain, gagasan utama boleh berasal
pertanyaan atau permasalahan digantikan dari gambaran hal-hal yang menarik bagi
dengan sebuah tantangan. Tugas atau siswa dan dibutuhkan bagi masyarakat.
"tantangan" yang harus diselesaikan Pertanyaan esensial mengidentifikasi apa
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 72

yang penting untuk diketahui tentang gagasan guru mendominasi kelas, siswa pasif dan
utama dan memperhalus dan hanya menerima (Ruseffendi, 1989). Robertson
mengkontektualisasikannya. dan Lang (Rusmini, 2007) menyatakan
pembelajaran konvesional selain sangat
The Challenge (tantangan): Dari pertanyaan berpusat kepada guru juga lebih bersifat
esensial, tantangan dilemparkan yang berupa deduktif yaitu aturan dan generalisasi
pertanyaan untuk membentuk jawaban biasanya disajikan pada awal pembelajaran
spesifik atau solusi yang dapat dihasilkan yang selanjutnya diikuti sajian ilustrasi
secara nyata, tindakan berarti. berupa contoh-contoh soal serta soal latihan.

Guiding Questions (Pertanyaan pemandu): Karena pembelajaran konvensional itu masih


Digeneralisasikan oleh siswa, pertanyaan ini berpusat kepada guru, maka proses belajar
mewakili pengetahuan yang diperlukan oleh mengajar terjadi satu arah. Akibatnya cara
siswa untuk menemukan dengan benar belajar siswa menjadi pasif, guru menganggap
tantangannya. semua siswa mempunyai kemampuan yang
sama, jadi guru mengajarkan sesuatu
Guiding Activities (Aktivitas pemandu): berdasarkan kemampuan guru, tidak melihat
Pelajaran, simulasi, game, dan tipe aktivitas kemampuan siswa, pada umumnya
lainnya yang membantu siswa menjawab pendekatan ini menggunakan tidak
pertanyaan pemandu dan membangun pondasi menggunakan media atau alat bantu dalam
bagi mereka membangun solusi yang inovatif, teknologi modern. Metode yang digunakan
berwawasan, dan realistik. cenderung hanya metode ceramah atau
ekspositori (Ruseffendi, 1989).
Guiding Resources (Sumber pemandu):
Difokuskan pada sumber yang dapat berupa Berdasarkan keterangan di atas dapat
podcasts, website, video, database, ahli disimpulkan bahwa: pengajaran berpusat pada
(experts), dan lainnya yang dapat mendukung panyampaian ilmu pengetahuan, jadi tugas
aktivitas dan membantu siswa dalam guru adalah menyampaikan semua bahan ajar
membangun solusi. karena itu pengalaman belajar yang diperoleh
siswa adalah pengalaman belajar yang bersifat
Solutions (Solusi): Tiap-tiap tantangan hafalan. Siswa hanya berusaha untuk
dinyatakan secara luas untuk menyerap semua informasi yang disampaikan
mempertimbangkan berbagai solusi. Tiap oleh guru. Siswa tidak mengalami sendiri
solusi harus bijaksana, realistik, dapat bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan
dilakukan, dapat diartikulasikan secara jelas tersebut.
dan dipublikasikan dalam sebuah publikasi
format multimedia seperti video singkat.
METODOLOGI
Assessment (Penilaian): Solusi dinilai dari
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-
hubungannya dengan tantangan, kesesuaian
siswa kelas X di salah satu sekolah menengah
terhadap konten, kemurnian komunikasi,
atas negeri di Kota Cirebon. Pengambilan
dapat diaplikasikan, dan kemanjuran ide dan
sampel dilakukan menggunakan teknik
hal-hal umum lainnya. Proses individu sebagai
probability sampling yaitu teknik pengambilan
tim ketika mendapatkan solusi dapat juga
sampel yang memberikan peluang yang sama
dinilai.
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,
Publishing (Publikasi): Proses tantangan
2011). Selanjutnya, dipilih dua kelas secara
mengijinkan banyak kesempatan untuk
acak dengan cara mengundi untuk dijadikan
mendokumantasikan pengalaman dan
sampel penelitian. Satu dari dua kelas tersebut
mempublikasikannya kepada khalayak umum.
dijadikan sebagai kelas eksperimen (CbL) dan
Siswa dianjurkan untuk mempublikasikan
satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelas
hasil mereka secara online, dan
control (konvensional). Berdasarkan hasil
mengumpulkan feedback.
pengundian tersebut diperoleh kelas X.2
sebagai kelas konvensional dan kelas X.5
Pembelajaran konvesional yang dimaksud
sebagai kelas CbL
dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
biasa diterapkan di sekolah. Pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran di mana Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi experimental. Hal
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 73

ini dikarenakan dalam prosesnya peneliti 𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 ≤ 0,3 Rendah


mengalami keterbatasan dalam memilih
subjek secara langsung untuk dikelompokkan Nilai N-gain (𝑔) yang diperoleh dapat
menjadi kelas-kelas penelitian karena dapat digunakan untuk melihat peningkatan
mengganggu proses pembelajaran sehingga kemampuan pemahaman konsep atau
subjek yang dipilih adalah kelas-kelas yang penalaran matematis siswa antara kelas
sudah ada. eksperimen dan kelas kontrol.

Adapun dalam penelitian ini perlakuan Alur pengolahan data dilakukan berdasarkan
dilakukan pada dua kelas, satu kelas sebagai Gambar 2 berikut
kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
dengan penerapan pembelajaran dengan
pendekatan CbL dan kelas yang lain sebagai
kelas kontrol melalui pembelajaran
konvensional dengan menggunakan desain
”pretest-posttest control group” (Sukmadinata,
2012). Dalam desain penelitian ini,
pengambilan sampel tidak dilakukan secara
acak penuh, kedua kelas diberi tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). Variabel yang
dilihat dari penerapan pembelajaran ini
adalah peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa pada kelas kemudian
dibandingkan manakah yang lebih baik
peningkatannya. Secara sederhana desain
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Gambar 2 Alur Pengolahan Data
Tabel 1 Desain Penelitian
(Pretest) Perlakuan (Posttest)
HASIL DAN PEMBAHASAN
O X O
O O Variabel yang diukur dalam penelitian ini
Keterangan: adalah peningkatan kemampuan pemahaman
O: Pretest dan postest (tes kemampuan pemahaman
konsep siswa. Berdasarkan hasil analisis data
konsep matematis)
X: Perlakuan pembelajaran melalui Challenge-based
pretest kemampuan pemahaman konsep pada
Learning kelas CbL dan kelas konvensional,
menunjukkan bahwa kemampuan awal
Pengolahan dan analisis data menggunakan pemahaman konsep pada kedua kelas berbeda,
data primer hasil tes kemampuan pemahaman sehingga untuk mengetahui apakah
konsep dan penalaran matematis siswa peningkatan kemampuan pemahaman konsep
sebelum dan sesudah pembelajaran, dianalisis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan cara membandingkan skor pretest dan matematika melalui pendekatan CbL lebih
posttest. Peningkatan yang terjadi sebelum dan baik daripada siswa yang mendapatkan
setelah pembelajaran dihitung dengan rumus pembelajaran secara konvensional, maka
berikut (Hake,1998): langkah selanjutnya adalah mengolah data N-
Gain. Data N-Gain tersebut selanjutnya
skor 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − skor 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 dianalisis baik secara deskriptif maupun
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 = secara inferensial.
Skor Maksimal Ideal − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
dengan N-Gain ≤ 1, skor maksimal ideal untuk Analisis deskriptif data N-Gain kemampuan
kemampuan pemahaman konsep mencapai 36, pemahaman konsep siswa disajikan dalam
skor maksimal ideal kemampuan penalaran Tabel 3 berikut:
matematis mencapai 32 dan kategori N-Gain-
nya adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Data N-Gain


Tabel 2 Klasifikasi N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep
N-Gain
Indeks Gain Klasifikasi N-Gain Kelas
𝒙𝒎𝒊𝒏 𝒙𝒎𝒂𝒌𝒔 ̅
𝒙
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 > 0,7 Tinggi CbL 0.04 0.79 0.49
0,30 < 𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 ≤ 0,7 Sedang Konvensional 0.08 0.95 0.34
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 74

Berdasarkan deskripsi data di atas, dapat garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa data
dilihat bahwa rata-rata skor N-Gain N-Gain kelas konvensional tidak berdistribusi
kemampuan pemahaman konsep siswa kelas normal. Sementara itu, untuk menguji
CbL sebesar 0.79 dan kelas konvensional normalitas data secara inferensial dapat
sebesar 0.34 berbeda. Rata-rata N-Gain kedua menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk,
kelas berada pada klasifikasi sedang dengan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
rata-rata N-Gain kelas CbL lebih tinggi H0 : Data N-Gain kemampuan pemahaman
daripada kelas konvensional. Akan tetapi konsep matematis siswa berdistribusi normal
untuk melihat apakah perbedaan tersebut H1 : Data N-Gain kemampuan pemahaman
signifikan (dapat digeneralisasikan) atau konsep matematis siswa tidak berdistribusi
tidak, dilakukan analisis statistik inferensial. normal

Analisis inferensial dilakukan sesuai dengan Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-


hipotesis yang telah dirumuskan mengenai value (significance atau sig) sebagai berikut:
peningkatan kemampuan pemahaman konsep Jika sig < 𝛼 dengan 𝛼 = 0.05, maka H0 ditolak
siswa. Sebelum memutuskan menggunakan Jika sig ≥ 𝛼 dengan 𝛼 = 0.05, maka H0
statistik parametrik atau nonparametrik, diterima.
hipotesis tersebut akan diuji normalitas dan
homogenitas data N-Gain pada kedua kelas. Hasil pengolahan data uji normalitas Shapiro-
Kenormalan data N-Gain kemampuan Wilk pada data N-Gain kemampuan
pemahaman konsep matematis pada kedua pemahaman konsep dengan bantuan SPSS
kelas secara deskriptif dapat dilihat 16.0 for windows disajikan pada Tabel 4
berdasarkan hasil dari Q-Q plot berikut: berikut:

Tabel 4 Hasil Data N-Gain


Kemampuan Pemahaman Konsep
CbL
Aspek Shapiro-
𝛼 Kesimpulan
Wilk (sig)
Kemampuan 0,05 0,362 Normal
Pemahaman Konvensional
Konsep Shapiro-
𝛼 Kesimpulan
Wilk (sig)
Tidak
0,05 0,023
Normal

Gambar 3 Uji Normalitas Data N-Gain Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikansi skor N-
Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas CbL Gain pada kelas CbL 0.362, lebih besar dari 𝛼
(SPSS 16.0) = 0.05. Dengan memperhatikan kriteria
pengujian di atas, maka H0 diterima. Hal ini
berarti pada tingkat kepercayaan 95%, data N-
Gain kemampuan pemahaman konsep siswa
pada kelas CbL berdistribusi normal.
Sedangkan pada kelas kontrol nilai
signifikansi skor N-Gain 0.023, lebih kecil dari
𝛼 = 0.05. Dengan memperhatikan kriteria
pengujian di atas, maka H0 ditolak. Hal ini
berarti pada tingkat kepercayaan 95%, data N-
Gain kemampuan pemahaman konsep siswa
pada kelas konvensional tidak berdistribusi
Gambar 4 Uji Normalitas Data N-Gain normal. Dengan demikian, untuk melihat
Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas kemampuan awal pemahaman konsep siswa
Konvensional (SPSS 16.0) bahwa pada kelas CbL dan konvensional selanjutnya
Dari Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat digunakan statistik non parametrik Mann-
sebaran data skor N-Gain kemampuan Whitney U. Adapun rumusan hipotesisnya
pemahaman konsep pada kelas CbL data sebagai berikut:
menyebar di sekitar garis lurus. Hal ini H0 : μ1 = μ2 , tidak terdapat perbedaan rata-
menunjukkan bahwa data N-Gain kelas CbL rata data N-Gain kemampuan
berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas pemahaman konsep siswa antara
konvensional, data tidak menyebar disekitar
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 75

kelas CbL dan kelas siswa berdasarkan tiga jenis pemahaman


konvensional. konsep tersebut, pada kelas CbL berada pada
kategori (klasifikasi) tinggi, sedang dan
H1 : μ1 > μ2 , rata-rata N-Gain kemampuan
rendah, sedangkan pada kelas konvensional
pemahaman konsep siswa yang
berada pada kategori sedang dan rendah.
mendapatkan pembelajaran CbL
lebih tinggi daripada siswa yang Berikut ini disajikan data rata-rata N-Gain
mendapatkan pembelajaran kemampuan pemahaman konsep matematis
konvensional. kelas CbL dan kelas konvensional berdasarkan
empat indikator tersebut.
Kriteria pengujian hipotesis satu pihak (1-
tailed) berdasarkan P-value (significance atau Tabel 6 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain
sig) sebagai berikut: Kemampuan Pemahaman Konsep
1
Jika Asyimp. sig (1-tailed) = Asyimp sig (2- Kelas CbL Kelas
2 Konvensional
Indikator
tailed) < 𝛼 dengan 𝛼 = 0.05 maka H0 ditolak;
1 𝑥̅ Klasifikasi 𝑥̅ Klasifikasi
Jika Asyimp. sig (1-tailed) = Asyimp sig (2- 1 0,74 Tinggi 0,51 Sedang
2
tailed)  𝛼 dengan 𝛼 = 0.05 maka H0 diterima. 2 0,58 Sedang 0,39 Sedang
3 0,25 Rendah 0,24 Rendah
Hasil pengolahan data uji non parametrik 4 0.60 Sedang 0.28 Rendah
Mann-Whitney U dengan bantuan SPSS 16.0 Keterangan
for windows disajikan pada Tabel 5 berikut. : Mengklasifikasikan objek-objek
Indikator 1: berdasarkan dipenuhi atau
Tabel 5 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U
Data N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep tidaknya persyaratan yang
N-Gain Kemampuan
Mann-Whitney U membentuk konsep tersebut.
Pemahaman konsep
Asymp. Sig.(2-tailed) 0,001 Indikator 2 : Menerapkan konsep secara
Asyimp Sig (1-tailed) 0,0005 algoritma.
Indikator 3 : Memberikan contoh dan counter
Berdasarkan Tabel 5, nilai signifikansi 1-tailed
example dari konsep yang telah
pada uji non parametrik Mann-Whitney untuk
skor N-Gain kemampuan pemahaman konsep dipelajari
siswa adalah 0,0005, lebih kecil dari 𝛼 = 0.05. Indikator 4 : Mengaitkan berbagai konsep
Dengan memperhatikan kriteria pengujian di
(internal dan eksternal
atas, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan
rata-rata data N-Gain kemampuan matematika)
pemahaman konsep yang signifikan antara Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.3 di atas,
siswa kelas CbL dan kelas konvensional, pada kelas CbL, nilai N-Gain tertinggi
dengan rata-rata N-Gain siswa kelas CbL lebih diperoleh pada soal indikator 1 kemampuan
tinggi daripada kelas konvensional. Hal pemahaman konsep, yaitu mengklasifikasikan
tersebut berarti pada tingkat kepercayaan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
95%, terdapat perbedaan peningkatan tidaknya persyaratan yang membentuk konsep
kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut, dengan nilai N-Gain sebesar 0,74
antara siswa kelas CbL dan siswa kelas atau berada pada klasifikasi tinggi. Pada kelas
konvensional. Hasil analisis selengkapnya konvensional pun nilai N-Gain tertinggi
dapat dilihat pada Lampiran. diperoleh pada soal indikator kemampuan
pemahaman konsep 1 dengan nilai N-Gain
Indikator kemampuan pemahaman konsep sebesar 0,51 atau berada pada kategori sedang.
yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas Untuk indikator 3, yaitu memberikan contoh
empat indikator, yaitu (1) mengklasifikasikan dan counter example dari konsep yang telah
objek-objek berdasarkan dipenuhi atau dipelajari, nilai N-Gain kelas CbL mencapai
tidaknya persyaratan yang membentuk konsep 0.25 hanya terpaut 0.01 lebih tinggi dari nilai
tersebut; (2) menerapkan konsep secara N-Gain kelas konvensional. Meskipun
algoritma; (3) memberikan contoh dan counter demikian, nilai rata-rata N-Gain kemampuan
example dari konsep yang telah dipelajari; dan pemahaman konsep matematis pada kelas CbL
(4) mengaitkan berbagai konsep (internal dan untuk setiap indikator lebih besar daripada
eksternal matematika). Hasil analisis N-Gain nilai rata-rata N-Gain kemampuan
kemampuan pemahaman konsep matematis pemahaman konsep matematis pada kelas
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 76

konvensional. Hal tersebut menunjukkan lebih bervariasi dalam proyek-proyek


bahwa untuk setiap indikator kemampuan kontekstual.
pemahaman konsep yang diukur, peningkatan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan pemahaman konsep pada kelas
CbL lebih tinggi daripada kelas konvensional. Baloian, N. et al.(2004). Implementing the
Challenge-based Learning in Classroom
Hasil pengujian normalitas dan homogenitas Scenarios. Proceedings of the Symposium
data N-gain, menunjukkan bahwa data N-gain of Advanced Technologies in
kelas CbL berdistribusi normal dan N-gain Education.Greece: Argostoli.
kelas konvensional tidak berdistribusi normal, Baloian, N. et al.(2006). Technologies and
sehingga pengujian selanjutnya dilakukan Education Activities for Supporting and
dengan menggunakan uji non parametrik Implementing Challenge-Based
Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney Learning. Conference Paper in
menghasilkan nilai signifikansi 1-tailed Education. DBLP
sebesar 0,0005, lebih kecil dari dari 𝛼 = 0.05, Hake, R.R.(1998). Interactive-Engagement
maka H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa Versus Traditional Methods: A Six-
pada tingkat kepercayaan 95%, peningkatan Thousand-Student Survey of Mechanics
kemampuan pemahaman konsep matematis Test Data for Introductory Physics
siswa yang mendapatkan pembelajaran Courses”. American Journal of Physics.
dengan pendekatan CbL lebih baik daripada Vol. 66, No. 1.
siswa yang mendapatkan pembelajaran Haqq, A.A.(2013).Penerapan Challenge-based
konvensional. Learning dalam Upaya meningkatkan
Hal ini didukung oleh pernyataan Johnson Kemampuan Pemahaman Konsep dan
(2009) pada kajian teori, bahwa pembelajaran Penalaran Matematis Siswa SMA. Tesis.
dengan pendekatan CbL mampu melatih Bandung: SPsUPI.
kemampuan pemahaman konsep. Ini yang Rusmini.(2007).Meningkatkan kemampuan
menjadi dasar bahwa pembelajaran dengan penalaran dan komunikasi matematis
pendekatan CbL dapat meningkatkan siswa SMP melalui pendekatan
kemampuan pemahaman konsep matematis pembelajaran kontekstual berbantuan
siswa. program Cabry Geometry. Tesis.
Pembelajaran dengan pendekatan CbL mampu Bandung:SPsUPI.
meningkatkan kemampuan pemahaman Rusefendi,E.T.(1991).Pengantar kepada Guru
konsep. Hal ini sejalan dengan penelitian Haqq Mengembangkan Kompetensinya dalam
(2013) yang mengemukakan bahwa Pengajaran Matematika untuk
pembelajaran matematika dengan pendekatan Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
CbL dapat meningkatkan kemampuan Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian.
pemahaman konsep dan penalaran matematis Bandung: Alfabeta.
siswa SMA. Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan
Remaja Rosdakarya.
Penerapan pendekatan CbL dalam Supatmo, J.P.(2011). Penerapan Challenge
pembelajaran matematika siswa kelas X di Based Learning untuk meningkatkan
sekolah menengah atas berdampak positif Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan
pada pencapaian dan peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
kemampuan pemahaman konsep SMA.Tesis. Bandung: SPsUPI.
matematis siswa. Dengan kata lain, siswa Kilpatrick, J., et al.(2001). Adding It Up:
yang mendapatkan pembelajaran Helping Children Learn Mathematics.
matematika dengan pendekatan CbL lebih Washington, DC: National Academy
baik secara signifikan dari pada siswa yang Press.
mendapat pembelajaran matematika secara Johnson, L. F., et al. (2009). Challenge-
konvensional. Based Learning: An Approach for Our
Walaupun hasil temuan menunjukkan Time. Austin, Texas: The New Media
pembelajaran dengan pendekatan CbL Consortium.
dapat meningkatkan kemampuan Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori
pemahaman konsep matematis siswa, agar Pembelajaran Matematika
hasilnya lebih optimal perlu diadakan (Berparadigma Eksploratif dan
perbaikan dalam kegiatan belajar maupun Investigatif). Jakarta Pusat: PT Leuser
lembar kerja siswa dengan tantangan yang Cita Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai