Outline Tesis
Disusun Oleh:
Riko Pardiansyah
NIM. P2A919024
PENDAHULUAN
Kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa tak terlepas dari
kemampuan metakognisi siswa. Metakognisi muncul dalam pemecahan masalah siswa
yang komponennya berupa metakognisi, sikap, ketrampilan, konsep dan proses.
Metakognisi merupakan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang proses berfikir
serta kemampuannya dalam mengontrol proses tersebut. Kemampuan ini sangat penting
terutama untuk keperluan efesiensi penggunaan kognitif dalam menyelesaikan masalah.
Metakognisi memainkan peran penting dalam mengkomunikasi informasi secara lisan,
persuasi lisan, pemahaman lisan, pemahaman bacaan, menulis, pemerolehan bahasa,
perhatian, memori, kognisi sosial, pemecahan masalah dan berbagai jenis pengontrolan
diri dan instruksi diri (Vera Rosalina, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat penelitian secara teoritis dan
manfaat penelitian secara praktis:
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan
metakognisi siswa pada model pembelajaran problem based learning berbasis
hands on activity. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai langkah untuk mengembangkan penelitian-
penelitian yang sejenis.
KAJIAN TEORI
Metakognisi adalah konsep multifaset (Moses & Baird, 1999). Wells (2000)
telah mengidentifikasikan tiga jenis metakognisi yaitu: Pengetahuan metakognitif,
pengalaman metakognitif dan strategi kontrol metakognitif. Pengetahuan metakognitif
mengacu kepada keyakinan yang dimiliki oleh individu tentang kognisi mereka, seperti
keyakinan tentang makna pikiran dan efisiensi memori dan kontrol kognitif, hal ini bisa
eksplisit atau implisit. Pengetahuan metakognitif eksplisit adalah sadar dan dapat
diungkapkan secara verbal. Pengetahuan metakognitif implisit melibatkan rencana yang
memandu pemrosesan, seperti alokasi perhatian, memori dan penggunaan heuristik dan
bias dalam membentuk penilaian. Pengalaman metakognitif melibatkan interpretasi
sadar dan pelabelan pengalaman kognitif. Misalnya penilaian makna peristiwa mental,
perasaan metakognitif dan penilaian mengenai keadaan kognitif seseorang. Penilaian
metakognitif dipengaruhi olehperasaat sesaat, artinya dimediasi oleh pengetahuan diri
(Dalam Georgina H, 2013 :25). Metakognisi diperlukan dalam memecahkan masalah
matematika. Metakognisi diartikan sebagai pengetahuan, kesadaran, dan kontrol
seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya yang terdiri dari dua komponen yaitu
pengetahuan metakognitif dan pengalaman metakognitif (Nur Alfiyah dkk, 2014).
1. Penelitian yang dilakukan oleh Santika dkk pada tahun 2019 diperoleh bahwa:
strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang
membangun kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik sehingga
menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah
matematika. Proses pembelajaran dapat diperbaiki dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning. Kegiatan peserta didik dalam model
pembelajaran tersebut diharapkan dapat optimal manakala dilengkapi dengan
hands on activity. Tujua penelitian ini adalah untuk mengetahui mana yang lebih
baik antara kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas dengan
model pembelajaran problem based learning berbasis hands on activity atau
pada kelas dengan model pembelajaran konvensional. Selain itu juga untuk
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah peserta didik menggunakan
strategy Polya. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mixed methods. Model penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan
antara metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif. Hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kemampuan pemecahan masalah
peserta didik dengan menggunakan langkah Polya pada pembelajaran Problem
Based Learning berbasis hands on activity lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah peserta didik pada pembelajaran ekspositori. (2) Penyebab
kesalahan pserta didik dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan
masalah (TKPM) ditinjau dari langkaj-langkah Polya yaitu antara lain: (a)
Peserta didik tidak terbiasa dengan bahasa soal yang rumit (memahami
masalah); (b) Peserta didik kurang cermat sehingga ketika mengerjakan soal
sering terjadi kesalahan dalam menggunakan rumus (menyusun rencana
penyelesaian); (c) Peserta didik kurang teliti sehingga ketika mengerjakan soal
sering terjadi salah perhitungan (melaksanakan rencana penyelesaian); (d)
Peserta didik kurang bisa memanfaatkan waktu pengerjaan dengan baik (melihat
kembali).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Camelina dkk pada tahun 2016 diperoleh bahwa;
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metakognisi dan kesulitan
metakognisi siswa dalam memecahkan masalah sistem persamaan linier dengan
dua variabel di kelas X SMKN I Jombang berdasarkan tipe kepribadian wali,
pengrajin, rasional dan idealis. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
pada PT studi kasus. Prosedur pemilihan subjek adalah dengan menggunakan
purposive sampling. Ada 9 subjek dalam penelitian ini termasuk 3 tipe wali, 2
tipe artisan, 2 tipe rasional dan 2 tipe idealis. Teknik pengumpulan data adalah
wawancara berbasis tugas. Validitasnya adalah ditentukan oleh triangulasi
waktu. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi, tampilan data
dan kesimpulan. Data dianalisis berdasarkan metakognisi indicator. Subjek
mengalami kesulitan metakognisi jika ia tidak dapat memenuhi indicator
metakognisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wali dan rasional siswa
tidak mengalami kesulitan metakognisi. Pelajar seni dan idealis mengalami
kesulitan metakognisi dalam aspek pengetahuan, yaitu sulit dalam
mengunggunakan konsep meskipun mengetahui tujuan pertanyaan, tidak
membaca ulang bagian yang tidak dimengerti, pasti tidak menemukan kesalahan
dalam penyelesaian masalah ketika langkah-langkah yang digunakan tidak
sesuai, dan tidak memperbaiki kesalahan sekalipun bingung pada solusi langkah.
Dalam aspek pengetahuan tugas kognitif pengrajin dan idealis ketika tidak tahu
algoritma yang digunakan dan tidak tahu langkah untuk menyelesaikan maslah.
Dalam aspek pengetahuan diri, tipe idealis tidak sadar jika menemukan kesulitan
dalam menentukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah dan tidak
menyadari bahwa penyelesaian langkah-langkah yang digunakan salah, tetapi
para siswa tetap percaya diri pada penyelesaian masalah mereka.
3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Vera Rosalina dkk pada tahun 2015
diperoleh bahwa; tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesulitan,
penyebab, dan solusi untuk kesulitan yang dihadapi kelas 11 MIA 1 SMA Negeri
I dalam menggunakan metakognitif kemampuan mereka untuk memecahkan
masalah matematika dalam materi probabilitas menggunakan tipe kepribadian
melankolis, sanguinik, flegmatik dan kolerik. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif eksploratif. Prosedur yang digunakan untuk memilih subjek adalah
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik bola salju, sehingga diperoleh
12 subjek yang ditanya dapat dianalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan think aloud. Validasi data dilakukan dengan menggunakan
triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1)
mengklasifikasi data kedalam 4 kategori: (a) memahami masalah, (b)
memikirkan rencana, (c) melaksanakan rencana, (d) memriksa kembali jawaban,
(2) menyajikan data dalam teks naratif dan (3) menarik kesimpulan tentang
kesulitan, penyebab, dan solusi untuk kesulitan metakognitif disetiap kategori.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan metakognitif dalam
memecahkan masalah bahan probabilitas untuk siswa melankolik dan mudah
tersinggung adalah sebagai berikut. (a) Kesulitan siswa menyadari musyawarah
strategis dan keuntungan dari strategi yang digunakan, (b) Siswa mengalami
kesulitan metakognitif dalam mewujudkan perubahan strategis ketika mereka
salah, (c) Kesulitan dalam mewujudkan evaluasi pada kebingungan, (d)
Kesulitan dalam mewujudkan ketika strategi digunakan, (e) Kesulitan dalam
merealisasikan strategi yang berbeda, (f) Kesulitan strategi lain dalam
pemecahan masalah, (g) Kesulitan dalam merealisasikan evaluasi produk kerja
mereka, dan (h) Kesulitan dalam mewujudkan pertimbangan semua opsi dalam
memecahkan masalah. Kesulitan siswa sanguinic dan aplegmatis adalah sebahai
berikut. (a) Kesulitan dalam merealisasikan strategi dan keuntungan dari strategi
yang digunakan, (b) Kesulitan dalam merealisasikan keuntungan dari strategi
yang digunakan (c) Kesulitan merealisasikan ketika suatu strategi digunakan, (d)
kesulitan dalam mewujudkan alasan menggunakan strategi yang berbeda dalam
berbagai situasi (e) Kesulitan dalam menyelesaikan masalah dan (f) Kesulitan
dalam merealisasikan pertimbangan semua opsi dalam menyelesaikan masalah.
2.2 Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berfikir pada penelitian ini dapat terlihat pada gambar 2.1.
Penarikan Kesimpulan