Anda di halaman 1dari 8

34

VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)


UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA PEMECAHAN MASALAH
SISWA
Aziz Rizki Miftahul Ilmi1)
1)
STKIP Al-amin Jalan P.U. Kemped Wirakanan, Kandanghaur, Karangmulya,
Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45254
e-mail:
azizrizkimiftahulilmi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran konsep Hukum Newton untuk meningkatkan Performa Pemecahan
Masalah siswa SMA serta untuk memperoleh gambaran tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain
“The randomized Pretest-Posttest control group design” yang dilaksanakan di kelas X salah satu SMA di
Indramayu pada tahun pelajaran 2011/2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan
tes akhir untuk performa pemecahan masalah, lembar observasi untuk keterlaksanaan model dan angket untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran CPS. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-
rata N-gain performa pemecahan masalah 42% untuk kelas eksperimen dan 7% untuk kelas kontrol. N-gain
performa pemecahan masalah tertinggi kelas eksperimen sebesar 54% terjadi pada katagori ide pemecahan
masalah dan terendah sebesar 22% pada katagori hasil. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran CPS
ini pada umumnya positif. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16
menunjukkan peningkatan performa pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran CPS lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Disimpulkan
bahwa model pembelajaran CPS secara signifikan dapat lebih meningkatkan performa pemecahan masalah
siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: model pembelajaran creative problem solving, performa pemecahan masalah, hukum newton

ABSTRACT

Creative Problem Solving (CPS) toImprove Problem Splving Performance . The research was conducted to
obtain an overview of the use of Creative Problem Solving (CPS) models to improve the problem solving
performance. The research method used was a quasi-experiment with "The randomized pretest-posttest control
group design". Subject of this research are student in tenth grade at one of high schools in indramayu district.
This research took place in the 2011/2012 school year and involves two randomly selected classes that
received CPS and conventional treatment for each. Data collection was carried out using pretest and posttest
for problem solving performance. Based on analysis N-gain formula, the average N-gain problem solving
performance was 42% for the experimental and 7% for the control. Furthermore hypothesis test using two
independent samples t test with SPSS 16 showed that thitung > tTabel , H0 is rejected and H1 is given. This prove
that CPS is able to increase problem solving performance comparison of conventional.

Keywords: creative problem solving, problem solving performance , newton’s law

1. LATAR BELAKANG Matematika serta diwujudkan dalam bentuk hukum,


Fisika merupakan salah satu mata pelajaran asas, teori maupun bentuk lainnya. Fisika juga
yang termasuk dalam bidang sains. Mata pelajaran merupakan bidang sains yang mempelajari hakikat
Fisika merupakan mata pelajaran sains yang alam beserta teori pembentukannya.
mengkaji komponen-komponen fisik peristiwa alam Dalam mempelajari aspek-aspek mata
yang antara lain dijelaskan dalam bahasa pelajaran Fisika di tingkat SMA, pemerintah

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


35

VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

menentukan tujuan yang ingin dicapai menghafal konsep yang bertahan dalam jangka
adalah (1) menyadarkan keindahan dan keteraturan pendek. Hal ini juga sangat berdampak pada
alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan berpikir siswa khususnya dalam
Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah menyelesaikan suatu permasalahan. Pembelajaran
yang mencakup; jujur dan obyektif terhadap data, yang menjadikan siswa sebagai objek kurang
terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan melatihkan daya nalarnya. Kemampuan nalar siswa
ilmiah, dan dapat bekerja sama dengan orang lain, yang seharusnya terlatihkan melalui kegiatan
(3) memberi pengalaman untuk dapat mengajukan pembelajaran akan terbebani hanya dengan
dan menguji hipotesis melalui percobaan; menghafal konsep-konsep yang belum tentu mampu
merancang dan merakit instrumen percobaan, digunakan untuk menyelesaikan suatu
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, permasalahan pada konteks yang berbeda. Pada
menyusun laporan, serta mengkomunikasikan hasil akhirnya siswa akan mengalami kesulitan dalam
percobaan secara tertulis dan lisan, (4) mengembangkan kemampuan-kemampuan yang
mengembangkan kemampuan berpikir analisis dituntut dalam pembelajaran Fisika, khususnya
induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep kemampuan pemecahan masalah..
dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai Model pembelajaran Creative Problem
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik Solving (CPS) merupakan salah satu model
secara kualitatif maupun kuantitatif, (5) menguasai pembelajaran yang memberi kesempatan agar siswa
pengetahuan, konsep dan prinsip Fisika, serta lebih aktif dalam pembelajaran maupun
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model
ilmiah (Depdiknas, 2006). pembelajaran ini siswa dituntut untuk
Di sisi lain fakta di lapangan menunjukkan menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif.
bahwa kemampuan pemecahan masalah masih Hal ini berarti memberikan kesempatan bagi siswa
belum terlatihkan dengan baik. Hasil analisis untuk mengembangkan kemampuan untuk
Ridwan (2010) terhadap laporan kemampuan Fisika menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tidak
siswa Indonesia pada Trend of International on hanya terpatok pada berhasil atau tidak, akan tetapi
Mathematics and Science Study (TIMMS) lebih pada proses menemukan solusi terbaik dan
menunjukkan bahwa pada ranah kognitif reasoning termudah yang dapat dilakukan oleh siswa. Melalui
merupakan yang paling rendah dibandingkan ranah sintaks pembelajaran yang terdiri dari Mess-finding,
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Fact-finding, Problem-finding, Solution finding, dan
proses pembelajaran sains di Indonesia pada Acceptance-finding siswa akan berusaha mencari
umumnya belum melatih siswa untuk menganalisis, solusi terbaik atas permasalahan yang dihadapi.
memecahkan masalah, melakukan sintesis, Model ini juga menuntun siswa untuk melakukan
membuat hipotesis, membuat rencana percobaan, analisis secara kualitatif terhadap permasalahan
merumuskan kesimpulan, membuat generalisasi, yang dihadapi. Siswa mengintegrasikan konsep-
mengevaluasi dan mempertimbangkan. Hal ini konsep yang dimiliki untuk mencari berbagai
diperkuat juga dengan hasil laporan Programme for macam cara dalam menyelesaikan permasalahan
International Student Assessment (PISA) tentang yang diseleksi untuk menemukan solusi terbaik.
kemampuan pemecahan masalah untuk negara Di sisi lain model pembelajaran creative
anggotanya. PISA melaporkan bahwa kemampuan problem solving juga sangat bermanfaat untuk
pemecahan masalah siswa Indonesia masih meningkatkan penguasaan terhadap konsep Fisika.
tergolong rendah dibandingkan negara anggota Model pembelajaran creative problem solving
lainnya. merupakan model pembelajaran yang menjadikan
Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa kegiatan dalam pembelajaran berbasis pada
pembelajaran Fisika yang dilakukan tidak pencarian solusi suatu permasalahan. Pembelajaran
mendukung untuk dilatihkannya kemampuan yang melibatkan suatu permasalahan memberikan
memecahkan masalah. Pembelajaran Fisika di pengalaman nyata bagi siswa dalam belajar.
jenjang sekolah menengah cenderung lebih bersifat Pengalaman nyata tersebut menjadikan konsep-
student centered. Selain itu siswa hanya bersifat konsep yang dipelajari akan tersimpan lebih lama
sebagai objek dalam menerima informasi yang (long term memory). Hal ini sesuai dengan apa yang
diberikan oleh guru. Siswa tidak diberikan dikemukakan oleh Sthepanie (2005:2) bahwa
pengalaman belajar yang dapat memperkuat “pembelajaran yang melibatkan suatu
penanaman konsep-konsep Fisika. Siswa pun jauh permasalahan, menyajikan daya tarik tersendiri bagi
dari proses pencarian maupun penyusunan secara siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas
mandiri konsep-konsep yang akan dipelajari. keterlibatan siswa dalam pembelajaran”.
Hal-hal tersebut mengakibatkan Hasil penelitian-penelitian sebelumnya
pembelajaran hanya terfokus pada kegiatan menunjukan bahwa Model pembelajaran creative

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


36
VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

problem solving mampu meningkatkan kemampuan 2. METODE PENELITIAN


dan ketrampilan di bidang sains. Penelitian yang Jenis Penelitian
dilakukan Deden Nugraha (2009) menunjukan Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
bahwa CPS mampu meningkatkan hasil belajar dan kuantitatif dengan menggunakan metode kuasi
kemampuan berpikir kreatif. Hasil penelitian yang eksperimen (eksperimen semu). penelitian ini juga
dilakukan Uli Supriana (2009) menunjukan bahwa menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui
CPS mampu meningkatkan prestasi belajar. Hasil tanggapan siswa dan guru berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yu-Fen Chen (2009) pelaksanaan model pembelajaran CPS.
menunjukan bahwa penggabungan antara CPS dan
Computer-Supported Cooperative Learning mampu Waktu dan Tempat Penelitian
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan Penelitian dilakukan pada salah satu SMA
aktivitas siswa dalam kelompok. Elizabeth jaya yang ada di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini
joseph, (2009) dalam disertasinya menyebutkan dilakukan pada tahun pelajaran 2011/2012.
beberapa hasil penelitian bahwa CPS dapat Subjek Penelitian
meningkatkan daya kreativitas siswa dan prestasi Subjek Penelitian yang dilakuakan adalah
akademik siswa. Cheolil Lim, dkk (2010) menguji seluruh siswa kelas X di salah satu SMA yang ada
pengintegrasian pembelajaran berbantuan sistem di Kabupaten Indramayu. Penentuan subjek
online dengan CPS untuk meningkatkan penelitian dilakukan secara acak untuk
kemampuan kreativitas mahasiswa. mendapatkan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Salah satu materi ajar Fisika SMA adalah Kelas kontrol akan mendapatkan perlakuan
Hukum Newton. Hukum Newton merupakan pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan
materi ajar yang sangat menarik. Hal ini oleh guru pada SMA tersebut. Di sisi lain kelas
dikarenakan sering dijumpainya konsep-konsep eksperimen akan mendapat perlakukan berupa
Hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari. pembelajaran CPS.
Hampir semua kegiatan manusia berkaitan dengan Prosedur Penelitian
Hukum Newton. Banyak sekali permasalahan yang Desain penelitian semu yang dilakukan adalah
sering muncul dalam kehidupan sehari-hari “The randomizedPretest-Posttest control group
berkaitan dengan Hukum Newton. Oleh karena itu design”. Desain dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
materi ajar ini sangat cocok untuk digunakan dalam Tabel 1 “The Randomizedpretest-Posttest Control
penelitian yang berkaitan dengan performa Group Design”
pemecahan masalah. Disisi lain, masih banyak Kelas Pretest Perlakuan Posttest
siswa yang mempunyai konsep yang bertentangan Eksperimenn O X1 O
dengan konsep yang disepakati oleh para ilmuwan
berkaitan dengan Hukum Newton. Resmianto Kontrol O X2 O
(2009) mengemukakan beberapa konsep siswa yang
bertentangan dengan konsep ilmuwan dalam Berdasarkan desain di atas penelitian diawali
Hukum Newton. Beberapa konsep tersebut adalah dengan pengambilan data pretest untuk masing-
gaya aksi reaksi, gaya normal, kesetimbangan, dan masing kelas eksperimen maupun kontrol.
hubungan Hukum Newton dengan kinematika. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan
Data-data tersebut menunjukan perlunya Hukum pada kelas eksperimen maupun kontrol. Perlakukan
Newton dijadikan materi ajar pada penelitian. pada kelas eksperimen berupa pembelajaran hukum
Berdasarkan poin-poin yang telah newton menggunakan model pembelajaran CPS. Di
diuraikan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk sisi lain kelas kontrol akan mendapatkan perlakukan
meneliti tentang pengaruh model pembelajaran pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran
creative problem solving terhadap performa menggunakan model dan pendekatan yang biasa
pemecahan masalah. Penelitian ini dapat dituangkan dilakukan guru di sekolah tersebut. Di akhir
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: penelitian masing-masing kelas akan mendapatkan
Bagaimanakah performa pemecahan masalah antara soal posttest yang bertujuan menguji tingkat
siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model performa pemecahan masalah.
pembelajaran creative problem solving Pengukuran tanggapan siswa dan guru
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan terhadap pelaksanaan model CPS dilakukan
pembelajaran konvensional pada materi ajar Hukum menggunakan instrumen angket. Angket ini
Newton? diberikan setelah selesai melakukan posttest.
Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
penggunaan model pembelajaran creative problem Data yang didapat berupa skor pretest,
solving dalam pembelajaran Hukum Newton? posttest, dan angket tanggapan siswa dan guru. Data
pretest dan posttest di dapat melalui soal performa
pemecahan masalah yang diberikan pada awal dan

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


35

VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

akhir pembelajaran hukum newton. Sedangkan skor 3. (TS) akan diberi skor 2. (STS) akan diberi
angket tanggapan siswa dan guru diberikan setelah skor 1. Skor-skor tersebut kemudian dijumlahkan
melakukan posttest. untuk masing-masing indikator pernyataan
Analisis Data kemudian dipresentasikan menggunakan rumus
Skor pretest dan posttest pada kelas berikut.
eksperimen maupun kontrol akan dirata-ratakan % tiap Indikator = (JSTP/JI)x100%
untuk mencari normalized gain. Rumus dan JSTP = Jumlah skor tiap pernyataan
kategori normalized gain yang dikemukakan hake JI = Jumlah skor ideal
dalam jurnalnya adalah sebagai berikut. Semakin besar persentase maka semakin baik
tanggapan siswa dan guru berkaitan pelaksanaan
pembelajaran CPS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Performa Pemecahan Masalah
Tabel 2. Kriteria Normalized Gain Kemampuan performa pemecahan masalah
Batasan Kategori terhadap materi Hukum Newton diukur dengan tes
Tinggi uraian sebanyak 5 soal. Data Perbandingan nilai
Sedang rata-rata pretest, posttest dan gain yang
Rendah dinormalisasi (dalam persen) antara kelas
(hake,1999, hlm.1) eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada
Gambar 1.
Normalized gain menunjukan efektifitas 45,85 42
50
pembelajaran dalam meningkatkan performa

Skor %
40
pemecahan masalah baik pada kelas kontrol 30
13,82
20 7,73 7,21 7
maupun eksperimen. Hal ini sesuai dengan yang 10 Eksperimen
dikatakan Hake bahwa “Normalized gain 0

menunjukan efektifitas pembelajaran secara kasar Kontrol


dalam meningkatkan pemahaman konsep”
(hake,1999, hlm.2). pernyataan tersebut terkait pada
efektifitas pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dilihat dari analisis
normalized gain. Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Nilai
Uji hipotesis dilakukan untuk menguatkan Rata-Rata Pretest, Posttest Dan Gain Yang
hasil analisis normalized gain. Sebelum melakukan Dinormalisasi
uji hipotesis maka dilakukan terlebih dahulu uji Berdasarkan Gambar di atas diperoleh bahwa nilai
normalitas dan homogenitas pada skor pretest dan rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas
posttest. Jika ternyata data terdistribusi normal dan eksperimen ialah 0,42 dengan kategori sedang dan
homogen maka dilakukan uji hipotesis parametrik nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas
menggunakan uji-t satu ekor dengan tingkat kontrol ialah 0,07 dengan kategori rendah.
signifikansi 0,05 dan (n<30). Akan tetapi jika Perbandingan nilai ini secara langsung
ternyata hasil uji normalitas dan homogenitas tidak menunjukkan bahwa penggunaan model
memenuhi untuk dilakukan uji parametrik maka pembelajaran CPS lebih efektif meningkatkan
akan dilakukan uji hipotesis menggunakan uji non keterampilan proses sains siswa pada konsep
parametrik dengan metode Mann-Whitney U. Hukum Newton dibandingkan dengan pembelajaran
Rangkaian uji hipotesis tersebut dilakukan dengan konvensional.
bantuan program SPSS 16. Peningkatan performa pemecahan masalah
Angket tanggapan siswa dan guru merupakan dapat dikelompokkan untuk setiap kategori
instrumen untuk mengetahui bagaimana tanggapan performa pemecahan masalah yaitu pemahaman
siswa dan guru terkait pembelajaran CPS yang masalah, ide pemecahan masalah, perhitungan, dan
sudah dilakukan. Angket ini berisi pernyataan hasil. Nilai setiap kategori diambil dari hasil
positif dan negatif terkait pelaksanaan pembelajaran penskoran setiap soal essay performa pemecahan
CPS. Siswa dan guru diberikan kesempatan masalah yang diberikan. Skor tersebut kemudian
memberikan tanggapan terkait pernyataan tersebut diolah kembali menjadi gain yang dinormalisasi
dengan cara memberikan tanda pada kolom sangat (normalized gain) untuk tiap kategori performa
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat pemecahan masalah. Nilai rata-rata gain yang
tidak setuju (STS). dinormalisasi untuk setiap aspek performa
Setiap tanggapan yang dipilih memiliki skor yang pemecahan masalah untuk kelas eksperimen dan
berbeda. (SS) akan diberi skor 4. (S) akan diberi kelas kontrol diperlihatkan oleh Gambar 2.

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


38
VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

mengakibatkan penguasaan konsep yang kurang


baik. Hal ini berimbas juga terhadap performa
0,6 0,54 pemecahan masalah siswa.
0,48
N 0,5 0,42 Nilai N-gain tertinggi pada kelompok
0,4
0,3 0,22
eksperimen terdapat pada katagori ide pemecahan
0,18
g 0,2
0,07
masalah dengan nilai N-gain mencapai 0,54. Ide
0,02
a 0,1 0 Eksperimen pemecahan masalah merupakan katagori penilaian
0
i Kontrol yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
n meberikan solusi-solusi yang tepat dan didukung
oleh data-data yang sesuai. Tingginya nilai N-gain
ini kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan
penerapan model pembelajaran CPS dalam materi
ajar Hukum Newton. Pada tahapan model
pembelajaran CPS siswa dilatih untuk menguraikan
Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Nilai berbagai macam solusi atas permasalahan yang
Rata-Rata Gain Yang Dinormalisasi Tiap Aspek dihadapi. Selain itu siswa juga dituntut untuk
Keterampilan Proses Sains memilih solusi termungkin dan terbaik untuk
Berdasarkan Gambar di atas perolehan rata-rata dilakukan yang didasarkan pada deskripsi
gain yang dinormalisasi untuk setiap katagori permasalahan yang dihadapi. Tahapan ini lah yang
performa pemecahan masalah pada pembelajaran mungkin menunjang kemampuan mengemukakan
dengan model CPS lebih tinggi dibandingkan ide atas suatu permasalahan sehingga katagori ide
dengan pembelajaran konvensional. pemecahan masalah mencapai nilai N-gain paling
Hasil analisis terhadap data N-gain tinggi.
performa pemecahan masalah untuk tiap katagori Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan
pemecahan masalah diketahui bahwa katagori hasil menunjukkan nilai thitung > tTabel. thitung sebesar 12,19
merupakan katagori yang memiliki N-gain paling dan tTabel sebesar 1,67 untuk derajat kebebasan 55
rendah baik untuk kelompok kontrol maupun dan taraf kepercayaan 0,95. Dapat ditarik
kelompok eksperimen. Kelompok kontrol kesimpulan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
menghasilkan N-gain 0,00, yang artinya tidak ada sehingga model pembelajaran CPS secara signifikan
satupun siswa dalam kelompok kontrol yang dapat lebih meningkatkan performa pemecahan
menunjukan hasil yang tepat dalam memberikan masalah pada materi ajar Hukum Newton
solusi atas permasalahan yang disajikan. dibandingkan pembelajaran model konvensional.
Disisi lain, kelompok eksperimen hanya
mencapai nilai N-gain 2,2 termasuk katagori Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis
rendah. Pencapaian ini dikarenakan kurang
fokusnya siswa dalam menyelesaikan masalah. Komponen Pretest Posttest N-Gain
Banyaknya soal yang disajikan perlu waktu lebih peninjau Kont Eksp. Kontr. Eksp. Kontr. Eksp.
r.
dalam penyelesaian. Keterbatasan waktu N (jumlah) 28 29 28 29 28 29
mengakibatkan siswa hanya mampu mencapai tahap Mean 3.36 4,03 5.00 9,86 0.13 0.49
perhitungan tanpa menghasilkan suatu jawaban. SD 1.37 1.27 1.68 2,50 0.11 0.17
Uji Normalitas ( Kolmogorov-Smirnov Test ) dengan nilai Sig. > α (α =
Hasil pengamatan terhadap lembar jawaban 0.05) maka data normal
siswa pada kelas kontrol beberapa siswa berhasil sig. 0.06 0.08 0.09 0.16 0.20 0.19
mengemukakan pemahamannya terhadap masalah Interpretas Nor Norm Norm Norm Norm Norm
i mal al al al al al
yang disajikan tetapi gagal dalam katagori lainnya. Uji Homogenitas (Test of Homogeneity of Variances) dengan nilai Sig. >
Hal ini ditujukan juga dengan nilai N-gain paling α (α = 0.05) maka data normal
sig. 0.07 0.06 0.94
tinggi pada katagori memahami masalah untuk Interpretas Homogen Homogen Homogen
kelas kontrol yaitu sebesar 0,18. N-gain ini paling i
tinggi dibandingkan tiga katagori performa
pemecahan masalah lainnya. Kegagalan siswa kelas Hasil uji hipotesis menguatkan kesimpulan
kontrol pada tiga katagori lainnya yaitu ide analisis normalized gain bahwa penggunaan model
penyelesaian masalah, perhitungan, dan hasil, pembelajaran CPS secara signifikan dapat lebih
kemungkinan dikarenakan konsep Hukum Newton meningkatkan performa pemecahan masalah pada
tidak dikuasai dengan baik. Pembelajaran yang materi ajar Hukum Newton dibandingkan
dilakukan hanya sebatas transfer informasi dari pembelajaran model konvensional. Pencapaian
guru pada siswa. Pengalaman belajar pun hanya skor N-gain kelompok eksperimen yang mencapai
terlihat dari dilakukannya demonstrasi oleh guru. katagori sedang (0,42), berbeda satu tingkat dengan
Pengalaman belajar yang kurang bagi siswa dan kelompok kontrol yang mencapai katagori rendah
pembelajaran yang tidak bersifat student center

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


35

VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

(0,07). Disisi lain hasil uji hipotesis menyatakan Indikator Nomer Persent
bahwa H0 ditolak. Pernyataan Pernyataan ase
Selain itu dapat disimpulkan bahwa dalam Angket
performa pemecahan masalah sangat dipengaruhi solusi-solusinya
oleh penguasaan terhadap konsep dan pengalaman dalam
mengembangkan
penyelesaian masalah yang siswa alami kemampuan
sebelumnya. Penelitian menunjukan bahwa nilai pemecahan masalah
gain yang dinormalisasi pada dua kategori tersebut Model pembelajaran 7,8,12 75%
mencapai nilai tertinggi yaitu 0,48 untuk CPS memfasilitasi
penguasaan konsep dan 0,54 untuk ide pemecahan siswa untuk
masalah. Kemampuan ide pemecahan masalah mengkontruksi
dapat terlatihkan dengan memberikan pengalaman pengetahuan sendiri
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. dalam memperkuat
Pengalaman memecahkan masalah dalam penguasaan konsep
Hukum Newton
pembelajaran dan penguasaan terhadap konsep
Model pembelajaran 2,4,5 80%
Hukum Newton membantu siswa pada kelas CPS memotivasi
eksperimen lebih signifikan dalam meningkatkan siswa untuk aktif
performa pemecahan masalah. Hal ini sesuai dalam
dengan apa yang dikemukakan oleh Selcuk, G.S pembelajaran,
bahwa “sains terapan atau murni akan berani memberikan
mengkonsentrasikan terhadap pembekalan tanggapan, dan
pengetahuan atau konsep dalam melatihkan berkomunikasi
penyelesaian masalah” (Selcuk, G.S, 2008, hlm.1).
Begitu juga Gok, T dalam jurnalnya Berdasarkan data pada Tabel 4 sebesar
mengemukakan bahwa kesulitan dalam 79% siswa menyatakan setuju bahwa model
memecahkan masalah bukan merupakan pembelajaran CPS adalah menyenangkan, 77%
karakteristik dari masalah melainkan berkaitan siswa menyatakan bahwa model pembelajaran CPS
dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dapat memfasilitasi siswa menemukan masalah-
oleh problem solver. (Gok,T, 2010, hlm.1) masalah Hukum Newton dalam kehidupan sehari-
Tanggapan Siswa dan Guru hari beserta solusi-solusinya dalam
Hasil rekapitulasi tanggapan siswa mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
menunjukan bahwa setiap siswa memberikan Sebesar75 % siswa merasa model pembelajaran
respon positif terhadap model pembelajaran CPS. CPS memfasilitasi siswa untuk mengkontruksi
Skor rata-rata respon siswa terhadap model kegiatan pengetahuan sendiri dalam memperkuat penguasaan
ini adalah sebesar 43,2, dengan skor maksimal 52. konsep Hukum Newton, dan 80% siswa merasa
Skor rata-rata yang diperoleh berada pada rentang model pembelajaran CPS memotivasi siswa untuk
sangat baik yaitu antara 40-52. aktif dalam pembelajaran, berani memberikan
Rekapitulasi dan anlisis persentase angket tanggapan, dan berkomunikasi.
tanggapan siswa dan guru untuk tiap indikator
pernyataan dapat dilihat pada tabel berikut. 4. SIMPULAN
Tabel 4. Rekapitulasi Angket Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian
yang telah dilakukan tentang model pembelajaran
Indikator Nomer Persent Creative Problem Solving (CPS) performa
Pernyataan Pernyataan ase pemecahan masalah disimpulkan bahwa:
dalam Angket Model pembelajaran CPS secara signifikan dapat
Model pembelajaran 1, 13 79% lebih meningkatkan performa pemecahan masalah
creotive problem siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
solving (CPS) konvensional pada materi ajar Hukum Newton.
adalah
Siswa memberikan tanggapan positif terhadap
menyenangkan bagi
siswa
penerapan model pembelajaran CPS pada materi
Model pembelajaran 3,6,9,10,11 77% ajar Hukum Newton.
CPS dapat
memfasilitasi siswa DAFTAR PUSTAKA
menemukan
masalah-masalah Anita. (2007). Model Pembelajaran Thinking Aloud
Hukum Newton Pair Problem Solving (TAPPS) pada Topik
dalam kehidupan
sehari-hari beserta Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


40
VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

Pemecahan Masalah Siswa. Tesis, UPI Media and Technology.Vol.4, No.1,


Bandung: tidak diterbitkan pp.21-36.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Mahjardi. (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi MAN dalam Pemahaman Konsep Fisika
Aksara Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Tesis,
Barbara Kerr. (2009). Encylopedia Of Giftedness, UPI Bandung: tidak diterbitkan
Creativity and Talent Volume 2. USA: Manolos, 2005, Kolb’s Experiential Learning
SAGE Publication Asia-Pasific PTE. Ltd Model: Enlivening Physics Courses inPrimary
Cahyono, A.N. (2005). Pengembangan Model Education. The Internet TESL Journal, Vol.
Creative Problem Solving Berbasis III, No 9.
Teknologi Dalam Pembelajaran Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y.
Matematika Di SMA. Diakses tanggal 2 (2006). The Effectivenes of Problem-
november 2010. tersedia di Based Instruction: A Comperative Study of
http://www.adi-negara.blogspot.com/ [2 Instructional Methods and Student
November 2010]. Charactheristics. The Interdisciplinary
Cheolil Lim, Kyungsun Park and Miyoung Hong. Journal of Problem-based Learning,
(2010). An Instructional Model with an Volume 1 No 2.
Online Support System for Creative National Science Teachers Association in
Problem Solving. Seoul National Collaboration with the Association for the
University, Korea. International Journal Education of Teachers in Science. (2003).
for Educational Media and Technology. Standards for ScienceTeacher
Vol.4, No.1, pp.4-12 Preparation.
Dahar, R Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Osarizalsyam. (2006). Penerapan Model
Erlangga. Pembelajaran Kooperatif tipe Dua Tinggal
Depdiknas.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Pada
Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Konsep Ekosistem untuk Kemampuan
Depdiknas. Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Strategi siswa. Tesis PPS UPI, Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Pembelajaran MIPA. Dikti Ditjen PMPTK
Paul D. Reali. (2008). Creating the Future:
Jakarta Conceptualizing a How-to Guide to
Driver.R. (1988). “changing conceptions”. Journal Creative Problem Solving. Thesis: Buffalo
research in education, 161-196. State College, State University of New
Elizabeth jaya joseph. (2009). Effectiveness Of York. International Center for Studies in
Khatena Training Method On The Creativity
Creativity Of Form Four Students In A Poerwadarminta ,W. (1982). Kamus Umum Bahasa
Selected School. Disertasi. University of Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
malaya doctor of philosophy in education. Pucio, G Kristin.(1994). An Analisis of an
Gamze Sezgin Selçuk, dkk. (2008). The Effects of Observational Study of Creative Problem
Problem Solving Instruction on Physics Solving for Primary Children. Thesis:
Achievement, Problem Solving University of College at Buffalo. Center
Performance and Strategy Use.[online]. for Studies In Creativity.
Diakses tanggal 15 agustus 2010 dari Puccio, G, dkk. (2005). Current development in
http://www.journal.lapen.org.mx. Lat. Am. creative problem solving form
J. Phys. Educ. Vol. 2, No. 3, Sept. 2008. organization: A focus on thinking skill and
Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. styles. The Korea Journal of thinking &
Jakarta: Gramedia Problem Sloving, 15(2), 43-76
Heller, P & Hollabaugh. (1992). Teaching problem Purba, Janulis P. (2003). Pengembangan Dan
solving through cooperative grouping. Part Implementasi Model Pembelajaran Fisika
I: Group versus individual problem Menggunakan Pendekatan Pemecahan
solving. American Journal of Physics. 60, Masalah. Disertasi. PPs UPI Bandung:
(70). tidak diterbitkan
Indriana, Riana (2011). Mengenal Ragam Gaya Ridwan Efendi. (2010). Kemampuan Fisika Siswa
Pembelajaran Efektif. Jogjakarta: DIVA Press. Indonesia Dalam Timss (Trend Of
Lee, Jong-Yeon, dkk. (2010). Development and International On Mathematics And Science
Implementation of a Web-based Tool to Study. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA,
Support Creative Problem Solving (CPS). Universitas Pendidikan Indonesia.
International Journal for Educational Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains


4135

VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2019

ISBN : 978-979-98010-6-7 Solving Approach. SEGi College Kuala


Santyasa, I Wayan. (2004). Model Problem Solving Lumpur Vol. 3 No.1. [online]. 10
Dan Reasoning Sebagai Alternatif November 2010 tersedia di
Pembelajaran Inovatif. Konvensi http://www.segi.edu.my/onlinereview/
Nasional Pendidikan Indonesia V: abstract.php?aid=13&&vol=2&&serie
Surabaya s=2.
Santyasa, I Wayan. (2007). Pengembangan Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito: Bandung.
Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik.
Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa (alih bahasa : Lea Prasetio dan rahmad W).
Sma Dengan Pemberdayaan Model Jakarta: Erlangga
Perubahan Konseptual Berseting Walpole, Ronald. (1995). Pengantar Statistika
Investigasi Kelompok. Jurnal (Edisi ke-3). Jakarta: PT. Gramedia
Pendidikan Fisika Universitas Pustaka Utama.
Pendidikan Ganesha Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh
Saprudin.(2010). Pengembangan Model Model Pembelajaran Dan Penalaran
Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Formal Terhadap Penguasaan Konsep
Mengembangkan Kecakapan Berpikir Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA
Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan
Fisika di SMP. Prosiding Seminar nasional Pengembangan Pendidikan Lembaga
Fisika 2010. ISBN: 978-979-98010-6-7 Penelitian. Undiksha
Steven Baptist. (2010). Distinctive Creativity
Endeavour Model For
CreativeThinking: An Expansion Of
Osborn-Parnes Creative Problem

Ilmi, Aziz Rizki Miftahul./ Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains

Anda mungkin juga menyukai